Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA

IBU HAMIL RIWAYAT ASMA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh :

Gita Mirnawati

1608760

3-C

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS SUMEDANG

Jalan Margamukti Ds. Licin No. 93 Cimalaka Sumedang Telp. (0261) 203084

2017/2018

LAPORAN PENDAHULUAN

IBU HAMIL RIWAYAT ASMA


A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada
jalan nafas). (Polaski : 1996).
Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan
dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer
Suzanne : 2001)
Jadi, asma merupakan kronik inflamasi,mudah terangsang oleh alergen
sehingga menimbulkan partial obstruksi bronkhiale paru yang dapat mengganggu
pertukaran O2 paru atau CO2 paru serta fungsi lain dan paningkatan eosinofil.
Insiden asma dalam kehamilan adalah sekitar 0,5-1 % dari seluruh
kehamilan. Serangan asma biasanya timbul pada usia kehamilan 24-36 minggu,
jarang pada akhir kehamilan. Frekuensi dan beratnya serangan akan mempengaruhi
hipoksia pada ibu dan janin. Penegakan diagnosis serupa dengan asma diluar
kehamilan.

2. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asmabronkhial.
a. Faktor Predisposisi
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita alergi. Karena adanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Prepisitas
1) Alergen, Dimana alergen dapat dibagai menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Ex : debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Ex : Makanan dan obat-obatan.
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Ex : perhiasan,
logam, dan jam tangan.
2) Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti : musim hujan, musim kemarau. Hal ini berhubungan dengan arah
angin debu.
3) Stress
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanyabelum
bisa diobati.
4) Lingkungan Kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polusi lalu lintas. Gejala
ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olahraga / aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas.

3. Patofisiologi
Gangguan penyakit asma pada ibu hamil disebabkan oleh adanya beberapa faktor,
antara lain:
a. Perubahan hormonal
Volume tidal meningkat dari 450 cc menjadi 600 cc sehingga terjadi
peningkatan ventilasi per menit. Peningkatan volume tidal ini diduga
disebabkan oleh efek progesteron terhadap resistensi saluran nafas dan
dengan meningkatkan sensitifitas pusat pernafasan terhadap karbondioksida.
Menyebabkan ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi
rongga dada meningkat.
b. Kehamilan membesar mengakibatkan peningkatan diafragma sehingga
turunnya kapasitas residu fungsional dan pola pernapasan berubah dari
pernapasan abdomen menjadi torakal sehingga kebutuhan O2 maternal
meningkat (Arief, 2000).
Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma pada setiap
penderita tidaklah sama, bahkan pada seorang penderita asma serangannya
tidak sama pada kehamilan pertama dan kehamilan berikutnya. Biasanya
serangan akan timbul mulai usai kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu,
dan akan berkurang pada akhir kehamilan (Ida Bagus, 1998).
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat bergantung dari frekuensi
dan beratnya serangan asma, karena ibu dan janin akan mengalami
hipoksia. Keadaan hipoksia jika tidak segera diatasi tentu akan memberikan
pengaruh buruk pada janin, berupa abortus, persalinan prematur, dan berat
janin yang tidak sesuai dengan umur kehamilan (Ida Bagus, 1998).
Perubahan-perubahan ini diperlukan untuk mencukupi peningkatan
kebutuhan metabolik dan sirkulasi untuk pertumbuhan janin, plasenta dan uterus.
Adanya perubahan-perubahan ini juga menyebabkan perubahan pola pernapasan
dari pernapasan abdominal menjadi torakal yang juga memberikan pengaruh untuk
memenuhi peningkatan konsumsi oksigen maternal selama kehamilan. Perubahan
hormonal pembesaran mukosa saluran respirasi. Pernafasan melalui hidung akan
semakin sulit, sehingga wanita hamil cenderung bernafas dengan mulut, terutama
pada malam hari. Hal ini akan menyebabkan terjadinya xerostomia. Insidensi
xerostomia pada wanita hamil adalah sekitar 44%. Xerostomia ini akan meningkatkan
frekuensi karies gigi. Selain itu, peningkatan progesteron menyebabkan
hiperventilasi. Hiperventilasi pada kehamilan adalah hiperventilasi relatif, artinya
kenaikan ventilasi alveolar diluar pengaruh CO2 sehingga PaCO2 menurun (Ida
Bagus, 1998).

Patofisologi asma adalah sebagai berikut:

ALERGI

Reaksi antigen Pelepasan  Spasme otot polos


antibodi pada mediator saluran napas
permukaan sel mast radang  Edema mukosa
paru  Hipersekresi kental
 Bronkokontriksi
 Kongesti vaskuler
 Terganggunya
mekanisme transport
mukosa

 Gangguan hipoventilasi
 Distribusi ventilasi tidak
 Hipoksemia
merata dalam sirkulasi darah Penyempitan
 Hiperkapnea
pulmonal
 asidosis
 Gangguan difusi gas di tingkat
alveoli
(Arief, 2000)

Asma merupakan obstruksi saluran nafas yang reversible dari kontraksi otot polos
bronkus, hipersekresi mukus dan edem mukosa. Terjadi peradangan di saluran nafas
dan menjadi responsive terhadap beberapa rangsangan termasuk zat iritan, infeksi
virus, aspirin, air dingin dan olahraga. Aktifitas sel mast oleh sitokin menjadi media
konstriksi bronkus dengan lepasnya histamine, prostalgladine D2 dan leukotrienes.
Karena prostagladin seri F dan ergonovine dapat menjadikan asma, maka
penggunaanya sebagai obat-obat dibidang obstetric sebaiknya dapat dihindari jika
memungkinkan (Taufan, 2010).

4. Gejala klinik
Asma merupakan keadaan klinik yang ditandai adanya kepekaan yang tinggi
dari percabangan saluran pernafasan terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan obtruksi spasme bronkus yang reversibel, kesembaban (edema), dan
peradangan (inflamasi) dinding bronkus. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya
serangan asma tidaklah sama pada setiap penderita, bahkan pada seorang penderita
asma, serangannya tak sama pada kehamilan pertama dan berikutnya.
Perjalanan asma pada ibu hamil dipengaruhi oleh hormon estrogen dan
progesteron yang terus meningkat. Padahal berbagai teori justru menunjukkan kedua
hormon tersebut mestinya dapat memperbaiki kondisi asma, karena mempunyai efek
melemaskan otot polos dan merilekskan bronkus. Selain itu meningkatnya kadar
hormon prostasiklin (PGI2)ditambah prostaglandin (PGE) juga dapat memperbaiki
asma. Namun di sisi lain, bertambahnya hormon lain seperti PGF 2 saat kehamilan
bisa memperburuk asma. Faktor peningkatan histamin selama kehamilan yang
berasal dari jaringan janin pun mempunyai efek asmogenik. Demikian juga protein
dasar mayor (MBP= mayor basic protein) yang banyak ditemukan dalam plasenta,
bila sampai masuk ke paru-paru. Yang penting mengoptimalkan kesehatan ibu dan
janin sehingga dokter perlu mengetahui pengaruh kehamilan pada asma, asma
terhadap kehamilan serta pengaruh obat asma terhadap kehamilan terhadap
individu. Resiko terbesar yang ditakutkan bila sampai terjadi hipoksia (kekurangan
oksigen) lantaran asma berat yang tidak terkontrol. Frekuensi dan beratnya serangan
akan mempengaruhi hipoksia pada ibu dan janin.
Factor pencetus timbulnya asma antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran
nafas, pengaruh udara dan factor psikis. Penderita selama kehamilan perlu
mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh nafas pendek,
berbunyi, sesak, dan batuk-batuk. Diagnosis dapat ditegakkan seperti asma diluar
kehamilan.

5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkangambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan ronggaintercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut :
1) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakinbertambah.
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltratepada paru.
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
5) Bila terjadi penuomonia mediastinum, pneuomotoraks dan penuomoperi
kardium, maka dapatdilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksiyang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjaid selama serangan dapat dibagi menjadi
3 bagian, dandisesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru,
yaitu :
1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wiserotation
2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
(Right BundleBranch Block)
3) Tanda – tanda hipoksemia, yakni sinus tachycardia, SVES dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative
d. Scanning Paru
Dengan scaning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama seranganasma tidak menyeluruh pada paru-paru
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dansederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaanspirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator aerosol (inhaler ataunebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20%menunjukkan diagnosis
asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%.Pemeriksaan
spirometri tidka saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untukberat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan
tetapi pemeriksaanspirometrinya menunjukkan obstruksi
f. USG
Ibu hamil penderita asma sebaiknya rajin memeriksakan janinnya sejak awal.
Pemeriksaan dengan USG dilakukan sejak usia kehamilan 12 – 20 minggu untuk
mengetahui pertumbuhan janin.USG dapat diulang pada TM II dan TM III
terutama bila derajat asmanya berada pada tingkat sedang – bera
g. Electronic Fetal Heart rate Monitoring
Untuk memeriksa detak jantung janin.

B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu di kaji pada penyakit
status asthmatikus.
2) Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada, dapat
mengetahui kemungkinan faktor pencetus serangan asma.
3) gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan
faktor pencetus serangan asma
4) pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui adanya pemaparan
bahan alergen.
5) Hal lain yang perlu dikaji tentang : Tanggal MRS, Nomor Rekam Medik, dan
Diagnosa medis

b. Keluhan Utama
Pasien akan mengeluh sesak yang bertambah berat pada usia kehamilan 24-36
minggu.
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan dengan keluhan, terutama
sesak napasyang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain
yaitu : Wheezing, Penggunaan otot bantu pernapasan, Kelelahan, gangguan
kesadaran, Sianosis serta perubahantekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal
terjadinya serangan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran napas
atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan asma
frekuensi, waktu, alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta
riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala
asma(TjenDaniel,1991)
e. Riwayat kesehatan keluarga.
Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat penyakit
asma ataupenyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena
hipersensitifitas pada penyakit asmaini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh
lingkungan, (Hood Alsagaf, 1993).
f. Riwayat psikososial
Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan
asma baikganguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar sampai
lingkungan kerja. Seorangyang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi
serangan asma. yatim piatu,ketidakharmonisan hubungan dengan orang lain sampai
ketakutan tidak bisa menjalankanperanan seperti semula, (Antony Croket, 1997 dan
Tjen Daniel, 1991).
g. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Aktivitas
Keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-
hari,ketidakmampuan untuk tidur, perlu posisi kepala lebih tinggi waktu tidur,
dipsneu pada saatistirahat, gelisah, insomnia,
2) Sirkulasi
Pembengkakan pada ekstremitas bawah, peningkatan tekanan darah, distensi
vena leher, pucatdapat menunjukkan anemia, warna kulit normal / sianosis
3) Integritas ego
Peningkatan factor resiko, perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan peka
rangsang
4) Makanan dan cairan
Edema dependen, berkeringat
5) Hygiene
Penurunan kemampuan perawatan diri, kebersihan buruk, bau badan
6) Pernafasan
Pernafasan pendek khususnya saat aktivitas, sulit nafas, dada tertekan,
penggunaan oksigen,riwayat pneumonia keluarga, menggunakan otot bantu
pernafasan.
Dada : saat inspeksi dapat dilihat hiperinflasi dengan peninggian diameter ap,
gerakan diafragma minimal, bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi, ronchi,
mengi, saat perkusi ditemukan hipersonor pada area paru, bunyi pekak pada
area paru, kesulitan bicara kalimat.
7) Keamanan
Riwayat reaksi alergi, Berkeringat atau kemerahan
8) Seksualitas
Penurunan libido
9) Interaksi sosial
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, kegagalan dukungan,
penyakit lama, keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan dengan orang
lain
10) Penyuluhan dan pembelajaran
Penggunaan dan penyalahgunaan obat pernafasan, kesulitan menghentikan
rokok, konsumsi alcohol

2. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darahnadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasansianosis batuk dengan lendir lengket dan posisi istirahat klien
(Laura A. T.; 1995, Karnen B19983).
b. Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan,mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikariaatau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam. (Karnen B ;1994,Laura A. Talbot; 1995).
c. Kepala
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya
keluhan sakitkepala atau pusing, vertigo kejang ataupun hilang kesadaran. (Laura
A.Talbot;1995).
d. Mata
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang dirasakan
klien. Sertariwayat penyakit mata lainya (Laura A. Talbot ; 1995)).
e. Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rinitis alergi dan fungsi olfaktori
(KarnenB.;1994, Laura A. Talbot;1995).
f. Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan
sakit padatenggorok serta sesak atau perubahan suara. (Karnen B.:1994)).
g. Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesaran tiroid serta
penggunaan otot-ototpernafasan (Karnen B.;1994).
h. Thorak
1) Inspeksi
Dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah disebabkan
oleh udaradalam paru-paru susah untuk dikeluarkan karena penyempitan jalan
nafas. Frekuensi pernafasanmeningkat dan tampak penggunaan otot-otot
tambahan
2) Palpasi
Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus. Pada
asma, paru-parupenderita normal karena yang menjadi masalah adalah jalan
nafasnya yang menyempit (LauraA.T.;1995).
3) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datardan rendah disebabkan karena kontraksi otot polos yang
mengakibatkan penyempitan jalan nafassehingga udara susah dikeluarkan dari
paru-paru (Laura A.T.;1995).
4) Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebihdari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan wheezing karena
sekresi mucus yang kental dalamlumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan salurannapas menjadi sangat
meningkat (Karnen B .;1994).
5) Kardiovaskuler
Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan
hyperinflasi suara jantungmelemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat
serta adanya pulsus paradoksus, (RobertP.;1994, Laura A. T.;1995).
6) Abdomen
Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena dapat
merangsangserangan asma frekwensi pernafasan, serta adanya konstipasi
karena dapat nutrisi (Hudak danGallo;1997, Laura A.T.;1995).
7) Ekstrimitas
Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada extremitas
karena dapatmerangsang serangan asma,(Laura A.T.;1995).

3. Analisa data
4. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan broncospasme,
peningkatan sekresi pulmoner.
b. Ansietas berhubungan dengan ancaman jiwa sekunder terhadap sesak nafas dan
takut.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kelelahan, sekunder.
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan prognosis penyakit saat hamil.
e. Resiko hipoksia janin berhubungan dengan suplai oksigen inadekuat.

5. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Ketidak efektifan tujuan : 1. Posisikan pasien 1. Posisi yang nyaman
bersihan jalan menunjukkan bersihan jalan senyaman mungkin dapat mengurangi
nafas nafas yang efektif, yang keluhan pasien
berhubungan dibuktikan oleh pencegahan
dengan aspirasi status pernafasan, 2. Observasi tanda-
broncospasme, kepatenan jalan nafas dan tanda vital pasien 2. Untuk mengetahui
peningkatan status pernafasan : ventilasi perubahan tanda-tanda
sekresi pulmoner tidak terganggu. vital pasien
3. Ajarkan pasien
Kriteria hasil : batuk efektif 3. Batuk efektif dapat
Pencegahan aspirasi : 4. Kolaborasi mengeluarkan secret
tindakan personal untuk 4. Kolaborasi dengan tim
mencegah masuknya cairan medis dapat
dan partikel padat kedalam mempercepat proses
paru. penyembuhan
Ansietas Tujuan : 1. Batasi aktivitas 1. Mengurangi keluhan
berhubungan Ansietas berkurang dibuktikan pasien
dengan ancaman dengan bukti tingkat ansietas 2. Anjurkan teknik 2. Memberikan teknik
jiwa sekunder hanya ringan sampai sedang relaksasi pada untuk mengurangi
terhadap sesak dan selalu menunjukkan pasien ansietas
nafas dan takut pengendalian diri terhadap 3. Anjurkan pasien 3. Posisi yang nyaman
ansietas, konsentrasi dan memilih posisi yang dapat mengurangi
koping nyaman keluhan

Kriteria hasil : 4. Berikan penjelasan 4. Menurunkan ansietas


Menunjukkan pengendalian tentang pasien
diri terhadap ansietas yang penyakitnya
dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut : 5. Beri support mental
- Merencanakan dari keluarganya 5. Memberikan motivasi
strategi koping untuk pada pasien
situasi penuh tekanan
- Menggunakan teknik
relaksasi untuk
meredakan ansietas
Intoleransi Tujuan : 1. Baringkan pasien 1. Memaksimalkan
aktivitas Menoleransi aktivitas yang semi fowler ekspansi dada
berhubungan biasa dilakukan 2. Secara bertahap 2. Dapat mempertahankan
dengan tingkatkan aktivitas aktivitas
kelemahan, Kriteria hasil : pasien 3. Dengan teknik dapat
kelelahan, Toleransi aktivitas ketahanan 3. Anjurkan teknik membantu
sekunder penghematan energy relaksasi yang mempertahankan
kebugaran fisik perawatan diri tepat aktivitas
4. Menghindarkan dari
4. Anjurkan latihan aktivitas yang
ringan sesuai berlebihan
toleransi
Kurangnya Tujuan : 1. Ajarkan pasien 1. Mencegah terjadinya
pengetahuan Pasien mengerti tentang menghindari alergi keluhan
berhubungan prognosis penyakit yang diketahui
dengan prognosis 2. Obsevasi tingkat
penyakit saat Kriteria hasil : pengetahuan 2. Mengetahui
hamil Pasien dan keluarga akan : mengenai proses pengetahuan pasien
- Mengidentifikasi penyakit
kebutuhan terhadap 3. Jelaskan latihan
informasi tambahan pernafasan 3. Agar pernafasan tetap
mengenai perilaku 4. Jelaskan obat- adekuat
promosi kesehatan obatan yang
atau program terapi mengakibatkan 4. Menghindari
- Memperlihatkan penyakit kambuh penyalahgunaan obat
kemampuan untuk 5. Jadwalkan
mengetahui dan pemberian obat 5. Agar pasien tahu jadwal
memahami tentang yang tepat minum obat
penyakit yang diderita 6. Hindari terhadap
pemajanan iritan 6. Menghindari faktor
penyebab asma
Resiko hipoksia Tujuan : 1. Observasi kondisi 1. Mengetahui tingkat
janin berhubungan Mencegah terjadinya hipoksia ibu dan janin kesehatan ibu dan janin
dengan suplai janin 2. Mengurangi gejala agar
oksigen inadekuat 2. Ringankan gejala- tidak jatuh pada kondisi
Kriteria hasil : gejala yang timbul yang lebih buruk
- Tidak terjadi gejala- 3. Mempertahankan
gejala asma 3. Perbaiki kondisi ibu kesehatan ibu
- Menghindari faktor 4. Cegah terjadinya 4. Menghindari dari
pencetus terjadinya serangan asma terjadinya asma
asma 5. Hindari faktor 5. Menjauhkan faktor
pencetus asma pencetus serangan
6. Referensi
- Bobak, dkk.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi : 4.Jakarta : EGC
- Noer, Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid Kesatu. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
- Purwaningsih, Wahyu dan Siti fatmawati.2010.Asuhan Keperawatan Maternitas.Yogyakarta :
Nuha Media
- Wilkinson, Judith M dan Nancy R. Ahern.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai