Praktikum 1
Common Base Amplifier
1. Tujuan :
Memahami dan mengukur besar penguatan tegangan dan respon frekuensi rangkaian penguat
common base suatu transistor BJT.
2. Tinjauan Teori:
Rangkaian penguat common base dapat digambarkan sebagai berikut:
VEE
- VCC
RE RC
Vin Vout
E C
Diode Base-Emiter dibias forward oleh supply –VEE, sedang supply VCC membias reverse
diode Base-Collector. Persamaan arus dan tegangannya adalah sbb:
Dengan menggunakan analisa ac, rangkaian diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
r'e
E C
Vin Vout
RE RC
Common base jarang digunakan sebagai amplifier karena memiliki impedansi input yang
sangat rendah.
Dengan nilai impedansi input yang sangat kecil, maka rangkaian akan membebani sumber
sinyal ac (vin). Hal ini menyebabkan common base jarang digunakan pada frekuensi rendah.
Rangkaian common base sering digunakan pada pemakaian frekuensi diatas 10MHz karena
biasanya impedansi dalam sumber sinyal juga kecil.
3. Peralatan Percobaan :
- DC Power Supply (2 buah)
- DC mili Ammeter
- Function Generator
- Breadboard
- Transistor 2SC535 / 2SC373 / 2SC828 / 2SC829
- RC = 470, 1K, 2k2; RE = 4K7
- C1 = 10uF, C2 = 10uF
4. Prosedur Percobaan :
4.1 Pengukuran Penguatan Tegangan
1. Rangkailah gambar 1.3 pada breadboard. Gunakan Vcc 10 volt, VEE -10 volt, RE = 4K7,
RC = 470.
2. Ukur besar arus IC DC dengan menggunakan mili amperemeter DC. Hitung besar
RC
RE
mA
E C
Vout
Vin
5. Dengan menggunakan oscilloscope ch1 pada vin, ch2 pada vout, gambar dan ukur tegangan
vin - vout-nya.
6. Hitung penguatan tegangan-nya dan isikan hasilnya pada tabel 1.1.
7. Bandingkan dengan perhitungan secara teori.
8. Gantilah RC dengan resistor 1 K dan 2K2 berturut-turut dan ulangi langkah 3-6.
Tabel 1.1 Penguatan Tegangan
IC = IE Tegangan Output (volt)
RE ()
(mA) Pengukuran Perhitungan
470
1K
2K2
5. Dengan menggunakan oscilloscope ch1 pada vin, ch2 pada vout, ukur besar tegangan vout
ac-nya. Isikan hasilnya pada tabel 1.2.
6. Ubah frekuensi function generator seperti pada tabel 1.2. Jaga agar amplitudo vin selalu
konstan dan ukur vout-nya.
7. Lengkapi tabel 1.2. Gambarkan kurva respon frekuensinya pada kertas grafik.
Tabel 1.2 Frekuensi Respon Common Base
Frekuensi
Vout (mV) Av=Vout / Vin
(Hz)
100
1K
10 K
20K
50 K
100 K
200 K
500 K
1M
5M
Praktikum 2
Common Collector Amplifier
5. Tujuan :
Memahami dan mengukur besar penguatan tegangan dan respon frekuensi rangkaian
common collector suatu BJT.
6. Tinjauan Teori :
Suatu penguat common collector dapat digambarkan sebagai berikut:
VCC
RB
Vin E
Vout
RE
Dengan menggunakan analisa ac, rangkaian diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Vin E
RB
re'
Vout
RE
Pada bagian input, tahanan basis (RB) relatif besar sekali, sehingga rangkaian pada sisi
input seolah-olah terbuka. Semua arus input lewat tahanan emiter (RE). Tegangan input
sama dengan tegangan drop di tahanan RE:
Vin ie (re' RE ) 2.1
tahanan re’ adalah tahanan yang muncul di diode emitor sebagai akibat pemberian bias ac,
25mV
besarnya adalah re' .
Ic
Jika output dari rangkaian diambil pada sisi emiter, maka tegangan output sama dengan
tegangan drop di tahanan emiter (RE), yaitu:
Vout ie RE 2.2
Sehingga penguatan total dari penguat common collector adalah:
Vout ie RE
Av 1 2.3
Vin ie (re' RE )
7. Peralatan Percobaan :
DC Power Supply
DC mili Ammeter
Function Generator
Breadboard
Transistor 2SC535 / 2SC373 / 2SC828 / 2SC829
RE = 470, 1K, 2K2; RB = 150K
C1 = 10uF, C2 = 10uF
8. Prosedur Percobaan :
4.1 Pengukuran Penguatan Tegangan
1. Rangkai gambar 2.3 pada breadboard.
2. Ukur besar arus IC DC dengan mili amperemeter DC. Hitung besar re1.
3. Lepas mili amperemeter DC dari rangkaian, kopling langsung kaki kolektor pada
power supply.
mA 10 volt
150K
Vin E
Vout
RE
4. Atur function generator sebesar 1V(pp) dengan frekuensi 1KHz, dan hubungkan ke
rangkaian.
5. Pasang RE = 470 pada kaki emiter – ground.
6. Dengan menggunakan oscilloscope channel 1 pada vin, channel 2 pada vout, ukur
besar vout-nya. Isikan hasilnya pada tabel 2.1. Gambarkan vin – vout dalam satu
sumbu.
Vo
7. Hitung penguatan tegangan-nya ( Av ) dan isikan hasilnya pada tabel 2.1.
Vin
8. Gantilah RE dengan RE =1K dan 2K2 dan ulangi langkah 6 – 7. Lengkapi tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hasil pengukuran penguatan tegangan
Voltage Gain (Av)
RE ()
Pengukuran Perhitungan
470
1K
2K2
3. Atur function generator sebesar 1V (pp) dengan frekuensi 100Hz sampai 1MHz.
Jagalah agar vin selalu konstan 1Vpp. Oscilloscope channel 1 pada vin, channel 2 pada
vout, ukur besar vout-nya. Lengkapi tabel 2.2.
4. Gambarkan kurva respon frekuensinya pada kertas grafik.
Tabel 2.2 Frekuensi Respon
Frekuensi (Hz) Vout (mV) Av=Vout / Vin
100
500
1K
5K
10 K
50 K
100 K
500 K
1M
Praktikum 3
Cascade (Multi Stage) Amplifier
1. Tujuan :
Memahami dan mengukur penguatan tegangan dan respon frekuensi rangkaian multi stage
amplifier.
2. Tinjauan Teori:
Jika dua penguat dihubungkan sedemikian rupa sehingga sinyal output dari tingkat
pertama bekerja sebagai sinyal input bagi penguat tingkat kedua, maka penguat seperti ini
dikatakan disusun secara cascade. Penguat disusun secara bertingkat dengan tujuan untuk
memperbesar gain dari penguat tunggal.
vin vout
A1 A2 LOAD
R6
Av 2
(1 ) (re 2 ' ) 4.2
10V
R1 R3 R5 R7
C3 C5
C1
Vout
C2 C4
Vin
R2 R4 R6 R8 R9
3. Peralatan Percobaan :
Modul Penguat Cascade
Oscilloscope
DC Power Supply
Function Generator
4. Prosedur Percobaan :
4.1 Pengukuran Penguatan Tegangan Single Stage Amplifier (terminal 2 – 3 open).
1. Siapkan modul praktikum cascade amplifier. Rangkai rangkaian seperti gambar 4.3.
2. Atur function generator pada tegangan 40 mV pp 1kHz, dan sambungkan pada 1 – 1’.
3. Hubungkan oscilloscope channel 1 pada 1 – 1’ dan channel 2 pada 2 – 2’. Amati dan
gambar vin – vout pada kertas grafik (dalam satu sumbu).
10V
2' / 3'
2 3
100
500
1k
5k
10 k
50 k
100 k
500 k
1M
Praktikum 4
Amplifier Kelas A
1. Tujuan :
Memahami operasi dari rangkaian penguat daya kelas A dan menghitung penguatan
dayanya.
2. Tinjauan Teori :
Kelas A adalah cara yang biasa untuk menggunakan transistor dalam rangkaian linear
karena dia menghasilkan rangkaian bias yang paling stabil dan paling sederhana. Kelas A
memerlukan rating daya PD(maks) dua kali daya beban, mempunyai titik stasioner atau
aliran arus tanpa sinyal 50% IC(sat) jika titik Q ditengah-tengah. Klas A memiliki sifat
sudut konduksi 360o dan efisiensi maksimal dicapai bila titik kerja ada di tengah-tengah
garis beban. Gambar 4.1 menunjukkan rangkaian sederhana dari amplifier klas A.
Vcc
R1 RC
vin RL
R2
RE R3
Dari rangkaian gambar 5.1, besarnya arus saturasi dan tegangan cutoff ditunjukkan oleh
persamaan berikut :
4.1
4.2
Kelas A akan optimal penguatan dayanya bila titik kerja Q ada di tengah-tengah garis
beban.
4.3
4.4
Sehingga :
4.5
Daya output pada amplifier klas A adalah sebagai berikut :
4.6
Daya output maksimal (titik kerja tepat di tengah-tengah garis beban sebesar :
4.7
Efisiensi adalah rasio antara daya output terhadap daya inputnya. Efisiensi menunjukkan
seberapa bagus sebuah penguat mengkonversi daya DC dari catu menjadi daya output ac.
Semakin tinggi efisiensi semakin bagus penguat tersebut. Diperoleh efisiensi maksimal
( ) penguat kelas A hanya sebesar 25%.
3. Peralatan :
Function Generator
DC Power Supply
Oscilloscope
Electronic Voltmeter
DC Voltmeter
Resistor 10K, 5K, 1K dan 100 ohm
Potensiometer 1 k
4. Prosedur Percobaan :
1. Dengan menggunakan gambar 4.2, rangkai rangkaian tersebut pada breadboard.
2. Atur RC agar VCEQ = ½ VCC. Gunakan Voltmeter DC dan mili Ampmeter DC untuk
mengukur besar VCEQ dan ICQ. Catat besar VCEQ dan ICQ.
3. Gunakan oscilloscope dual trace untuk mengetahui sinyal input dan output rangkaian.
4. Hubungkan function generator ke rangkaian (input sinyal sinus, frekuensi 1kHz). Atur
function generator agar amplitudo output yang terukur pada oscilloscope channel 2
menunjukkan sinyal output maksimal tidak terpotong. Gambar sinyal input dan output
dalam kertas grafik.
15 volt
10K 1K
vin
1K
5K
100 100
5. Dengan menggunakan electronic voltmeter ac ukur harga tegangan input dan tegangan
outputnya.
6. Matikan supply. Ukur RC.
7. Hitung daya output, daya input dan efisiensinya.
8. Bandingkan dengan hasil perhitungan.
9. Ulangi langkah 2 – 8 dengan memasang RC lebih kecil dari sebelumnya.
10. Bandingkan hasilnya dengan percobaan sebelumnya.
Praktikum 5
Amplifier Kelas B Tanpa Trafo Output
1. Tujuan :
Memahami operasi dari rangkaian penguat daya kelas B komplementer dan menghitung
penguatan dayanya.
2. Tinjauan Teori :
Kelas A adalah cara yang biasa untuk menggunakan transistor dalam rangkaian
linear karena dia menghasilkan rangkaian bias yang paling stabil dan paling sederhana.
Tetapi dia memerlukan rating PD(maks) dua kali daya beban; dia juga mempunyai titik
stasioner atau aliran arus tanpa sinyal 50% IC(sat) jika titik Q ditengah-tengah. Dalam
tingkat-tingkat bagian muka dari sistem rating PD(maks) dan aliran arus tanpa sinyal
biasanya cukup kecil untuk diterima. Tetapi dekat bagian akhir dari banyak sistem, rating
PD(maks) dan aliran arus tanpa sinyal menjadi demikian besarnya sehingga penguat kelas
A tidak dapat digunakan lagi.
Penguat balans (push-pull) kelas B adalah rangkaian dengan dua transistor dengan
keuntungan-keuntungan yang menonjol ini; rating PD(maks) turun menjadi seperlima dari
daya beban dan aliran arus tanpa sinyal sekitar 1% dari IC(sat). Keuntungan pertama
penting jika diperlukan daya beban yang besar, misalnya dalam transmitter komunikasi.
Keuntungan kedua disukai dalam sistem dengan tenaga baterai seperti radio transistor.
Gambar 5.1 menunjukkan rangkaian ekivalen ac untuk sebuah pengikut emiter.
Pembiasan DC tidak ditunjukkan, tetapi dimisalkan pembiasan dekat titik sumbat (cutoff).
rE
rE
Gambar 5.1 Rangkaian ekivalen ac common collector transistor npn dan pnp
Bila kedua rangkaian gambar 5.1 digabungkan, maka akan didapatkan penguat
balans klas B seperti gambar 5.2.
rE
Terlihat pada sinyal output, bentuk gelombang sudah sinus seperti sinyal input, tapi
terjadi distorsi saat terjadi perubahan periode sinyal. Distorsi ini disebut dengan crossover
distorsion, dan menjadi penanda dari amplifier klas B. Crossover distorsion terjadi karena
adanya tegangan basis – emiter.
Ic
Ic(sat)=VCEQ /(rC+rE)
titik Q VCE
VCEQ
Selama setengah perioda positif dari tegangan sumber, dioda emitor dinyalakan
(turned on), dan titik operasi berayun dari Q ke penjenuhan. Selama setengah perioda
negatif dari sumber tegangan, diode emitor dibias balik, dan tidak ada arus yang mengalir.
Inilah sebabnya tegangan pada rE dalam gambar 5.1 adalah sinyal setengah gelombang.
Kemudian pada pengikut emitor pnp pada gambar 5.1, yang ditunjukkan hanya
rangkaian ekivalen ac, dan dimisalkan dioda emitor dibias dekat titik sumbat (cut off).
Selama setengah siklus positif dari tegangan sumber ac, dioda emitor dibias balik dan
tidak ada arus kolektor yang mengalir. Tetapi pada setengah siklus negatif dari tegangan
sumber, dioda emitor dibias maju. Karena itu, titik operasi berayun dari Q ke penjenuhan
seperti ditunjukkan dalam gambar 1b. Karena arus mengalir melalui rE, tegangan pada rE
adalah negatif terhadap tanah (ground). Inilah sebabnya tegangan output dalam gambar 1b
hanya terdiri dari setengah siklus negatif.
Untuk mendapatkan rangkaian balans, kedua macam pengikut emitor tadi
digabungkan menjadi satu seperti ditunjukkan gambar 5.2. Transistor atas (npn)
memelihara setengah siklus positif dari tegangan sumber dan transistor bawah (pnp)
memelihara setengah siklus negatif dari tegangan sumber. Rumus – rumus yang
digunakan pada penguat ini adalah:
VCEQ = VCE cutoff 5.1
ICQ = 0 5.2
(Vo (rms))2
Po (rms) 5.5
RL
Po (rms)
100% 5.7
PDC
Dimana Po(rms) adalah daya output amplifier, PDC adalah daya input amplifier dan
efisiensi dayanya.
3. Peralatan :
- Modul Amplifier klas B
- Function Generator
- DC Power Supply
- Oscilloscope
- DC Voltmeter
- Elektronik voltmeter
- Resistor beban 1 K
4. Prosedur Percobaan :
4.1 Pengukuran daya output
15 volt
RE
1. Gunakan rangkaian pada gambar 5.4. Pasang resistansi beban sebesar 1 K.
2. Atur output function generator pada sinyal sinus 1 volt (pp) 1 KHz. Hubungkan pada
terminal input rangkaian.
3. Ukur tegangan VCEQ dengan menggunakan voltmeter DC.
4. Dengan menggunakan voltmeter DC ukur besar tegangan VBE1, VBE2.
5. Gunakan oscilloscope channel 1 untuk mengamati vin dan channel 2 untuk mengamati
vout. Amati dan gambarkan vin – vout di kertas grafik dalam satu sumbu.
6. Ukur tegangan output dengan menggunakan elektronik voltmeter, Vo(rms).
7. Hitung daya input dan daya outputnya.
Praktikum 6
Amplifier Kelas B Dengan Trafo Output
1. Tujuan :
Memahami operasi dari rangkaian penguat push pull kelas B dengan trafo output.
2. Tinjauan Teori :
Pada praktikum sebelumnya telah dipelajari tentang penguat push-pull klas B,
dengan menggunakan rangkaian common collector. Penguat push-pull juga dapat disusun
dengan memakai trafo, pada sisi input digunakan trafo CT untuk menghubungkan
rangkaian dengan sumber ac dari jala-jala listrik. Sedang pada sisi output digunakan juga
trafo CT untuk menghubungkan output penguat dengan beban. Rangkaian penguat push-
pull dengan trafo output dapat dilihat pada gambar 7.1.
RS
Q1
VCC
RL
Q2
Transistor Q1 bekerja pada setengah sinyal input positif, sedang pada setengah
periode input yang negatif, transistor Q2 yang aktif. Yang perlu dicatat, kalau pada
penguat push-pull tanpa trafo digunakan dua buah transistor komplementer (satu NPN dan
satu PNP dengan sifat dan karakteristik yang sama) dalam konfigurasi common collector
atau common emiter, maka pada pada penguat push –pull dengan trafo output ini
digunakan dua buah transistor NPN yang sama dalam konfigurasi common emiter.
Karena dalam konfigurasi common emiter, maka amplitudo sinyal output akan berbeda
dengan amplitudo sinyal input. Terdapat penguatan tegangan, sebanding dengan
perbandingan lilitan kumparan primer sekunder trafo output.
Saat periode input positif, Q1 mendapat sinyal input positif, sehingga aktif, sedang
Q2 mendapatkan sinyal negatif sehingga transistor off. Pada Q1 mengalir arus basis dan
menimbulkan arus kolektor. Arus kolektor mengalir dari supply VCC melewati kumparan
primer 1. Arus kolektor ini akan menginduksi kumparan sekunder, sehingga muncul arus
melewati beban.
Demikian sebaliknya bila input jala-jala pada periode negati, Q1 mendapat sinyal
input negatif sehingga off, sedang Q2 mendapat sinyal positif sehingga transistor hidup.
Arus output kolektor mengalir dari VCC melewati kumparan primer 2, menginduksi
kumparan sekunder dan pada beban akan muncul drop tegangan output.
3. Peralatan :
Modul Penguat klas B dengan trafo output
Function Generator
DC Power Supply
Oscilloscope
Electronic Voltmeter
DC Voltmeter
LCR meter
4. Prosedur Percobaan :
4.1 Pengukuran daya output
1. Gunakan rangkaian pada gambar 6.1.
2. Ukur tegangan VCEQ dengan menggunakan voltmeter DC.
3. Atur output function generator pada sinyal sinus 1 volt (pp) 1 KHz. Hubungkan pada
terminal input rangkaian.
4. Dengan menggunakan voltmeter DC ukur besar tegangan VBE1, VBE2
5. Gunakan oscilloscope channel 1 untuk mengamati vin dan channel 2 untuk mengamati
vout. Amati dan gambarkan vin – vout di kertas grafik dalam satu sumbu.
6. Ukur tegangan output dengan menggunakan elektronik voltmeter, Vo(rms).
7. Hitung daya input dan daya outputnya
Praktikum 7
Amplifier Kelas AB
1. Tujuan :
Memahami operasi dari rangkaian penguat kelas AB.
2. Tinjauan Teori :
Salah satu kelemahan dari penguat push-pull klas B adalah adanya crossover
distorsion. Distorsi ini terjadi karena adanya tegangan antara basis emiter (biasanya
sebesar 0.7 volt), sehingga saat ada vin dari sinyal ac transistor belum mulai on selama
tegangan vin masih kurang dari 0.7 volt. Untuk mengatasi crossover distorsion, pada kaki
basis dipasang sumber tegangan sebesar 0.7 volt DC. Karena ini merupakan perbaikan
dari performa penguat klas B, maka rangkaian dengan tambahan 0.7 volt DC pada kaki
basis disebut dengan penguat klas AB.
Cara yang paling mudah adalah dengan memasang diode pada kaki basis. Diode
ini harus memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik transkonduktansi
transistor. Rumus –rumus daya yang digunakan sama seperti klas B.
(Vo (rms))2
- Po (rms) 7.1
RL
Po (rms)
- 100% 7.3
PDC
Dimana Po(rms) adalah daya output amplifier, PDC adalah daya input amplifier
dan efisiensi dayanya.
3. Peralatan :
- Modul ITF - 012
- Function Generator
- DC Power Supply
- Oscilloscope
- Electronic Voltmeter
- DC Voltmeter
- Resistansi Beban 1 k
4. Prosedur Percobaan :
60
270
48
Vc c
270 61
100u 49 C
B
500 E 50
51 1 100u
1
O u t pu t
54 E 55
58
9 k1 B
45 47 C 56
10
22u
I n pu t
46 57
5 k1 150 100u
13. Dengan menggunakan Electronic Voltmeter ac, ukur harga tegangan output rms pada
beban terminal 53 – 58. Catat hasilnya pada tabel 7.2.
14. Aturlah frekuensi dari function generator mulai dari 10 Hz sampai 1 MHz, dan
jagalah amplitudo input konstan sesuai pengukuran awal. Dengan menggunakan
Electronic Voltmeter, ukur harga tegangan output pada beban terminal 53 – 58. Dan
catat hasilnya pada tabel 7.3.
15. Atur level input dari function generator sehingga diperoleh sinyal output yang cacat
(terdistorsi). Dengan menggunakan oscilloscope dual trace posisi CHOP, amati
bentuk sinyal input pada terminal 47 – 57 dengan channel 1 dan bentuk sinyal output
pada terminal 53 – 58 dengan channel 2. Gambarkan hasilnya pada kertas grafik.
Praktikum 8
Amplifier Kelas C
1. Tujuan :
Memahami operasi dari rangkaian penguat daya kelas C dan menghitung penguatan
dayanya.
2. Tinjauan Teori :
Rangkaian dasar dari penguat daya kelas C ada dalam gambar 8.1. Pada kelas C transistor
memiliki sudut konduksi kurang dari 180derajat (rangkaian konduksi kurang dari 50%)
dengan distorsi yang cukup tinggi, namun memiliki efisiensi yang tinggi sehingga penguat
daya kelas C dapat memberikan daya output yang lebih besar dibandingkan kelas A dan
kelas B. Aplikasi yang paling sering menggunakan penguat kelas C adalah amplifier pada
RF transmitter dimana distorsi dapat dikurangi dengan cepat dengan menggunakan tuning
beban. Tanpa tegangan input vin, maka arus kolektor tidak akan mengalir karena diode
basis- emiter tidak mendapatkan bias. Sehingga titik kerja penguat ada pada titik cut off
(gambar 8.2).
Jika diberikan vin, rangkaian transistor pada sisi input akan berfungsi seperti sebuah
clamper. Pada periode positif, kapasitor coupling C1 akan terisi sampai tegangan maksimal
vin dan membuka diode basis emitter, transistor ON. Pada setengah periode negatif,
muatan akan terbuang melalui resistor R1. Jika periode vin, T, jauh lebih kecil dari time
constant RC, maka dapat diasumsikan muatan kapasitor sedikit sekali yang hilang,
sehingga akan dihasilkan gelombang penuh yang terclamp negatif.
Pada saat muatan kapasitor berkurang sedikit tersebut, vin akan lebih besar dari tegangan
C1, sehingga diode basis-emitter on (transistor ON). Jadi transistor akan on pada tiap
puncak positif vin, dengan sudut konduksi yang lebih kecil dari 180°. Pada saat transistor
ON, titik kerja akan berayun sesaat dari cut off ke saturation. Tegangan yang muncul di
kolektor seperti gambar 8.3.
Pada amplifier kelas C yang tidak ditala (gambar 8.1) dapat diperoleh persamaan sbb :
8.1
Karena titik kerja Q pada titik cut off, maka ICQ = 0 dan VCEQ = VCC. Jika ada vin, maka
akan muncul tegangan output ac pada kolektor.
Pada mode tuning, RC digantikan oleh rangkaian LC (rangkaian penala), akan terjadi dua
hal:
- Level output akan ter-clamp, sehingga variasi output akan memiliki sumbu sebesar
setengah tegangan supply.
- Bentuk output menjadi sinyal sinus sempurna, dengan frekuensi sesuai frekuensi
rangkaian penala.
Daya output ac maksimal adalah :
8.2
3. Peralatan :
- Function Generator
- DC Power Supply
- Oscilloscope
- Electronic Voltmeter
- DC Voltmeter
- Resistansi Beban 1 k
4. Prosedur Percobaan :
4.1 Pengukuran daya output dan efisiensi
100
500
1k
5k
10 k
50 k
100 k
500 k
1M
Praktikum 9
Penguat Umpan Balik Negatif Seri-Seri
1. Tujuan :
- Untuk memahami teori dasar penguat umpan balik negatif
- Untuk memahami karakteristik dari rangkaian penguat umpan balik negatif tipe seri-
seri
2. Tinjauan Teori :
Secara umum blok diagram dari sebuah penguat umpan balik negatif dapat
ditunjukkan seperti gambar 9.1 dibawah ini:
Vs + Vin Vo
Av
- Vf
Gambar 9.1 Blok Diagram Penguat Umpan Balik Negatif
Vo Av (Vs Vo )
Vo Av Vs Av Vo
Vo Av Vo Av Vs 9.5
Vo (1 Av ) Av Vs
Vo Av
Avf
Vs 1 Av
Dimana :
Av adalah penguatan penguat tanpa umpan balik
Avf adalah penguatan penguat dengan umpan balik
adalah koefisien umpan balik
Biasanya nilai Av sangat besar (ratusan ribu), sedang nilai Vo maksimal tergantung pada
supply yang diberikan pada penguat, sehingga dari pers 9.1 akan diperoleh nilai Vin yang
sangat kecil. Misalkan Av 200000, supply penguat 10 volt, maka Vomaks akan sebesar 10 volt
juga, dan vin akan berharga maksimal 50µV. Dengan vin yang sangat kecil tersebut
(mendekati nol), maka bisa dianggap .
Pada umumnya, pada rangkaian umpan balik negatif harga Av jauh lebih besar daripada 1,
sehingga kita memiliki:
Av 1
Avf
Av 9.6
Secara umum, umpan balik negatif yang dipasangkan pada rangkaian penguat dapat
digunakan untuk:
- Menstabilkan gain (gain tegangan dan arus)
- Mendapatkan pengoperasian yang lebih linier
- Memperlebar lebar band
- Menurunkan atau menaikkan impedansi input
- Menurunkan atau menaikkan impedansi output
- Mengurangi pengaruh panas, dsb
Berdasar gambar 9.1, maka penguat umpan balik negatif seri-seri dapat digambarkan secara
garis besar seperti gambar 9.2.
+ + Av
Vs Vin Vo
- Vf -
- +
Impedansi input :
Impedansi output :
Terlihat bahwa sebuah rangkaian penguat umpan balik seri-seri adalah sebuah konverter
tegangan ke arus yang ideal, dengan impedansi input dan impedansi output tak terhingga.
Koefisien umpan balik dinyatakan sebagai berikut:
Rf
RL 9.9
Sehingga penguat umpan balik negatif seri-seri memiliki penguatan total sebesar:
1 RL
Avf
Rf 9.10
3. Peralatan :
- Oscilloscope
- Electronic Voltmeter
- DC Power Supply
- Function Generator
- Breadboard
- RB=150k, RC=1k8
- RF=470, 1k, 2k2
- Transistor C829
- CE=470F, C1=10F, C2=22F
4. Prosedur Percobaan :
+10 V
RB RC C2
3
C1
1
2
FG CE RF
3'
2'
1'
Praktikum 10
Penguat Umpan Balik Negatif – Serial Input Paralel Output
1. Tujuan :
Memahami sifat-sifat dari penguat umpan balik negatif tipe serial input paralel output.
2. Tinjauan Teori :
Karakteristik penguat umpan balik negatif diberikan sebagai berikut:
Av
Gain tegangan Avf
1 Av
Dimana: - Avf adalah gain dari penguat umpan balik negatif
- Av adalah gain penguat dasar (tanpa umpan balik)
- adalah koefisien umpan balik.
Dalam hal ini penguat dasarnya merupakan penguat kaskade dua tingkat, gain penguat
dasarnya, Av, bisa menjadi sangat tinggi. Pada umumnya, loop gain ( Av ) jauh lebih
besar dari satu, sehingga (1 Av ) bisa dianggap mendekati ( Av ). Jadi kita
dapatkan:
1
Avf 10.1
Jika rangkaian umpan balik negatif dibuat dari tahanan saja, kemungkinan akan tidak
tergantung dari frekuensi sinyalnya. Respon frekuensi gain tegangan yang dinyatakan
1
dengan , akan tidak tergantung pada frekuensi dan mejadi sangat stabil.
Rf
Vf RE Vo
3. Peralatan :
- Modul Penguat Umpan Balik Tegangan
- Oscilloscope
- DC Power Supply
- Function Generator
- Electronic Voltmeter
- CE = 470F
- RF = 2K2, 4K7, 10K
4. Prosedur Percobaan :
1. Rangkai rangkaian seperti gambar 10.3.
2. Hubungkan DC Power Supply sebesar 20 Volt pada terminal VCC (terminal atas) dan
Function Generator sinyal sinus sebesar 10 mVolt (rms) dengan frequency 1KHz pada
terminal 1 – 1’ .
Gnd +20V
4.7u 4.7u
1 4
4.7u
1' 4'
2'
2 3
Gambar 10.3 Rangkaian percobaan
4. Atur frequency dari function generator mulai dari 100 sampai 1MHz, dengan
electronic voltmeter (function AC) pada terminal 4 – 4’, ukur besarnya tegangan
output dan isikan hasil pengukuran tegangan outputnya pada tabel 10.1.
5. Lepaskan kapasitor CE dan pasanglah resistor RF pada terminal 2 – 3 berturut-turut
sebesar 2K2, 4K7 dan 10K.
6. Dengan menggunakan oscilloscope, gambarkan bentuk gelombang input (CH1) pada
terminal 1 – 1’ dan gelombang output (CH2) pada terminal 4 – 4’ posisi CHOP pada
frequency 1KHz.
7. Ulangi langkah 4.
8. Gambarkan respons frekuensi dari data pada tabel 10.1.
Praktikum 11
Rangkain Osilasi
1. Tujuan :
memahami sifat-sifat dan proses terjadinya gelombang osilasi.
2. Tinjauan Teori :
Belum sempat
3. Peralatan :
- Modul ITF – 012.
- Oscilloscope
4. Prosedur Percobaan :
Belum
Praktikum 12
Rangkaian Phase Shift Oscillator
1. Tujuan :
Memahami cara kerja rangkaian osilasi dengan menggunakan prinsip pergeseran fase
2. Tinjauan Teori :
3. Peralatan :
- ITF trainer 011
- DC Power Supply
- Oscilloscope
- DC Power Supply
- C 470uF 3 buah
4. Prosedur Percobaan :
1
33 38 40
2
82k 20k
30 31 32 34 37 39
Praktikum 13
Wien Bridge Oscillator
1. Tujuan :
Memahami cara kerja rangkaian osilasi dalam konfigurasi jembatan Wien
2. Tinjauan Teori :
belum
3. Peralatan :
- Modul Wien Bridge oscillator
- DC Power Supply
- Oscilloscope
- DC Power Supply
- C 470uF 3 buah
4. Prosedur Percobaan :
belum
Praktikum 14
Differensial amplifier dengan transistor
1. Tujuan :
Memahami sifat-sifat dari penguat differensial sebagai rangkaian dasar yang banyak
dipakai dalam rangkaian IC linear.
2. Tinjauan Teori :
Gambar 14.1 menunjukkan bentuk dasar dari penguat diferensial, yang memiliki dua input
dan satu output. Kedua rangkaian transistor secara ideal harus simetris, dimana masing-
masing transistor menggunakan bias Emiter (dua supply).
VCC
RC1 RC2
- vout +
Q1 Q2
RS1 RS2
IT RE
- VEE
Jika kedua transistor identik, maka tail current (IT – arus yang melalui resistor bersama,
RE) akan terbagi sama diantara keduanya. Sehingga arus emiter IE akan memiliki nilai
yang sama pula.
Terlihat bahwa VEE dan RE akan menghasilkan arus konstan sebesar IT, sehingga RE dan
VEE dapat diganti dengan sebuah sumber arus konstan (gambar 14.2)
VCC
RC1 RC2
- vout +
Q1 Q2
RS1 RS2
IT
terbuka pada analisa ac. Q2 akan berfungsi sebagai CB dan pada kolektor C2 akan muncul
sinyal sefase. Sehingga kontribusi Q1 aktif akan menghasilkan :
Dan sebaliknya bila vin2 aktif, vin1 off, Q2 berfungsi sebagai penguat CE, sehingga pada
kaki C1 akan muncul sinyal dengan fase terbalik dari inputnya, dan Q1 berfungsi sebagai
CB. Tegangan output yang dihasilkan adalah:
Dengan teorema superposisi, maka total tegangan output ac bila kedua transistor bekerja
serentak adalah:
Terlihat bahwa tegangan output ac merupakan penguatan dari selisih tegangan inputnya.
3. Peralatan :
- Oscilloscope
- DC Power Supply
- Electronic voltmeter
- Function Generator (2 buah)
- Transistor 828 (2 buah)
- RE = 10K, RS1 = RS2 = 1K, RC1 = RC2 = 10K
4. Prosedur Percobaan :
1. Rangkai rangkaian seperti gambar 14.3.
2. Dengan voltmeter DC ukur tegangan pada kaki C1 dan C2.
3. Dengan mili amperemeter DC ukur besar arus pada C1 dan C2.
4. Lepas semua peralatan DC dari rangkaian.
5. Pasang function generator pada terminal vin1, vin2 hubungkan dengan ground. Atur
amplitudenya 100mV pp sinus pada frekuensi 1KHz.
10K 10K
- vout +
Q1 Q2
1K 1K
10K
-20V
DAFTAR PUSTAKA
1. M., Yoedy, S., Hendik Eko Hadi, ’Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2’, Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya, 1989
2. M., Yoedy, S., Hendik Eko Hadi, ’Rangkaian Elektronika’, Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya, 1989
3. Salivahanan, S., Suresh Kumar, N., ’Electronic Devices and Circuit’, Tata Mc.Graw-Hill
Publishing Company Ltd., New Delhi, second edition, 1999