Anda di halaman 1dari 49

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 1
Common Base Amplifier

1. Tujuan :
Memahami dan mengukur besar penguatan tegangan dan respon frekuensi rangkaian penguat
common base suatu transistor BJT.

2. Tinjauan Teori:
Rangkaian penguat common base dapat digambarkan sebagai berikut:
VEE
- VCC

RE RC

Vin Vout
E C

Gambar 1.1 Rangkaian Penguat Common Base

Diode Base-Emiter dibias forward oleh supply –VEE, sedang supply VCC membias reverse
diode Base-Collector. Persamaan arus dan tegangannya adalah sbb:

Dengan menggunakan analisa ac, rangkaian diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
r'e
E C
Vin Vout

RE RC

Gambar 1.2 Rangkaian ekivalen ac penguat common base

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 1


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Tegangan input dan output ac adalah sebagai berikut :

Common base jarang digunakan sebagai amplifier karena memiliki impedansi input yang
sangat rendah.

Karena nilai RE biasanya jauh lebih besar dari r’e


Dimana

Dengan nilai impedansi input yang sangat kecil, maka rangkaian akan membebani sumber
sinyal ac (vin). Hal ini menyebabkan common base jarang digunakan pada frekuensi rendah.
Rangkaian common base sering digunakan pada pemakaian frekuensi diatas 10MHz karena
biasanya impedansi dalam sumber sinyal juga kecil.

3. Peralatan Percobaan :
- DC Power Supply (2 buah)
- DC mili Ammeter
- Function Generator
- Breadboard
- Transistor 2SC535 / 2SC373 / 2SC828 / 2SC829
- RC = 470, 1K, 2k2; RE = 4K7
- C1 = 10uF, C2 = 10uF

4. Prosedur Percobaan :
4.1 Pengukuran Penguatan Tegangan
1. Rangkailah gambar 1.3 pada breadboard. Gunakan Vcc 10 volt, VEE -10 volt, RE = 4K7,
RC = 470.
2. Ukur besar arus IC DC dengan menggunakan mili amperemeter DC. Hitung besar

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

3. Lepas DC mili amperemeter dari rangkaian. Sambungkan resistor RC dengan transistor.


4. Atur function generator sebesar 50 mV (pp) dengan frekuensi 10 kHz dan hubungkan ke
rangkaian.
- VEE VCC

RC

RE

mA

E C
Vout
Vin

Gambar 1.3 Rangkaian Common Base

5. Dengan menggunakan oscilloscope ch1 pada vin, ch2 pada vout, gambar dan ukur tegangan
vin - vout-nya.
6. Hitung penguatan tegangan-nya dan isikan hasilnya pada tabel 1.1.
7. Bandingkan dengan perhitungan secara teori.
8. Gantilah RC dengan resistor 1 K dan 2K2 berturut-turut dan ulangi langkah 3-6.
Tabel 1.1 Penguatan Tegangan
IC = IE Tegangan Output (volt)
RE ()
(mA) Pengukuran Perhitungan
470
1K
2K2

4.2 Frekuensi Respon Suatu Penguat Tegangan


1. Gunakan rangkaian pada percobaan 4.1 dengan Vcc 10 volt, VEE -10 volt, RE = 4K7 dan
RC 1K.
2. Ukur besar arus IC DC dengan menggunakan mili amperemeter DC. Hitung besar
3. Lepas DC mili amperemeter dari rangkaian. Sambungkan resistor RC dengan transistor.
4. Atur function generator (vin) sebesar 50 mV (pp) dengan frekuensi 100 Hz dan hubungkan
ke rangkaian.

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 3


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

5. Dengan menggunakan oscilloscope ch1 pada vin, ch2 pada vout, ukur besar tegangan vout
ac-nya. Isikan hasilnya pada tabel 1.2.
6. Ubah frekuensi function generator seperti pada tabel 1.2. Jaga agar amplitudo vin selalu
konstan dan ukur vout-nya.
7. Lengkapi tabel 1.2. Gambarkan kurva respon frekuensinya pada kertas grafik.
Tabel 1.2 Frekuensi Respon Common Base
Frekuensi
Vout (mV) Av=Vout / Vin
(Hz)
100
1K
10 K
20K
50 K
100 K
200 K
500 K
1M
5M

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 4


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 2
Common Collector Amplifier

5. Tujuan :
Memahami dan mengukur besar penguatan tegangan dan respon frekuensi rangkaian
common collector suatu BJT.

6. Tinjauan Teori :
Suatu penguat common collector dapat digambarkan sebagai berikut:
VCC

RB

Vin E

Vout

RE

Gambar 2.1 Rangkaian common collector

Dengan menggunakan analisa ac, rangkaian diatas dapat digambarkan sebagai berikut:

Vin E

RB
re'

Vout
RE

Gambar 2.2 Rangkaian ekivalen ac penguat common collector

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 5


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Pada bagian input, tahanan basis (RB) relatif besar sekali, sehingga rangkaian pada sisi
input seolah-olah terbuka. Semua arus input lewat tahanan emiter (RE). Tegangan input
sama dengan tegangan drop di tahanan RE:
Vin  ie  (re' RE ) 2.1
tahanan re’ adalah tahanan yang muncul di diode emitor sebagai akibat pemberian bias ac,
25mV
besarnya adalah re' .
Ic
Jika output dari rangkaian diambil pada sisi emiter, maka tegangan output sama dengan
tegangan drop di tahanan emiter (RE), yaitu:
Vout  ie  RE 2.2
Sehingga penguatan total dari penguat common collector adalah:
Vout ie  RE
Av   1 2.3
Vin ie  (re' RE )

7. Peralatan Percobaan :
 DC Power Supply
 DC mili Ammeter
 Function Generator
 Breadboard
 Transistor 2SC535 / 2SC373 / 2SC828 / 2SC829
 RE = 470, 1K, 2K2; RB = 150K
 C1 = 10uF, C2 = 10uF

8. Prosedur Percobaan :
4.1 Pengukuran Penguatan Tegangan
1. Rangkai gambar 2.3 pada breadboard.
2. Ukur besar arus IC DC dengan mili amperemeter DC. Hitung besar re1.
3. Lepas mili amperemeter DC dari rangkaian, kopling langsung kaki kolektor pada
power supply.

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 6


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

mA 10 volt

150K

Vin E

Vout

RE

Gambar 2.3 Rangkaian common collector

4. Atur function generator sebesar 1V(pp) dengan frekuensi 1KHz, dan hubungkan ke
rangkaian.
5. Pasang RE = 470 pada kaki emiter – ground.
6. Dengan menggunakan oscilloscope channel 1 pada vin, channel 2 pada vout, ukur
besar vout-nya. Isikan hasilnya pada tabel 2.1. Gambarkan vin – vout dalam satu
sumbu.
Vo
7. Hitung penguatan tegangan-nya ( Av  ) dan isikan hasilnya pada tabel 2.1.
Vin
8. Gantilah RE dengan RE =1K dan 2K2 dan ulangi langkah 6 – 7. Lengkapi tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hasil pengukuran penguatan tegangan
Voltage Gain (Av)
RE ()
Pengukuran Perhitungan
470
1K
2K2

4.2 Frekuensi Respon Common Collector


1. Gunakan rangkaian pada percobaan sebelumnya ( gambar 2.3).
2. Pasang RE = 1K pada emiter – ground

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 7


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

3. Atur function generator sebesar 1V (pp) dengan frekuensi 100Hz sampai 1MHz.
Jagalah agar vin selalu konstan 1Vpp. Oscilloscope channel 1 pada vin, channel 2 pada
vout, ukur besar vout-nya. Lengkapi tabel 2.2.
4. Gambarkan kurva respon frekuensinya pada kertas grafik.
Tabel 2.2 Frekuensi Respon
Frekuensi (Hz) Vout (mV) Av=Vout / Vin
100
500
1K
5K
10 K
50 K
100 K
500 K
1M

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 8


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 3
Cascade (Multi Stage) Amplifier

1. Tujuan :
Memahami dan mengukur penguatan tegangan dan respon frekuensi rangkaian multi stage
amplifier.

2. Tinjauan Teori:
Jika dua penguat dihubungkan sedemikian rupa sehingga sinyal output dari tingkat
pertama bekerja sebagai sinyal input bagi penguat tingkat kedua, maka penguat seperti ini
dikatakan disusun secara cascade. Penguat disusun secara bertingkat dengan tujuan untuk
memperbesar gain dari penguat tunggal.

vin vout
A1 A2 LOAD

Gambar 4.1 Blok diagram dari penguat cascade

Gain dari rangkaian diatas dinyatakan dengan :


Vout
Av   A1  A2
Vin 4.1
Dimana A1 dan A2 adalah gain tegangan dari masing-masing unit penguat. Gambar 4.2
menunjukkan penguat cascade dua tingkat. Kapasitor C1 (kapasitor kopling)
menghubungkan sinyal input ke transistor Q1 dan C3 menghubungkan sinyal output Q1
menjadi sinyal input Q2.
Dalam menghubungkan dua penguat, pengaruh input tingkat kedua pada resistansi output
dari tingkat pertamanya harus dipertimbangkan. Pada rangkaian gambar 4.2, penguatan
tegangan transistor Q2 sebesar :
Av2 = - R7/ (re’2 + R8//R9)

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 9


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

R6
Av 2  
(1   )  (re 2 ' ) 4.2
10V

R1 R3 R5 R7
C3 C5

C1
Vout
C2 C4
Vin

R2 R4 R6 R8 R9

Gambar 4.2 Penguat cascade dua tingkat

Sedang penguatan tegangan untuk Q1 sebesar


Av1 = (R3//R5//R6//B (re’2 + R8//R9)) / re’1 4.3
Sehingga gain tegangan untuk penguat cascade dinyatakan sebagai berikut:
Av = Av1 x Av2 =

3. Peralatan Percobaan :
 Modul Penguat Cascade
 Oscilloscope
 DC Power Supply
 Function Generator

4. Prosedur Percobaan :
4.1 Pengukuran Penguatan Tegangan Single Stage Amplifier (terminal 2 – 3 open).
1. Siapkan modul praktikum cascade amplifier. Rangkai rangkaian seperti gambar 4.3.
2. Atur function generator pada tegangan 40 mV pp 1kHz, dan sambungkan pada 1 – 1’.
3. Hubungkan oscilloscope channel 1 pada 1 – 1’ dan channel 2 pada 2 – 2’. Amati dan
gambar vin – vout pada kertas grafik (dalam satu sumbu).

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 10


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

10V

10K 500 10K 1K


C3 C5
4
C1
1
C2 C4
Vout
Vin

1' 10K 2K5 10K 5K 200 4'

2' / 3'

2 3

Gambar 4.3 Rangkaian percobaan penguat cascade

4. Ukur tegangan output Q1 pada 2 – 2’. Hitung besar penguatan Av1


5. Lepas function generator dari 1 – 1’ dan sambungkan pada 3 – 3’.
6. Hubungkan oscilloscope channel 1 pada 3 – 3’ dan channel 2 pada 4 – 4’. Amati dan
gambar vin – vout pada kertas grafik (dalam satu sumbu).
7. Ukur tegangan output Q2 pada 4 – 4’. Hitung besar penguatan Av2

4.2 Pengukuran Penguatan Tegangan Cascade Amplifier


1. Gunakan rangkaian pada percobaan sebelumnya (percobaan 4.1). Hubungkan terminal 2 –
3.
2. Atur function generator pada tegangan 40 mV pp 1KHz, dan sambungkan pada 1 – 1’.
3. Hubungkan oscilloscope channel 1 pada 1 – 1’ dan channel 2 pada (2=3) – 2’. Amati dan
gambar v1 – v2 pada kertas grafik. Kemudian pindah channel 2 pada 4 – 4’ dan
gambarkan v4 pada gambar tersebut.
4. Ukur tegangan output Q1 pada (2=3) – 2’ dan tegangan output Q2 pada 4 – 4’. Hitung
penguatan Av1, Av2 dan Av.

4.3 Respon Frequency (terminal 2 – 3 short, v1 = 10mV rms)


1. Gunakan rangkaian pada percobaan 4.2 (terminal 2 – 3 dihubungkan)
2. Atur function generator pada tegangan vin 40 mV pp dan sambungkan pada 1 – 1’.

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 11


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

3. Hubungkan oscilloscope channel 1 pada 1 – 1’ dan channel 2 berpindah – pindah dari


terminal 2 – 2’ bergantian ke terminal 4 – 4’.
4. Atur frekuensi function generator seperti tabel 4.1 dan lengkapi tabel tersebut.

Tabel 4.1 Hasil pengukuran frekuensi respon


Freq (Hz) v2 (2 – 2’) V4 (4 – 4’) Av1 (v2/v1) Av2 (v4/v2) AV (v4 /v1) AV (Av1 x Av2)

100
500
1k
5k
10 k
50 k
100 k
500 k
1M

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 12


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 4
Amplifier Kelas A

1. Tujuan :
Memahami operasi dari rangkaian penguat daya kelas A dan menghitung penguatan
dayanya.

2. Tinjauan Teori :
Kelas A adalah cara yang biasa untuk menggunakan transistor dalam rangkaian linear
karena dia menghasilkan rangkaian bias yang paling stabil dan paling sederhana. Kelas A
memerlukan rating daya PD(maks) dua kali daya beban, mempunyai titik stasioner atau
aliran arus tanpa sinyal 50% IC(sat) jika titik Q ditengah-tengah. Klas A memiliki sifat
sudut konduksi 360o dan efisiensi maksimal dicapai bila titik kerja ada di tengah-tengah
garis beban. Gambar 4.1 menunjukkan rangkaian sederhana dari amplifier klas A.
Vcc

R1 RC

vin RL

R2

RE R3

Gambar 4.1. Rangkaian amplifier klas A

Dari rangkaian gambar 5.1, besarnya arus saturasi dan tegangan cutoff ditunjukkan oleh
persamaan berikut :
4.1

4.2

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 13


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Kelas A akan optimal penguatan dayanya bila titik kerja Q ada di tengah-tengah garis
beban.
4.3
4.4
Sehingga :
4.5
Daya output pada amplifier klas A adalah sebagai berikut :

4.6

Daya output maksimal (titik kerja tepat di tengah-tengah garis beban sebesar :

4.7

Dengan daya input DC yang diberikan kepada penguat sebesar :


4.8
maka efisiensinya akan sebesar :
4.9

Efisiensi adalah rasio antara daya output terhadap daya inputnya. Efisiensi menunjukkan
seberapa bagus sebuah penguat mengkonversi daya DC dari catu menjadi daya output ac.
Semakin tinggi efisiensi semakin bagus penguat tersebut. Diperoleh efisiensi maksimal
( ) penguat kelas A hanya sebesar 25%.

3. Peralatan :
 Function Generator
 DC Power Supply
 Oscilloscope
 Electronic Voltmeter
 DC Voltmeter
 Resistor 10K, 5K, 1K dan 100 ohm
 Potensiometer 1 k

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 14


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

4. Prosedur Percobaan :
1. Dengan menggunakan gambar 4.2, rangkai rangkaian tersebut pada breadboard.
2. Atur RC agar VCEQ = ½ VCC. Gunakan Voltmeter DC dan mili Ampmeter DC untuk
mengukur besar VCEQ dan ICQ. Catat besar VCEQ dan ICQ.
3. Gunakan oscilloscope dual trace untuk mengetahui sinyal input dan output rangkaian.
4. Hubungkan function generator ke rangkaian (input sinyal sinus, frekuensi 1kHz). Atur
function generator agar amplitudo output yang terukur pada oscilloscope channel 2
menunjukkan sinyal output maksimal tidak terpotong. Gambar sinyal input dan output
dalam kertas grafik.

15 volt

10K 1K

vin
1K

5K

100 100

Gambar 4.2 Rangkaian percobaan amplifier klas A

5. Dengan menggunakan electronic voltmeter ac ukur harga tegangan input dan tegangan
outputnya.
6. Matikan supply. Ukur RC.
7. Hitung daya output, daya input dan efisiensinya.
8. Bandingkan dengan hasil perhitungan.
9. Ulangi langkah 2 – 8 dengan memasang RC lebih kecil dari sebelumnya.
10. Bandingkan hasilnya dengan percobaan sebelumnya.

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 15


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 5
Amplifier Kelas B Tanpa Trafo Output

1. Tujuan :
Memahami operasi dari rangkaian penguat daya kelas B komplementer dan menghitung
penguatan dayanya.

2. Tinjauan Teori :
Kelas A adalah cara yang biasa untuk menggunakan transistor dalam rangkaian
linear karena dia menghasilkan rangkaian bias yang paling stabil dan paling sederhana.
Tetapi dia memerlukan rating PD(maks) dua kali daya beban; dia juga mempunyai titik
stasioner atau aliran arus tanpa sinyal 50% IC(sat) jika titik Q ditengah-tengah. Dalam
tingkat-tingkat bagian muka dari sistem rating PD(maks) dan aliran arus tanpa sinyal
biasanya cukup kecil untuk diterima. Tetapi dekat bagian akhir dari banyak sistem, rating
PD(maks) dan aliran arus tanpa sinyal menjadi demikian besarnya sehingga penguat kelas
A tidak dapat digunakan lagi.
Penguat balans (push-pull) kelas B adalah rangkaian dengan dua transistor dengan
keuntungan-keuntungan yang menonjol ini; rating PD(maks) turun menjadi seperlima dari
daya beban dan aliran arus tanpa sinyal sekitar 1% dari IC(sat). Keuntungan pertama
penting jika diperlukan daya beban yang besar, misalnya dalam transmitter komunikasi.
Keuntungan kedua disukai dalam sistem dengan tenaga baterai seperti radio transistor.
Gambar 5.1 menunjukkan rangkaian ekivalen ac untuk sebuah pengikut emiter.
Pembiasan DC tidak ditunjukkan, tetapi dimisalkan pembiasan dekat titik sumbat (cutoff).

rE

rE

Gambar 5.1 Rangkaian ekivalen ac common collector transistor npn dan pnp

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 16


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Bila kedua rangkaian gambar 5.1 digabungkan, maka akan didapatkan penguat
balans klas B seperti gambar 5.2.

rE

Gambar 5.2 Amplifier push pull klas B

Terlihat pada sinyal output, bentuk gelombang sudah sinus seperti sinyal input, tapi
terjadi distorsi saat terjadi perubahan periode sinyal. Distorsi ini disebut dengan crossover
distorsion, dan menjadi penanda dari amplifier klas B. Crossover distorsion terjadi karena
adanya tegangan basis – emiter.
Ic

Ic(sat)=VCEQ /(rC+rE)

titik Q VCE
VCEQ

Gambar 5.3 Garis Beban Kelas B dan Bentuk Gelombang

Selama setengah perioda positif dari tegangan sumber, dioda emitor dinyalakan
(turned on), dan titik operasi berayun dari Q ke penjenuhan. Selama setengah perioda
negatif dari sumber tegangan, diode emitor dibias balik, dan tidak ada arus yang mengalir.
Inilah sebabnya tegangan pada rE dalam gambar 5.1 adalah sinyal setengah gelombang.

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 17


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Kemudian pada pengikut emitor pnp pada gambar 5.1, yang ditunjukkan hanya
rangkaian ekivalen ac, dan dimisalkan dioda emitor dibias dekat titik sumbat (cut off).
Selama setengah siklus positif dari tegangan sumber ac, dioda emitor dibias balik dan
tidak ada arus kolektor yang mengalir. Tetapi pada setengah siklus negatif dari tegangan
sumber, dioda emitor dibias maju. Karena itu, titik operasi berayun dari Q ke penjenuhan
seperti ditunjukkan dalam gambar 1b. Karena arus mengalir melalui rE, tegangan pada rE
adalah negatif terhadap tanah (ground). Inilah sebabnya tegangan output dalam gambar 1b
hanya terdiri dari setengah siklus negatif.
Untuk mendapatkan rangkaian balans, kedua macam pengikut emitor tadi
digabungkan menjadi satu seperti ditunjukkan gambar 5.2. Transistor atas (npn)
memelihara setengah siklus positif dari tegangan sumber dan transistor bawah (pnp)
memelihara setengah siklus negatif dari tegangan sumber. Rumus – rumus yang
digunakan pada penguat ini adalah:
VCEQ = VCE cutoff 5.1

ICQ = 0 5.2

ICsat = VCEQ / ( rC + rE ) 5.3

IC(DC) = ICsat / π 5.4

(Vo (rms))2
Po (rms)  5.5
RL

PDC  VCC  I C (dc) 5.6

Po (rms)
  100% 5.7
PDC
Dimana Po(rms) adalah daya output amplifier, PDC adalah daya input amplifier dan
efisiensi dayanya.

3. Peralatan :
- Modul Amplifier klas B
- Function Generator
- DC Power Supply
- Oscilloscope

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 18


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

- DC Voltmeter
- Elektronik voltmeter
- Resistor beban 1 K

4. Prosedur Percobaan :
4.1 Pengukuran daya output
15 volt

RE

Gambar 5.4. Rangkaian percobaan

1. Gunakan rangkaian pada gambar 5.4. Pasang resistansi beban sebesar 1 K.
2. Atur output function generator pada sinyal sinus 1 volt (pp) 1 KHz. Hubungkan pada
terminal input rangkaian.
3. Ukur tegangan VCEQ dengan menggunakan voltmeter DC.
4. Dengan menggunakan voltmeter DC ukur besar tegangan VBE1, VBE2.
5. Gunakan oscilloscope channel 1 untuk mengamati vin dan channel 2 untuk mengamati
vout. Amati dan gambarkan vin – vout di kertas grafik dalam satu sumbu.
6. Ukur tegangan output dengan menggunakan elektronik voltmeter, Vo(rms).
7. Hitung daya input dan daya outputnya.

4.2 Pengukuran respons frekuensi


1. Gunakan rangkaian pada gambar 5.4.
2. Gunakan oscilloscope channel 1 untuk mengamati vin dan channel 2 untuk mengamati
vout.
3. Aturlah frekuensi dari function generator mulai dari 100 Hz sampai 1 MHz, dan
jagalah amplitudo input konstan sesuai pengukuran awal. Lengkapi tabel 5.1.

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 19


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Tabel 5.1 Hasil pengukuran respon frekuensi


Vout (volt Av=Vout/Vi
Frek. (Hz)
pp) n
100
500
1k
5k
10 k
50 k
100 k
500 k
1M

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 20


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 6
Amplifier Kelas B Dengan Trafo Output

1. Tujuan :
Memahami operasi dari rangkaian penguat push pull kelas B dengan trafo output.

2. Tinjauan Teori :
Pada praktikum sebelumnya telah dipelajari tentang penguat push-pull klas B,
dengan menggunakan rangkaian common collector. Penguat push-pull juga dapat disusun
dengan memakai trafo, pada sisi input digunakan trafo CT untuk menghubungkan
rangkaian dengan sumber ac dari jala-jala listrik. Sedang pada sisi output digunakan juga
trafo CT untuk menghubungkan output penguat dengan beban. Rangkaian penguat push-
pull dengan trafo output dapat dilihat pada gambar 7.1.

RS
Q1
VCC

RL

Q2

Gambar 6.1 Rangkaian penguat push-pull klas B dengan trafo output

Transistor Q1 bekerja pada setengah sinyal input positif, sedang pada setengah
periode input yang negatif, transistor Q2 yang aktif. Yang perlu dicatat, kalau pada
penguat push-pull tanpa trafo digunakan dua buah transistor komplementer (satu NPN dan
satu PNP dengan sifat dan karakteristik yang sama) dalam konfigurasi common collector
atau common emiter, maka pada pada penguat push –pull dengan trafo output ini
digunakan dua buah transistor NPN yang sama dalam konfigurasi common emiter.
Karena dalam konfigurasi common emiter, maka amplitudo sinyal output akan berbeda
dengan amplitudo sinyal input. Terdapat penguatan tegangan, sebanding dengan
perbandingan lilitan kumparan primer sekunder trafo output.

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 21


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Saat periode input positif, Q1 mendapat sinyal input positif, sehingga aktif, sedang
Q2 mendapatkan sinyal negatif sehingga transistor off. Pada Q1 mengalir arus basis dan
menimbulkan arus kolektor. Arus kolektor mengalir dari supply VCC melewati kumparan
primer 1. Arus kolektor ini akan menginduksi kumparan sekunder, sehingga muncul arus
melewati beban.
Demikian sebaliknya bila input jala-jala pada periode negati, Q1 mendapat sinyal
input negatif sehingga off, sedang Q2 mendapat sinyal positif sehingga transistor hidup.
Arus output kolektor mengalir dari VCC melewati kumparan primer 2, menginduksi
kumparan sekunder dan pada beban akan muncul drop tegangan output.

3. Peralatan :
 Modul Penguat klas B dengan trafo output
 Function Generator
 DC Power Supply
 Oscilloscope
 Electronic Voltmeter
 DC Voltmeter
 LCR meter

4. Prosedur Percobaan :
4.1 Pengukuran daya output
1. Gunakan rangkaian pada gambar 6.1.
2. Ukur tegangan VCEQ dengan menggunakan voltmeter DC.
3. Atur output function generator pada sinyal sinus 1 volt (pp) 1 KHz. Hubungkan pada
terminal input rangkaian.
4. Dengan menggunakan voltmeter DC ukur besar tegangan VBE1, VBE2
5. Gunakan oscilloscope channel 1 untuk mengamati vin dan channel 2 untuk mengamati
vout. Amati dan gambarkan vin – vout di kertas grafik dalam satu sumbu.
6. Ukur tegangan output dengan menggunakan elektronik voltmeter, Vo(rms).
7. Hitung daya input dan daya outputnya

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 22


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

4.2 Pengukuran respons frekuensi


1. Gunakan rangkaian pada gambar 6.1.
2. Gunakan oscilloscope channel 1 untuk mengamati vin dan channel 2 untuk mengamati
vout.
3. Aturlah frekuensi dari function generator mulai dari 100 Hz sampai 1 MHz, dan
jagalah amplitudo input konstan sesuai pengukuran awal. Lengkapi tabel 6.1.

Tabel 6.1 Hasil pengukuran respon frekuensi


Vout (volt Av=Vout/Vi
Frek. (Hz)
pp) n
100
500
1k
5k
10 k
50 k
100 k
500 k
1M

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 23


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 7
Amplifier Kelas AB

1. Tujuan :
Memahami operasi dari rangkaian penguat kelas AB.

2. Tinjauan Teori :
Salah satu kelemahan dari penguat push-pull klas B adalah adanya crossover
distorsion. Distorsi ini terjadi karena adanya tegangan antara basis emiter (biasanya
sebesar 0.7 volt), sehingga saat ada vin dari sinyal ac transistor belum mulai on selama
tegangan vin masih kurang dari 0.7 volt. Untuk mengatasi crossover distorsion, pada kaki
basis dipasang sumber tegangan sebesar 0.7 volt DC. Karena ini merupakan perbaikan
dari performa penguat klas B, maka rangkaian dengan tambahan 0.7 volt DC pada kaki
basis disebut dengan penguat klas AB.

Gambar 7.1 Rangkaian penguat kelas AB

Cara yang paling mudah adalah dengan memasang diode pada kaki basis. Diode
ini harus memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik transkonduktansi
transistor. Rumus –rumus daya yang digunakan sama seperti klas B.
(Vo (rms))2
- Po (rms)  7.1
RL

- PDC  VCC  I C (dc) 7.2

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 24


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Po (rms)
-   100% 7.3
PDC
Dimana Po(rms) adalah daya output amplifier, PDC adalah daya input amplifier
dan efisiensi dayanya.

3. Peralatan :
- Modul ITF - 012
- Function Generator
- DC Power Supply
- Oscilloscope
- Electronic Voltmeter
- DC Voltmeter
- Resistansi Beban 1 k

4. Prosedur Percobaan :
60
270
48
Vc c

270 61
100u 49 C

B
500 E 50

51 1 100u

1
O u t pu t
54 E 55
58
9 k1 B
45 47 C 56

10
22u
I n pu t
46 57
5 k1 150 100u

Gambar 7.2 Rangkaian percobaan penguat klas AB

1. Pastikan bahwa rangkaian yang anda gunakan adalah ITF – 012.


2. Pasanglah DC Power Supply 15V pada terminal 60 – 61.

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 25


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

3. Pasanglah resistor beban 1K pada terminal output 53 – 58.


4. Pasanglah oscilloscope dual trace, channel 1 pada terminal input 47 – 57 dan channel 2
pada terminal output 53 – 58. Posisi selector CHOP.
5. Pasanglah function generator pada terminal 45 – 46 dan aturlah amplitudo sinyal sinus,
sehingga didapatkan output dengan level 2 Vp-p frekuensi 1kHz. Amati level output
2 Vp-p tersebut dengan menggunakan oscilloscope.
6. Dengan menggunakan electronic voltmeter, ukur harga tegangan input-nya. Catat dan
gunakan seterusnya serta jaga konstan.
7. Gambarkan bentuk sinyal input tersebut (basis) dan sinyal outputnya pada kertas
grafik.
8. Dengan menggunakan oscilloscope dual trace posisi CHOP, amati sinyal pada terminal
49 – 57 (sinyal basis) dengan probe channel 1 dan sinyal pada terminal 53 – 58
(sinyal output) dengan probe channel 2. Gambarkan hasilnya pada kertas grafik.
9. Dengan menggunakan oscilloscope dual trace posisi CHOP, amati sinyal pada terminal
47 – 57 (sinyal basis input) dengan probe channel 1 dan sinyal pada terminal 56 – 58
(sinyal kolektor) dengan probe channel 2. Gambarkan hasilnya pada kertas grafik.
10. Dengan menggunakan DC Voltmeter, ukur harga tegangan VBE1 pada terminal 49 –
50. Catat hasilnya pada tabel 7.1.
11. Dengan menggunakan DC Voltmeter, ukur harga tegangan VBE2 pada terminal 55 –
54. Catat hasilnya pada tabel 7.1.
12. Dengan menggunakan DC Voltmeter, ukur harga tegangan VE pada terminal 51 – 57.
Catat hasilnya pada tabel 7.1.
Tabel 7.1 Hasil pengukuran tegangan DC
Tegangan Hasil Pengukuran
VBE1
VBE2
VE

13. Dengan menggunakan Electronic Voltmeter ac, ukur harga tegangan output rms pada
beban terminal 53 – 58. Catat hasilnya pada tabel 7.2.

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 26


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Tabel 7.2 Hasil pengukuran tegangan output


Parameter Hasil Pengukuran
Vo (rms)
IC (DC)
Po (rms)
PDC

14. Aturlah frekuensi dari function generator mulai dari 10 Hz sampai 1 MHz, dan
jagalah amplitudo input konstan sesuai pengukuran awal. Dengan menggunakan
Electronic Voltmeter, ukur harga tegangan output pada beban terminal 53 – 58. Dan
catat hasilnya pada tabel 7.3.
15. Atur level input dari function generator sehingga diperoleh sinyal output yang cacat
(terdistorsi). Dengan menggunakan oscilloscope dual trace posisi CHOP, amati
bentuk sinyal input pada terminal 47 – 57 dengan channel 1 dan bentuk sinyal output
pada terminal 53 – 58 dengan channel 2. Gambarkan hasilnya pada kertas grafik.

Table 7.3 Respon frekuensi


Frek. (Hz) Vout (rms) Av=Vout/Vin
100
500
1k
5k
10 k
50 k
100 k
500 k
1M

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 27


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 8
Amplifier Kelas C

1. Tujuan :
Memahami operasi dari rangkaian penguat daya kelas C dan menghitung penguatan
dayanya.

2. Tinjauan Teori :
Rangkaian dasar dari penguat daya kelas C ada dalam gambar 8.1. Pada kelas C transistor
memiliki sudut konduksi kurang dari 180derajat (rangkaian konduksi kurang dari 50%)
dengan distorsi yang cukup tinggi, namun memiliki efisiensi yang tinggi sehingga penguat
daya kelas C dapat memberikan daya output yang lebih besar dibandingkan kelas A dan
kelas B. Aplikasi yang paling sering menggunakan penguat kelas C adalah amplifier pada
RF transmitter dimana distorsi dapat dikurangi dengan cepat dengan menggunakan tuning
beban. Tanpa tegangan input vin, maka arus kolektor tidak akan mengalir karena diode
basis- emiter tidak mendapatkan bias. Sehingga titik kerja penguat ada pada titik cut off
(gambar 8.2).

Gambar 8.1. Rangkaian dasar penguat daya kelas C

Jika diberikan vin, rangkaian transistor pada sisi input akan berfungsi seperti sebuah
clamper. Pada periode positif, kapasitor coupling C1 akan terisi sampai tegangan maksimal
vin dan membuka diode basis emitter, transistor ON. Pada setengah periode negatif,
muatan akan terbuang melalui resistor R1. Jika periode vin, T, jauh lebih kecil dari time

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 28


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

constant RC, maka dapat diasumsikan muatan kapasitor sedikit sekali yang hilang,
sehingga akan dihasilkan gelombang penuh yang terclamp negatif.

Gambar 8.2. Titik kerja amplifier klas C

Pada saat muatan kapasitor berkurang sedikit tersebut, vin akan lebih besar dari tegangan
C1, sehingga diode basis-emitter on (transistor ON). Jadi transistor akan on pada tiap
puncak positif vin, dengan sudut konduksi yang lebih kecil dari 180°. Pada saat transistor
ON, titik kerja akan berayun sesaat dari cut off ke saturation. Tegangan yang muncul di
kolektor seperti gambar 8.3.
Pada amplifier kelas C yang tidak ditala (gambar 8.1) dapat diperoleh persamaan sbb :

8.1

Karena titik kerja Q pada titik cut off, maka ICQ = 0 dan VCEQ = VCC. Jika ada vin, maka
akan muncul tegangan output ac pada kolektor.
Pada mode tuning, RC digantikan oleh rangkaian LC (rangkaian penala), akan terjadi dua
hal:
- Level output akan ter-clamp, sehingga variasi output akan memiliki sumbu sebesar
setengah tegangan supply.
- Bentuk output menjadi sinyal sinus sempurna, dengan frekuensi sesuai frekuensi
rangkaian penala.
Daya output ac maksimal adalah :

8.2

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 29


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

3. Peralatan :
- Function Generator
- DC Power Supply
- Oscilloscope
- Electronic Voltmeter
- DC Voltmeter
- Resistansi Beban 1 k

4. Prosedur Percobaan :
4.1 Pengukuran daya output dan efisiensi

Gambar 8.3 Rangkaian percobaan

1. Dengan menggunakan gambar 8.3, rangkai rangkaian tersebut pada breadboard.


2. Atur RC agar VCEQ = ½ VCC.
3. Gunakan Voltmeter DC dan mili Ampmeter DC untuk mengukur besar VCEQ dan ICQ.
Catat besar VCEQ dan ICQ.
4. Gunakan oscilloscope dual trace untuk mengetahui sinyal input dan output rangkaian.
5. Hubungkan function generator ke rangkaian (input sinyal sinus, frekuensi 1kHz). Atur
function generator agar amplitudo output yang terukur pada oscilloscope channel 2
menunjukkan sinyal output maksimal tidak terpotong. Gambar sinyal input dan output
dalam kertas grafik.
6. Dengan menggunakan electronic voltmeter ac ukur harga tegangan input dan tegangan
outputnya.
7. Matikan supply. Ukur RC

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 30


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

8. Hitung daya output, daya input dan efisiensinya


9. Bandingkan dengan hasil perhitungan.
10. Ulangi langkah b – dengan memasang RC lebih kecil dari sebelumnya. Bandingkan
hasilnya dengan percobaan sebelumnya.

4.2 Pengukuran Respon frekuensi


1. Dengan menggunakan gambar 8.3, rangkai rangkaian tersebut pada breadboard.
2. Atur RC agar VCEQ = ½ VCC.
3. Gunakan oscilloscope dual trace untuk mengetahui sinyal input dan output rangkaian.
4. Hubungkan function generator ke rangkaian (input sinyal sinus). Atur function
generator agar amplitudo output yang terukur pada oscilloscope channel 2
menunjukkan sinyal output maksimal tidak terpotong. Catat amplitudo sinyal input-
nya.
5. Ubah –ubah frekuensi function generator sesuai tabel 8.1. Lengkapi tabel 8.1.

Tabel 3 Respon Frekuemsi

Frek. (Hz) Vout (rms) Av=Vout/Vin

100
500
1k
5k
10 k
50 k
100 k
500 k
1M

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 31


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 9
Penguat Umpan Balik Negatif Seri-Seri

1. Tujuan :
- Untuk memahami teori dasar penguat umpan balik negatif
- Untuk memahami karakteristik dari rangkaian penguat umpan balik negatif tipe seri-
seri

2. Tinjauan Teori :
Secara umum blok diagram dari sebuah penguat umpan balik negatif dapat
ditunjukkan seperti gambar 9.1 dibawah ini:

Vs + Vin Vo
Av
- Vf


Gambar 9.1 Blok Diagram Penguat Umpan Balik Negatif

Dari gambar 9.1 diatas dapat diperoleh persamaan-persamaan sebagai berikut:


Vo  Vin  Av 9.1
Vin  Vs  Vf 9.2
Vf    Vo 9.3
Jika persamaan 9.2 dan 9.3 digabungkan, maka menjadi:
Vin  Vs    Vo 9.4
Jika persamaan 9.1 dan 9.4 digabungkan, maka menjadi:

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 32


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Vo  Av  (Vs    Vo )
Vo  Av  Vs  Av    Vo
Vo  Av    Vo  Av  Vs 9.5
Vo  (1  Av   )  Av  Vs
Vo Av
Avf  
Vs 1  Av  
Dimana :
Av adalah penguatan penguat tanpa umpan balik
Avf adalah penguatan penguat dengan umpan balik
 adalah koefisien umpan balik
Biasanya nilai Av sangat besar (ratusan ribu), sedang nilai Vo maksimal tergantung pada
supply yang diberikan pada penguat, sehingga dari pers 9.1 akan diperoleh nilai Vin yang
sangat kecil. Misalkan Av 200000, supply penguat 10 volt, maka Vomaks akan sebesar 10 volt
juga, dan vin akan berharga maksimal 50µV. Dengan vin yang sangat kecil tersebut
(mendekati nol), maka bisa dianggap .
Pada umumnya, pada rangkaian umpan balik negatif harga Av   jauh lebih besar daripada 1,
sehingga kita memiliki:
Av 1
Avf   
Av    9.6
Secara umum, umpan balik negatif yang dipasangkan pada rangkaian penguat dapat
digunakan untuk:
- Menstabilkan gain (gain tegangan dan arus)
- Mendapatkan pengoperasian yang lebih linier
- Memperlebar lebar band
- Menurunkan atau menaikkan impedansi input
- Menurunkan atau menaikkan impedansi output
- Mengurangi pengaruh panas, dsb

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 33


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Berdasar gambar 9.1, maka penguat umpan balik negatif seri-seri dapat digambarkan secara
garis besar seperti gambar 9.2.

+ + Av

Vs Vin Vo

- Vf -
- +

Gambar 9.2. Blok rangkaian penguat umpan balik seri-seri

Dari gambar 9.2 :


9.7
Sehingga :
9.8

Impedansi input :
Impedansi output :
Terlihat bahwa sebuah rangkaian penguat umpan balik seri-seri adalah sebuah konverter
tegangan ke arus yang ideal, dengan impedansi input dan impedansi output tak terhingga.
Koefisien umpan balik  dinyatakan sebagai berikut:
Rf

RL 9.9
Sehingga penguat umpan balik negatif seri-seri memiliki penguatan total sebesar:
1 RL
Avf   
 Rf 9.10

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 34


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

3. Peralatan :
- Oscilloscope
- Electronic Voltmeter
- DC Power Supply
- Function Generator
- Breadboard
- RB=150k, RC=1k8
- RF=470, 1k, 2k2
- Transistor C829
- CE=470F, C1=10F, C2=22F

4. Prosedur Percobaan :

+10 V

RB RC C2
3
C1
1

2
FG CE RF
3'
2'
1'

Gambar 9.3 Rangkaian Penguat Umpan Balik Negatif Seri-Seri

1. Rangkai rangkaian (gambar 9.3) diatas pada breadboard.


2. Pasang CE pada terminal 2 – 2’.
3. Ukur VCEQ dengan voltmeter DC dan ICQ dengan mili amperemeter DC. Catat hasil
pengukuran. Lepaskan kedua alat ukur DC ini.
4. Pasang Function Generator pada terminal input 1 – 1’, dan dalam kondisi terbebani
oleh rangkaian, atur tegangan input sebesar 10 mV (rms) menggunakan Electronic
Voltmeter pada frequency 1 kHz.

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 35


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

5. Dengan menggunakan Oscilloscope 2 channel posisi CHOP, gambarkan bentuk


gelombang input pada terminal 1 – 1’ dan gelombang output pada terminal 3 – 3’.
6. Dengan mengubah-ubah harga frequency input dari Function Generator, ukur harga
tegangan output rms dengan menggunakan Electronic Voltmeter. Dan isikan hasilnya
pada tabel 9.1.
7. Pasang RF sebesar 470, 1k dan 2k2 secara bergantian dan lepaskan CE dari
terminal 2 – 2’.
8. Ulangi langkah 3 – 6.
9. Gambarkan grafik respon frequency pada kertas grafik .

Tabel 9.1 Hasil Percobaan


Freq RF=0 RF=470 RF=1k RF=2k2
(Hz) Vo AV Vo AV Vo AV Vo AV
100
500
1k
5k
10 k
50 k
100 k
500 k
1M

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 36


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 10
Penguat Umpan Balik Negatif – Serial Input Paralel Output

1. Tujuan :
Memahami sifat-sifat dari penguat umpan balik negatif tipe serial input paralel output.

2. Tinjauan Teori :
Karakteristik penguat umpan balik negatif diberikan sebagai berikut:
Av
Gain tegangan Avf 
1  Av  
Dimana: - Avf adalah gain dari penguat umpan balik negatif
- Av adalah gain penguat dasar (tanpa umpan balik)
-  adalah koefisien umpan balik.
Dalam hal ini penguat dasarnya merupakan penguat kaskade dua tingkat, gain penguat
dasarnya, Av, bisa menjadi sangat tinggi. Pada umumnya, loop gain (  Av   ) jauh lebih
besar dari satu, sehingga (1  Av   ) bisa dianggap mendekati (  Av   ). Jadi kita
dapatkan:
1
Avf   10.1

Jika rangkaian umpan balik negatif dibuat dari tahanan saja, kemungkinan  akan tidak
tergantung dari frekuensi sinyalnya. Respon frekuensi gain tegangan yang dinyatakan
1
dengan  , akan tidak tergantung pada frekuensi dan mejadi sangat stabil.

Rf

Vf RE Vo

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 37


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Gambar 10.1 Umpan balik pada serial input paralel output


Bila digambarkan secara lengkap maka rangkaian umpan balik serial input paralel output
adalah seperti gambar 10.2 Dari gambar tersebut diperoleh :
Rs
 10.2
Rs  Rf
Rs
Vf    Vo   Vo
Rs  Rf 10.3

Gambar 10.2 Rangkaian Umpan Balik Serial input paralel output

3. Peralatan :
- Modul Penguat Umpan Balik Tegangan
- Oscilloscope
- DC Power Supply
- Function Generator
- Electronic Voltmeter
- CE = 470F
- RF = 2K2, 4K7, 10K

4. Prosedur Percobaan :
1. Rangkai rangkaian seperti gambar 10.3.
2. Hubungkan DC Power Supply sebesar 20 Volt pada terminal VCC (terminal atas) dan
Function Generator sinyal sinus sebesar 10 mVolt (rms) dengan frequency 1KHz pada
terminal 1 – 1’ .

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 38


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

3. Hubungkan kapasitor CE 470F pada terminal 2 – 2’ dan dengan menggunakan


oscilloscope gambarkan bentuk gelombang input (CH1) pada terminal 1 – 1’ dan
gelombang output (CH2) pada terminal 4 – 4’ posisi CHOP.

Gnd +20V

180K 680 33K 1K

4.7u 4.7u
1 4
4.7u

200 8K2 100

1' 4'
2'
2 3
Gambar 10.3 Rangkaian percobaan

4. Atur frequency dari function generator mulai dari 100 sampai 1MHz, dengan
electronic voltmeter (function AC) pada terminal 4 – 4’, ukur besarnya tegangan
output dan isikan hasil pengukuran tegangan outputnya pada tabel 10.1.
5. Lepaskan kapasitor CE dan pasanglah resistor RF pada terminal 2 – 3 berturut-turut
sebesar 2K2, 4K7 dan 10K.
6. Dengan menggunakan oscilloscope, gambarkan bentuk gelombang input (CH1) pada
terminal 1 – 1’ dan gelombang output (CH2) pada terminal 4 – 4’ posisi CHOP pada
frequency 1KHz.
7. Ulangi langkah 4.
8. Gambarkan respons frekuensi dari data pada tabel 10.1.

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 39


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Tabel 10.1 Hasil pengukuran Respon Frequency


Freq RF= RF=2K2 RF=4K7 RF=10K
(Hz) V2 (V) Av (dB) V2 (V) Av (dB) V2 (V) Av (dB) V2 (V) Av (dB)
100
500
1K
5K
10K
50K
100K
500K
1M

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 40


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 11
Rangkain Osilasi

1. Tujuan :
memahami sifat-sifat dan proses terjadinya gelombang osilasi.

2. Tinjauan Teori :

Belum sempat

3. Peralatan :
- Modul ITF – 012.
- Oscilloscope

4. Prosedur Percobaan :

Gambar 11. 2 Rangkaian percobaan

Belum

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 41


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 12
Rangkaian Phase Shift Oscillator

1. Tujuan :
Memahami cara kerja rangkaian osilasi dengan menggunakan prinsip pergeseran fase

2. Tinjauan Teori :

3. Peralatan :
- ITF trainer 011
- DC Power Supply
- Oscilloscope
- DC Power Supply
- C 470uF 3 buah

4. Prosedur Percobaan :

1
33 38 40
2
82k 20k
30 31 32 34 37 39

21 6800p 6800p 6800p


10u 43
35 36
23 25 1u 10k 10k
10k 10k 1k 10k
1k8 120
24 26 27/28

Gambar 12.2 Rangkaian percobaan

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 42


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

1. Pastikan bahwa rangkaian yang ada sesuai dengan gambar diatas.


2. Hubungkan terminal 23-25, 24-26, 30-31, 33-34 dan 38-39 dengan kabel jumper.
3. Hubungkan DC Power Supply 15 Volt pada terminal 1-2.
4. On-kan saklar S2.
5. Putar variabel resistor pengatur amplitudo searah jarum jam secara penuh.
6. Dengan oscilloscope dual trace posisi CHOP, hubungkan probe 1 ke terminal 30
(gelombang kolektor) dan probe 2 ke terminal 21 (gelombang base). Amati, apakah
pergeseran fasenya sebesar 180 .
7. Hitung frekuensi osilasi dari hasil pengukuran. Bandingkan dengan hasil perhitungan
frekuensi osilasi dari persamaan berikut:
1
fosc 
2 6 RC
8. Hubungkan probe 2 ke terminal 25, tentukan berapa pergeseran fase terhadap
gelombang kolektor (terminal 30).
9. Hubungkan probe 1 ke terminal 36 untuk mengamati pergeseran fase terhadap bentuk
gelombang kolektor dan kemudian pindahkan ke terminal 35.
10. Hubungkan probe 1 ke terminal 21 (gelombang base) dan probe 2 ke terminal 28
(gelombang emitter), amati dan gambarkan gelombang-gelombangnya untuk
meyakinkan bahwa penguat bekerja secara operasi kelas A.
11. Ubah harga kapasitornya dengan melepaskan jumper 30-31, 33-34 dan 38-39
digantikan dengan kapasitor pada CR connection board pada terminal 30-32, 33-37
dan 38-40
12. Hitung frekuensi osilasi dari hasil pengukuran. Bandingkan dengan hasil perhitungan
frekuensi osilasi secara teori.

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 43


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 13
Wien Bridge Oscillator

1. Tujuan :
Memahami cara kerja rangkaian osilasi dalam konfigurasi jembatan Wien

2. Tinjauan Teori :

belum

3. Peralatan :
- Modul Wien Bridge oscillator
- DC Power Supply
- Oscilloscope
- DC Power Supply
- C 470uF 3 buah

4. Prosedur Percobaan :

belum

Gambar 13.1 Rangkaian percobaan

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 44


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Praktikum 14
Differensial amplifier dengan transistor

1. Tujuan :
Memahami sifat-sifat dari penguat differensial sebagai rangkaian dasar yang banyak
dipakai dalam rangkaian IC linear.

2. Tinjauan Teori :
Gambar 14.1 menunjukkan bentuk dasar dari penguat diferensial, yang memiliki dua input
dan satu output. Kedua rangkaian transistor secara ideal harus simetris, dimana masing-
masing transistor menggunakan bias Emiter (dua supply).

VCC

RC1 RC2

- vout +
Q1 Q2

RS1 RS2

IT RE

- VEE

Gambar 14.1 Rangkaian penguat differensial

Jika kedua transistor identik, maka tail current (IT – arus yang melalui resistor bersama,
RE) akan terbagi sama diantara keduanya. Sehingga arus emiter IE akan memiliki nilai
yang sama pula.

(lihat bias emiter pada transistor)

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 45


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

Secara pendekatan nilai IC sama dengan nilai IE

Terlihat bahwa VEE dan RE akan menghasilkan arus konstan sebesar IT, sehingga RE dan
VEE dapat diganti dengan sebuah sumber arus konstan (gambar 14.2)

VCC

RC1 RC2

- vout +
Q1 Q2

RS1 RS2

IT

Gambar 14.2 Penguat diferensial dengan sumber arus

Perhitungan lain yang bisa dilakukan adalah :

Jika RC kedua transistor juga sama, akan diperoleh VC1=VC2.


Tegangan output diukur sebagai selisih tegangan kedua kaki kolektor tersebut.
Karena nilai tegangan DC pada kedua kaki kolektor sama, maka tegangan output DC akan
nol. VOUT = 0.
Pada analisa ac, ada dua input ac yang menggerakkan rangkaian, sehingga dapat
digunakan teorema superposisi untuk menganalisanya. Pada saat vin1 aktif, vin2 off, Q1
berfungsi sebagai penguat CE, sehingga pada kaki C1 akan muncul sinyal dengan fase
terbalik dari inputnya. Arus emiter Q1 akan mengalir ke emiter Q2 , karena sumber arus IT

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 46


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

terbuka pada analisa ac. Q2 akan berfungsi sebagai CB dan pada kolektor C2 akan muncul
sinyal sefase. Sehingga kontribusi Q1 aktif akan menghasilkan :

Dimana A adalah penguatan pada common emiter sebesar .

Dan sebaliknya bila vin2 aktif, vin1 off, Q2 berfungsi sebagai penguat CE, sehingga pada
kaki C1 akan muncul sinyal dengan fase terbalik dari inputnya, dan Q1 berfungsi sebagai
CB. Tegangan output yang dihasilkan adalah:

Dimana A adalah penguatan pada common emiter sebesar .

Dengan teorema superposisi, maka total tegangan output ac bila kedua transistor bekerja
serentak adalah:

Terlihat bahwa tegangan output ac merupakan penguatan dari selisih tegangan inputnya.

3. Peralatan :
- Oscilloscope
- DC Power Supply
- Electronic voltmeter
- Function Generator (2 buah)
- Transistor 828 (2 buah)
- RE = 10K, RS1 = RS2 = 1K, RC1 = RC2 = 10K

4. Prosedur Percobaan :
1. Rangkai rangkaian seperti gambar 14.3.
2. Dengan voltmeter DC ukur tegangan pada kaki C1 dan C2.
3. Dengan mili amperemeter DC ukur besar arus pada C1 dan C2.
4. Lepas semua peralatan DC dari rangkaian.

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 47


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

5. Pasang function generator pada terminal vin1, vin2 hubungkan dengan ground. Atur
amplitudenya 100mV pp sinus pada frekuensi 1KHz.

10K 10K

- vout +
Q1 Q2

1K 1K

10K

-20V

Gambar 14.3 Rangkaian percobaan

6. Dengan menggunakan oscilloscope, hubungkan channel 1 pada vin1 dan channel 2


pada vout1 (terminal C1 – ground). Gambar vin1 – vout1 dalam kertas grafik.
7. Pindahkan channel 2 pada terminal vout2. Amati dan gambar vin1 – vout2 pada kertas
grafik.
8. Ulangi lagi langkah 6 - 7 untuk transistor Q2 (vin1 dihubungkan dengan ground).
9. Hubungkan dua buah function generator pada vin1 dan vin2. Atur pada gelombang
sinus frekuensi 1KHz amplitude berubah – ubah seperti table 14.1.
10. Gunakan electronic voltmeter mode ac untuk mengukur tegangan output antara
terminal C1 dan C2. Lengkapi table 14.1.

Tabel 14.1. Hasil pengukuran


Hasil pengukuran tegangan
Vin1 (rms) Vin2 (rms)
Vc1 (rms) Vc2 (rms) Vc1-c2 (rms
100 100
100 0
0 100
100 40
40 100

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 48


Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2

DAFTAR PUSTAKA

1. M., Yoedy, S., Hendik Eko Hadi, ’Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2’, Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya, 1989
2. M., Yoedy, S., Hendik Eko Hadi, ’Rangkaian Elektronika’, Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya, 1989
3. Salivahanan, S., Suresh Kumar, N., ’Electronic Devices and Circuit’, Tata Mc.Graw-Hill
Publishing Company Ltd., New Delhi, second edition, 1999

Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 49

Anda mungkin juga menyukai