Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-Nya penyusun masih diberi
kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang
berjudul ‘’Halusinasi” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah
“Keperawatan Jiwa”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu ,kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Masohi, 13 September 2018

Penyusun

Kelompok V

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................................... 1

Daftar
isi............................................................................................................................................2

Bab I : pendahuluan ...................................................................................................... 3

A. Latar belakang ............................................................................................. 3


B. Rumusan masalah
.......................................................................................................3
C. Tujuan
..........................................................................................................................4
Bab II :
pembahasan.........................................................................................................................5

Konsep dasar keperawatan

a. Pengertian halusinasi
...................................................................................................5
b. Etiologi
.........................................................................................................................5
c. Tanda dan
gejala...........................................................................................................7
d. Jenis
halusinasi.............................................................................................................9
e. Tahap
halusinasi...........................................................................................................9
f. Psikopatologi
...............................................................................................................10
g. Rentang
respon............................................................................................................11
h. Penatalaksanaan
medis................................................................................................12

Proses keperawatan

a. Pengkajian...................................................................................................................1
3
b. Penentuan
diagnosa....................................................................................................14
c. Perencanaan
...............................................................................................................19

2
d. Implementasi .............................................................................................................24
e. Evaluasi
......................................................................................................................21

Bab III : penutup


.............................................................................................................................23

a. Kesimpulan
................................................................................................................23
b. Saran
..........................................................................................................................24

Daftar pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental
dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut UU Kesehatan RI no. 23
tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.

Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah system
biologis dan kondisi penyesuaian.

Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan social yang terlihat dari
hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang
positif, dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008)

Gangguan jiwa didefenisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting secara klinis
yang terjadi pada seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress (misalnya gejala nyeri)
atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) (Videbeck, 2008)

Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan
sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan pengecapan
dan penghiduan (Keliat, 2009).

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal


(pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien memberi resepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan
mendengar suara padahal tidaka ada orang yang berbicara (Kusumawati dan Hartono).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari halusinasi ?

2. Apa saja etiologi ?

3. Apa saja tanda dan gejala dari halusinasi ?

4. Apa saja jenishalusinasi ?

5. Apa saja tahaphalusinsai ?

6. Apa saja psikopatologi halusinasi ?

7. apa saja rentang respon halusinasi ?

8. apa saja penatalaksaan medis ?

C. TUJUAN

4
1. Untuk mengetahui pengertian dari halusinasi ?

2. Untuk mengetahui etiologi dari halusinasi ?

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari halusinasi ?

4. Untuk mengetahui jenis mempengaruhi halusinasi?

5. Untuk mengetahui tahap dari halusinsai ?

6. Untuk mengetahui psikopatologishalusinasi ?

7. Untuk mengetahui rendang respon halusinasi ?

8. Untuk megetahui penatalaksanaan medis halusinasi ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

i. KONSEP DASAR
A. Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek tanpa adanya rangsangan
dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indra. Halusinasi merupakan
suatu gelaja gangguan jiwa yang seseorang mengalami perubahan sensori persepsi, serta
merupakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan dan penciuman. Seseorang
merasakan stimulus yeng sebetulnya tidak ada. (Yusuf, Rizki & Hanik, 2015)

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal


(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan
mendengar suara padahal tidak ada orang yang lagi berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010)

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan
sensori persepsi: merasakan sensasi PALSU berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan dan penghindu.
Pasien merupakan setimulus yang sebenarnya tidak ada . pasien merasa ada suara padahal
tidak ada stimulus suara. Melihat bayangan orang atau suatu yang menentukan padahal tidak
ada bayangan tersebut. Membaui bau-bauan padahal tidak sedang makan apapu. Merasakan
sensasi rabaan padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit. (Nurjanah, 2008)

Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau stimulus yang datang disertai gangguan
respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus tersebut (Nanda-1, 2012)

B. Etiologi
a. Faktor predisposisi menurut Yosep (2011) :

1) Faktor perkembangan

Perkembangan klien yang terganggu misalnya kuranganya mengontrol emosi dan


keharmonisan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi hilang percaya diri.

2) Faktor sosialkultural

Seseorang yang merasa tidak terima di lingkungan sejak bayi akan membekas di
ingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa di singkirkan, kesepian dan tidak
percaya pada lingkunganya.

3) Faktor biokimia

Adanya stress yang berlebihan yang di alami oleh seseorang maka di dalam tubuhnya
akan di hasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia sehingga
menjadi ketidak seimbangan asetil kolin dan dopamine.

6
4) Faktor psikologis

Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah terjerumus pada
penyelah guna zat adaptif. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyata menuju alam nyata.

5) Pola genetik dan pola asuh

Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor presipitasi

Penyebab halusinasi dapat di lihat dari lima dimensi menurut (Yosep, 2011).
1) Dimensi fisik

Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, pengguanaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan
kesulitan waktu tidur dalam waktu yang lama.

2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat di atasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa printah
memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
sehingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

3) Dimensi Intelektual

Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan
usaha dari ego sendiri untuk melawan implus yang menekan, namum merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengembil seluruh perhatian klien dan
tidak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.

4) Dimensi sosial

Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu sangatlah


membahayakan, klien asik dengan halusinasinya. Seolah-olah dia merupakan tempat
akan memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di
dapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi di jadikan system kontrol oleh individu
tersebut, sehingga jika sistem halusinasi berupa ancaman, dirinya maumpun orang lain.
Oleh karna itu, 7aspek penting dalam melakukan intervensi keperawatan klien
dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalam
interpersonal yang memuaskan, serta menguasakan klien tidak menyendiri sehingga
klien selalu berinteraksi dengan lingkungan dan halusinasi tidak langsung.
5) Dimensi spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas
ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menysucikan diri. Ia sering memaki

7
takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang
lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.

C. Tanda dan Gejala Menurut (Yosep, 2011) yaitu:

a). Halusinasi pendengaran

Data subyektif :

1) Mendengar sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya

2) Mendengar suara atau bunyi


3) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
4) Mendengar seseorang yang sudah meninggal
5) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau yang
membahayakan

Data obyektif :

1) Mengarahkan telinga pada sumber suara

2) Bicara atau tertawa sendiri

3) Marah marah tanpa sebab

4) Menutup telinga mulut komat kamit

5) Ada gerakan tangan

b. Halusinasi penglihatan

Data subyektif :

1) Melihat orang yang sudah meninggal

2) Melihat makhluk tertentu


3) Melihat bayangan
4) Melihat sesuatu yang menakutkan
5) Melihat cahaya yang sanat terang

Data obyektif :

1) Tatapan mata pada tempat tertentu

2) Menunjuk kea rah tertentu

3) Ketakutan pda objek yang dilihat

c. Halusinasi penghidu

8
Data subyektif :

1) Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, fase, bau masakan, dan
parfum yan menyengat
2) Klien mengatakan sering mencium bau sesuatu

Data obyektif :
1) Ekspresi wajah seperti sedang mencium
2) Adanya gerakan cuping hidung

3) Mengarahkan hidung pada tempat tertentu

d. Halusinasi peraba

Data subyektif :

1) Klien mengatakan seperti ada sesuatu di tubuhnya

2) Merasakan ada sesuatu di tubuhnya

3) Merasakan ada sesuatu di bawah kulit


4) Merasakan sangat panas, atau dingin

5) Merasakan tersengat aliran litrik

Data obyektif :

1) Seperti mengecap sesuatu


2) Mulutnya seperti mengunyah

3) Meludah atau muntah

f. Halusinasi Chenesthetic dan kinestetik


Data subyektif :

1) Klien mengatakan tubuh nya tidak ada fungsinya

2) Merasakan tidak ada denyut jantung

3) perasaan tubuhnya melayang laying

Data obyektif :

1) klien menatap dan melihati tubuhnya sendiri

2) klien memegangi tubuhnya sendiri

D. Jenis halusinasi

Menurut Yusuf (2015) jenis halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu:

9
a. Halusinasi pendengaran (audiktif, akustik)
Paling sering di jumpai dapat beruba bunyi mendenging ataubising yang tidak
mempunyai arti, tetapi lebih sering mendengar sebuah kata atau kalimat yang
bermakna. Biasanya suara tersebut di tunjukan oleh penderita sehingga penderita tidak
jarang bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut. Suara tersebut dapat di
rasakan dari jauh atau dekat, bahkan mungkin datang dari tiap tubuh nya sendiri. Suara
bisa menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman,
mengejek, memaki atau bahkan menakutkan dan kadangkadang mendesak atau
memerintah untuk berbuat sesuatu seperti membunuh atau merusak.
b. Halusinasi penglihatan (Visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organic)Biasanya muncul
bersamaan dengan penurunan kesadaranmenimbulkan rasa takut akibat gambaran-
gambaran yang mengerikan atau tidak menyenangkan.
c. Halusinasi penciuman (olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya mencium sesuatu bau tertentu dan merasakan tidak enak,
melambungkan rasa bersalah pada penderita. Bau ditambah dilambangkan sebagai
pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
Walaupun jarang terjadi biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman, penderita
merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gustorik lebih jarang timbang halusinasi
gustatorik.
e. Halusinasi raba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau merasa ada sesuatu yang bergerak di bawah kulit.
Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.

E. Tahapan halusinasi

Menurut Kusumawati dan Hartono (2010), tahapan halusinasi terdiri dari 4 fase yaitu:

a. Fase I (Comforting) Comforting


disebut juga fase menyenangkan, pada tahapan inimasuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik dari fase iniklien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, perasaan
rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat di selesaikan.
pada fase ini klien berperilaku tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan
bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asik
dengan hausinasinya dan suka menyendiri.
b. Fase II (Conndeming)

Pengalaman sensori menjijihkan dan menakutkan termasuk dalam psikotik ringan.


karakteristik klien pada fase ini menjadi pengalaman sensori menjijihkan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun dan berfikir sendiri menjadi dominan,
mulai merasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tau dan klien
ingin mengontrolnya. Perilaku klien pada fase ini biasanya meningkatkan tanda tanda
system syaraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, klien
asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realita.

10
c. Fase III (Controling)
Controlling disebut juga ansietas berat, yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Karakteristik klien meliputi bisikan, suara, bayangan, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Tanda-tanda fisik berupa berkeringat, tremor, dan
tidak mampu memenuhi perintah.
d. Fase IV (Conquering)
Conquering disebut juga fase panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya termasuk
dalam psikorik berat. Karakteristik yang muncul pada klien meliputi halusinasi berubah
menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak
berdaya, hilang control dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain
dan lingkungan.

F. Psikopatologi
Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang menderita halusinasi
akan menganggap sumber dari hasilnya berasal dari lingkungan atau stimulus eksternal
(Yosep, 2011). Pada fase awal masalah itu menimbulkan peningkatan kecemasan yang terus
dan sistem pendukung yang kurang akan menghambat atau membuat persepsi untuk
membedakan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun. Meningkatnya
pada fase Comforting, klien mengalami emosi yang berlanjut seperti cemas, kesepian,
perasaan berdosa dan sensorinya dapat dikontrol bila kecemasan dapat diatur. Pada fase ini
klien cenderung merasa nyaman dengan halusinasinya. Pada fase conderming klien mulai
menarik diri. Pada fase controlling klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berhenti.
Pada fase conquering klien lama kelamaan sensorinya terganggu, klien merasa terancam
dengan halusinasinya terutama bila tidak menuruti perintahnya

G. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

a. Pikiran logis
a. Proses pikir
b. Persepsi akurat a. Waham,
terganggu
c. Emosi halusinasi
b. Ilusi
konsistensi b. Kerusakan
c. Emosi
dengan proses emosi
berlebuhan
pengalaman c. Perilaku tidak
d. Perilaku yang
d. Perilaku cocok terorganisasi
tidak biasa
e. Hubungan social d. Isolasi sosial
e. Menarik diri
humoris

11
1.Respon adaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut (Yusuf, Rizki & Hanik, 2015)
Meliputi :

1. Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat di terima akal.
2. Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang sesuatau peristiwa secara
cermat dantepatsesuai perhitungan.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman berupa ke mantepan perasaan jiwa yang timbul
sesuai dengan peristiwa yang pernah di alami.
4. Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu
tersebut di wujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan denagn
moral
5. Hubungan sosial dapat di ketahui melalui hubungan seseorang dengan orang lain
dalam pergaulan di tengah masyarakat.

2. Respon maladaptif

Respon maladaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut (Yusuf, Rizki & Hanik,
2015) meliputi

1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh di pertahankan walaupun


tidak di yakini olehorang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
2. Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah
terhadap rangsangan.
3. Tidak mampu mengontrol emosi berupa ketidak mampuan atau menurunya
kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan, keakraban, dan
kedekatan.
4. Ketiak teraturan perilaku berupa ketidak selarasan antara perilaku dan gerakan yang
di timbulkan.
5. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang di alami oleh individu
karna orang lain menyatakan sikap yang negativ dan menganca

H. penatalaksaan medis
Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusumawati & Hartono (2010) adalah:
a. Anti psikotik Jenis : Clorpromazin (CPZ), Haloperidol (HLP)
Mekanisme kerja : Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak sebagai penenang,
penurunan aktifitas motoric, mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi:
delusi,halusinasi, ilusi, dan Gangguan proses berfikir.
Efek samping :
1) Gejala ekstrapiramidal seperti berjalan menyeret kaki, postur condong kedepan, banyak
keluar air liur, wajah seperti topeng, sakit kepala dan kejang.
2) Gastrointestinal seperti mulut kering, anoreksia, mual, muntah, berat badan bertambah.
3) sering berkemih, retensi urine, hipertensi, anemia, dan dermatitis.

b. Anti Ansietas

12
Jenis : Atarax,Diazepam(chlordiazepoxide) Mekanisme kerja : Meradakan ansietas atau
ketegangan yang berhubungan dengan situasi tertentu.
Efek samping :

1) Pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor,letih,depresi,


sakitkepala,ansietas, insomnia, bicara tidak jelas.
2) Anoreksia, mual, muntah, diare, kontipasi, kemerahan, dan gatalgatal.

c. Anti Depresan
Jenis : Elavil,asendin,anafranil, norpamin, ainequan, tofranil, ludiomil, pamelor, vivacetil,
surmontil.Mekanisme kerja : Mengurangi gejala depresi, penenang.
Efek samping :
1) Tremor,gerakantersentak-sentak, ataksia, kejang, pusing, ansietas, lemas, dan
insomnia.
2) pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, kram abdomen, diare, hepatitis,
icterus
3) retensi urine, perubahan libido, disfungsi erelsi.
d. Anti Manik
Jenis : Lithoid, klonopin, lamictalMekanisme kerja : Menghambat pelepasan scrotonin dan
Efek samping : sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori, suara tidak jelas, ototlemas,
hilang koordinasi.
e. Anti Parkinson Jenis : Levodova, trihexpenidyl (THP) Mekanisme kerja : Meningkatkan
reseptor dopamine untuk mengatasi gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik,
menurunkan ansietas, irritabilitas.

ii.

13
iii. PROSES KEPERAWATAN

Proses keperawatan merupakan suatu metode bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Beberapa pengertian proses keperawatan adalah sebagai berikut:
 Suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional
(Kozier,1991)
 Metode pemberian asuhan keperawatan yang terorganisir dan sistematis, berfokus pada
respon yang unik dari individu atau kelompok individu terhadap masalah kesehatan
yang actual dan potensial (Rosalinda ,1986)
 Suatu aktifitas yang dinamik dan berkelanjutan yang meliputi interaksi perawat klien dan
proses pemecahan masalah (Schultz dan Videbeck ,1998)

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,psikologis,social,spiritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa factor
predisposisi ,factor presipitasi,penilaian terhadap stressor sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart dan Sundeen ,1995). Cara pengkajian lain
berfokus pada 5 dimensi yaitu : fisik ,emosional ,intelektual, social dan spiritual.

Menurut Barry (1998) menyebutkan beberapa tipe pertanyaan yang perlu dikaji dalam
pengkajian yaitu:
 Ceritakan apa yang terjadi sehingga menyebabkan kamu merasakan hal ini.
Pertanyaan ini untuk memberi pemahaman pada perawat tentang persepsi
klien terhadap masalahnya.
 Adakah sebab spesifik yang menyababkan sesuatu menjadi krisis?
 Dengan siapa kamu tinggal? Informasi ini menggambarkan system dukungan
terdekat klien dan terlihatlah respon emosi pada saat pertnyaan ini dijawab,
yang akan memberikan informasi tentang kualitas situasi kehidupan klien.
Jika jawaban cepat diberikan dan kontak mata dihindari, hal ini menandakan
perlunya eksplorasi lebih lanjut diarea ini.

14
 Apa pendapatmu tentang situasi dimana kamu tinggal dengan mereka?
 Seperti apa kerja yang kamu lakukan? Jawaban pertanyaan ini akan
memberikan tipe informasi yang meliputi kapasitas seseorang dalam
memenuhi peran fungsinya dalam pekerjaan ,status psikososial dan tingkat
pendidikan
 Apakah kamu masih berkerja sampai kamu masuk rumah sakit ini? Jika
jawabanya tidak, kemudian tentukan bagaimana kerja klien baru ini dan apa
kejadian yang mempunyi peran terhadap kondisi yang menyebabkan klien
berhenti bekerja.
 Apakah anda dan kelurga (atau siapa saja klien tinggal) berada dalam situasi
stres yang tidak biasa selama tahun lalu? Gambaran tipe dari stres tang
ditanyakan. Misalnya apakah anda orang yang berarti dalam keluarga yang
meninggal? Atau sakit parah? Adakah yang bercerai? Dapat digunakan skala
tingkat stres dari Holmes dan Rahe.
 Kapan kamu merasa stres dan apa yang biasa kamu lakukan untuk
membantu dirimu sendiri? Pertanyaan ini menunjukan tingkat kemampuan
koping klien ,kapasitas pemecahan masalah dan orientasi realita saat ini.

B. PENENTUAN DIAGNOSA

a. Diagnosa Keperawatan

Menurut Gordon ,diagnose keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat
professional yang menggambarkan tanda dan gejalah yang menunjukan masalah
kesehatan yang dirasakan klien dimana perawat yang berdasarkan pendidikan dan
pengalaman mampu menolongnya (Ali , Z., 2002).

Schultz dan Videbeck (1998) menyatakan bahwa diagnose keperawatan berada dari
diagnosa spikiatrik medis dimana diagnosa kepawatan adalah respon klien terhadap
masalah medis atau bagaimana masalah mempengaruhi fungsi klien sehari-hari
yang merupakan perhatian utama diagnosa keperawatan.

Menurut Stuart dan Sundeen (1995) menyebutkan adanya beberapa hal yang
diperlukan dalam menentukan diagnosa keperawatan :

15
1. Perawat perlu mempunyai kondisi
 Pembuatan keputusan yang logis
 Pengetahuan mengenai parameter yang normal
 Alasan induktif dan deduktif
 Sensitivitas sosio-kultural
2. Perilaku perawat yang perlu dimiliki
 Mengidentifikasi pola harian
 Membandingkan data dengan norma
 Menganalisa dan mensisntesis data
 Mengidentifikasi masalah /kekuatan
 Memfalidasi masalah dengan pasien
 Memformulasikan diagnosa keperawatan
 Menyusun prioritas masalah.

b. Diagnosa keperawatan menurut NANDA

The Nort American Nursing Diagnosis Association (NANDA) merupakan klasifikasi


pada tahun 1973 dan diakui sebagai klasifikasi keperawatan pertama. Diagnosa
keperawatan merupakan dasar untuk menentukan inervensi keperawatan guna
mencapai hasil yang diharapkan dan dapat dipertanggung-jawabkan oleh perawat
(NANDA,2001).
1. Definisi
Menurut NANDA definisi diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik
mengenai respon individu ,keluarga dan komunitas terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan potensial (hasil konferensi
NANDA ke-9 tahun 1990).
2. Keuntungan Penggunaan Label Diagnosa
Menurut Doengoes (1998) keuntungan penggunaan label diagnosa adalah :
 Memberikan bahasa yang umum bagi perawat ,memingkatkan
komunikasi yang lebih baik diantara perawat ,antara shift dan unit
,penyediaan perawatan kesehatan yang lain dan lingkungan
perawatan yang berbeda-beda.
 Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat ,membantu dan memilih
intervensi keperawatan yang benar untuk mengatasi masalah atau

16
kebutuhan yang telah diidentifikasi dan memberikan pedoman untuk
evaluasi.
 Memberi informasi yang tajam ,mengurutkan sejumlah pekerjaan
yang memerlukan asuhan keperawatan dan dapat pekerjaan yang
memerlukan asuhan keperawatan dan dapat berfungsi sebagai dasar
untuk system klasifikasi pasien ,menentukan kebutuhan staf dan
sebagai dokumntasi untuk memberikan justifikasi pembayaran.
 Dapat menciptakan standar untuk praktik keperawatan memberikan
pondasi dalam hal program jaminan kualitas ,sebagai alat
mengevaluasi praktik keperawatan ,dan suatu mekanisme untuk
menghitung biaya asuhan keperawatan yang diberikan.
 Memberikan dasar peningkatan kualitas bagi para klinisi
,administrator ,pendidik dan para peniliti untuk dapat mencatat
,memvalidasi atau mengubah proses pemberian perawatan yang
kemudian akan memajukan profesi keperawatan.

3. Tipe Diagnosa Keperawatan


Ada tipe-tipe diagnosa keperawatan menurut NANDA yaitu :
 Diagnosa keperawatan Actual ,yaitu respon manusia saat ini terhadap
kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok
batasan karakteritik (tanda dan gejala) dan termasuk factor yang
berhubungan (etiologi) yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan
atau pemeliharaan kesehatan.
 Diagnosa keperawatan Resiko ,yaitu menunjukan reson manusia yang dapat
timbu pada seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan
factor yang memberi kontribusi pada peningkatan keretanan.
 Diagnosa keperawatan kesejahteraan ,yaitu menguraikan reson manusia
terhadap tingkat kesehatan pada individu atau kelompok yang mempunyai
potensi peningkatan derajat kesehatan lebih tinggi.

4. Komponen Pernyataan Diagnosa Keperawatn


 Problem (masalah atau kebutuhan) adalah nama atau label diagnosa yang
diidentifikasi dari daftar NANDA. Problem (P) adalah suatu pernyataan klien
terhadap masalah kesehataannya baik itu actual maupun potensial.

17
Pernyataan masalah dapat diambil dari daftar diagnosa keperawatan NANDA
,misalnya : koping individu tidak efektif.
 Etiology (penyebab) adalah penyebab atau alasan yang dicurigai dari respon
yang telah diidentifikasi dari pengkajian. Etiology (E) ,merupakan bagian
kedua dari format PES yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dari
suatu diagnosa keperawatan yang dirasa emergensi. Etologi juga dapat
diungkapkan sebagai “berhubungan dengan” atau factor pendukung yang
menyebabkan masalah utama timbul. Diagnosa keperawatan sering diikuti
oleh beberapa etiologi ,yang meliputi psikologi ,biologis ,Hubungan
,lingkungan ,situasi ,perkembangan ,atau sosiokultural.
 Signs and symptoms (tanda dan gejala) yaitu manifestasi yang diidentifikasi
dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan. Signs and
sypmtoms (S) biasanya didefinisikan sebagai karakteristik klien yang dapat
diobservasi ,pengukuran respon klien terhadap masalah kesehatan yang
ada.

5. Pemberian Sifat Untuk Label Diagnosa


 Akut : berat tetapi durasi singkat
 Perubhan : suatu perubahan dari dasar
 Kronik : bertahan dalam waktu yang lama ,berulang ,konstan
 Menurun : sedikit ,kurang dalam ukuran dan derajat ,defektif ,tidak cukup
,tidak sempurna
 Gangguan : terganggu ,terhenti ,dipengaruhi oleh
 Kelebihan : ditandai dengan jumlah atau kuantitas yang lebi besar dari yang
diperlukan ,yang diinginkan atau yang bermanfaat.
 Meningkat : lebih besar dalam jumlah ,ukuran dan derajad
 Kerusakan : membuat buruk ,melemah ,rusak ,menurun ,memburuk
 Tidak Efektif : berhenti dan mulai lagi pada interval tertentu periodic ,siklik
 Potensial terhadap peningkatan (untuk penggunaan diagnosa kesejahteraan)
;lebih besar ,meningkatkan kualitas ,atau lebih dari yang diinginkan.
C. PERENCANAAN

Perencanaan tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat


mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaa keperawatan meliputi perumusan tujuan

18
,tindakan ,dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis
pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Ali ,Z.,2002).
Perawat dapat memberikan alasan ilmiah yang terbaru mengapa tindakan itu yang
diberikan. Alasan ilmiah dapat merupakan pengetahuan berdasarkan literatur ,hasil
penelitian ,atau pengalaman praktik.
Rencana tindakan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa Indonesia atau
standar keperawatan amerika yang membagi karakteristik tindakan berupa tindakan
konseling /psikoterapeutik ,pendidikan kesehatan ,perawatan mandiri dan aktivitas hidup
sehari-hari ,terapi modalitas keperawatan ,perawatan berkelanjut (continuity care) ,tindakan
kolaborasi (terapi somatic dan psikofarmaka). Pada dasarnya tindakan keperawatan terdiri
dari tindakan obervasi dan pengawasan (monitoring) ,terapi keperawatan ,pendidikan
kesehatan dan tindakan kolaborasi (kurniawati ,2004).
Struart dan Sundeen (1995) menyebutkan beberapa kondisi dan tingkah laku perawat yang
diperlukan pada saat membuat perencanaa :

a. Kondisi perawat mengaplikaskan teori dan respek pada pasien dan keluarga.
b. Tingkah laku perawat memperioritaskan tujuan ,mengidentifikasi aktifitas
keperawatan dan memvalidasikan rencana dengan klien.

Kunci pokok membuat perencanaan adalah (Stuart dan Sundeen ,1995) :


 Perencanaan selalu individual untuk pasien
 Perencanaan intervensi harus berdasarkan pengetahuan terbaru
 Perencanaan dilakukan berkolaborasi dengan pasien ,keluarga dan tim
kesehatan lain.
 Dokumentasi dari rencana keperawatan penting dalam aktifitas keperawatan.

Pada saat ini sudah terdapat standar intervensi keperawatan dalam bentuk NIC
(Nursing Intervention Classification).
NIC Adalah standar intervensi yang komprehensif dan berdasarkan riset. NIC sangat
berguna untuk dokumentasi ,komunikasi pada banyak seting ,integrasi pada system
dan seting yang berbeda ,riset yang efektif ,pengukuran produktifitas dan evaluasi
kompetensi ,pembiayaan dan rancangan kurikulum.

19
Berikut ini penulis mencoba memilih NIC yang mungkin berkaitan dengan seting
diunit perawatan jiwa:

Kode NIC Definisi

4920 Mendengar aktif Perhatian dan memahami verbal dan non verbal
pasien.

7310 Admission care Memfasilitasi pasien masuk kedalam fasilitas


perawatan kesehatan.

4640 Membantu mengontrol Memfasilitasi ekspresi marah dalam perilaku yang


marah adaptif dan bukan kekerasan.

5210 Anticipatory guidance Menyiapkan pasien untuk mengantisipasi krisis


perkembangan dan atau krisis situasi.

5820 Penurunan cemas Meminimalkan ketakutan ,cemas ,kebosanan ,atau


rasa tidak nyaman sehubungan dengan sumber
yang tidak teridentifikasi dari bahaya diantisipasi.

3. Implementasi
Implementasi Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Effendy ,1995). Jenis tindakan pada impelementasi
ini terdiri dari tindakan mandiri (independent) ,saling ketergantungan/kolaborasi
(interdependent) ,dan tindakan rujukan/ketergantungan (dependent).
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi jau berbeda dengan rencan. Hal ini
terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan
tindakan keperawatan. Yang biasa dilaksanakan adalah rencana tidak tertulis yaitu apa
yang dipikirkan dan dirasakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika
berakibat fatal ,dan juga tidak memenuhi askep legal (Kurniawati ,2004).
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan ,perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih dibutuhkan klien dan sesuai

20
dengan kondisinya saat ini (bere and now). Perawat juga menilai diri sendiri ,apakah
mempunyai kemampuan interpersonal ,intelektual ,teknikal sesuai dengan tindakan yang
akan dilaksanakan.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995) menyebutkan beberapa kondisi dan perilaku
perawat yang diperlukan pada saat melakukan implementasi keperawatan sebagai berikut :
 Kondisi perawat memiliki pengalaman klinik ,pengetahuan tentang riset
,responsive dan tindakan mempunyai dimensi perawatan
 Perilaku perawat mempertimbangkan sumber yang tersedia
,mengimplementasikan aktifitas perawatan ,memunculkan alternative
,berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lain

4. Evaluasi
Evaluasi Adalah proses yang berkelanjutan untuk menila efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menurus pada respons klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Kurniawati ,2004).
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat perubahan dan
berupaya mempertahankan dan memeihara. Pada evaluasi sangat diperlukan
reinforcementuntuk menguatkan perubahan yang positif. Klien dan keluarga dimotivasi untuk
melakukan self reinforcement.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995) menyebutkan beberapa kondisi dan perilaku perawat
yang diperlukan pada saat melakukan evaluasi dalam proses keperawatan sebagai berikut :
 Kondisi perawat ,supervisi ,analisa diri ,peer review ,partisipasi pasien dan keluarga.
 Perilaku perawat ,membandingkan respon pasien dan hasil yang diharapkan ,mereview
proses keperawatan ,memodifikasi proses keperawatan sesuai yang dibutuhkan
,berpartisipasi dalam peningkatan kualitas dari aktifitas yang dilakukan.

21
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Halusinasi banyak terjadi pada klien schizophrenia dengan masalah keperawatan harga diri
rendah dan atau menarik diri. Halusinasi merupakan perubahan persepsi sensori terhadap
rangsangan eksternal dan atau internal.

Perencanaan keperawatan denga masalah utama halusinasi berfokus pada intervensi


,Membina Hubungan saling percaya ,Orientasi alam realita ,Tingkatkan aktifitas.

B. SARAN

Halusinasi merupakan perubahan persepsi sensori terhadap rangsangan eksternal dan atau
internal sehingga menimbulkan resiko tinggi mencederai diri sendiri ,orang laindan lingkungan
,untuk itu perawat dan keluarga perlu mengenal tanda dan gejala halusinasi dan membawa
klien kealam realita.

22
DAFTAR PUSTAKA

Nurjana intansari. 2015. Pedoman penanganan pada gangguan jiwa. Manajemen, proses
keperawatan dan hubungan terapeutik perawat-klien. Yogyakarta : mocomedia

Budi anna keliat. 2009. Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta , EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai