Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BOTANI TINGKAT TINGGI

Herbarium Basah
Dosen pengampu mata kuliah: Dr. Hj. Herliani, M.Pd

DISUSUN OLEH:

Yeny Aprilia Lia Agustina Arlita Amalia S


1605015004 1605015013 1605015014

Juliana Yendi
1605015018 1605015019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
A. Pengertian Herbarium
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang
dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi. Istilah herbarium lebih
dikenal untuk pengawetan tumbuhan. Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh
tumbuhan yang telah diawetkan, baik kering maupun basah, dan disebut material
herbarium. Material herbarium yang baik selalu disertai identitas pengumpul (nama
pengumpul atau kolektor dan nomor koleksi) serta dilengkapi keterangan lokasi asal
material dan keterangan tumbuhan tersebut dilapangan. Para pakar botani, kehutanan dan
pertanian yang hampir setiap waktu berurusan dengan tumbuhan biasanya mengumpulkan
tumbuhan yang suatu saat dianggap akan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Tumbuhan
yang dikumpulkan berbeda menurut tujuan pengumpulnya. Pakar botani yang menekuni
bidang taksonomi, misalnya, megumpulkan tumbuhan secara lengkap (daun, bunga dan
buah), sedangkan yang menekuni bidang ekologi hanya mengumpulkan contoh tumbuhan
sebagai spesimen bukti (voucher specimen) (Djarwaingsih dkk, 2002).
Herbarium memiliki dua jenis yang cukup dikenal yaitu herbarium basah dan
herbarium kering (Steenis, 2003). Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil
eksplorasi yang sudah diidentifikasi dan ditanam bukan lagi di habitat aslinya. Sedangkan
herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeeringan, namun tetap
terlihat ciri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan perbandingan
pada saat determinasi selanjutnya.

B. Herbarium Basah
Herbarium basah adalah spesimen tumbuhan yang telah diawetkan dan disimpan dalam
suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda.
Komponen utama yang digunakan dalam pembuatan larutan pengawet itu antara lain
adalah: alkohol, dan formalin. Di samping itu dapat pula ditempatkan zat-zat lain untuk
tujuan-tujuan tertentu, untuk sejauh mungkin mempertahankan warna asli bahan tumbuhan
yang diawetkan. Penggunaan alkohol akan selalu berakibat hilangnya warna asli bahan
tumbuhan.
Formalin jauh lebih murah daripada alkohol, namun bahan-bahan tumbuhan yang
disimpan dalam formalin akan menjadi keras atau kaku, lebih-lebih lagi bagi bahan yang
mengandung protein yang relative tinggi. Formalin tidak terlalu besar daya larutnya
terhadap warna-warna yang terdapat pada bahan tumbuhan, khususnya klorofil.
Penambahan tursi ke dalam larutan pengawet yang dibuat dari formalin, sampai suatu
derajat tertentu mampu mempertahankan warna asli bahan tumbuhan yang disimpan di
dalamnya. Larutan pengawet yang baik antara lain harus tetap jernih dalam jangka waktu
yang lama, dan bahan yang diawetkan di dalamnya tetap baik tidak terlalu banyak
menunjukkan penyimpangan dari keadaan aslinya.
Dari bahan tumbuhan yang sering dijadikan herbarium basah ialah bahan-bahan yang
mempunyai sifat-sifat berikut:
1. Ukuran tidak terlalu besar, namun bila dikeringkan mudah terlepas dan bila dipres akan
kehilangan ciri-ciri utamanya
2. Merupakan bahan tumbuhan yang berasal dari jenis-jenis tumbuhan yang hidup di air
atau mempunyai kadar air yang tinggi, seperti misalnya warga ganggang dan jamur.
Berbeda dengan herbarium kering yang ditempel pada kertas dengan ukuran yang
diseragamkan (11½x 16½ inci). Wadah-wadah yang digunakan untuk pembuatan
herbarium basah mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak seragam, disesuaikan dengan
ukuran bahan yang akan diawetkan. Untuk keperluan ini lazim digunakan bejana-bejana
dari kaca yang tembus cahaya dan tahan pengaruh kemikalia, diberi tutup yang rapat yang
kedap udara dan air. Pada wadah-wadah untuk herbarium basah juga ditempelkan label
atau etiket yang memuat informasi seperti yang dibuat dan dilakukan terhadap herbarium
kering.
Pengelolaan Herbarium Bagi dunia ilmu pengetahuan, koleksi herbarium yang
merupakan objek studi utama bagi para ahlitaksonomi, merupakan kekayaan yang tak
ternilai harganya. Tak mengherankan bahwa gedunu gedung-gedung untuk menyimpan
koleksi itu merupakan bangunan-bangunan yang megah yang di dalamnya bekerja tokoh-
tokoh ilmu pengetahuan yang kenamaan, dibantu oleh sejumlah karyawan non-ilmiah
yang bertugas untuk pengelolaan koleksi secara administrative dan teknis. Sesuai dengan
ruang yang tersedia dalam gedung herbarium, koleksi herbarium baik yang kering maupun
yang basah dipisah-pisah dan ditata di ruang yang tersedia untuk masing-masing takson
menurut klasifikasi yang dibuat oleh para ahli dalam lembaga itu. Ada ruangan tersendiri
untuk golongan tumbuhan spora (Cryptogamae), dan ada ruangan tersendiri untuk
tumbuhan berbiji (Phanerogamae, Spermatophyta). Dalam ruangan untuk tumbuhan spora
dipisahkan lagi di tempatnya masing-masing koleksi ganggang (algae), jamur (fungi),
lumut (bryophyte), dan tumbuhan paku (pteridophyta), sedang dalam ruangan untuk
tumbuhan berbiji dilakukan pemisahan untuk koleksi tumbuhan biji terbuka
(gymnospermae) dan tumbuhan biji tertutup (angiospermae).
Selanjutnya dalam masing-masing ruangan untuk golongan tumbuhan tertentu itu (yang
biasanya merupakan takson tingkat tinggi seperti disebut di atas), koleksi disusun lagi
berdasar takson yang tingkatannya lebih rendah dan ditata menurut abjad. Dalam
herbarium-herbarium tertentu, specimen herbarium yang disimpan dimasukkan dalam map
atau sampul dengan warna yang berbeda-beda, yang masing-masing menunjukkan wilayah
geografis asal specimen-spesimen tadi. Dengan demikian, bahwa dari jenis-jenis
tumbuhan yang spesimen-spesimennya tersimpan dalam herbarium itu, tersedia pula
informasi mengenai distribusi geografisnya. Koleksi herbarium basah disimpan dalam
ruangan tersendiri yang terpisah dari ruang untuk herbarium kering. Penataan dalam ruang
diatur seperti dilakukan terhadap koleksi herbarium kering, yaitu dipisah-pisah menurut
takson kategori besar, selanjutnya dalam masing-masing takson kategori di bawahnya
disusun menurut abjad.
Bila herbarium basah itu merupakan sebagian spesimen yang sebagian lainnya diproses
sebagai herbarium kering (misalnya bunga, buah, atau organ lain yang terlepas dan
dianggap perlu untuk tetap dipertahankan dalam koleksi dalam bentuk herbarium basah),
baik nomor urut maupun informasi yang harus dicantumkan dalam label selain yang
langsung menyangkut sifat-sifat bahan yang diawetkan secara basah itu sendiri (nama
kolektor, data taksonomi, dan lain-lain) harus disesuaikan dengan yang dimuat dalam label
pada herbarium kering.

C. Fungsi Herbarium
Material herbarium sangat penting artinya sebagai koleksi untuk kepentingan penelitian
dan identifikasi, hal ini dimungkinkan karena pendokumentasian tanaman dengan cara di
awetkan dapat bertahan lebih lama,fungsi herbarium yaitu:
1. Bahan peraga pelajaran
2. Bahan penelitian
3. Alat pembantu identifikasi tanaman
4. Bukti keanekaragaman
5. Specimen acuan untuk publikasi spesies baru
6. Sebagai pusat referensi
7. Sebagai lembaga dokumentasi
8. Sebagai pusat penyimpanan data.
D. Manfaat Herbarium
Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk mentakrifkan
(menentukan) takson tumbuhan. Herbarium juga dapat digunakan sebagai bahan
penelitian untuk para ahli bunga atau ahli taksonomi, untuk mendukung studi
ilmiah lainnya seperti survey ekologi, studi fitokimia, peng-hitungan kromosom,
melakukan analisa perbandingan biologi dan berperan dalam mengungkap kajian
evolusi. Kebermanfaatan herbarium yang sangat besar ini menuntut perawatan dan
pengelolaan spesimen harus dilakukan dengan baik dan benar.

E. Cara Membuat Herbarium


Pembuatan herbarium merupakan suatu aktifitas pengawetan tanaman untuk keperluan
penelitian lebih lanjut. Fungsi dari herbarium adalah membantu identifikasii tumbuhan
lainnya yang sekiranya memiliki persamaan ciri-ciri morfologinya. Dengan kata lain,
herbarium merupakan tumbuhan yang diawetkan yang nantinya dapat dijadikan
perbandingan dengan tumbuhan yang akan diidentifikasi (Matnawy, 1989).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek
pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan informasi
terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata lain,suatu koleksi
tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang
memberikan seluruh informasi yang tidak nampak pada spesimen herbarium.
Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara
praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen
yang sulit ditemukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan kering dan awetan
basah. Untuk awetan kering tanaman di awetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan
untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ di dalamnya.
Awetan basah baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam
seluruh specimen dalam larutan formalin 4%.
Cara membuat herbarium basah yaitu:
1. Siapkan spesimen yang akan diawetkan
2. Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.
3. Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah
diencerkan.
4. Tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut dan
familinya.
F. Kelebihan dan Kelemahan Herbarium.
Terdapat beberapa kelemahan pada herbarium yaitu; spesimen mudah mengalami
kerusakan akibat perawatan yang. Kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian
yang cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual, tidak bisa
diakses secara bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar; tidak bisa diakses
sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh.
Sedangkan kelebihan dari herbarium adalah sebagai pelengkap bahan praktikum yang
bisa langsung dibawa di dalam kelas atau ruangan. Cara pembutan yang tidak terlalu sulit,
dan memudahkan praktikan meneliti tumbuhannya tanpa harus mengambil sample yang
baru.

Anda mungkin juga menyukai