PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah :
1. Mempelajari cara menggambar diagram profil yang menunjukkan
karakteristik suatu habitat
2. Mempelajari cara meliput variasi suhu lingkungan, baik secara spasial
dan temporal dalam sebuah habitat
3. Mempelajari cara membuat deskripsi tertulis tentang karakteristik
suatu habitat berdasarkan parameter-parameter yang diamati dan
dicatat dilapangan.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu yang dapat
mendukung kehidupan suatu spesies secara normal. Menurut Odum (1993),
habitat merupakan suatu kawasan berhutan maupun tidak berhutan yang menjadi
tempat ditemukannya organisme tertentu. Sehingga, setiap habitat satwaliar akan
didukung oleh komponen biotik dan abiotik yang disesuaikan dengan kebutuhan
satwaliar tersebut, seperti air, udara, iklim, vegetasi, mikro dan makrofauna juga
manusia (Alikodra 2002). makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya
baik itu makhluk hidup lainnya (biotik) maupun makhluk tak hidup (abiotik).
Dengan interaksi antara kedua komponen tersebut, ekosistem akan selalu tumbuh
berkembang sehingga menimbulkan perubahan ekosistem (Latifah 2005).
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan antara komponen
komponen tersebut terjadi pengambilan dan perpindahan energi, daur materi dan
produktivitas (Supriatno 2001).
Semua faktor lingkungan dapat bertindak sebagai faktor pembatas bagi suatu
organisme, baik secara bersamaan ataupun sendiri-sendiri. Beberapa faktor
lingkungan yang sering menjadi faktor pembatas bagi organisme secara umum
adalah :
1. Cahaya Matahari
3
Cahaya Matahari merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena
sebagai sumber energi utama bagi seluruh ekosistem. Struktur dan fungsi dari
suatu ekosistem sangat ditentukan oleh radiasi matahariyang sampai pada
ekosistem tersebut. Cahaya matahari, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak
dapat menjadi faktor pembatas bagi organisme tertentu.
2. Suhu Udara
3. Air
4. Ketinggian Tempat
Ketinggian suatu tempat diukur mulai dari permukaan air laut. Semakin
tinggi suatu tempat, keragaman gas-gas udara semakin rendah sehingga suhu suhu
udara semakin rendah.
5. Kuat arus
Kuat arus dalam suatu perairan sungai sangat menentukan kondisi substrat
dasar sungai, suhu air, kadar oksigen, dan kemampuan organisme untuk
mempertahankan posisinya diperairan tersebut. Semakin kuat arus air, semakin
berat organisme dalam mempertahankan posisinya. (Harjosuwarno 1990).
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital, yang
secara kolektif disebut metabolism, hanya berfungsi di dalam kisaran suhu yang
relatif sempit, biasanya antara 0-40o C (Otto 1926).
4
Setiap organisme mempunyai habitat sesuai dengan kebutuhannya. Apabila
ada gangguan yang menimpa pada habitat akan menyebabkan terjadinya
perubahan pada komponen habitat, sehingga ada kemungkinan habitat menjadi
tidak cocok bagi organisme yang menggunakannya (Indriyanto 2006).
Analisis vegetasi ialah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan
tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan
tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan
tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Michael 1994).
5
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu
luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi
secara keseluruhan yang disebut luas minimum. Unit penyusun vegetasi
(komunitas) adalah populasi, sedangkan unit penyusun populasi adalah semua
individu yang berada di tempat praktikan dilakukan. Oleh karena itu, dalam
penelitian mengenai vegetasi tumbuhan dilakukan dilakukan dengan cara
mengamati individu-individu yang terdapat dalam populasi tersebut. Kajian
mengenai vegetasi mengungkapkan sifat dari setiap populasi sehingga dapat
menggambarkan vegetasi berdasarkan karakteristik suatu populasi tersebut
(Surasana 1990).
6
III. METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun alat – alat yang kami gunakan dalam praktikum kali ini adalah
meteran 100 cm, tali raffia 200 m (transek), meteran tukang, thermometer,
penggaris besi, alat tulis dan millimeter blok.
5. Sub habitat yang dilalui oleh transek kemudian dihitung panjangnya dan
jumlah pohon yang ada dihitung 5 meter dari transek direntangkan,
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hutan
Semak Lahan Sekunder Sungai Hutan
Transek (m) Terbuka (m) (m) Jalan(m) Relief Homogen Danau
Transek
1 62 50 80 5 3 - - -
Transek
2 - - 41,5 12,65 14,1 95,75 36
Tabel 4.2 Tabel parbandingan suhu sub habitat Transek 1 dan Transek 2.
Waktu
Transek Lokasi
08:00 10:00 12:00 14:00 16:00
Air 26 30 30 10 30
Lahan
28 38 30 26 28
1 Tertutup
Lahan
29 32 35 32 34
Terbuka
Air 28 28 30 31 30
Lahan
22 24 30 30 31
2 Tertutup
Lahan
30 31 30 30 28
Terbuka
8
250
Grafik Perbandingan Subhabitat
200
150
100
50
0
Transek 1 Transek 2
Semak (m) Lahan Terbuka Hutan Sekunder (m) Sungai (m)
Jalan(m) Relief Hutan Homogen Danau
Gambar 4.1 Gambar Grafik Perbandingan Profil Habitat Transek 1 dan Transek 2.
Chart Title
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Air Lahan Lahan Air Lahan Lahan
Tertutup Terbuka Tertutup Terbuka
1 2
Gambar 4.2 Gambar Grafik Perbandingan Suhu Sub Habitat Transek 1 dan
Transek 2.
9
4.2 Pembahasan
Praktikum yang kami lakukan kali ini dimulai dengan menarik transek dari
titik 0 di sekitaran semak dekat rumah setempat. Transek sepanjang 200 meter
melewati sub habitat semak sepanjang 62 meter, sungai sepanjang 5 meter, hutan
sekunder sepanjang 80 meter, jalan sepanjang 3 meter dan lahan terbuka
sepanjang 50 meter.
Pada habitat pertama yaitu lahan tertutup pada transek 1 terdapat banyak
tumbuhan – tumbuhan paku, semak – semak, dan pepohonan yang berjarak
kurang lebih 5 meter dari transek yang kami tarik. Pada sub habitat pertama yang
kami lewati yaitu semak terdapat 3 batang pohon yang berjarak 35 meter, 38
meter dan 35 meter dihitung dari jarak 0 transek ditarik. Dihitung dalam jarak 5
meter dari titik ahir transek berakhir di sub habitat semak terdapat perairan sungai
yang tenang dan tidak berarus, Sub habitat inilah yang memisahkan antara sub
habitat semak dan hutan sekunder di seberang sungai tersebut.
10
atau jalan terhitung dalam jalur transek, dengan titik awal ukur dari akhir transek
yang melewati hutan sekunder.
Transek yang kami tarik berakhir di lahan terbuka dengan jarak 50 meter,
terhitung dari titik akhir gap atau jalan yang membatasi antara hutan sekunder dan
lahan terbuka. Sepanjang jalur transek yang melewati lahan terbuka terdapat 2
batang pohon yang diukur 5 meter dari transek yang ditarik. Masing – masing
pohon berjarak 182 meter dan 185 meter diukur dari titik 0 awal transek mulai
ditarik.
Jika dibandingkan dengan transek 2 yang melewati beberapa sub habitat yang
berbeda dengan yang ditarik oleh kelompok lain, ditemukan ada sub habitat hutan
sekunder sepanjang 41, 5 meter, gap atau jalan sepanjang 12, 65 meter, relief
sepanjang 14,1 meter, hutan homogeny sepanjang 95,75 meter dan danau
sepanjang 36 meter dihitung dari titik 0 mereka menarik transek.
Setelah kami selesai menarik transek dan mengukur masing – masing letak
pohon yang ada, kami melanjutkan praktikum dengan mengukur suhu di tiga sub
habitat yaitu perairan, hutan sekunder dan lahan terbuka. Pada pukul 08.00 WIB
pagi tercatat suhu perairan yaitu 26oC, suhu hutan sekunder 28oC dan suhu lahan
terbuka 29oC untuk transek 1. Sedangkan untuk transek 2 tercatat suhu perairan
yaitu 28oC, suhu hutan sekunder 22oC dan suhu lahan terbuka 30oC.
Pada pukul 10.00 WIB pagi tercatat suhu perairan yaitu 30oC, suhu hutan
sekunder 38oC dan suhu lahan terbuka 32oC untuk transek 1. Sedangkan untuk
11
transek 2 tercatat suhu perairan yaitu 28oC, suhu hutan sekunder 24oC dan suhu
lahan terbuka 31oC. Selanjutnya pada pukul 12.00 WIB pagi tercatat suhu
perairan yaitu 30oC, suhu hutan sekunder 30oC dan suhu lahan terbuka 35oC untuk
transek 1. Sedangkan untuk transek 2 tercatat suhu perairan yaitu 30oC, suhu
hutan sekunder 30oC dan suhu lahan terbuka 30oC.
Setelah break selama 2 jam, kami melanjutkan mengukur suhu sub habitat
pada pukul 14.00 WIB siang tercatat suhu perairan yaitu 10oC, suhu hutan
sekunder 26oC dan suhu lahan terbuka 32oC untuk transek 1. Sedangkan untuk
transek 2 tercatat suhu perairan yaitu 31oC, suhu hutan sekunder 30oC dan suhu
lahan terbuka 30oC. Lalu pada pukul 16.00 WIB sore tercatat suhu perairan yaitu
30oC, suhu hutan sekunder 28oC dan suhu lahan terbuka 34oC untuk transek 1.
Sedangkan untuk transek 2 tercatat suhu perairan yaitu 30oC, suhu hutan sekunder
31oC dan suhu lahan terbuka 28oC.
Perbandingan antara suhu hutan sekunder transek 1 dan transek dua tidak
terlalu menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan. Sedangkan untuk lahan
terbuka, suhu di area transek 1 lebuh tinggi jika dibandingkan dengan suhu di area
transek 2. Kami mengambil kesimpulan bahwa perbedaan suhu yang tinggi ini
disebabkan oleh intensifnya aktivitas manusia di area transek 1. Saat kami
menarik transek, kami melewati perkemahaan yang merupakan bentuk nyata
aktivitas manusia yang mempengaruhi tingginya suhu dilingkungan tersebut.
Salah satu contoh aktivitas yang ada adalah seperti memasak, membakar dan
mencuci.
Lahan terbuka pada area transek 1 merupakan bekas kebun pohon akasia yang
telah ditebang. Kami berkesimpulan bahwa penebangan kebun tersebut
12
mempengaruhi habitat tersebut beserta organisme yang hidup di dalamnya.
Terbukti kami hanya menemukan beberapa pohon dan semak perdu yang tersebar
dengan minimnya aktivitas hewan.
13
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini maka dapat disimpulkan bahwa ada metode untuk analisa
vegetasi hutan sekunder menggunakan metode transek. Tipe ruang subhabitat
yang didapat dari hasil pembuatan transek ini, yaitu diskontinuum atau heterogen.
Ini dikarenakan sepanjang transek 100 m terdapat gab atau kesenjangan di dekat
lahan terbuka terdapat jalan yang lebarnya 10 m.
5.2 Saran
Praktikum yang dilakukan kali ini sudah berlansung dengan lancer dan
Alhamdulillah tercapai tujuan kita bersama dalam melaksanakan praktikum
Namun hal yang harus digaris bawahi adalah jalur dari base camp ke lokasi yang
acak. Jadi setiap praktikan mengandalkan jalur sendiri dan efektivitas dalam
pengumpulan data terhambat karena masing – masing praktikan menempuh jalur
yang terlalu jauh berbeda.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arrijani, dkk. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional
Biologi UGM:Yogyakarta.
Djambatan: Jakarta.
15
LAMPIRAN
Gambar Gambar
Keterangan Keterangan
Gambar Gambar
Keterangan Keterangan
16
17