Anda di halaman 1dari 3

Revolusi Tiongkok

Latar Belakang

1. Kekalahan Tiongkok dalam perang melawan Jepang yang mengakibatkan


Tiongkok harus menanggung malu dan harus menandatangani perjanjian
Shimonoseki yang diantaranya berisi penyerahan kekuasaan Tiongkok
atas semenanjung Korea, Taiwan, kepulauan Pescadores, dan
semenanjung Liaodong kepada Jepang. Selain itu, Tiongkok juga harus
membayar kerugian perang kepada Jepang sebesar 200 juta keeping tail
emas, dan lain sebagainya.
2. Hilangnya kepercayaan rakyat terhada Dinasti Manchu. Apalagi,
pascaperang dengan Inggris, rakyat dibebani pajak dalam rangka
mengganti kerugian erang tersebut.
3. Pemerintahan Manchu dianggap kolot dan bobrok.
4. Kekalahan Tiongkok dalam perang Tiongkok-Jepang ​I​ (1894-1895).
5. Anggapan orang Tionghoa bahwa Dinasti Manchu yang memerintah
bukanlah orang Tionghoa asli.
6. Muncul tokoh nasionalisme di Tiongkok dan yang terkenal adalah dr. Sun
Yat Sen. Ajarannya dikenal dengan istilah San Min Chu I

Sebab umum:

1. Tiongkok kehilangan banyak wilayah kepada negara Eropa dan Jepang

2. Tiongkok tertinggal secara teknologi

3. Pemerintah Dinasti Qing yang berasal dari suku bangsa Manchu dianggap
sebagai penjajah

4. Pengaruh faham demokrasi dari Barat dan keberhasilan Jepang melakukan


moderniasi dalam Reformasi Meiji

5. Banyak perjanjian merugikan antara Tiongkok dan negara-negara Eropa

Sebab khusus:

1. Upaya pemeritah Dinasti Qing menasionalisasi jalur kereta milik provinsi, dan
menjadikannya sebagai jaminan pinjaman asing.

2. Pemberontakan Wuchang melawan Dinasti Qing sebagai penyulut revolusi.

Jalannya Revolusi Tiongkok


Revolusi Tiongkok adalah revolusi yang meletus pada 10 Oktober 1911. Revolusi
ini menumbangkan kekaisaran Dinasti Qing, dan menggantikannya dengan
Republik Cina.

Revolusi Tiongkok disebut juga Revolusi Xinhai, sesuai dengan nama shio pada
tahun 1911 dalam penanggalan Cina.

Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, Tiongkok mengalami kemunduran
pesat. Pada masa ini, Tiongkok mengalami berbagai kekalahan dalam perang
melawan negara Eropa dan Jepang. Peperangan ini diakibatkan upaya untuk
meluaskan pengaruh dan kekuasaan Eropa dan Jepang ke wilayah Tiongkok.

Kekalahan ini misalnya pada Perang Candu (tahun 1839 - 1842 dan 1856 –
1860), Perang Tiongkok-Jepang (1875), dan Perang Boxer (1899 – 1901).

Akibatnya Tiongkok kehilangan banyak wilayah, seperti Hongkong dan


Weihaiwei (dikuasai Inggris), Guangzhouwan (Perancis), Kiautschou (Jerman),
Kwantung dan Taiwan (Jepang), Dalian (Russia), serta konsesi beberapa negara
di kota Shanghai dan Tianjin.

Hilangnya wilayah Tiongkok ini menjadikan pemerintah Dinasti Qing kehilangan


wibawa dihadapan rakyat. Terlebih lagi, Dinasti Qing adalah dari suku bangsa
Manchu yang merupakan minoritas yang berbeda dengan suku bangsa Han.
Orang Han menganggap kekuasaan Dinasti Qing sebagai penjajahan.

Tiongkok juga tertinggal secara ekonomi dan teknologi. Tentara Tiongkok


dengan mudah dikalahkan oleh negara Eropa. Sementara kondisi ekonomi
memburuk dan kemiskinan dimana-mana.

Tiongkok awalnya berupaya melakukan reformasi pada masa Kaisar Guangxu


pada tahun 1898. Namun reformasi ini gagal karena interfensi kalangan Manchu.
Para pendukung reformasi diasingkan atau dipenjara.

Kondisi ini membuat banyak intelektual Tiongkok, terutama dari suku bangsa
Han yang merupakan mayoritas, untuk membuat organisasi rahasia yang
menginginkan adanya revolusi.

Para intelektual ini adalah mahasiswa Tiongkok yang pernah mengenyam


pendidikan di Jepang, Amerika Serikat dan Eropa. Mereka melihat bagaimana
Jepang yang sesama negara Asia berhasil memodernkan negaranya dalam
Reformasi Meiji, sehingga menjadi negara maju. Mereka juga terinspirasi oleh
demokrasi di negara Barat.

Revolusi akhirnya terjadi setelah pemberontakan Wuchang dimana pasukan dari


Tentara Baru (tentara Tiongkok yang diorganisasi berdasar sistem modern),
memberontak melawan upaya nasionalisasi jalur kereta api oleh Dinasti Qing
pada tahun 1911. Pemerintah Dinasti Qing berencana menggunakan jalur kereta
ini sebagai jaminan hutang yang menumpuk pada negara Eropa.

Tentara pemberintak di Wuchang ini mendukung Sun Yat-Sen dan


memproklamirkan Republik China. Pemberontakan ini disusul pemberontakan
melawan Dinasti Qing diberbagai provinsi seperti Fujian, Huangxi dan Sichuan.

Setelah adanya pemberontakan dan kekalahan, maka pemerintah Dinasti Qing


menyerahkan kekusaaanya pada tanggal 12 Februari 1912, dan Tiongkok resmi
menjadi republik.

Nama: Rian, Silvia

Anda mungkin juga menyukai