1. Definisi Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas keparenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005 dalam Endri, dkk 2014). Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak (Smeltzer,2001 dalam Suriani 2017) Dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai pada bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja dan bisa mengakibatkan kematian.(Endri, dkk 2014) 2. Etiologi Menurut Smeltzer, 2001 Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan protozoa. Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi : a. Bakteri gram positif 1) Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol). 2) Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan infeksi nasokomial). b. Bakteri gram negatif 1) Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan menyebabkan gangguan jalan nafas kronis). 2) Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi, dan infeksi saluran kemih). 3) Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis). c. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan menelan). d. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit kronis) (Endri dkk, 2014) 3. Klasifikasi Bronkopneumonia Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) : a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas : 1) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau lobularis. 2) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus. b. Berdasarkan faktor lingkungan 1) Pneumonia komunitas 2) Pneumonia nosokomial 3) Pneumonia rekurens 4) Pneumonia aspirasi 5) Pneumonia pada gangguan imun 6) Pneumonia hipostatik c. Berdasarkan sindrom klinis 1) Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru. 2) Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella. Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) : a. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua. b. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia. c. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja. d. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.(Endri dkk, 2014 ) 4. Patofisiologi Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke cairanmukus dalamjalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkanatelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri (Suriani, 2017) Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris (Suriani,2017) Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea.Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok. Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akanmenunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum. Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40℃ dan disertai kejang karena demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah. Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan menyebabkan fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari- hari. Selain masuk menuju saluran nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi. Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya. Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif (Suriani, 2017) 5. Manifestasi Klinis ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit bronkopneumonia, diantaranya dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai berikut: a. Takipnea (nafas cepat) b. Saatbernapasterdengarsuararonki c. Batuk produktif d. Menggigil dan demam e. Sianosis area sirkumoral f. Gerakan dada tidak simetris g. Anoreksia h. Malaise i. Gelisah j. Fatique k. Frekuensi BAB bertambah / harinya 6. Pemeriksaan Penunjang a. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih. b. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. d. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial. e. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin. f. LED : meningkat g. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia. h. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah i. Bilirubin : mungkin meningkat j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka : menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999 dalam Endri, dkk 2014) 7. Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia terjadi akibat tidak dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya sebagai berikut: a. Otitis media Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah. b. Bronkiektase Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah. c. Abses Paru Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru – paru. d. Empiema Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi 8. Penatalaksanaan Terapi dan Tindakan medis Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan: a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus. c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri. d. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit. 9. Pencegahan Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara: a. Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia b. Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia c. Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti: 1) pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan teratur,menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin berolahraga 2) melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi H. Influenza, Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak utamanya anak dengan daya tahan tubuh yang rendah, vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit. B. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistemis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa keperawatan. 2. Focus Pengkajian a. Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas b. Sirkulasi Gejala : riwayat gagal jantung kronis Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat c. Integritas Ego Gejala : banyak stressor, masalah finansial d. Makanan / Cairan Gejala :kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM Tanda :distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan malnutrusi e. Neurosensori Gejala : sakit kepala dengan frontal Tanda : perubahan mental f. Nyeri / Kenyamanan Gejala :sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia g. Pernafasan Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural, Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku h. Keamanan Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubeda / varisela 3. Diagnosa Keperawatan a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar kapiler c. Gangguan ventilasi spontan b.d kelelahan otot pernapasan d. Pola napas tidak efektif b.d kelemahan otot e. Hipertermi b.d proses penyakit infeksi 4. Intervensi a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan NOC Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas SKALA 1. Berat 2. Cukup 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada INDIKATOR - Irama pernafasan - Kemampuan untuk mengeluarkan secret INTERVENSI : Latihan Batuk Efektif 1. Atur posisi semi- Fowler atau fowler 2. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif 3. Anjurkan teknik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir dibulatkan selama 8 detik 4. Anjurkan teknik napas dalam selama 3 kali 5. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam dalam yang ke 3 Manajemen Jalan Napas 6. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolatik, jika perlu b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar kapiler NOC Respon Ventilasi Mekanik : Dewasa SKALA 1. Berat 2. Cukup 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada INDIKATOR : - Tingkat pernafasan INTERVENSI : Terapi Oksigen 1. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen 2. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasikan 3. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien 4. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah Pemantauan Respirasi 5. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan c. Gangguan ventilasi spontan b.d kelelahan otot pernapasan NOC Status Pernafasan SKALA 1. Berat 2. Cukup 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada INDIKATOR : - Suara auskultasi nafas - Penggunaan otot bantu nafas INTERVENSI : Dukungan Ventilasi 1) Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas 2) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mis. Nasal kanul, masker wajah, masker rebreathing atau non rebreathing) 3) Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam 4) Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu d. Pola napas tidak efektif b.d kelemahan otot NOC Respon Penyapihan Ventilasi Mekanik : Dewasa SKALA 1. Berat 2. Cukup 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada INDIKATOR : - Sekresi pernafasan - Gangguan pernafasan INTERVENSI Manajemen Jalan Napas 1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) 2) Posisikan semi-fowler atau fowler 3) Ajarkan teknik batuk efektif 4) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu Pemantauan Respirasi 5) Monitor adanya produksi sputum 6) Monitor kemampuan batuk efektif e. Hipertermi b.d proses penyakit infeksi NOC : - Termoregulasi SKALA 1. Berat 2. Cukup berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada INDIKATOR - Peningkatan suhu kulit - Hipertermia INTERVENSI Manajemen Hipertermi 1) Monitor suhu tubuh 2) Berikan cairan oral 3) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Kompres dingin pada dahi, leher, dan dada) 4) Anjurkan tirah baring 5) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu