Anda di halaman 1dari 5

PERHITUNGAN PERENCANAAN SALURAN IRIGASI

CALCULATION OF IRRIGATION CHANNEL PLANNING

Yundrawan Ega Wibowo1, Syafrial S2, Triyogo Aleksandria3


Selasa Siang – Kelompok 13
1,2,3)
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga Kampus IPB Dramaga,
Bogor, 16680
egawibowo20@gmail.com1

Abstrak : Air memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, salah satunya adalah
dalam bidang pertanian yaitu sebagai kegiatan pembudidayaan tanaman yang diharapkan dapat
memberikan nilai ekonomi. Praktikum perhitungan perencanaan saluran irigasi dilasanakan pada
tanggal 5 Maret 2019 pukul 10.30-12.00 WIB di Laboratorium SIL di Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Alat yang digunankan adalah
PC/Laptop dan Microsoft Excel. Nilai luas untuk tiap area pada daerah tersier masing masing berkisar
0.332 m2 – 0.568 m2, sedangkan untuk daerah sekunder luas area berkisar antara 2.284-5.518 m2, pada
daerah primer antara 7.111 – 9.7 m2. Sedangkan untuk lebar saluran pada daerah tersier berkisar
antara 0.417-0.533 m, sedangkan untuk daerah sekunder lebar saluran berkisar antara 2.019 – 3.041
m, pada daerah primer antara 4.547 – 5.312 m. Pada tinggi saluran pada daerah tersier berkisar antara
0.407-0.539 m, sedangkan untuk daerah sekunder lebar saluran berkisar antara 0.808-1.164 m,
sedangkan daerah primer 1.137 – 1.328 m. Nilai pada dimensi dapat berbeda – beda disebabkan karena
asumsi pada debit rencana dan kecepatan ijin yang sudah tertera pada table De Vos. Berdasarkan hasil
yang diperoleh bahwa nilai kecepatan rencana tidak ada yang melebihi nilai dari kecepatan ijin maka
dapat disimpulkan bahwa perencanaan saluran irigasi sudah cukup memenuhi syarat.
Kata kunci : Air, Irigasi, Saluran

Abstract : Water has a very important role in people's lives, one of which is in the field of agriculture,
namely as the activity of cultivating plants that are expected to give an economic value. Practical
calculation of irrigation channels planning dilasanakan on March 5, 2019 at 10.30-12.00 am laboratory
SIL in the Department of civil and environmental engineering, Faculty of agricultural technology, Bogor
agricultural University. The digunankan tool is a PC/Laptop and Microsoft Excel. The value of each
area at each tertiary area ranges m2 – 0332 0568 m2, whereas for secondary area area ranged from
2.284-5.518 m2, on a primary area between 7,111 – 9.7 m2. As for the width of the channel on a tertiary
area ranges between 0.533-0.417 m, whereas for secondary wide area channels ranging from 2,019 –
3,041 m, on the primary area between 4,547 – 5,312 m. on the high line on tertiary area ranges from
0.407-0.539 m, whereas for secondary wide area channels ranging from 0.808-1.164 m, whereas the
primary area of 1,137 – 1,328 m. values in the dimension can be different – different because the
assumptions on discharge plans and speed permit which already appears on the table De Vos. Based on
the results obtained that the value of the speed of the plan nothing exceeds the value of the speed of the
permission then it can be inferred that the planning of irrigation channels was enough to qualify.
Keywords : Water, Irrigation, Channel

PENDAHULUAN
Air memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, salah satunya
adalah dalam bidang pertanian yaitu sebagai kegiatan pembudidayaan tanaman yang
diharapkan dapat memberikan nilai ekonomi. Aliran air pada sungai adalah sumber air
yang dapat digunakan untuk keperluan irigasi. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu
usaha untuk mendatangkan air dengan membuat bangunan-bangunan dan saluran-
saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian. Jumlah air yang diperlukan
untuk irigasi dipengaruhi oleh faktor alam dan juga jenis tanaman serta masa
pertumbuhannya. Untuk itu diperlukan sistem pengaturan yang baik agar kebutuhan air
dapat terpenuhi dan efisien dalam pemanfaatan air. Mengingat air yang tersedia di alam
sering tidak sesuai dengan kebutuhan baik lokasi maupun waktunya, maka diperlukan
saluran irigasi dan bangunan pelengkap untuk membawa air dari sumbernya ke lokasi
yang akan dialiri dan sekaligus untuk mengatur besar kecilnya air yang dibutuhkan
(Triatmojo 1993).
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat pesat disatu sisi menimbulkan suatu
permasalahan yaitu meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan, sehingga perlu
dipikirkan berbagai usaha untuk lebih meningkatkan hasil pertanian dan mencegah
terjadinya kesenjangan yang tinggi antara tingkat kebutuhan dan tingkat pemenuhan
bahan makanan dan juga meningkatkan taraf hidup petani. Upaya yang paling tepat
untuk dilakukan saat ini adalah dengan cara intensifikasi yang berarti pengoptimalan
lahan yang sudah ada, salah satu caranya adalah pengelolaan irigasi yang baik
(Kodoatie 2002). Maka dari itu, diperlukan suatu perencanaan jaringan irigasi teknis
yang dapat mengelola penggunaan air yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk irigasi,

TUJUAN
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami bagaimana cara
perhitungan saluran irigasi sesuai dengan kebutuhannya.

METODOLOGI
Praktikum perhitungan perencanaan saluran irigasi dilasanakan pada tanggal 5
Maret 2019 pukul 10.30-12.00 WIB di Laboratorium SIL di Departemen Teknik Sipil
dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Alat yang
digunankan adalah PC/Laptop dan Microsoft Excel.
Pelaksanaan dari praktikum ini dapat dilihat pada bagan alir berikut :
Mulai

Buka PC/Laptop lalu jalankan Microsoft Excel

Tentukan debit rencana ditiap saluran primer, sekunder dan tersier

Masukkan nilai b,h m, V ijin, dan K

Dihasilkan nilai dimensi baru

Mentukan nilai kecepatan rencana

Cek nilai kecepatan rencana

selesai

Gambar 1 Alir Bahan Perhitungan Perencanaan Saluran Irigasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Irigasi merupakan suatu usaha penyediaan, pengaturan dan penyaluran air untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Irigasi dimaksudkan mendukung
produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat (Takeda 2006).
Langkah pertama dalam memnentukan perencanaan saluran irigasi adalah
menentukan debit rencana, debit rencana yang direncanakan pada setiap petak berbeda
nilainya seperti antara daerah sekunder yang satu dengan sekunder yang lainnya. Hal
ini disebabkan karena setiap petak pada daerah irigasi mempunyai kebutuhan air yang
berbeda – beda seperti luas antara petak sekunder 1 dengan petak sekunder 2 tentulah
berbeda.
Langkah kedua adalah mengasumsikan lebar saluran, tinggi saluran, kecepatan ijin
dan kemiringan dinding, nilai asumsi tersebut dapat dilihat pada table De Vos.
Kecepatan ijin berkisar antara 0.250 – 0.350 m/det hal itu disebabkan oleh nilai debit
rencana. Sedangkan untuk nilai koefisisen Strickler adalah 35 m1/3/det. Nilai koefisien
tersebut juga disebabkan oleh nilai debit rencana, karena Q < 1 m3/det maka nilai
koefisien Strickler adalah 35 m1/3/det.
Langkah ketiga adalah menghitung dimensi saluran. Pertama kali dilakukan adalah
menghitung luas area/petak pada saluran irigasi yang sudah diasumsikan nilainya. Nilai
luas untuk tiap area pada daerah tersier masing masing berkisar 0.332 m2 – 0.568 m2,
sedangkan untuk daerah sekunder luas area berkisar antara 2.284-5.518 m2, pada
daerah primer antara 7.111 – 9.7 m2. Sedangkan untuk lebar saluran pada daerah tersier
berkisar antara 0.417-0.533 m, sedangkan untuk daerah sekunder lebar saluran berkisar
antara 2.019 – 3.041 m, pada daerah primer antara 4.547 – 5.312 m. Pada tinggi saluran
pada daerah tersier berkisar antara 0.407-0.539 m, sedangkan untuk daerah sekunder
lebar saluran berkisar antara 0.808-1.164 m, sedangkan daerah primer 1.137 – 1.328
m. Nilai pada dimensi dapat berbeda – beda disebabkan karena asumsi pada debit
rencana dan kecepatan ijin yang sudah tertera pada table De Vos.
Langkah keempat adalah menentukan keliling basah dan jari jari hidrolik dan
kecepatan rencana. Kecepatan rencana pada daerah tersier berkisar antara 0.021 - 0.048
m, sedangkan untuk daerah sekunder lebar saluran berkisar antara 0.202 – 0.471 m,
pada daerah primer antara 0.514 – 0.657 m. Setelah menemukan nilai kecepatan
rencana yang perlu dilakukan adalah cek nilai tersebut dengan syarat bahwa nilai
kecepatan rencana tidak boleh lebih besar dari nilai kecepata yang didijinkan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa nilai kecepatan rencana tidak ada yang
melebihi nilai dari kecepatan ijin maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan saluran
irigasi sudah cukup memenuhi syarat.
Perencanaan jaringan irigasi harus sedemikian rupa sehingga pengelolaan air dapat
dilaksanakan dengan baik, eksploitasi dan Pemeliharaan jaringan dapat dengan mudah
dilakukan oleh para petani pemakai dengan biaya rendah. Jaringan tersebut harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga pemberian air dapat dilakukan sampai ke
daerah yang terjauh dan tertinggi. Untuk tujuan tersebut maka daerah pengaliran
dibagi dalam satuan-satuan kecil yang disebut petak. Tiap petak diberi batas yang
nyata, agar air dari bagian yang satu tidak mudah mengalir ke bagian yang lain (Haris
2016).

SIMPULAN
Nilai luas untuk tiap area pada daerah tersier masing masing berkisar 0.332 m2 –
0.568 m2, sedangkan untuk daerah sekunder luas area berkisar antara 2.284-5.518 m2,
pada daerah primer antara 7.111 – 9.7 m2. Sedangkan untuk lebar saluran pada daerah
tersier berkisar antara 0.417-0.533 m, sedangkan untuk daerah sekunder lebar saluran
berkisar antara 2.019 – 3.041 m, pada daerah primer antara 4.547 – 5.312 m. Pada
tinggi saluran pada daerah tersier berkisar antara 0.407-0.539 m, sedangkan untuk
daerah sekunder lebar saluran berkisar antara 0.808-1.164 m, sedangkan daerah primer
1.137 – 1.328 m. Nilai pada dimensi dapat berbeda – beda disebabkan karena asumsi
pada debit rencana dan kecepatan ijin yang sudah tertera pada table De Vos.
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa nilai kecepatan rencana tidak ada yang
melebihi nilai dari kecepatan ijin maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan saluran
irigasi sudah cukup memenuhi syarat.

DAFTAR PUSTAKA
Haris V T. 2016. Perencanaan dimensi ekonomis saluran primer daerah irigasi (di)
bunga raya. Jurnal Teknik Sipil Siklus. 2 (1) : 48 – 57
Kodoatie R.J. 2002 Hidrolika Terapan-Aliran Pada Saluran Terbuka dan Pipa.
Yogyakarta (ID) : Andi
Takeda, Kensaku. 2006. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta (ID) : Pradnya Paramita
Triatmojo B. 1993. Hidraulika Jilid II. Yogyakarta (ID) : Beta Offset

Anda mungkin juga menyukai