PENDAHULUAN
Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap
wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan( Nursalam 2008).
memiliki kontak yang konstan dengan pasien. Oleh karena itu, pelayanan
sakit.
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang
Informasi tentang kinerja perawat dari hasil penelitian diketahui bahwa kinerja
tenaga kesehatan masih belum optimal. Persepsi kinerja perawat di rumah sakit
pemerintah yakni RSUD Sumedang dalam kategori baik hanya sebesar 49,5%
sementara sisanya dalam kategori kurang 50,5% dengan karakteristik populasi: latar
belakang pendidikan adalah DIII keperawatan (82,5%), rata-rata lama kerja di rumah
sakit lebih dari 6,06 tahun, serta sebagian besar usia perawat adalah 27,96 - 29,45
tahun (usia produktif). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kinerja perawat di rumah
sakit tersebut masih relatif rendah meskipun dengan karakteristik individu perawat
yang sudah cukup optimal dari aspek usia, pendidikan, serta lama bekerja (Burdahyat,
2009). Kinerja perawat dengan kategori baik sebesar 56,9% di rumah sakit swasta
Salah satu metode untuk menilai kinerja perawat yaitu dengan melihat standart
asuhan keperawatan yang berfungsi sebagai pedoman atau tolak ukur dalam
Kinerja perawat yang kurang baik dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu
faktor yang memengaruhi kinerja perawat adalah stres kerja yang dialami perawat,
Dari hasil penelitian pengaruh stres kerja terhadap kinerja perawat di RS Wijaya
Kusuma pada tahun 2015 didapati stres kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap
Tugas dan tanggung jawab perawat bukan hal yang ringan untuk dipikul. Disatu
sisi perawat bertanggung jawab terhadap tugas fisik, administratif dari instansi
pasien yang muncul pada pasien akibat sakitnya, ketegangan, kejenuhan dalam
menghadapi pasien dengan kondisi yang menderita sakit kritis atau keadaan terminal,
disisi lain ia di tuntut untuk harus selalu tampil sebagai profil perawat yang baik oleh
pasiennya. Berbagai situasi dan tuntutan kerja yang dialami dapat menjadi sumber
Berdasarkan profil data kesehatan Indonesia pada tahun 2011, jumlah SDM
kesehatan di Indonesia sebanyak 668.704 orang dengan SDM kesehatan yang ada di
rumah sakit sebanyak 251.000 orang. Sebanyak 39.8 % atau 99.954 orang adalah
perawat. Akan tetapi, jumlah tersebut belum dapat mengimbangi beban kerja perawat
pada pelayanan kesehatan. Beban kerja perawat di Indonesia masih tinggi karena
rasio perawat terhadap pasien melebihi rasio ideal (Hamid, 2010). Hal tersebut
menyebabkan perawat rentan mengalami stres yang bersumber dari pekerjaan yang
Stres adalah suatu respon yang dibawa oleh berbagai peristiwa eksternal dan
dapat berbentuk pengalaman positif atau pengalaman negatif (Wincent dan Ortqvist,
2008). Stres adalah suatu tanggapan yang muncul karena adanya kapasitas adaptif
antara pikiran dan tubuh atau fisik manusia (Jagaratnam dan Buchanan, 2004). Stres
kerja adalah pola reaksi yang terjadi ketika pekerja dihadapkan dengan tuntutan kerja
yang tidak sesuai dengan pengetahuan, kemampuan, kebutuhan dan sumber daya,
Beberapa hasil survey menunjukkan bahwa prevalensi stres kerja pada perawat
cukup tinggi. Hail survey Cannadian Community Health Survey di Kanada tahun
2003 menunjukkan bahwa 45% tenaga kesehatan mengalami stres kerja, termasuk
diantaranya perawat (Wilkins, 2007). Hasil survey dari UK Office for National
khususnya perawat masih memiliki prevalensi tertinggi untuk stres kerja selama tiga
periode survey (Hackitt, 2012). Sementara itu hasil survey yang dilakukan di
Indonesia oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) pada tahun 2006
Indikator-indikator stress kerja dapat dibagi dalam tiga aspek. Indikator pada
psikologis seperti cepat marah, ketegangan kerja, kegelisahan kerja dan kebosanan
kerja. Indikator pada fisik seperti meningkatnya detak jantung dan tekanan
darah,sakit perut dan sakit kepala. Indikator pada perilaku seperti merokok
berlebihan, sulit tidur, absensi meningkat dan berbicara tidak tenang (Hariandja,
2002).
Rumah sakit umum daerah (RSUD) Tanjung Pura merupakan satu- satu nya
rumah sakit milik pemerintah di kabupaten lagkat. Berdasarkan survei awal yang
dilakukan peneliti di RSUD Tanjung Pura pada bulan Januari 2016, RSUD Tanjung
Pura memiliki jumlah tempat tidur 100 buah dengan jumlah perawat di ruang rawat
inap 63 orang.
Pasien dengan tingkat ketergantungan mandiri (self care) dan minimal care rasionya
adalah 1: 4-6, untuk tingkat ketergantungan moderate care seperti HDU rasionya
Di RSUD Tanjung Pura rasio perawat dengan tempat tidur adalah 1: 2, yang
artinya masih dalam perbandingan normal. Dan pada pelaksanaannya jumlah tenaga
perawat pelaksana yang bertugas disetiap ruang rawat inap shift pagi 4-6 orang, shift
Dari hasil penelitian penilaian kinerja perawat yang dinilai dari pencatatan
asuhan keperawatan dalam rekam medis didapati 61,8 % perawat ruang rawat inap
RSUD Tanjung Pura memiliki kinerja tidak baik. Penilaian kinerja berdasarkan
dokumentasi standart praktik keperawatan pada rekam medis dimana 50,9 % perawat
tidak melengkapi format catatan pengkajian pasien, 61.8 % perawat tidak mencatat
rencana perawatan berdasarkan kebutuhan pasien pada rekam medis, 38.2 % tidak
mecatat implementasi dari perencanaan pada rekam medis, dan 58.2 % perawat tidak
mencatat keadaan pasien selama perawatan pada rekam medis (Firmansyah, 2014).
Dari hasil observasi peneliti pada 9 orang perawat di ruang rawat inap RSUD
Tanjung Pura didapati 5 orang perawat yang yang tidak memberikan penjelasan
kepada pasien sebelum melakukan tindakan dan 6 orang perawat yang tidak
keluhan pasien, kurang komunikasi dan kurang ramah. Hal ini menunjukkan kinerja
baik.
Rendahnya kinerja perawat mungkin disebabkan oleh stres kerja yang dialami
perawat dimana dari hasil observasi peneliti dan wawancara dengan perawat di
bangsal rawat inap didapati faktor faktor yang dapat menimbulkan stres seperti selain
mengerjakan asuhan keperawatan perawat juga harus melakukan tugas lain seperti
mengambil diet pasien ke dapur, mengantar pasien ke ruang radiologi, ruang operasi
dan transfer pasien antar ruangan, melakukan tugas kebersihan, dan meminjam alat
ke ruangan lain.
Selain itu didapati pula bahaya fisik dalam pekerjaan seperti tertular penyakit
pasien, mendengar bunyi yang terus menerus seperti jeritan ataupun rintihan pasien,
kurang lengkapnya alat penunjang perawatan pasien dan sering disalahkan atas tugas
Dari hasil observasi peneliti dan wawancara dengan perawat di bangsal rawat
inap didapati gejala gejala stres kerja yang timbul pada perawat. Dari hasil observasi
didapati perawat yang kurang komunikatif, mudah marah, dan mudah tersinggung.
Dari hasil wawancara dengan 9 orang perawat didapati 5 orang perawat yang
mengeluhkan sering merasa kelelahan saat bekerja, 6 orang perawat yang mengeluh
sering sakit kepala dan 4 orang mengeluh sulit tidur. Hal tersebut merupakan
pengaruh stres kerja terhadap kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Tanjung
1.2 Permasalahan
1. Bagaimana stres kerja perawat dalam menjalankan profesinya di ruang rawat inap
profesinya di ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura pada tahun 2016.
menjalankan profesinya di ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura pada tahun
2016.
menentukan kebijakan terkait dengan manajemen stres kerja yang efektif bagi
perawat.
2. Perawat
3. Pendidikan
4. Peneliti