Oleh :
SURABAYA
2018
1. KONSEP DASAR HALUSINASI
1.1 Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidu. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. (Budi Anna Keliat, 2009:109)
Halusinasi menurut Yosep yang dikutip oleh Mukhtipah Damaiyanti, (2012:53)
adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar. Walaupun
tampak sebagai suatu yang “khayal”, halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari
kehidupan mental penderita yang “teresepsi”.
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang
disertai respon terhadap stimulus tersebut yang dihilangkan, dilebihkan,
disimpangkan, atau dirasakan. (Judith M. Wilkinson, 2011:687)
1.2 Etiologi
Menurut Yosep (2010) dikutip oleh Mukhtipah Damaiyanti, (2012:56) faktor
predisposisi klien dengan halusinasi adalah:
1) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
2
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
schizoferina cenderung mengalami skizoferina. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini.
3
22) Ketakutan.
23) Tidak dapat mengurus diri.
24) Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
4
7) Halusinasi kinistetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau anggota
badannya bergerak-gerak. Misalnya “phantom phenomenom” atau tungkai
yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb). Sering pada skizofrenia
dalam keadaan toksik tertentu akibat pemakaian obat tertentu.
8) Halusinasi viseral
Timbulnya perasaan tertentu didalam tubuhnya.
(1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah
tidak sepeti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Sering pada skizofrenia dan sindrom lobus pateralis. Misalnya sering
merasa dirinya terpecah dua.
(2) Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang
dialaminya seperti dalam impian.
5
Stage II: Comforting Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti
Halusinasi secara umum adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan
ia terima sebagai sesuatu berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan
yang alami pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia
beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan
sensorinya dapat dia kontrol bila kecemasannya
diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien
merasa nyaman dengan halusinasinya.
Stage III: Condemning Pengalaman sensori klien menjadi sering
Secara umum halusinasi datang dan mengalami bias. Klien mulai merasa
sering mendatangi klien tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai
berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan
objek yang dipersaepsikan klien mulai menarik
diri dari orang lain, dengan intensitas waktu
yang lama
Stage IV: Controlling Klien mencoba melawan suara-suara atau
Severe Level of Anxiety sensori abnormal yang datang. Klien dapat
merasakan kesepian bila halusinasinya
berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan
psikotik.
Stage V: Conquering Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai
Panic Level of Anxiety terasa terancam dengan datangnya suara-suara
terutama bila klien tidak dapat menuruti
ancaman atau perintah yang ia dengar dari
halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung
selama minimal empat jam atau seharian bila
klien tidak mendapat komunikasi terapeutik.
Terjadi gangguan psikotik berat.
6
Respon adaptif Respon psikososial Respon maladaptif
Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikir/delusi
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosi berlebihan Perilaku disorganisasi
dengan pengalaman atau kurang Isolasi sosial
Perilaku sesuai Perilaku aneh dan tidak biasa
Hubungan sosial Menarik diri
1. Respons adaptif
Respons adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku
1) Pikiran logis: pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat: pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
2. Respons psikososial
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain
3. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan.
7
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial
2) Halusinasi: persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita dan tidak ada
3) Kerusakan proses emosi: perubahan sesuatu yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
negatif yang mengancam.
8
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umumnya, dikembangkan
formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam
pengkajian.
Isi pengkajian meliputi :
1) Identitas klien,
2) Keluhan utama atau alasan masuk,
3) Faktor predisposisi,
4) Aspek fisik atau biologis,
5) Aspek psikososial,
6) Status mental,
7) Kebutuhan persiapan pulang,
8) Mekanisme koping,
9) Masalah psikososial dan lingkungan,
10) Pengetahuan,
11) Aspek medik.
Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam :
1) Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
2) Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga.
Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga. Data
yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data primer, dan data yang
diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain sebagai data sekunder.
9
2.3 Pohon Masalah
Isolasi sosial
2.4 Intervensi SP
2.4.1 Bagi pasien
2.4.1.1 SP 1 Pasien
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2) Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3) Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4) Mengidentifikasi frekusensi halusinasi pasien
5) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6) Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7) Mengajarkan pasien mengahrdik halusinasi
8) Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
2.4.1.2 SP 2 Pasien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
3) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bercakap-cakap dengan
orang lain dalam jadwal kegiatan harian
2.4.1.3 SP 3 Pasien
1) Mengevaluasi jadwal kegaiatan harian pasien
2) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan di rumah)
10
3) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan kebiasaan di rumah ke dalam
jadwal kegiatan harian
2.4.1.4 SP 4 Pasien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penggunaan oba secara
tertatur
3) Menganjurkan pasien memasukkan penggunaaan obat secara tertatur ke
dalam jadwal kegiatan harian
2.4.2 Keluarga
2.4.2.1 SP 1 Keluarga
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan oleh keluarga dalam merawat
pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi dan jenis dan proses
terjadi halusinasi yang dialami pasien
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
2.4.2.2 SP 2 Keluarga
1) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan halusinasi
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung di hadapan pasien
halusinasi
2.4.2.3 SP 3 Keluarga
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat (perencanaan pulang)
2) Menjelaskan tindak lanjut pasien setelah pulang
11
2.5 Intervensi
Nama : Diagnosa Medis :
Ruang : No. CM :
Tgl No Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
DP Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
1 Gangguan 1. Klien dapat 1.1 Ekspresi wajah 1.1.1 Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
persepsi sensori: membina bersahabat, dengan mengungkapkan prinsip merupakan dasar untuk
halusinasi hubungan saling menunjukkan rasa komunikasi terapeutik: kelancaran hubungan interaksi
percaya senang, ada kontak 1) Sapa klien dengan ramah baik verbal selanjutnya
mata, mau berjabat maupun non verbal.
tangan, mau 2) Perkenalkan diri dengan sopan.
menyebutkan nama, 3) Tanyakan nama lengkap klien dan
mau menjawab salam, nama panggilan yang disukai klien.
klien mau duduk 4) Jelaskan tujuan pertemuan.
berdampingan dengan 5) Jujur dan menepati janji.
perawat, mau 6) Tunjukkan sikap empati dan
mengutarakan masalah menerima klien apa adanya.
yang dihadapi. 7) Beri perhatian pada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
12
2. Klien dapat 2.1 Klien dapat 2.1.1 Adakah kontak sering dan singkat Kontak sering tapi singkat selain
mengenali menyebutkan waktu, secara bertahap. membina hubungan saling
halusinasinya isi, frekuensi percaya, juga dapat memutuskan
timbulnya halusinasi halusinasi.
2.1.2 Observasi tingkah laku klien terkait Mengenal perilaku pada saat
2.2 Klien dapat dengan halusinasinya; bicara dan tertawa halusinasi timbul memudahkan
mengungkapkan tampa stimulus, memandang ke kiri atau perawat dalam melakukan
perasaan terhadap ke kanan atau ke depan seolah-olah ada intervensi.
halusinasi. teman bicara.
2.1.3 Bantu klien mengenali Mengenal halusinasi
halusinasinya. memungkinkan klien untuk
1) Jika menemukan yang sedang menghindarkan faktor pencetus
halusinasi, tanyakan apakah ada timbulnya halusinasi.
suara yang didengar.
2) Jika klien menjawab ada, lanjutkan;
apa yang dikatakan.
3) Katakan bahwa perawat percaya
klien mmendengar suara itu, namun
13
perawat sendiri tidak mendengarnya
(dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi).
4) Katakan bahwa klien ada juga yang
seperti klien.
14
3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Identifikasi bersama klien cara Upaya untuk memutuskan siklus
mengontrol menyebutkan tindakan tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi sehingga halusinasi
halusinasinya. yang biasa dilakukan halusinasi (tidur, marah, menyibukan tidak berlanjut.
untuk mengendalikan diri dll)
halusinasinya.
3.2 Klien dapat 3.1.2 Diskusikan manfaat cara yang Reinforcement positif akan
menyebutkan cara dilakukan klien, jika bermanfaat beri meningkatkan harga diri klien.
baru. pujian.
3.3 Klien dapat 3.1.3 Diskusikan cara baru untuk Memberikan alternatif pilihan
memilih cara memutus atau mengontrol halusinasi: bagi klien untuk mengontrol
mengatasi halusinasi 1) Katakan “saya saya tidak mau halusinasi.
seperti yang telah dengar kamu” (pada saat
didiskusikan dengan halusinasi terjadi).
klien 2) Menemui orang lain
(Perawat/teman/anggota
keluarga) untuk bercakap-cakap
15
atau mengatakan halusinasi yang
terdengar.
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-
hari agar halusinasi tidak
muncul.
4) Minta keluarga/teman/perawat
jika nampak bicara sendiri.
Memotivasi dapat meningkatkan
3.1.4 Bantu klien memilih dan melatih kegiatan klien untuk mencoba
cara memutus halusinasi secara memilih salah satu cara
bertahap. mengendalikan halusinasi dan
dapat meningkatkan harga diri
klien.
16
4.2 Keluarga dapat 4.1.2 Diskusikan dengan keluarga (pada Untuk mengetahui pengetahuan
menyebutkan saat berkunjung/pada saat kunjungan keluarga dan meningkatkan
pengertian, tanda dan rumah): kemampuan pengetahuan tentang
kegiatan untuk 1) Gejala halusinasi yang dialami halusinasi.
mengendalikan klien.
halusinasi. 2) Cara yang dapat dilakukan klien
dan keluarga untuk memutus
halusinasi.
3) Cara merawat anggota keluarga
untuk memutus halusinasi di
rumah, beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan bersama,
berepergian bersama.
4) Beri informasi waktu follow up
atau kapan perlu mendapat
bantuan: halusinasi terkontrol
dan resiko mencederai orang
lain.
17
5. Klien dapat 5.1 Klien dan keluarga 5.1.1 Diskusikan dengan klien dan Dengan menyebutkan dosis,
memanfaatkan dapat menyebutkan keluarga tentang dosis, frekuensi frekuensi dan manfaat obat.
obat dengan baik. manfaat, dosis dan efek manfaat obat.
samping obat.
5.2 Klien dapat 5.1.2 Anjurkan klien minta sendiri obat Diharapkan klien melaksanakan
mendemonstrasikan pada perawat dan merasakan progam pengobatan. Menilai
penggunaan obat manfaatnya. kemampuan klien dalam
secara benar. pengobatannya sendiri.
5.3 Klien dapat
informasi tentang efek 5.1.3 Anjurkan klien bicara dengan Dengan mengetahui efek
samping obat. dokter tentang manfaat dan efek samping samping obat klien akan tahu apa
5.4 Klien dapat obat yang dirasakan. yang harus dilakukan setelah
memahami akibat minum obat.
berhenti minum obat. 5.1.4 Diskusikan akibat berhenti minum Program pengobatan dapat
5.5 Klien dapat obat tanpa konsultasi. berjalan sesuai rencana.
menyebutkan prinsip 5
benar penggunaan 5.1.5 Bantu klien menggunakan obat Dengan mengetahui prinsip
obat. dengan prinsip benar penggunaan obat, maka
kemandirian klien untuk
18
pengobatan dapat ditingkatkan
secara bertahap.
19
DAFTAR PUSTAKA
20