Anda di halaman 1dari 21

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

SAP 6
EKA 437 B2

Kelompok 6 :
Koming Ayu Trianna Dewi (1607531115 / 13)
Komang Ayu Anggarita Fajar Utami (1607531117 / 14)
Ni Kadek Ayu Semitayani (1607531120 / 15)
Putu Laksmi Puspita Yanti (1607531148 / 23)
I Made Gaura Hari Jaya (1607531161 / 28)

AKUNTANSI REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
BIAYA PENGIRIMAN
Biaya pengiriman barang ke lokasi akhir penjualan merupakan elemen penting bagi biaya
persediaan barang dan harga pokok penjualan. Ongkos kirim dari kantor pusat ke cabang harus
dimasukkan dalam perhitungan persediaan cabang dan harga pokok penjualan. Misalkan barang
dagangan dikirim dari kantor pusat ke cabang senilai 125% dari harga pokok Rp 10.000.000, dan
kantor pusat membayar ongkos kirim sebesar Rp 500.000. Berikut ini ayat jurnal yang harus
dibuat pada buku kantor pusat dan cabang :
Buku Kantor Pusat
Cabang Rp 13.000.000
Pengiriman ke Cabang Rp 10.000.000
Laba sebelum direalisasi cabang 2.500.000
Kas 500.000
(Mencatat Pengiriman ke Cabang)

Buku Kantor Cabang


Pengiriman dari kantor pusat Rp 12.500.000
Biaya Pengiriman 500.000
Kantor Pusat Rp 13.000.000
(Untuk mencatat penerimaan barang dari kantor pusat)

Apabila setengah dari barang tersebut tidak terjual pada akhir tahun, penjualan cabang
dilaporkan sejumlah Rp 6.500.000, dan persediaan cabang dihargai 6Rp 6.250.000 (harga pokok)
ditambah ongkos kirim Rp 250.000. Persediaan cabang dan harga pokok penjualan cabang juga
dilaporkan dalam jumlah yang sama apabila yang membayar ongkos kirim adalah cabang, bukan
kantor pusat. Tetapi pembebanan ongkos kirim itu tidak dicatat pada buku kantor pusat.
Jika terjadi pembebanan ongkos kirim tambahan akibat pengiriman dari kantor pusat ke
cabang atau pengiriman antarcabang, maka biaya tersebut tidak boleh dimasukkan dalam biaya
persediaan. Kalua cabang mengembalikan setengah dari persediaannya yang diterima dari kantor
pusat karena rusak atau kekurangan persediaan di kantor pusat, maka biaya persdiaan kantor
pusat tidak boleh dimasukkan ongkos kirim yang dibebankan ke atau dari cabang. Asumsikan

1
cabang memberi Rp 250.000 untuk mengembalikan setengah dari barang dagangan ke kantor
pusat, jurnal pada kantor pusat dan cabang adalah:
Buku Cabang
Kantor Pusat Rp 6.750.000
Pengiriman dari Kantor Pusat Rp 6.250.000
Biaya pengiriman 250.000
Kas 250.000
(Mencatat Pengembalian Barang ke Kantor Pusat)

Buku Kantor Pusat


Pengiriman ke cabang Rp 5.000.000
Laba belum direalisasi cabang 1.250.000
Kerugian pembebanan biaya pengiriman yang berlebih 500.000
Kantor Pusat Rp 6.750.000
(Untuk mencatat pengembalian barang dari cabang)

JURNAL UNTUK MENCATAT PENGIRIMAN KE CABANG SOLO


Buku Kantor Pusat
Cabang Solo Rp 52.000.000
Pengiriman ke Cabang Solo Rp 50.000.000
Kas 2.000.000
(Mencatat Pengiriman ke Cabang Solo)

Buku Kantor Cabang Solo


Pengiriman dari kantor pusat Rp 50.000.000
Biaya Pengiriman 2.000.000
Kantor Pusat Rp 52.000.000
(Untuk mencatat penerimaan barang dari kantor pusat)

2
JURNAL UNTUK MENCATAT TRANSFER DARI CABANG SOLO KE MADIUN
Buku Kantor Pusat
Cabang Madiun Rp 51.800.000
Kerugian pembebanan biaya pengiriman 1.400.000
Pengiriman ke Cabang Solo 50.000.000
Cabang Solo Rp 53.200.000
Pengiriman ke Cabang Madiun 50.000.000
(Mencatat transfer barang dagangan dari cabang solo ke cabang madiun)

Buku Cabang Solo


Kantor Pusat Rp 53.200.000
Pengiriman dari kantor pusat Rp 50.000.000
Biaya Pengiriman 2.000.000
Kas 1.200.000
(Untuk mencatat transfer barang ke cabang Madiun)

Buku Cabang Madiun


Pengiriman dari Kantor Pusat Rp 50.000.000
Biaya pengiriman 1.800.000
Kantor Pusat Rp 51.800.000
(Mencatat penerimaan dari kantor pusat melalui cabang Solo)

Total ongkos kirim yang terjadi pada persediaan dibebankan pada akun Kerugian
Pembebanan Ongkos Kirim yang Berlebih (dibebankan ke kantor pusat) karena ongkos kirim
tersebut timbul dari kesalahan atau inefisiensi manajemen. Biaya tersebut tidak digolongkan
sebagai biaya operasi atau ongkos kirim normal.
Contoh kedua dari kasus kirim tambahan menyangkut penerimaan antarcabang. Misalkan
Kantor Pusat Matahari mengirim barang dagangan seharga Rp 50.000.000 (harga pokok) dari
Jakarta ke Cabang Solo dan membayar ongkos kirim sebesar Rp 2.000.000. Beberapa hari
kemudian Cabang Madiun mengalami kehabisan persediaan dan meminta kiriman dari Cabang

3
Solo. Ongkos kirim dari Solo ke Madiun sebesar Rp 1.200.000 dibayar oleh Cabang Solo.
Ongkos kirim dari Jakarta ke Madiun menjadi Rp 1.800.000.
Untuk menyesuaikan akun pengiriman, kantor pusat dan cabang, maka ongkos kirim
harus disesuaikan. Total ongkos kirim yang terjadi adalah Rp 3.200.000 (Rp 2.000.000 + Rp
1.200.000), tetapi ongkos kirim dari kantor pusat ke Cabang Madiun hanya Rp 1.800.000. Hanya
Rp 1.800.000 inilah yang dicatat sebagai biaya persediaan pada buku Cabang Madiun.
Terjadinya pengiriman dua kali dianggap sebagai kesalahan manajemen, maka kelebihan ongkos
kirim yang terjadi dibebankan sebagai kerugian kantor pusat. Perlakuan akuntansi seperti ini
konsisten dengan prinsip akuntansi yang menyebutkan bahwa biaya persediaan hanya mencakup
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan persediaan siap untuk dijual ke konsumen.

Alokasi Biaya-Kantor Pusat dan Cabang


Alokasi biaya antara kantor pusat dan cabang biasanya diperlukan untuk mendapatkan
pengukuran yang akurat mengenai laba dari tiap-tiap unit perusahaan. Biaya promosi, misalnya,
bisa berhubungan dengan kegiatan penjualan kantor pusat atau kegiatan penjualan suatu atau
lebih cabang. Apabila biaya promosi ini dibayar oleh kantor pusat , maka biaya promosi yang
berhubungan dengan penjualan cabang harus dibebankan ke cabang. Biaya pension yang dibayar
oleh kantor pusat dan biaya administrasi dan umum kantor pusat juga harus dialokasikan pada
kegiatan cabang untuk memberikan informasi lengkap mengenai laba dari tiap unit usaha. Situasi
lain yang membutuhkan alokasi biaya terjadi saat pencatatan aktiva tetap dilakukan oleh system
akuntansi kantor pusat
Berikut ini adalah contoh pengalokasian biaya :
Jika cabang membayar Rp. 5.000.000 untuk biaya promosi yang hubungannya dengan
penjualan konser pusat dan cabang sama rata, maka Rp. 5.000.000 itu dialokasikan sebagai
berikut :
Buku Cabang
Biaya promosi Rp. 2.500.000
Kantor Pusat Rp. 2.500.000
Kas Rp. 5.000.000
Untuk mengalokasikan 50% biaya promosi pada kantor pusat

4
Buku Kantor Pusat
Biaya Promosi Rp 2.500.000
Cabang Rp 2.500.000
Untuk mencatat biaya promosi yang dibayar oleh cabang

Biaya uRp. 50.000.000 dan biaya umum kantor pusat Rp. 120.000.000 yang terjadi
dikantor pusat dan dialokasikan masing-masing 25% ke cabangnya di Depok dan Cilegon dicatat
sebagai berikut :
Buku Kantor Pusat
Cabang Depok Rp. 42.500.000
Cabang Cilegon Rp. 42.500.000
Biaya Pensiun Rp. 25.000.000
Biaya Umum Rp. 60.000.000
Untuk mengalokasikan biaya pension dan umum pada kegiatan cabang
Buku Cabang Depok
Biaya Pensiun Rp. 12.500.000
Biaya Umum Rp. 30.000.000
Kantor Pusat Rp. 42.500.000
Untuk mencatat alokasi biaya dari kantor pusat
Buku Cabang CIlegon
Biaya pensiun Rp. 12.500.000
Biaya Umum Rp. 30.000.000
Kantor Pusat Rp.42.500.000
Untuk mencatat alokasi biaya dari kantor pusat
Contoh diatas menggambarkan pendekatan dasar untuk mengalokasikan biaya antara
kantor pusat dan cabang. Biaya-biaya lain di alokasikan dengan cara yang sama.

5
REKONSILIASI—KANTOR PUSAT DAN CABANG
Apabila terjadi kesalahan dalam mencatat transaksi resiprokal baik pada buku kantor
pusat maupun pada buku cabang, dan jika transaksi hanya dicatat pada satu buku saja maka pada
akhir tahun tidak akan muncul akun resiprokal kantor pusat dan cabang. Pendekatan yang
digunakan untuk rekonsiliasi kantor pusat dan cabang sama dengan pendekatan yang digunakan
dalam rekonsiliasi bank. Rekonsiliasi kantor pusat dan cabang pada Desember 19X1
diilustrasikan pada peraga 12-5 dengan asumsi berikut :

1. Saldo 31 Desember 31XI : Akun kantor pusat (buku cabang) RP 452.300.000, Akun
cabang rengasdngklok (buku kantor pusat) Rp. 492.000.000
2. Cabang rengasdengklok mengirim cek Rp. 12.000.000 tunai kekantor pusat pada tanggal
31 Des 19XI . Kantor pusat baru menerima cek tersebut tanggal 4 Januari 19X2
3. Kantor pusat mengirim barang dagangan senilai Rp. 20.000.000 ke Cabang
Rengasdengklok pada tanggal 28 Desember 19XI pada harga transfer Rp. 25.000.000.
Barang dagangan tersebut baru diterima cabang pada tanggal 8 Januari 19X2
4. Biaya promosi sejumlah Rp. 8.500.000 dialokasikan oleh kantor pusat ke cabang
rengasdengklok. Biaya itu dicatat oleh cabang sebesar Rp. 5.800.000

Jurnal berikut ini dibuat pada buku kantor pusat untuk menggambarkan kas dalam perjalanan
(Cash in Transit) tanggal 31 Desember 19X1:
Kas dalam perjalanan Rp. 12.000.000
Cabang Rengasdengklok Rp.12.000.000
Untuk mencatat kas dalam perjalanan 31 Desember 19XI
PT WIJAYA
REKONSILIASI KANTOR PUSAT-CABANG RENGASDENGKLOK
31 DESEMBER 19XI (dalam 000)
Akun Kantor Pusat Akun Cabang
Rengasdengklok
Saldo buku, 31 Des 19XI Rp. 452.300.000 Rp. 492.000.000
Kas dalam Perjalanan-Cabang
Rengasdengklok ke kantor pusat - (12.000.000)

6
Pengiriman dalam perjalanan ke Cabang Rp. 25.000.000 -
Koreksi kesalahan : Biaya Promosi
Rp. 8.500.000 dicatat Rp. 5.800.000 Rp. 2.700.000 -
Saldo disesuaikan, 31 Desember 19XI Rp. 480.000.000 Rp. 480.000.000

Meskipun lebih mudah untuk menggunakan nama akun “kas dalam perjalanan” untuk
memastikan pencatatan penerimaan kas actual yang benar, tetapi dari sudut pandang gabungan
usaha, kas tersebut tidak dalam perjalanan dan dalam laporan keuangan gabungan harus
dilaporkan sebagai kas, bukan kas dalam perjalanan.
Jurnal koreksi pada buku Cabang Rengasdengklok untuk mencatat rekonsiliasi :
Pengiriman dari kantor pusat-dalam perjalanan Rp. 25.000.000
Kantor Pusat Rp. 25.000.000
Untuk mencatat barang dalam perjalanan dari kantor pusat

Biaya Promosi Rp. 2.700.000


Kantor Pusat Rp.2.700.000
Untuk mengoreksi kesalahan pencatatan alokasi biaya promosi dari kantor pusat
Setelah akun-akun diperbarui, akun kantor pusat dan cabang akan memiliki saldo yang
resiprokal.

7
ILUSTRASI AKUNTANSI KANTOR PUSAT DAN CABANG
PT. Polytron di Jakarta mengoprasikan kantor cabang penjualan di Semarang sejak
beberapa tahun lalu. Seluruh barang dagangan yang dikirim ke Cabang Semarang dinilai dengan
harga jual normal, yaitu 125% dari harga pokok. Cabang Semarang juga membeli barang
dagangan dari pemasok luar. Barang-barang ini dijual pada markup 25% dari harga yang tertera
pada faktur. Neraca untuk PT. Polytron dan Canang Semarang tanggal 31 Desember 19X1
adalah sebagai berikut:
PT POLYTRON DAN CABANG
NERACA PER 31 DESEMBER 19X1

Kantor Pusat Kantor Cabang

Aktiva
Kas Rp 25.000.000 Rp 11.000.000
Piutang dagang-neto 42.000.000 23.000.000
Persediaan 20.000.000 16.000.000
Aktiva tetap-neto 70.000.000 -
Cabang Semarang 43.000.000 -
Total aktiva Rp 200.000.000 Rp 50.000.000
Kewajiban dan Ekuitas
Hutang dagang 14.000.000 5.000.000
Kewajiban lain-lain 10.000.000 2.000.000
Laba belum direalisasi cabang 1.600.000 -
Kantor pusat - 43.000.000
Modal saham 150.000.000 -
Laba ditahan 24.400.000 -
Total kewajiban dan ekuitas Rp 200.000.000 Rp 50.000.000

Seluruh aktiva tetap baik untuk kantor pusat maupun untuk cabang dicatat pada buku
kantor pusat. Setengah dari Rp 16.000.000 persediaan cabang pada tanggal 31 Desember 19X1
8
diterima dari pemasok setempat, dan sisanya Rp 8.000.000 diterima dari kantor pusat pada harga
transfer. Ringkasan transaksi antara kantor pusat PT Polytron dan kantor cabanggnya di
Semarang selama 19X2 diberikan dibawah ini, sedangkan jurnal untuk mencatat transaksi yang
terjadi disajikan berikutnya.
1. Penjualan PT Polytron untuk 19X2 berjumlah Rp 281.750.000, dimana Rp
200.000.000 adalah penjualan kantor pusat dan Rp 81.750.000 adalah penjualan oleh
cabang Semarang. Seluruh penjualan telah dicatat.
2. Pembelian kantor pusat dan cabang selama 19X2 masing-masing senilai Rp
205.000.000 dan Rp 20.000.000. kantor pusat mengirim barang dagangan ke
Semarang senilai Rp 40.000.000 dengan harga transfer Rp 50.000.000.
3. Penagihan yang berhasil dilakukan kantor pusat sebesar Rp 195.000.000, sedangkan
cabang sebesar Rp 79.750.000.
4. Cabang semarang selama tahun 19X2 mentransfer kas Rp 55.000.000 ke kantor pusat
5. Pembayaran hutang oleh kantor pusat Rp 210.000.000 dan cabang Rp 21.000.000
6. Selama 19X2 kantor pusat membayar biaya operasi Rp 20.000.000 dan cabang
Semarang membayar Rp 2.000.000. dari biaya operasi yang dibayar kantor pusat, Rp
1.000.000 dialokasikan ke Cabang Semarang.
7. Total biaya penyusutan selama satu tahun rp 8.000.000, dimana sebesar Rp
1.500.000. dialokasikan ke cabang.
Persediaan akhir tahun Rp 25.000.000 untuk kantor pusat dan Rp 10.000.000 untuk
Cabang Semarang, dimana setengah dari persediaan cabang merupakan barang yang diperoleh
dari kantor pusat.

9
PT POLYTRON

AYAT JURNAL-KANTOR PUSAT DAN CABANG

UNTUK TAHUN 19X2 (DALAM 000)

No Buku Kantor Pusat Buku Cabang Semarang

1. Piutang dagang Rp200.000 Piutang dagang Rp81.750

Penjualan Rp200.000 Penjualan Rp81.750

Untuk mencatat penjualan kredit Untuk mecatat penjualan kredit

2. Pembelian Rp205.000 Pembelian Rp20.000

Utang dagang Rp205.000 Utang dagang Rp20.000

Untuk mencatat pembelian kredit Untuk mecatat pembelian kredit

Cabang Semarang Pengiriman dari


Rp50.000 Rp50.000
kantor pusat

Pengiriman ke Kantor Pusat


Rp 40.000 Rp50.000
cabang Semarang

Laba belum
Rp 10.000
direlisasi cabang

Untuk mentransfer barang ke cabang pada 125% Untuk mecatat penerimaan barang dari kantor
harga pokok pusat

3. Kas Rp195.000 Kas Rp79.750

Piutang dagang Rp195.000 Piutang dagang Rp79.750

Untuk mencatat penagihan piutang dagang Untuk mencatat penagihan piutang dagang

4. Kas Rp55.000 Kantor pusat Rp55.000

Cabang Rp55.000 Kas Rp55.000


Semarang

Untuk mencatat penerimaan kas dari cabang Untuk mencatat penyerahan kas ke kantor

10
Semarang pusat

5. Hutang dagang Rp210.000 Hutang dagang Rp21.000

Kas Rp210.000 Kas Rp21.000

Untuk mencatat pembayaran utang Untuk mencatat pembayaran utang

6. Biaya operasi Rp20.000 Biaya operasi Rp2.000

Kas Rp20.000 Kas Rp2.000

Untuk mencatat pembayaran biaya-biaya Untuk mencatat pembayaran biaya-biaya

Cabang Semarang Rp1.000 Biaya operasi Rp1.000

Biaya Operasi Rp 1.000 Kantor Pusat Rp1.000

Untuk mencatat alokasi biaya pada Cabang Untuk mecatat alokasi biaya dari kantor pusat
Semarang

7. Cabang Semarang Rp 1.500 Biaya operasi Rp 1.500

Biaya operasi Rp 6.500 Kantor Pusat Rp 1.500

Akumulasi Rp 8.000
penyusutan

Untuk mencatat alokasi biaya penyusutan pada Untuk mecatat alokasi biaya penyusutan dari
Cabang Semarang kantor pusat

Total persediaan PT Polytron pada harga pokok adalah Rp 34.00.000, dihitung sebagai berikut:
Persediaan kantor pusat Rp 25.000.000

Persediaan cabang diperoleh dari pembelian 5.000.000

Persediaan cabang ditransfer dari kantor pusat : Rp 5.000.000/1.25 4.000.000

Total Persediaan Rp 4.000.000

Harga pokok penjualan terpisah dalam kertas kerja gabungan kantor pusat dan cabang
sebagai berikut:

11
Kantor Pusat Kantor Cabang

Persediaan, 1 Januari 19X2 Rp 20.000.000 Rp 16.000.000


Pembelian 205.000.000 20.000.000
Pengiriman ke Cabang (40.000.000) -
Pengiriman dari Kantor Pusat - 50.000.000
Persediaan tersedia untuk dijual Rp 185.000.000 Rp 86.000.000
Persediaan 31 Desember 19X2 (25.000.000) (10.000.000)
Harga pokok penjualan Rp 160.000.000 Rp 76.000.000
Ayat jurnal pada kertas kerja diperlukan untuk menggabungkan akun kantor pusat dan
cabang yang pada bagian ini disajikan dalam format jurnal:

a. Laba belum direallisasi cabang Rp 1.600.000


Harga pokok penjualan Rp 1.600.000
Untuk mengeliminasi laba belum direalisasi pada persediaan awal cabang
b. Laba belum direalisasi cabang Rp 10.000.000
Harga pokok penjualan Rp 10.000.000
Untuk mengeliminasi laba belum direalisasi pada pengiriman ke cabang tahun berjalan
c. Harga pokok penjualan Rp 1.000.000
Persediaan Rp 1.000.000
Untuk mengeliminasi laba belum direalisasi pada persediaan akhir cabang
d. Kantor Pusat Rp 40.500.000
Cabang Semarang Rp 40.500.000
Untuk mengeliminasi saldo resiprokal kantor pusat dan cabang

Ayat jurnal penyesuaian dan penutup untuk cabang semarang dan kantor pusatnya adalah:
Ayat Jurnal Penutup Cabang Semarang
Penjualan Rp 81.750.000
Persediaan, 31 Desember 19X2 10.000.000
Persediaan, 1 Januari 19X2 Rp 16.000.000
Pembelian 20.000.000
Pengiriman dari kantor pusat 50.000.000
Biaya operasi 4.500.000
12
Kantor pusat 1.250.000
Ayat Jurnal Penyesuaian dan Penutup untuk kantor Pusat
Cabang Semarang Rp 1.250.000
Laba Cabang Semarang Rp 1.250.000
Laba sebesar Rp1.250.000 yang dilaporkan cabang tidak termasuk margin laba dari
barang yang diperoleh dari kantor pusat. Laba cabang ini dicatat oleh kantor pusat saat
penyesuaian akunlaba belum direalisasi pada akhir tahun dilakukan. Laba cabang yang
berdasarkan harga pokok untuk periode berjalan adalah Rp11.850.000, yaitu jumlah yang
muncul dalam laporan laba rugi kantor pusat.
Neraca dan laporan laba rugi komparatif untuk kantor pusat PT Polytron, Cabang
Semarang dan gabungan kantor pusat dan cabang diberikan pada neraca berikut:

Laporan ini ditujukan untuk mempertegas perbedaan antara laporan kantor pusat dan
cabang dan terpisah dengan laporan gabungan kantor pusat dan kantor cabang. Perhatikan bahwa
harga pokok penjualan pada buku kantor pusat sama sengan 80% penjualan kantor pusat
(Rp160.000.000/Rp200.000.000) dan gabungan harga pokok penjualan sama dengan 80%
13
penjualan gabungan (Rp225.400.000/Rp281.750.000) yang menggambarkan kebijakan
perusahaan menetapkan harga jual 25% diatas harga pokok. Hubungan ini tidak terjadi pada
harga pokok penjualan cabang dengan penjualannya karena pengiriman dari kantor pusat dicatat
pada buku cabang berdasarkan harga jual.

14
REFRENSI
Floyd A. Beams- Amir Abadi Jusuf, Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia, 2004, Buku 1
dan 2. Salemba Empat

15
SOAL DAN PEMBAHASAN
CONTOH SOAL 1
PT Ultra Surabaya, Jawa timur, distributor peralatan kantor, mendirikan kantor cabang penjualan
di Denpasar, Bali. Kantor pusat menjual baik ke konsumen ritel maupun ke cabang bali dengan
laba atas penjualan antar perusahaan yang dialokasikan ke kantor pusat. Asumsi lainnya adalah
sebagai berikut :

a. PT Ultra mendirikan cabang denpasar pada tahun 19X1 dengan mentransfer kas
Rp.30.000.000. sebagai, tambahan kantor pusat juga mentransfer peralatan dan perabotan
kantor baru senilai Rp.100.000.000 ke cabang denpasar
b. Selama tahun 19X1, kantor pusat dan cabang denpasar membeli persediaan masing-
masing sebesar Rp.260.000.000 dan Rp.50.000.000 dari pihak ekternal
c. Selama tahun berjalan, kantor pusat mentransfer persediaan ke cabang denpasar dengan
total harga transfer Rp.110.000.000. harga perolehan persediaan kantor pusat senilai
Rp.70.000.000
d. Kantor pusat menjual persediaan Rp.254.000.000 ke pihak eksternal dengan harga
Rp.500.000.000 selama tahun berjalan dan piutang yang berhasil ditagih sebesar
Rp.480.000.000. cabang denpasar menjual persediaan senilai Rp.128.000.000 ke pihak
eksternal dengan harga Rp.200.000.000 dan berhasil menagih piutang sebesar
Rp.158.000.000. dari jumlah persediaan yang dijual cabang denpasar sebesar
Rp.38.000.000 dibeli daripihak eksternal
e. Cabang denpasar mengirimkan kas sebesar Rp.70.000.000 ke kantor pusat
f. Selama tahun berjalan beban operasi yang terjadi di kantor pusat sebesar Rp.133.000.000
sementara beban operasi yang terjadi di cabang denpasar sebesar Rp.34.000.000
g. Kantor pusat membayar utang sebesar Rp.390.000.000 selama tahun 19X1, sementara
cabang denpasar membayar utang Rp.77.000.000
h. PT Ultra mengumumkan dan membayar deviden sebesar Rp.50.000.000
i. Pada akhir tahun 19X1, kantor pusatmencatat penyusutan sebesar Rp.30.000.000,
sementara cabang denpasar mencatat penyusutan sebesar Rp.6.000.000
j. Pada akhir tahun 19X1, saldo persediaan cabang tersisa yang dibeli dari pihak eksternal
adalah senilai Rp.12.000.000. persediaan cabang yang tersisa yang berasal dari transfer

16
kantor pusat memiliki harga perolehan di kantor pusat senilai Rp.15.000.000 dan ditagih
ke cabang pada harga Rp.20.000.000
DIMINTA: Buatlah ayat jurnal untuk mencatat aktivitas ini ada pada pembukuan kantor pusat
dan cabang Denpasar!
JAWAB:
Pembukuan Kantor Pusat Pembukuan Kantor Cabang
(a)Invest.cbg dps 130.000.000 Kas 30.000.000
Kas 30.000.000 Peralatan 100.000.000
Peralatan 100.000.000 Kantor pusat 130.000.000

(b) Persediaan 260.000.000 Persediaan 50.000.000


Utang dagang 260.000.000 Utang dagang 50.000.000

(c) Invest. cbg dps 110.000.000 Persediandr ktr pst 110.000.000


Persediaan 70.000.000 Kantor pusat 110.000.000
Laba antarperusahaan 40.000.000

(d) Piutang dagang 500.000.000 Piutang dagang 200.000.000


Penjualan 500.000.000 Penjualan 200.000.000
Beban HPP 254.000.000 Beban HPP 128.000.000
Persediaan 254.000.000 Persediaan 38.000.000
Persediaan-dari ktr pst 90.000.000
Kas 480.000.000 Kas 158.000.000
Piutang dagang 480.000.000 Piutang dagang 158.000.000

(e) Kas 70.000.000 Kantor pusat 70.000.000


Invest.cbg dps 70.000.000 Kas 70.000.000

(f) Beban operasi 133.000.000 Beban operasi 34.000.000


Utang dagang 133.000.000 Utang dagang 34.000.000

17
(g) Utang dagang 390.000.000 Utang dagang 77.000.000
Kas 390.000.000 Kas 77.000.000
(h) Dividen diumumkan 50.000.000
Kas 50.000.000

(i) Beban penyusutan 30.000.000 Beban penyusutan 6.000.000


Akumulasi penyusutan 30.000.000 Akumulasi penyusutan 6.000.000

(j) Laba antarperushaan


belum terealisasi 35.000.000
Laba terealisasi atas
pengiriman ke cbg 35.000.000

18
CONTOH SOAL 2
Sebutkan transaksi-transaksi yang menyebabkan saldo R/K kantor cabang terlalu besar, saldo
R/K kantor cabang terlalu kecil, saldo R/K kantor Pusat terlalu besar, dan saldo R/K kantor pusat
terlalu kecil sehingga diperlukannya rekonsiliasi!

JAWAB:
1. Penyebab yang berakibat saldo R/K kantor cabang terlalu besar, misalnya transaksi:
a) Pengiriman kas dari kantor cabang masih dalam perjalanan
b) Pengembalian barang dagangan dari kantor cabang masih dalam perjalanan
c) Pengiriman kas atau aktiva lain ke kantor cabang telah dicatat terlalu besar oleh kantor
pusat.
d) Pembebanan biaya kepada kantor cabang dicatat terlalu besar oleh kantor pusat.
e) Pengakuan laba kantor cabang yang terlalu besar atau rugi yang terlalu kecil

2. Penyebab yang berakibat saldo R/K kantor cabang terlalu kecil, misalnya transaksi:
a) Penagihan piutang kantor pusat yang dilakukan oleh kantor cabang.
b) Laba kantor cabang yang belum diakui atau diakui terlalu kecil oleh kantor pusat.
c) Pembebanan biaya kepada kantor cabang yang dicatat terlalu kecil oleh kantor pusat.
d) Pengiriman aktiva dari kantor pusat ke kantor cabang yang terlalu kecil.
e) Pengiriman aktiva dari kantor cabang ke kantor pusat yang terlalu besar.
f) Rugi kantor cabang yang dicatat terlalu besar oleh kantor pusat.

3. Penyebab yang berakibat saldo R/K kantor Pusat terlalu besar, misalnya transaksi:
a) Penagihan piutang kantor cabang yang dilakukan oleh kantor pusat dicatat terlalu besar.
b) Pengirirman barang dagangan dari kantor Pusat yang dinilai terlalu besar oleh kantor
cabang.
c) Pengiriman kas atau aktiva lain ke kantor Pusat telah dicatat terlalu besar oleh kantor
cabang.
d) Pembebanan biaya kepada kantor pusat yang dicatat terlalu besar oleh kantor cabang.

19
4. Penyebab yang berakibat oleh saldo rekening koran kantor pusat terlalu kecil, misalnya
transaksi:
a) Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat yang masih dalam perjalanan
b) Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat yang dicatat terlalu kecil oleh kantor
cabang.
c) Pengiriman kas atau aktiva lain ke kantor pusat telah dicatat terlalu besar oleh kantor
cabang.
d) Pembebanan biaya oleh kantor pusat yang dicatat terlalu kecil oleh kantor cabang.

20

Anda mungkin juga menyukai