Anda di halaman 1dari 4

DEFINISI DAN SIFAT PERSEKUTUAN

Definisi Persekutuan
Menurut R. Subekti Persekutuan adalah suatu perjanjian[4] antara dua orang atau lebih
untuk berusaha besama-sama mencari keuntungan yang akan dicapai dengan jalan masing-masing
memasukkan sesuatu dalam suatu kekayaan bersama.
Secara umum Persekutuan dapat didefinisikan sebagai suatu gabungan atau asosiasi dari
dua individu atau lebih untuk memiliki dan menyelenggarakan suatu usaha secara bersama dengan
tujuan untuk memperoleh laba.
Sifat Persekutuan
Dengan menggunakan bentuk persekutuan, suatu usaha bersama membagi nilai investasi
yang dibutuhkan dan resikonya. Rekan usaha juga dapat menymbangkan keahlian mereka dalam
usaha tersebut. Persekutuan di Amerika Serikat diatur oleh hukum negara bagian. Pada tahun 1914,
Kongres Nasional atas Hukum Bersama Negara Bagian Membuat Undang – undang Persekutuan,
yang lama kelamaan diterima, dengan berbagai variasi, oleh semua negara bagian Amerika Serikat
kecuali Lousiana.
Karakteristik Persekutuan
Persekutuan didefinisikan dalam pasal 6 dari Undang Undang Keseragaman Persekutuan
sebagai “suatu perkumpulan dua orang atau lebih untuk menjadi pemilik bersama atas bisnis untuk
memperoleh laba.”. salah satu sifat hukum dari persekutuan adalah umur yang terbatas. Menurut
undang – undang tersebut, secara hukum umur suatu persekutuan berakhir seiring dengan
masuknya sekutu, mundurnya atau meninggalnya seorang sekutu, pembubaran paksa misalnya
melalui keputusan pailit dari pengadilan. Berakhirnya persekutuan secara hukum tidak selalu
mengakhiri persekutuan sebagai entitas usaha dan akuntansi yang terpisah.
Hukum Persekutuan
Suatu persekutuan bisa dibentuk melalui perjanjian lisan yang sederhana antara dua orang
atau lebih untuk menjalankan bisnis untuk memperoleh laba. Walaupun perjanjian lisan mungkin
sah dan mengikat, perjanjian persekutuan tertulis merupakan praktik bisnis yang sehat. Perjanjian
demikian harus menentukan:
1. Jenis produk dan jasa yang akan disediakan dan rincian lain dari kegiatan usaha tersebut.
2. Hak dan tanggungjawab tiap sekutu dalam menjalankan usaha.
3. Investasi awal tiap sekutu, termasuk nilai yang dialokasikan pada investasi aktiva bukan
kas.
4. Syarat investasi tambahan
5. Ketentuan penarikan aktiva
6. Formula pembagian hasil usaha
7. Prosedur pembubaran persekutuan
Pelaporan Keuangan Persekutuan
Laporan akuntansi persekutuan dirancang untuk memenuhi kebutuhan tiga kelompok
pengguna laporan – sekutu, kreditor persekutuan, dan kantor pajak. Sekutu membutuhkan
informasi akuntansi untuk perencanaan dan pengendalian aktiva dan untuk mengambil keputusan
investasi pribadi sehubungan dengan investasi dalam persekutuannya.
Walaupun persekutuan tidak membayar pajak penghasilan federal, persekutuan diharuskan
menyampaikan laporan informasi keuangan ke Kantor Pajak. Dengan demikian, Kantor Pajak
dapat memeriksa bahwa tiap sekutu telah membayar pajak penghasilan atas bagiannya dalam laba
persekutuan. Persekutuan tidak diharuskan untuk mempersiapkan laporan tahunan untuk inspeksi
publik.

INVESTASI AWAL DALAM PERSEKUTUAN


Investasi awal pada persekutuan bisa dilakukan oleh sekutu dalam bentuk kas dan non kas.
Investasi ini dicatat dalam akun “Modal Sekutu” yang dibuat untuk tiap-tiap sekutu. Misalnya,
setoran modal awal pada Persekutuan yang dilakukan oleh Andina dan Mahatma @Rp.2.000.000,-
dicatat sebagai berikut:
Kas Rp2.000.000
Modal Andina Rp2.000.000
(Investasi awal Andina dalam bentuk kas)
Kas Rp2.000.000
Modal Mahatma Rp2.000.000
(Investasi awal Mahatma dalam bentuk kas)
Apabila sekutu menyetorkan modal awal pada persekutuan dalam bentuk aktiva non kas,
maka nilai aktiva non kas tersebut diukur berdasarkan nilai wajarnya pada saat investasi dilakukan.
Secara teoritis, nilai wajar harus ditentukan oleh penilai independen, namun untuk praktisnya, nilai
wajar dari aktiva non kas tersebut ditentukan oleh kesepakatan semua sekutu. Nilai yang disepakati
harus dicantumkan secara tertulis dalam perjanjian persekutuan. Misalnya, Andina dan Mahatma
membentuk persekutuan dengan menyetorkan modal awal dalam bentuk aktiva non kas sebagai
berikut:
Harga Beli_ Nilai Wajar
Andina:
Tanah Rp10.000.000 Rp15.000.000
Bangunan Rp35.000.000 Rp50.000.000
Mahatma:
Kas Rp10.000.000 Rp10.000.000
Persediaan Rp30.000.000 Rp25.000.000
Berdasarkan setoran awal tersebut, investasi dari kedua sekutu di atas dijurnal sebagai berikut:

Tanah Rp15.000.000
Bangunan Rp50.000.000
Modal Andina Rp65.000.000
(Investasi awal dalam bentuk aktiva non kas berupa tanah dan bangunan) Selain
setoran Kas Rp10.000.000 dalam
bentuk Persediaan Rp25.000.000 kas dan
aktiva Modal Mahatma Rp35.000.000 non
kas, hal (Investasi awal dalam bentuk kas dan aktiva non kas berupa persediaan) lain
yang perlu
diperhatikan adalah ketika para sekutu sepakat atas “kepemilikan modal relatif “ yang tidak sesuai
dengan investasi awal sekutu dalam bentuk aktiva yang dapat diidentifikasi. Misalnya, Andina dan
Mahatma sepakat membagi kepemilikan modal relatif sama rata (50%:50%), walaupun keduanya
menyetorkan modal awal dengan jumlah yang tidak sama (Andina menyetorkan modal awal
sebesar Rp.65.000.000,- sedangkan Mahatma menyetorkan sebesar Rp.35.000.000,-).
Kesepakatan tersebut mengindikasikan bahwa Andina menyetujui Mahatma menginvestasikan
suatu aktiva yang tidak teridentifikasi misalnya kemampuan individual, koneksi dengan bank, atau
kemampuan lain yang memberikan manfaat bagi persekutuan.
Sebagai akibat dari kesepakatan tersebut diatas, maka penyesuaian terhadap saldo masing-masing
sekutu perlu dilakukan guna memenuhi persyaratan tersebut. Ada 2 (dua) pendekatan yang dapat
digunakan untuk melakukan penyesuaian tersebut, yakni: Pendekatan Bonus dan Pendekatan
Goodwill.
Dengan pendekatan bonus, aktiva yang tidak teridentifikasi tidak dicatat dalam buku persekutuan
dan yang diperlukan hanya ayat jurnal berikut:
Modal Andina Rp15.000.000
Modal Mahatma Rp15.000.000
(Membentuk kepemilikan modal yang sama besar Rp.50.000.000,-
dengan mencatat bonus untuk Mahatma sebesar Rp.15.000.000,- dari
Andina)
Apabila pendekatan goodwill yang digunakan, maka aktiva tidak teridentifikasi yang
disumbangkan oleh Mahatma diukur sesuai dengan dasar investasi Andina sebesar
Rp.65.000.000,- untuk kepemilikan 50%. Investasi Andina mengimplikasikan total modal
persekutuan sebesar Rp.130.000.000,- (Rp.65.000.000,- : 50%) dan goodwill diakui sebesar Rp
30.000.000,- (total modal Rp.130.000.000,- – Rp.95.000.000,-). Oleh karena itu, jurnal yang
diperlukan untuk goodwill ini adalah sebagai berikut:
Goodwill Rp30.000.000
Modal Mahatma Rp30.000.000
(Membentuk kepemilikan modal yang sama besar Rp.65.000.000,-
dengan mencatat goodwill untuk Mahatma sebesar Rp.30.000.000,- )
Kedua pendekatan tersebut diatas sama-sama efektif dalam mencocokkan akun modal
dengan perjanjian dan sama rata dalam mengalokasikan kepemilikan modal kepada sekutu
individual. Keputusan untuk menggunakan satu pendekatan dibanding pendekatan yang lain
tergantung pada sikap sekutu terhadap pencatatan goodwill sebesar Rp.30.000.000,- (menurut
pendekatan goodwill) atau kemauan dari Andina untuk menerima bahwa nilai modalnya hanya
sebesar Rp.50.000.000,- untuk investasinya yang sebesar Rp.65.000.000,- (menurut pendekatan
bonus).

Anda mungkin juga menyukai