Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENYAKIT RABIES
Disusun oleh:
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan manusia hanya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
jika manusia tersebut terpapar terhadap factor lingkungan pada tingkat yang
tidak dapat ditenggang keberadaannya. Salah satunya penyakit rabies,
Rabies ditemukan pada hampir semua negara di dunia, kecuali Australia,
Inggris, sebagian besar Skandinovia, Islandia, Yunani, Portugal, Uruguay,
Chili, Papua Nugini, Selandia Baru, Brunai, Jepang dan Taiwan. Jumlah
kematian karena rabies di seluruh dunia diperkirakan mencapai 55.000 orang
pertahun dan terbanyak di negara Asia, Afrika, Amerika Selatan dan
Eurasia. Negara endemis rabies antara lain India, Srilanka, Pakistan,
Bangladesh, China, Filipina, Thailand, Indonesia, Meksiko, Brazilia,
Amerika Serikat, dan Amerika Tengah.
Di Indonesia rabies pada hewan sudah ditemukan sejak tahun 1884,
dan kasus rabies pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1894 di
Jawa Barat. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena tidak adanya
obat untuk rabies, terlambatnya intervensi medis menyebabkan angka
kematian yang tinggi, dan jarang dilaksanakannya penanganan pertama luka
gigitan anjing dengan mencuci luka dengan sabun dan air mengalir. Selain
itu rabies pada dua sampai dua belas minggu pertama, bahkan bisa sampai
bertahun-tahun, hanya menunjukkan gejala tidak khas seperti influenza biasa
sehingga pasien yang dibawa ke rumah sakit sudah jatuh ke tahap penyakit
yang lebih parah.. Pasien bia sanya meninggal dua sampai sepuluh hari
setelah menunjukkan gejala pertama.Sampai saat ini tidak ada obat yang
dapat menyembuhkan penyakit rabies. WHO merekomendasikan prosedur
profilaksis pasca-terpapar (P.E.P., post-exposure prophylaxis)(setelah kontak
melalui gigitan maupun non-gigitan). Prosedur ini terdiri dari pembersihan
dan perawatan luka dan imunisasi aktif dengan vaksin (VAR). Rabies adalah
penyakit yang dapat sepenuhnya dicegah. Gejala pada hewan reservoir
cukup khas sehingga hewan yang terinfeksi dapat dimusnahkan dan hewan
yang beresiko pun dapat dicegah menjadi sakit melalui vaksinasi secara
rutin.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian penyakit rabies.
2. Sejarah penyakit rabies.
3. Penyebaran penyakit rabies.
4. Penyebab penyakit rabies.
5. Risiko penyakit rabies.
6. Penularan penyakit rabies.
7. Gejala penyakit rabies.
8. Pengobatan penyakit rabies.
9. Pencegahan penyakit rabies.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit rabies.
2. Untuk mengetahui sejarah penyakit rabies.
3. Untuk mengetahui penyebaran penyakit rabies.
4. Untuk mengetahui penyebab penyakit rabies.
5. Untuk mengetahui penularan penyakit rabies.
6. Untuk mengetahui resiko penyakit rabies.
7. Untuk mengetahui gejala penyakit rabies.
8. Untuk mengetahui pengobatan penyakit rabies.
9. Untuk mengetahui pencegahan penyakit rabies.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat
ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalu
gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies
disebut juga penyakit anjing gila.
2. Sejarah
Rabies telah dikenal sejak zaman dahulu dan penyakit ini dinilai sangat
penting sehingga salah satu prasasti yang dibuat pada zaman kekuasaan Raja
Hammurabi (2300 SM) mencatat bahwa: “bila seekor anjing ditemukan gila
dan pihak penguasa telah menyampaikan kepada pemilik anjing, namun
pemilik anjing tidak menjaganya dengan baik sehingga anjing tersebut
menggigit orang dan menyebabkan kematian maka pemilik harus membayar
2/3 dari satu mine (40 shekel) perak. Apabila anjing tersebut menggigit budak
dan menimbulkan kematian maka pemilik harus membayar 15 shekel perak”.
Penyakit rabies telah tersebar di seluruh dunia kecuali Australia, Inggris dan
Selandia Baru. Menurut World Health Organization (WHO), rabies menduduki
peringkat kedua belas sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia.
Penyakit rabies diperkirakan menyebabkan 35.000 – 40.000 kematian per
tahun.
Rabies bukanlah penyakit baru dalam sejarah perabadan manusia.
Catatan tertulis mengenai perilaku anjing yang tiba-tiba menjadi buas
ditemukan pada Kode Mesopotamia yang ditulis 4000 tahun lalu serta pada
Kode Babilonia Eshunna yang ditulis pada 2300 SM. Democritus pada 500 SM
juga menuliskan karakteristik gejala penyakit yang menyerupai rabies.
Rabies pada manusia telah menimbulkan banyak korban. Dari tahun 1977
hingga 1978 sebelas provinsi mencatat 142 kasus rabies pada manusia. Selama
periode 1979-1983 di Indonesia telah dilaporkan 298 kasus rabies dengan rata-rata
60 kasus per tahun. Penyebaran daerah rabies berjalan terus sampai sekarang.
Pada dekade Sembilan puluhan kejadian di Pulau Sumetera per tahun tidak kurang
dari 1000 kasus hewan ditemukan menderita rabies. Sedangkan kasus rabies yang
dilaporkan di Pulau Flores selama tahun 1997-2005 dari 11.786 jumlah gigitan
hewan penular rabies (HPR), sebanyak 149 orang dinyatakan meninggal (1,35%).
Insiden rata-rata per tahun kasus rabies pada manusia memang kecil dibandingkan
dengan penyakit menular lainnya namun efek psikologisnya sangat besar terutama
pada manusia yang telah digigit anjing dan secara ekonomis sangat merugikan
karena dapat mengancam kepariwisataan.
3. Penyebaran
Penularan rabies di lapangan (rural rabies) biasanya berawal dari kondisi
di mana anjing peliharaan tidak dipelihara dengan baik, atau anjing liar yang
merupakan ciri khas di pedesaan yang berkembang sangat fluktuatif dan sulit
dikendalikan. Kondisi ini akan sangat kondusif menjadikan daerah tersebut
endemis dari penyakit rabies. Pada umumnya, manusia merupakan terminal akhir
(dead end) dari korban gigitan rabies, baik anjing liar maupun anjing perliharaan
setiap saat dapat menggigit manusia. Sementara itu, anjing liar atau anjing
peliharaan dapat saling menggigit satu sama lain. Apabila salah satu anjing yang
menggigit tersebut positif rabies, maka kasus rabies akan semakin tinggi.
4. Penyebab
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga
Rhabdoviridae dan genusLysavirus. Karakteristik utama virus keluarga
Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA yang tidak
bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan sebagai
perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak
geografis. Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara
lain rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara,
rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika
Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi
Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia
melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada
kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju
ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus
akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur
dan masuk ke dalam air liur. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies
buas/ganas ataupun rabies jinak/ tenang. Pada rabies buas/ganas, hewan yang
terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan menelan segala macam barang,
air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadi lumpuh dan
mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan
lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalami
kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan
udara yang tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah
mengkonfirmasi hal ini setelah mereka terekspos udara yang mengandung virus
rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus rabies terjadi pada penjelajah gua
di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana ada jutaan kelelawar hidup di
tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak ditemukan sama
sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.
5. Faktor Risiko
Faktor yang dapat meningkatkan risiko rabies meliputi:
1. Bepergian atau tinggal di negara berkembang dimana rabies telah menjadi
penyakit yang umum, termasuk di antaranya negara-negara Afrika serta
Asia Tenggara.
2. Kegiatan yang mungkin menempatkan seseorang dalam kontak langsung
dengan binatang liar yang mungkin memiliki rabies, seperti menjelajahi
gua-gua yang menjadi tempat tinggal kelewar. Atau berkemah tanpa
melakukan tindakan pencegahan untuk melindungi kawasan kemah dari
binatang liar.
3. Bekerja di laboratorium yang terdapat virus rabies
4. Luka pada kepala atau leher, sehingga virus rabies dapat menyebar ke
daerah otak dengan cepat.
6. Penularan
Setiap mamalia (binatang menyusui) dapat menularkan virus rabies. Hewan-
hewan paling mungkin untuk menularkan virus rabies kepada orang-orang dari
hewan peliharaan dan hewan ternak meliputi:
a. Kucing
b. Sapi
c. Anjing
d. Musang
e. Kambing
f. Kuda
Pada saat hewan yang terinfeksi virus rabies menggigit Anda, tidak ada cara
untuk mengetahui apakah hewan yang mengigit Anda tersebut telah menularkan
virus rabies kepada Anda. Untuk alasan ini, pengobatan untuk mencegah virus
rabies menginfeksi tubuh Anda dianjurkan jika dokter berpikir ada kemungkinan
Anda telah terkena virus. Tidak ada obat rabies khusus untuk infeksi penyakit
rabies. Meskipun sejumlah kecil orang telah sembuh dari penyakit rabies,
penyakit ini biasanya berakibat fatal. Oleh karena itu, jika Anda berpikir Anda
telah terkena rabies, Anda harus mendapatkan serangkaian perawatan untuk
mencegah infeksi bertambah parah.
7. Gejala
Gejala rabies biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah
terinfeksi. Masa inkubasi virus hingga munculnya penyakit adalah 10-14 hari
pada anjing tetapi bisa mencapai 9 bulan pada manusia. Bila disebabkan oleh
gigitan anjing, luka yang memiliki risiko tinggi meliputi infeksi pada mukosa,
luka di atas daerah bahu (kepala, muka, leher), luka pada jari tangan atau kaki,
luka pada kelamin, luka yang lebar atau dalam, dan luka yang banyak. Sedangkan
luka dengan risiko rendah meliputi jilatan pada kulit yang luka, garukan atau
lecet, serta luka kecil di sekitar tangan, badan, dan kaki.
Gejala sakit yang akan dialami seseorang yang terinfeksi rabies meliputi 4
stadium:
1.Stadium prodromal
Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada penderita tidak khas,
menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan
yang menuju taraf anoreksia, pusing dan pening (nausea), dan lain sebagainya.
2.Stadium sensoris
Dalam stadium sensoris penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri
pada daerah luka gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur
(hipersalivasi), dilatasipupil, hiperhidrosis, hiperlakrimasi.
3.Stadium eksitasi
Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-
kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara
(aerofobia), ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia).
Kejang-kejang terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur
proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang terjadi pada penderita rabies
terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala berusaha menelan air.
4.Stadium paralitik
Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium sebelumnya,
penderita memasuki stadium paralitik ini menunjukkan tanda kelumpuhan dari
bagian atas tubuh ke bawah yang progresif.
Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka umumnya keempat
stadium di atas tidak dapat dibedakan dengan jelas. Gejala-gejala yang tampak
jelas pada penderita di antaranya adanya nyeri pada luka bekas gigitan dan
ketakutan pada air, udara, dan cahaya, serta suara yang keras. Sedangkan pada
hewan yang terinfeksi, gelaja yang tampak adalah dari jinak menjadi ganas,
hewan-hewan peliharaan menjadi liar dan lupa jalan pulang, serta ekor
dilengkungkan di bawah perut.
8. Pengobatan
9. Pencegahan
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi
gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan
(letal).
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus
atau segera setelah terkena gigitan Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan
kapada orang-orang yang berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu:
1. Dokter hewan.
2. Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.
3. Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang
rabies pada anjing banyak ditemukan.
4. Para penjelajah gua kelelawar.
Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup.
Tetapi seiring berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang
yang berisiko tinggi terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi
setiap 3 tahun. Pentingnya vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti
anjing juga merupakan salah satu cara pencegahan yang harus diperhatikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun saran dari penulis dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat
dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit rabies dan dapat
mencegah penyakit tersebut serta dapat melakukuan tindakan lebih lanjut jika
seseorang digigi hewan.
DAFTAR PUSTAKA
Dani,Cecep.2008.“Rabies”(online),(http://dokterdigital.com/id/penyakit/180_rabi
es.html diakses pada tanggal 27 April 2016).
Kenrick.2009.“SejarahRabies’’(online),(https://id.wikipedia.org/wiki/Rabies#Seja
rah diakses pada tanggal 28 April 2016).
Samsul,Anwar.2014.“PolaPenyebaranRabies”(online),(http://jakartapedia.bpadjak
arta.net /index.php/Pola_Penyebaran_Rabies diakses tanggal 27 April 2016).