Anda di halaman 1dari 17

A.

Pengertian lanjut Usia


Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998
adalah 60 tahun. Proses menua (aging process) merupakan suatu proses biologis
yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menurut Paris
Constantinides, 1994 Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan
mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury
(termasuk infeksi) tidak seperti pada saat kelahirannya.

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,


misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan
jaraingan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseotang
mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda,
baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya. Namun umumnya
fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur 20–30 tahun. Setelah
mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa
saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur.

B. Batasaan umur lanjut usia


Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

Depkes, membagi lansia sebagai berikut :


1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas
2. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
3. Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium
C. Teori tentang Proses menua

1. Teori Biologik

a. Teori Genetik dan Mutasi


b. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi

c. Pemakaian dan Rusak

d. Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah


e. Autoimun
f. Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Saat
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
g. Teori stres
h. Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.

i. Teori radikal bebas

j. Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan


bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.

2. Teori Sosial

Teori aktifitas

a. Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial
b. Teori Pembebasan
c. Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas.
Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
 Kehilangan peran
 Hambatan kontrol sosial
 Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia.
Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran
apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan

2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi

3. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 11111954). Kebutuhan ini memiliki
urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi,
mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang
paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.

b. Teori individual jung


Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh
fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa
muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego,
ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian
digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman
dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada
setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental

D. Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

1. Perubahan fisik

a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra dan extra seluler

b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu


untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis,
atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya
keratin

c. Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon terhadap
sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny ambang
pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku , kemampuan
jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun
sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, tekanan darah meningkat

e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan


menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu
meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.

f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera


pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan
asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang
ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi
melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat,
75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina
terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan
menjadi alkali.

h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon


menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid
menurun sehingga menurunkan basal
metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron,
estrogen dan testosteron.

i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga
dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.

j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi


kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis,
tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban
bergerak. otot kam dan tremor.

2. Perubahan Mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik,
keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan.
Intelegensi diduga secara umum makin mundur terutama faktor penolakan abstrak
mulai lupa terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan
tidak aman dan cemas, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut
ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk
mandiri serta cenderung bersifat entrovert.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

3. Perubahan Perubahan Psikososial


Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat beragam,
tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang
telah menjalani kehidupan nya dengan bekerja mendadak diharapkan untuk
menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan
bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa pensiun dengan menciptakan bagi
dirinya sendiri berbagai bidang minat untuk memanfaatkan waktunya, masa
pensiunnya akan memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi
bagi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang
akrab dan disingkirkan untuk duduk-duduk dirumah atau bermain domino di klub
pria lanjut usia.
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat mereka merasa
kurang melakukan kegiatan yang berguna.
a. Minat
Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam kuantitas maupun
kualitas pada masa lanjut usia. Lazimnya minat dalam aktifitas fisik cendrung
menurun dengan bertambahnya usia. Kendati perubahan minat pada usia lanjut jelas
berhubungan dengan menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa
hal hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
b. Isolasi dan Kesepian
Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia terisolasi dari yang
lain. Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang melibatkan
usaha. Makin menurunnya kualitas organ indera yang mengakibatkan ketulian,
penglihatan yang makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat orang lanjut
usia merasa terputus dari hubungan dengan orang-orang lain. Faktor lain yang
membuat isolasi makin menjadi lebih parah lagi adalah perubahan sosial, terutama
mengendornya ikatan kekeluargaan. Bila orang usia lanjut tinggal bersama sanak
saudaranya, mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi jarang
menghormatinya. Lebih sering terjadi orang lanjut usia menjadi terisolasi dalam arti
kata yang sebenarnya, karena ia hidup sendiri. Dengan makin lanjutnya usia,
kemampuan mengendalikan perasaan dengan akal melemah dan orang cendrung
kurang dapat mengekang dari dalam prilakunya. Frustasi kecil yang pada tahap usia
yang lebih muda tidak menimbulkan masalah, pada tahap ini membangkitkan
luapan emosi dan mereka mungkin bereaksi dengan ledakan amarah atau sangat
tersinggung terhadap peristiwa-peristiwa yang menurut kita tampaknya sepele.

c. Peranan Iman
Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan orang yang sudah
tua tidak begitu membenci dan merasa kuatir dalam memandang akhir kehidupan
dibanding orang yang lebih muda. Namun demikian, hampir tidak dapat disangkal
lagi bahwa iman yang teguh adalah senjata yang paling ampuh untuk melawan rasa
takut terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan masa dimana kesadaran
religius dibangkitkan dan diperkuat. Keyakinan iman bahwa kematian bukanlah
akhir tetapi merupakan permulaan yang baru memungkinkan individu
menyongsong akhir kehidupan dengan tenang dan tentram.

4. Perubahan Spritual.

a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,1970)


b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).

c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),


Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan
bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.

E. Masalah Nutrisi
1. Pengertian
Gizi kurang adalah kekurangan zat gizi baik mikro maupun makro

2. Penyebab
a. Penurunan ataau kehilangan sensitifitas indra pengecap &penciuman

b. Penyakit periodental ( terjadi pada 80% lansia) atau kehilangan gigi

c. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan

d. Penurunan mobilitas saluran pencernaan makanan

e. Penggunaan obat-obatan jangka panjang

f. Gangguan kemampuan motorik

g. Kurang bersosialisasi, kesepian

h. Pendapatan yang menurun (pensiun)

i. Penyakit infeksi kronis

j. Penyakit keganasan
A. Kasus Kekerasan Seksual Pada Lansia
Dalam kehidupan sosial, kita mengenal adanya kelompok rentan, yaitu
semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati
standar kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu
masyarakat yang berperadaban. Salah satu contoh kelompok rentan tersebut
adalah orangorang lanjut usia (lansia).
Kekerasan Seksual jika adalah lansia terkena resiko untuk diperkosa;
atau ketika ada tindakan memalukan seperti pemaksaan untuk membuka baju,
dll.Penggunaan bahasa yang tidak layak dan sindiran berbau seks.Kesemua
perilaku itu bisa dikategorikan ke dalam tindakan kekerasan seksual.
Contoh kasus baru-baru ini dimana seorang nenek di aniaya oleh cucu
dan keponakanya akibat selalu mengoceh terus menerus , cucu dan
keponakanya berangapan bahwa nenek mereka gila . Nenek tersebut di ikat dan
di cubit di bagian payudara dan organ kemaluannya.Parahnya nenek tersebut
di ikat dengan lakban dan di masukan dalam karung palstik sebelum di
temukan warga sekitar.

B. Pengertian kekerasan
Menurut Varcolaris 1994, amuk adalah tindakan kekerasan yang
bertujuan untuk menyelesaikan tujuan dimana individu tidak dapat
menemukan cara lain, biasanya dipicu oleh perasaan marah, frustasi dan harga
diri rendah.
Menurut budi anna Kelliat 1995, amuk merupakan kemarahan yang
paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang
kuat disertai hilangnya kontrol individu dimana individu tersebut dapat
merusak dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
Jadi berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat kita simpulkan
bahwa amuk merupakan suatu tindakan kekerasan yang dapat membayakan
diri sendiri maupun orang lain yang ditandai dengan ekspresi kemarahan,
melakukan tindakan yang berbahaya, mengeluarkan kata-kata ancaman dan
melukai dari tahap yang paling ringan sampai berat/serius.

C. Kekerasan seksual pada lansia


Kekerasan pada lansia adalah Pengniayaan terhadap lansia
mengakibatkan cedera fisik atau penelantaran emosional meliputi menentang
keinginan lansia, mengintimidasi, atau membuat keputusan yang kejam.
Penganiayaan terhadap lansia umumnya dilakukan oleh anak-anak mereka.
Tindakan yang disengaja atau kelalaian terhadap lansia baik dalam
bentuk malnutrisi, fisik/tenaga atau luka fisik, psikologis oleh orang lain yang
disebabkan adanya kegagalan pemberian asuhan, nutrisi, pakaian, pengawasan,
pelayanan medis,rehabilitasi dan perlindungan yang dibutuhkan

D. FaktorPresipitasi (Stressor Pencetus)


Identitas seksual tidak dapat dipisahkan dari konsep diri atau citra tubuh
seseorang.Oleh karena itu, apabila terjadi perubahan pada tubuh atau emosi
seseorang, respons seksual juga berubah. Ancaman yang spesifik meliputi :
a. Penyakit fisik dan cedera
b. Gangguan jiwa
c. Pengobatan
d. HIV, sindrom imunopdefisiensi didapat (AIDS)
e. Proses penuaan

E. Faktor Predisposisi
Menurut Townsend (1996), ada beberapa teori yang dapat menjelaskan
tentang faktor predisposisi, yaitu teori biologi, teori psikologi, dan teori
sosiokultural, yaitu :
a. Teori Biologi
Teori biologi terdiri atas tiga pandangan, yaitu pengaruh neurofisiologis,
biokimia, genetik, dan gangguan otak.
a) Pengaruh Neurofisiologis
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.Sistem limbik secara
jelas terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan
respon agresif.
b) Pengaruh Biokimia
Berbagai neurotransmitter sangat berperan dalam memfasilitasi dan
menghambat impuls agresif.
c) Pengaruh Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan keterkaitan dengan genetik.
d) Gangguan Otak
Penelitian membuktikan bahwa sindrom otak organik berhubungan
dengan berbagai gangguan serebral merupakan faktor predisposisi
perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori Psikologi
a) Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat
mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri
yang rendah.Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka tehadap rasa ketidakberdayaannya dan
rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua
insting.Insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas dan insting
kematian yang diekspresikan dengan agresivitas.
b) Teori Pembelajaran
Anak-anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran
mereka, yakni orang tua, kemudian mereka mulai meniru pola perilaku
guru, teman dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-
kanak atau yang mempunyai orang tua yang mendisiplinkan mereka
dengan hukuman fisik akan cenderung berperilaku keras setelah
dewasa.
c. Teori Sosiokultural
Selain pengaruh biologis dan psikologis, faktor budaya dan
struktural sosial juga berpengaruh terhadap perilaku agresif. Ada kelompok
sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara
menyelesaikan masalah.

F. Sumber Koping
Sumber koping dapat meliputi pengetahuan tentang seksualitas,
pengalaman seksual yang positif dimasa lal, adanya individu yang mendukung
termasuk pasangan seksual, dan norma social atau budaya yang mendorong
ekspresi seksual yang sehat.

G. Mekanisme Koping
Berbagai mekanisme koping yang dapat digunakan untuk mengekspresikan
respons seksual individu adalah sebagai berikut:
1. Fantasi dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman seksual.
2. Penyangkalan dapat digunakan untuk menolak pengakuan terhadap konflik
atau ketidakpuasan seksual
3. Rasionalisasi dapat digunakan untuk membenarkan atau menerima impuls,
prilaku, perasaan, atau motif seksual yang dapat diterima.
4. Menarik diri dapat dilakukan untuk mengatasi perasaan rentan yang belum
terselesaikan dan perasaan ambivalen terhadap keintiman.

H. Proses Keperawatan
Penerapan proses keperawatan meliputi pengkajian menyeluruh,
perencanaan yang cermat, strategi implementasiyang tepat dan evaluasi
berkesinambungan terhadap klien dengan masalah kekerasan seksualsangat
penting, karena proses keperawatan memberikan kerangka kerja untuk
menyusun, mengimplementasidan mengevaluasi strategi keperawatan yang di
awali dengan pengkajian.

ASUHAN KEPERAWATAN
ELDERLY ABUSE

A. Pengkajian
a. Aspek biologis

Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi


terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi,
muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang
sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan
otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat.
Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.

b. Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,


jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.

c. Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses


intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.

d. Aspek sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan


ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain.
Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku
yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-
kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak
mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan


lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa
tidak berdosa.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan


perilaku kekerasan/ amuk.
2. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri
rendah.
C. Intervensi dan Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS INTERVENSI

1 Resiko Tujuan Umum :Klien tidak Tujuan Khusus :Klien dapat a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
mencederai diri, mencederai diri sendiri, orang membina hubungan saling empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
orang lain dan lain dan lingkungannya percaya. interaksi.
lingkungan b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
berhubungan c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
dengan perilaku menantang.
kekerasan/ amuk d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
e. Beri rasa aman dan sikap empati.
f. Lakukan kontak singkat tapi sering.
g. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
dirasakan saat jengkel/kesal.
h. Observasi tanda perilaku kekerasan.
i. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel /
kesal yang dialami klien.
2 Perilaku Tujuan Umum :Klien dapat Tujuan khusus :Klien dapat a. Bina hubungan saling percaya,
kekerasan berhubungan dengan orang membina hubungan saling percaya b. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan
berhubungan lain secara optimal dengan perawat perasaannya.
dengan c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
gangguan d. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang
konsep diri : berharga dan bertanggungjawab serta mampu
harga diri rendah menolong dirinya sendiri.
e. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien.
f. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi
penilaian negative
g. Utamakan memberi pujian yang realistis.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Kelliat, 2012, “Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa”, Jakarta. EGC

Keliat, B.A. (2008). “Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik diri”.Jakarta : FKUI

Keliat, B.A. (2008). “Proses Keperawatan Jiwa”.Jakarta :EGC

Stuart GW, Sunden .1998 . “Buku Saku Keperawatan Jiwa” . Jakarta EGC

Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit Buku


Kedokteran,EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai