Anda di halaman 1dari 15

Contoh Kasus ISPA dan Tindakan Keperawatan

Untuk siswa-siswi yang mengenyam pendidikan kesehatan atau di bidang keperawatan, tentunya ini
sangat bermanfaat. Apalagi jika anda akan menyusun sebuah laporan. Tentu anda akan memerlukan
bagaimanasih contoh dari asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada kasus yang saya hadapi? Kali
ini saya akan membagikan sebuah pengalaman saya dalam menyusun sebuah Contoh Rencana Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan diagnosa Gangguan Sistem Pernafasan ISPA.

BAB 1

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar ISPA

Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang rentan
penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) .

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita
yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6
episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA
(Anonim,2009)

Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan sehingga
pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang menyebabkan tingkat
kesehatan kurang diperhitungkan.

. Definisi ISPA

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya
seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi
paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan
yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan
pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan
napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman
Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin,
semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.

C. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).

2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan
untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas
cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak
menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali
permenit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.

3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan
tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).

D. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari
genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma,
Herpesvirus.

E. Patofisiologi ISPA

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :

1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.

2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi
bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis,
menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat
infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan
gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil,
pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).

F. Pathways

. Gejala ISPA

Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem
kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya
berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung
tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah
dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung
bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga
bronkhitis dan pneumonia (radang paru).

H. Cara Penularan Penyakit ISPA

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam
tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.
Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan
penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula
menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya
adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui:

a. Polusi udara

b. Asap rokok
c. Bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan

d. Asap pembakaran bahan kayu yang biasanya digunakan untuk memasak.

I. Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA

a. Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau kronis,
yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang
lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling
sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.

b. Manusia

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai
risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi
karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya masih
sempit.

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat


perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

3. Status Gizi

Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian
terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit
infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh
akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.

4. Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram. Menurut
Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat
≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian
terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.
5. Status ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor antibodi
untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara
akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim,
Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.

6. Status Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular
tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada
pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan
anak.

c. Lingkungan

1. Kelembaban Ruangan

Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross sectional
didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan
hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya
kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada
balita sebesar 28 kali.

2. Suhu Ruangan

Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti,
jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi
syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada
balita sebesar 4 kali.

3. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara
di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni
rumah tersebut tetap terjaga.

4. Kepadatan Hunian Rumah

Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian
pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan
dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004,
kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.

5. Penggunaan Anti Nyamuk


Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan
gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara
di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah
timbulnya gangguan pernafasan.

6. Bahan Bakar Untuk Memasak

Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara
menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada
tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah
menyebabkan 1,3 juta kematian.

Keberadaan Perokok

Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari
4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic
Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003),
secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau
97.560.002 penduduk.

8. Status Ekonomi dan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan
dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat
ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status
ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu
yang status ekonominya rendah.

J. Cara Mengatasi ISPA

a. Mengatasi panas (demam)

1. Untuk orang dewasa, diberikan obat penurun panas yaitu paracetamol.


2. Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi dengan memberikan paracetamol
dan kompres.

b. Mengatasi batuk

1. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman, yaitu ramuan obat tradisional berupa jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan 3 kali sehari.

2. Dapat menggunakan obat batuk lainnya yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein, dekstrometorfan dan antihistamin.

c. Pemberian makanan

1. Berikan makanan yang cukup bergizi biarpun hanya sedikit tetapi berikan secara berulang-ulang.

2. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap diberikan.

d. Pemberian minuman

1. Usakan pemberian cairan seperti air putih, air buah dan sebagainya, diberikan lebih dari biasanya.
Ini akan membantu mengencerkan dahak dan mencegah kekurangan cairan.

2. Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, apalagi jika pada
anak yang menderita demam karena akan menghambat keluarnya panas.

3. Jika pilek, bersihkan hidung untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang
lebih parah.

4. Usahakan lingkungan tetap terjaga dan selalu sehat, yaitu ventilasi yang cukup, dengan cahaya
yang memadai dan tidak berasap.

K. Pencegahan ISPA

Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:

a. a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik

Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang
terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima
sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu
akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan
semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus /bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
b. b. Imunisasi

Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Immunisasi
dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit
yang disebabkan oleh virus / bakteri.

c. c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap
rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara
(atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.

d. d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang
yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit
ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang
melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan
yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara
bibit penyakit).

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ISPA

1. Identitas Pasien

Nama : An. K

Umur : 18 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : -
Pekerjaan : -

Status : Belum menikah

Alamat : Jl. Siliwangi Babakan Tasik Rt/Rw 01/12

Kelurahan Sawah Gede Kecamatan

Cianjur Kabupaten Cianjur

Jawa Barat

Agama : Islam

Suku / bangsa : Sunda / Indonesia

Tanggal masuk puskesmas : 05 Februari 2016

Diagnosa medis : ISPA

No.Registrasi : 2067

2. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. Z

Umur : 37 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Hubungan dengan pasien : Ayah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Status : Menikah

Alamat : Jl. Siliwangi Babakan Tasik Rt/Rw 01/12

Kelurahan Sawah Gede Kecamatan

Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat

Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama

Tn. dari An. K mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk, pilek selama 5 hari disertai dengan
demam, sakit tenggorokan dan adanya suara tambahan saat tidur (stridor).

2. Riwayat kesehatan sekarang

Pada saat pengkajian tanggal 5 Februari 2016 Tn. dari An. K mengatakan bahwa anaknya
mengalami batuk, pilek selama 5 hari disertai dengan demam, sakit tenggorokan, dan adanya suara
tambahan (stridor) saat tidur. Skala nyeri 3 dari 0-5.

3. Riwayat kesehatan dahulu

Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang tetapi tidak disertai dengan sakit
tenggorokan dan suara tambahan (stridor) ketika sedang tidur.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.

C. Pemeriksaan fisik (Data Objektif)

1. Keadaan umum : Lemas

2. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah :-

b) Respirasi : 20 x/menit

c) Nadi : x/menit

d) Suhu : 38 oC

3. Berat badan : 12 Kg

4. Tinggi badan : 72 Cm

a. Pemeriksaan Head to Toe

1. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tebal, kulit kepala tidak kotor, tidak ada nyeri tekan.

2. Mata

Bentuk mata simetris, konjungtiva non anemis , sklera putih, tidak ada nyeri tekan. Pupil mengecil ketika
di beri rangsangan cahaya.

3. Hidung

Bentuk hidung simetris, klien dapat mencium kayu putih.

4. Mulut

Mulut simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis.

5. Telinga

Lubang telinga simetris, tidak ada nyeri tekan, klien dapat mendengar detak jam.

6. Leher

Bentuk leher simetris. Adanya nyeri tekan pada leher.

7. Dada / thorax

Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan, adanya suara tambahan (stridor) ketika sedang tidur.

8. Abdomen

Bentuk abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan.

9. Punggung

Bentuk punggung simetris, tidak ada nyeri tekan.

10. Ekstremitas

a) Atas

Tangan lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang, tidak ada kelainan.

b) Bawah

Kaki lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang, tidak ada kelainan.

D. Data Psikososial
a. Pengkajian psikologi

a) Status emosional : Gelisah

Karena klien terlihat meronta dan menangis

b) Konsep diri :-

c) Cara berkomunikasi :-

d) Pola interaksi : Baik

Karena masih bisa berinteraksi dengan perawat

b. Pengkajian sosial

a) Hubungan sosial :-

b) Faktor kultursosial :-

c) Pola hidup : Baik

Karena keluarga Tn. Z menjaga pola hidup sehat

d) Hubungan dengan keluarga : Baik

Sebagai hubungan peran anak dan keluarga

c. Kebutuhan dasar / pola aktivitas sehari-hari

1. Nutrisi

1) Makan

a) Frekuensi : 3x sehari

b) Porsi : 1 porsi habis

c) Jenis makanan :-

d) Keluhan :-

2) Minum

a) Frekuensi : < 8 botol atau gelas / hari

b) Jenis minuman : air putih dan susu formula

d. Terapi Medis
1) Amoxilin sirup 3x2

2) Glyceryl Guaiacolate 1 x 1/4

3) Chlorpheniramine Maleate 1 x 1/4

4) Vitamin B Kompleks 1 x 1/2

5) Paracetamol sirup 3x1

E. Tentang Keluarga Pasien

a. Tipe keluarga

Keluarga Tn. Z termasuk tipe keluarga sederhana yaitu didalam satu rumah terdapat 4 orang yang terdiri
dari Tn. Z (Ayah), Ny. I (Ibu), An. B (Anak ke 1) dan An. K (Anak ke 2 ).

b. Suku bangsa

Bahasa yang digunakan Tn. Z adalah bahasa sunda karena berasal dari Jawa Barat. Dalam keluarga tidak
ada pantangan makanan apapun.

c. Agama

Keluarga Tn. Z beragama Islam dan taat menjalankan shalat 5 waktu biasanya dilakukan dirumah dan
sering membaca Al-Quran.

d. Status sosial ekonomi keluarga

Kebutuhan sehari-hari keluarga semua dipenuhi oleh Tn. Z yang bekerja sebagai wiraswasta. Ny. I
membantu pekerjaan rumah.

e. Aktifitas keluarga

Keluarga menjalankan aktifitas masing-masing seperti Tn. Z sibuk mencari nafkah, Ny. I membantu
pekerjaan rumah, sedangkan dua orang anaknya sibuk sekolah.

Analisa Data

Data
Etiologi

Masalah

Ds: Tn dari An. K mengatakan bahwa klien mengalami batuk, pilek selama 5 hari disertai dengan demam,
sakit tenggorokan, dan adanya suara tambahan saat tidur (stridor).

Pencemaran Udara (asap rokok, asap kendaraan, asap pabrik dll) mengandung virus dan bakteri

Terhirup oleh hidung

Virus / bakteri jenis Streptococcus dan Micsovirus, merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa

Anak menjadi lemas dan terdapat gangguan sistem pernafasan

Batuk, pilek selama 5 hari disertai dengan demam, sakit tenggorokan dan adanya suara tambahan saat
tidur (stridor).

Do: Klien terlihat lemas dan gelisah

Tabel 1.1 Analisa Data

http://contohkasusispadantindakankeperawatan.blogspot.co.id/2016/04/contoh-kasus-ispa-dan-
tindakan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai