Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS RISIKO KARAKTERISTIK, SOSIAL EKONOMI, PERILAKU DAN

FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP MALARIA


(Studi Kasus di Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat)

Susy Sriwahyuni Sukiswo1, Rinidar2, Sugito2


1
Dinas Kesehatan Aceh Barat dan Mahasiswa Program Magister Kesehatan Masyarakat
Veteriner Universitas Syiah Kuala
2
Program Magister Kesehatan Masyarakat Veteriner Universitas Syiah Kuala
Jl. Tengku Chik Pante Kulu No. 5 Darussalam Banda Aceh 23111
Email : susysriwahyuni84@gmail.com

Abstract
Malaria is an infectious disease remains that has become a global concern. Arongan
Lambalek sub district was an endemic area of malaria in West Aceh regency. It was in
Medium Incidence Area category with Annual Parasite Incidence (API) value of 3,67 per
1000 population. This case was still above the target of National API elimination phase that
was less than 1 per 1000 population in 2013. The study was conducted in Drien Rampak
Community Health Center Work Area in Arongan Lambalek of Aceh Barat Regency with the
purpose to know the relationship of characteristic, socioeconomic, behavioral and
environmental factors and determine the most dominant variable that influence the malaria
incidence in Arongan Lambalek sub district of Aceh Barat District. This study was an
analytical observational study with case-control approach. Samples were taken by using
purposive sampling method with a total sample of 66 respondents, consisting of 33 cases and
33 controls that met the inclusion and exclusion criteria, in this term, case group comprised of
people who tested positive for malaria while control group comprised of people who tested
negative for malaria based on laboratory tests/RDT (rapid diagnostic test). The results of the
bivariate analysis using Chi Square test it was found that there were five variables associated
with the incidence of malaria in Arongan Lambalek sub district of Aceh Barat Regency, such
occupation (p = 0,000; OR= 0,048), knowledge (p= 0,000; OR= 17,50), attitude (p= 0,001;
OR= 7,429), precaution (p= 0,000; OR= 9,80) and the environment (p= 0,000; OR= 9,0).
Based on the multivariate logistic regression analysis, the most dominant variable on the
incidence of malaria was knowledge about the malaria (p= 0,006; OR= 12,78; 95% CI =
2,045-79,893). It is recommended that further analysis on behavioral factors should be carry
out, especially in knowledge in relation to the incidence of malaria in Aceh Barat District.

Keywords : Malaria, Socio economic, behavioral, Environment

Pendahuluan malaria menyerang sedikitnya 350-500


juta setiap tahun dan menyebabkan
Malaria penyebab kematian nomor
kematian sekitar 1 juta pertahun (CDC,
lima dari penyakit infeksi di dunia, setelah
2010). Insiden Malaria pada penduduk
infeksi pernafasan, HIV/AIDS, diare, dan
Indonesia tahun 2013 sebesar 1,9%.
tuberkulosis. Menurut Badan Kesehatan
Provinsi Aceh terdapat 23 kabupaten/ kota
dunia terdapat 3,3 milyar penduduk tinggal
yang umumnya daerah endemik malaria
di daerah yang beresiko transmisi malaria,

1
dengan nilai API (Annual Parasite menyebabkan gangguan kesehatan ibu dan
Incidence) mencapai 0,44% tahun 2013 anak, intelegensia, produktivitas angkatan
sementara API Kabupaten Aceh Barat kerja, serta merugikan kegiatan pariwisata
2013 sebesar 0,92% dengan jumlah (Achmadi, 2008).
penderita malaria positif sebanyak 175 Berdasarkan hasil pengamatan
kasus, Kecamatan Arongan Lambalek awal, tingginya kasus malaria di
merupakan kecamatan yang endemis kecamatan Arongan Lambalek disebabkan
malaria dengan kategori Medium karena kasus impor dari kecamatan Woyla
Incidence Area yang berada di kabupaten Kabupaten Aceh Barat, dimana kasus
Aceh Barat dengan nilai API 3,67 per malaria ini meningkat ketika penduduk
1000 penduduk yang menduduki peringkat yang bekerja sebagai penambang emas di
kedua dari 5 kecamatan endemis tahun kecamatan Woyla kembali ke kecamatan
2013 (Dinkes Aceh Barat, 2013). Arongan Lambalek dalam keadaan telah
Derajat kesehatan masyarakat terinfeksi malaria. Hal ini memberikan
ditentukan oleh empat faktor yaitu perilaku kontribusi terjadinya penularan malaria
masyarakat, lingkungan, sistem pelayanan dari vektor malaria kepada manusia yang
kesehatan dan faktor biologis manusia, sehat akan lebih tinggi. Berbagai kegiatan
keempat faktor tersebut merupakan faktor manusia seperti pembuatan bendungan,
penting yang berpengaruh terhadap pembuatan jalan, pertambangan dan
terjadinya suatu penyakit, termasuk pembangunan pemukiman
malaria (Depkes, 2009). Masalah malaria baru/transmigrasi sering mengakibatkan
menjadi semakin sulit untuk diatasi dan perubahan lingkungan yang
diperkirakan akan menjadi hambatan bagi menguntungkan penularan malaria
keberhasilan pembangunan kesehatan, (Harijanto, 2000).
oleh karena kejadian kesakitan dapat Dengan melihat kondisi sosial
berlangsung berulang kali dan ekonomi penduduk kecamatan Arongan
menyebabkan kelemahan fisik bagi Lambalek yang sebagian besar bekerja
penderitanya. Kerugian semakin terasa bila sebagai penambang emas dan didukung
kelompok usia produktif yang terkena, dengan keadaan geografis yang masih
mengingat mereka adalah tenaga banyak dikelilingi oleh rawa-rawa/ hutan/
pembangunan utama. Kerugian sungai maka penelitian ini bertujuan untuk
ditimbulkan akibat malaria dapat mencapai mengkaji karakteristik, sosial ekonomi,
11% sampai dengan 49% dari Pendapatan perilaku masyarakat, dan faktor kondisi
Asli Daerah (PAD) dan akan lingkungan rumah yang berpengaruh

2
terhadap kejadian malaria di Kecamatan penelitian untuk kelompok kasus adalah
Arongan Lambalek Kabupaten Aceh responden yang berumur ≥ 15 tahun,
Barat. Hasil penelitian ini diharapkan bersedia berpartisipasi dalam penelitian,
dapat berguna sebagai data dasar (base bertempat tinggal di Kecamatan Arongan
line data) bagi pemerintah (Dinas Lambalek Kabupaten Aceh Barat, dan
Kesehatan Aceh Barat) untuk menunjang tercatat sebagai malaria positif
program eliminasi malaria tahun 2015. berdasarkan hasil pemeriksaan uji
Metode laboratorium/ RDT di Puskesmas Drien
Jenis penelitian yang digunakan Rampak Kecamatan Arongan Lambalek,
adalah penelitian observasional analitik sedangkan pada kelompok kontrol yaitu
menggunakan desain case control atau bertempat tinggal di Kecamatan Arongan
retrospektif study (Sasroasmoro., et al, Lambalek Kabupaten Aceh Barat,
2002). Lokasi Penelitian ini dilaksanakan memiliki jenis kelamin dan umur yang
di Puskesmas Drien Rampak Kecamatan sama dengan kelompok kasus dan
Arongan Lambalek Kabupaten Aceh dinyatakan negatif malaria.
Barat. Waktu penelitian dimulai dari Kriteria Ekslusi meliputi
tanggal 5 Januari sampai 31 Oktober 2014. pengujung puskesmas yang berumur < 15
Populasi penelitian ini adalah semua orang tahun dan tidak bertempat tinggal di
yang sediaan darahnya ditemukan Kecamatan Arongan Lambalek. Sumber
Plasmodium berdasarkan hasil data berasal dari data primer (kuisioner)
pemeriksaan uji laboratorium/ RDT (rapid dan data sekunder (Laporan Puskesmas
diagnostic test) di Puskesmas Drien dan Dinas Aceh Barat). Alur penelitian ini
Rampak Kecamatan Arongan Lambalek terdiri dari dua tahapan, yaitu tahap
dari bulan Januari sampai Agustus 2014. persiapan yang meliputi survei kasus di
Sampel penelitian diambil melalui Puskesmas Drien Rampak dari bulan
buku catatan puskesmas yang tercatat Januari sampai Februari 2014, pengurusan
sebagai malaria positif berdasarkan hasil izin penelitian, melakukan uji validitas dan
pemeriksaan uji laboratorium/ RDT di realibilitas kuisioner pada 20 responden,
Puskesmas Drien Rampak sebanyak 33 sedangkan tahap kedua adalah tahap
sampel kasus dan 33 sampel kontrol, pelaksanaan meliputi perolehan data
dengan perbandingan 1:1 yang memenuhi primer dan data sekunder, setelah data
kriteria inklusi dan ekslusi. Pengambilan terkumpul selanjutnya dilakukan
sampel dilakukan dengan cara purposive pengolahan data dan analisa data. Teknik/
sampling. Kriteria inklusi subyek instrumen pengumpulan data melalui

3
wawancara, observasi dan survei untuk melihat hubungan variabel
dokumen. Variabel independen dalam independen mana yang paling besar
penelitian ini karakteristik, sosial ekonomi, pengaruhnya terhadap variabel terikat
perilaku dan lingkungan rumah. Teknik dengan uji statistik regresi logistik (logistic
pengukuran variabel independen regression). Tahapan dimulai dengan
menggunakan skala likert (Sugiono, 2011). memasukkan variabel independen yang
Prosedur analisis data dilakukan dalam mempunyai nilai p < 0,25 pada hasil
tiga tahapan yaitu analisis univariat, analisis bivariat dengan menggunakan
bivariat dan multivariat. Analisis univariat metode backward, kemudian lakukan
dilakukan untuk melihat distribusi pemodelan lengkap, model terbaik akan
frekuensi kejadian malaria. mempertimbangkan dua penilaian yaitu
Analisis bivariat dilakukan untuk signifikan ratio Log likelihood (p < 0,05).
melihat hubungan variabel independen Hasil dan Pembahasan
terhadap kejadian malaria dengan uji Besarnya proporsi masing-masing
statistik Chi-square pada tingkat variabel pada kelompok kasus dan kontrol
kepercayaan 95% dan batas kemaknaan dapat dilihat pada Tabel 1.
p<0,05. Analisis multivariat dilakukan
Tabel 1. Proporsi Variabel Bebas pada Kelompok Kasus dan Kontrol dengan kejadian
Malaria di Kecamatan Arongan Lambalek Tahun 2014
Kasus Kontrol
Variabel
N % N %
Karakteristik :
Umur
Muda (< 36 tahun) 17 51,5 21 63,6
Tua (> 36 tahun) 16 48,5 12 36,4
Pendidikan
Rendah 9 27,3 12 36,4
Menengah 20 60,6 16 48,5
Tinggi 4 12,1 5 15,2
Pekerjaan
Tidak bekerja 2 6,1 19 57,6
Bekerja 31 93,9 14 42,4
Sosial Ekonomi :
Lokasi tempat tinggal
Kurang baik 16 48,5 12 36,4
Baik 17 51,5 21 63,6
Akses Yankes
Tidak mendukung 10 30,3 8 24,2
Mendukung 23 69,7 25 75,8
Penghasilan
Rendah 17 51,5 24 72,7

4
Tinggi 16 48,5 9 27,3
Perilaku Masyarakat:
Pengetahuan
Kurang baik 28 84,8 8 24,2
Baik 5 15,2 25 75,8
Sikap
Negatif 26 78,8 11 33,3
Positif 7 21,2 22 66,7
Tindakan
Kurang baik 28 84,8 12 36,4
Baik 5 15,2 21 63,6
Lingkungan Rumah
Buruk 27 81,8 11 33,3
Baik 6 18,2 22 66,7

Dari 4 variabel diperoleh kurang baik sebesar 84,8% dan lingkungan


persentase yang tertinggi proporsi rumah sebesar 81,1%). Hasil analisis
kelompok kasus terletak pada sub variabel bivariat dapat dilihat pada Tabel 2
pengetahuan kurang baik sebesar 84,8%, dibawah ini.
sikap negatif sebesar 78,8%, tindakan
Tabel 2. Analisis hubungan dan besar risiko variabel independen terhadap kejadian malaria
di Kecamatan Arongan Lambalek
Kasus Kontrol p-
Variabel OR CI 95%
N % N % value
Karakteristik :
Umur
Muda 17 51,5 21 63,6 0,455 0,607 0,227-1,625
Tua 16 48,5 12 36,4
Pendidikan
Rendah 9 27,3 12 36,4 0,611 - -
Menengah 20 60,6 16 48,5
Tinggi 4 12,1 5 15,2
Pekerjaan
Tidak bekerja 2 6,1 19 57,6 0,000 0,048 0,010-0,233
Bekerja 31 93,9 14 42,4
Sosial Ekonomi :
Lokasi tempat tinggal
Kurang baik 16 48,5 12 36,4 0,455 1,647 0,615-4,408
Baik 17 51,5 21 63,6
Akses Yankes
Tidak mendukung 10 30,3 8 24,2 0,782 1,359 0,457-4,035
Mendukung 23 69,7 25 75,8
Penghasilan
Rendah 17 51,5 24 72,7 0,128 0,398 0,143-1,112
Tinggi 16 48,5 9 27,3
Perilaku Masyarakat:
Pengetahuan

5
Kurang baik 28 84,8 8 24,2 0,000 17,50 5,061-60,52
Baik 5 15,2 25 75,8
Sikap
Negatif 26 78,8 11 33,3 0,001 7,429 2,461-22,42
Positif 7 21,2 22 66,7
Tindakan
Kurang baik 28 84,8 12 36,4 0,000 9,800 2,991-32,11
Baik 5 15,2 21 63,6
Lingkungan Rumah
Buruk 27 81,8 11 33,3 0,000 9,000 2,870-28,22
Baik 6 18,2 22 66,7

Pada variabel karakteristik, sub dengan kejadian malaria (p =0,455),


variabel umur dimana proporsi pada dimana proporsi lokasi tempat tinggal baik
kelompok kasus yang berusia muda (< 36 pada kelompok kasus (51,5%) tidak terlalu
thn) sebesar 51,5% tidak terlalu berbeda berbeda dengan kelompok kontrol
dengan usia tua (≥ 36 thn) 48,5%. Hasil (63,6%). Pada Akses pelayanan kesehatan
membuktikan tidak ada hubungan umur hasil membuktikan tidak ada hubungan
dengan kejadian malaria (p =0,455). Pada dengan kejadian malaria (p= 0,782),
sub variabel pendidikan, hasil penelitian dimana proporsi akses pelayanan
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kesehatan mendukung (69,7%) tidak
pendidikan dengan kejadian malaria (p = terlalu berbeda dengan akses yang tidak
0,611) dimana proporsi responden yang mendukung (30,3%) pada kelompok
pendidikan menengah lebih banyak pada kasus. pada penghasilan hasil
kelompok kasus (60,6%) dibanding menunjukkan tidak ada hubungan
pendidikan rendah (27,3%) dan tinggi penghasilan dengan kejadian malaria (p
(12,1%). Hasil menunjukkan tidak ada =0,128), dimana proporsi penghasilan
hubungan pendidikan dengan malaria tinggi lebih tinggi pada kelompok kasus
(p=0,611). (48,5%) dibandingkan kelompok kontrol
Pada sub variabel pekerjaan (27,3%).
sebesar 93,9% yang bekerja lebih tinggi Pada variabel perilaku, untuk
daripada yang tidak bekerja (6,1%) pada pengetahuan hasil membuktikan ada
kelompok kasus. Hasil menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan
hubungan pekerjaan dengan malaria kejadian malaria (p=0,000;OR = 17,50),
(p=0,000;OR=0,048). Pada variabel sosial dimana proposi pengetahuan kurang lebih
ekonomi, hasi penelitian menunjukkan tinggi pada kelompok kasus (84,8%)
tidak ada hubungan lokasi tempat tinggal dibandingkan kelompok kontrol (24,2%).

6
Untuk sikap, hasil menunjukkan bahwa membuktikan ada hubungan antara
ada hubungan antara sikap dengan tindakan dengan kejadian malaria
kejadian malaria (p=0,001;OR=7,429), (p=0,000;OR=9,800), dimana proporisi
dimana proporsi sikap negatif lebih tinggi tindakan tidak baik lebih tinggi pada
pada kelompok kasus (78,8%) kelompok kasus (84,8%) dibandingkan
dibandingkan kelompok kontrol (33,3%). kelompok kontrol (36,4%).
Untuk sub variabel tindakan, hasil
Tabel 3. Hasil analisis multivariat regresi logistik antar variabel kandidat kejadian malaria
(nilai p < 0,05)
Variabel B p-value OR 95%CI
Tahap 1 :
Pekerjaan -2,720 0,032 0,066 0,005 – 0,797
Penghasilan 0,509 0,637 1,664 0,201 – 13,775
Pengetahuan 2,275 0,023 9,731 1,368 – 69,249
Sikap 1,380 0,136 3,977 0,648 – 24,420
Tindakan 2,260 0,029 9,579 1,256 – 73,058
Lingkungan 2,371 0,021 10,708 1,436 – 79,848
Konstanta -4,233 0,003 0,015
Tahap 2 :
Pekerjaan -2,493 0,034 0,083 0,008 – 0,832
Pengetahuan 2,207 0,024 9,091 1,334 – 61,969
Sikap 1,387 0,135 4,004 0,648 – 24,723
Tindakan 2,192 0,031 8,957 1,215 – 66,008
Lingkungan 2,539 0,010 12,671 1,829 – 87,792
Konstanta -4,020 0,003 0,018
Tahap 3 :
Pekerjaan -2,449 0,027 0,086 0,010 – 0,755
Pengetahuan 2,548 0,006 12,783 2,045 – 79,893
Tindakan 2,281 0,018 9,785 1,476 – 64,870
Lingkungan 2,217 0,014 9,182 1,563 – 53,922
Konstanta -3,375 0,003 0,034
Ket : -2 Log-Likelihood = 37,006 G = 54,489 p value = 0,000

Pada variabel lingkungan rumah, syarat (p<0,25). Untuk tahap pertama uji
hasil menunjukkan ada hubungan antara interaksi dilakukan mengeluarkan variabel
lingkungan rumah dengan kejadian penghasilan (p=0,637) dan sikap
malaria (p=0,000;OR=9,000), dimana (p=0,135). Dari hasil uji interaksi yang
proporsi lingkungan buruk lebih tinggi dilakukan didapatkan bahwa tidak ada
pada kelompok kasus (81,85%) interaksi antara variabel satu dengan
dibandingkan kelompok kontrol (33,3%). variabel lain. Uji confounding pertama
Analisis multivariat dilakukan berdasarkan yaitu penghasilan (p = 0,637), uji
hasil uji Chi Square yang memenuhi confounding kedua pada variabel sikap (p

7
= 0,135), dengan melihat perubahan nilai Berdasarkan hasil regresi logistik
OR crude dan OR adjusted < 10 %, maka tahap akhir diperoleh variabel pekerjaan
variabel tersebut dinyatakan bukan nilai (p=0,027, OR=0,086), pengetahuan (p
confounding dan harus dikeluarkan dalam =0,006, OR=12,783), tindakan (p= 0,018,
model sebagaimana dapat dilihat pada OR= 9,785) dan lingkungan (p = 0,014,
Tabel 3. OR= 9,182). (Tabel 4)
Tabel 4. Hasil akhir uji regresi logistik variabel paling berpengaruh terhadap kejadian malaria
Variabel B p-value OR 95% CI
Pekerjaan -2,449 0,027 0,086 0,010 – 0,755
Pengetahuan 2,548 0,006 12,783 2,045 – 79,893
Tindakan 2,281 0,018 9,785 1,476 – 64,870
Lingkungan 2,217 0,014 9,182 1,563 – 53,922
Konstanta -3,375 0,003 0,034

Pembahasan dan memahami suatu masalah, selanjutnya


Secara umum penyakit malaria pemahaman akan membentuk sikap dan
dapat menyerang semua golongan umur, dengan dipengaruhi oleh lingkungan
dan anak-anak lebih rentan terhadap menghasilkan perilaku nyata (tindakan)
infeksi parasit malaria. Perbedaan sebagai suatu reaksi (Notoatmodjo, 2010).
prevalensi menurut umur berkaitan dengan Penelitian ini sejalan yang dilakukan
perbedaan derajat kekebalan terhadap Notobroto et al. (2010) di daerah
malaria (Anies, 2006). Tidak bermaknanya perbatasan Kabupaten Trenggalek dan
faktor umur pada penelitian ini disebabkan Tulangangung yang menunjukkan bahwa
karena responden yang diambil dari yang tidak ada hubungan yang pendidikan
berusia ≥ 15 tahun sehingga tidak ada dengan kejadian malaria (p=0,444).
perbedaan kekebalan terhadap infeksi Teori tersebut berbeda dengan hasil
malaria dimana dengan bertambah umur penelitian di Kecamatan Arongan
kekebalan semakin meningkat. Penelitian Lambalek yang menunjukkan kejadian
ini sejalan yang dilakukan Notobroto et al. malaria dominan terjadi pada yang
(2010) di daerah perbatasan Kabupaten berpendidikan menengah/ SMA,
Trenggalek dan Tulangangung yang berdasarkan hasil pengumpulan data
menunjukkan tidak ada hubungan antara diperoleh bahwa responden yang
umur dengan kejadian malaria (p=0,235). berpendidikan menengah lebih banyak
Tingkat pendidikan mempengaruhi berpengetahuan yang kurang tentang
kemampuan seseorang dalam mencerna malaria dengan persentase sebesar (61,1%)

8
dibandingkan dengan yang berpendidikan Kecamatan Woyla dan pekerjanya
rendah (30,6%) dan tinggi (8,3%). Hal ini sebagian besar merupakan penduduk
diduga erat karena rendahnya kecamatan Arongan Lambalek. Pekerja-
kesadaran/kepedulian masyarakat pekerja tersebut sering menginap ditempat
kecamatan Arongan Lambalek tentang kerja tanpa mengindahkan kebersihan
pentingnya upaya pencegahan malaria tempat tinggal dan melakukan usaha
yang berkaitan dalam pencarian perlindungan diri terhadap malaria
informasi/pengetahuan yang benar sehingga memungkinkan terjadinya
meliputi penyebab, cara penularan, cara peningkatan kasus setelah pekerja tersebut
pencegahan dan pengobatan dini, akibat balik ke Kecamatan Arongan Lambalek
rendahnya pemahaman/pengetahuan saat telah terinfeksi. Begitupun bekerja
malaria akan menimbulkan perilaku yang sebagai petani juga menyebabkan harus
salah terhadap malaria. berada di hutan sampai sore sehingga akan
Adanya berbagai jenis pekerjaan memberikan kontribusi positif terhadap
yang mempunyai hubungan dengan transmisi penularan malaria. Hasil
malaria disebabkan karena pekerjaan yang penelitian sesuai dengan penelitian Salim
dipilih tersebut merupakan faktor resiko et al. (2012) yang dilakukan di Kecamatan
dan memberi peluang untuk kontak dengan Mandor Kabupaten Landak Propinsi
nyamuk seperti petani, berkebun, nelayan, Kalimantan Barat yang menunjukkan ada
penambang emas (Harijanto, 2000). hubungan yang signifikan antara pekerjaan
Menurut Suharjo et al.(2009) menyatakan dengan kejadian malaria pekerjaan (p-
bahwa tingkat mobilitas penduduk dari value = 0,001, OR= 3,4).
dari segi pekerjaan maupun pendatang dari Menurut Lokasi tempat tinggal
daerah endemis mempengaruhi penularan penderita malaria di Kecamatan Arongan
malaria malaria import di suatu daerah. Lambalek jauh dari saluran irigasi yang
Adanya hubungan pekerjaan dengan merupakan tempat potensial perindukan
kejadian malaria dengan risiko terjadinya dan peristirahatan nyamuk malaria dan
malaria sebesar 0,048 kali lebih besar pada lokasi tempat tinggal pun setiap 6 bulan
orang yang bekerja dibandingkan dengan sekali dilakukannya fogging/
orang tidak bekerja, hal ini disebabkan penyemprotan rumah untuk membunuh
sebagian besar masyarakat kecamatan nyamuk dewasa. Fogging/ penyemprotan
Arongan Lambalek bekerja sebagai petani rumah di daerah endemis dengan
dan penambang emas. Penambangan ini insektisida sebaiknya dilaksanakan 2 kali
dilakukan di area gunung ujeun

9
dalam setahun dengan interval waktu 6 mempengaruhi kejadian malaria tetapi
bulan (Prabowo, 2004). tidak mendasari perubahan perilaku
Akses pelayanan kesehatan di kesehatan jika tidak dibarengi dengan
Kecamatan Arongan Lambalek sudah pelaksanaan tindakan pencegahan
memadai untuk menjangkau sarana (Notoatmodjo, 2010).
pelayanan kesehatan hanya membutuhkan Pada sub variabel pengetahuan
waktu + 15 menit untuk tiba di puskesmas menunjukkan ada hubungan antara
dengan jarak tempuh 1–5 km. Semakin pengetahuan dengan kejadian malaria
jauh jarak tempuh ke sarana pelayanan dengan risiko terjadinya malaria sebesar
kesehatan maka semakin besar risiko 17,5 kali lebih besar pada berpengetahuan
menderita penyakit malaria (Untari et al., kurang dibandingkan dengan yang
2007). Menurut Kelle et al. (2013) berpengetahuan baik. Penelitian ini sejalan
menyatakan akses pelayanan kesehatan dengan yang dilakukan Erlan et al. (2008)
mudah dijangkau penduduk desa Manglusi di Wilayah kerja Puskesmas Kasimbar
jika menggunakan kendaraan roda 2 atau Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi
roda 4. Penelitian ini sejalan dengan Tengah yang menunjukkan pengetahuan
penelitian yang dilakukan Sari et al. mempunyai hubungan bermakna dengan
(2013) di Provinsi Bengkulu yang kejadian malaria (p=0,037) dengan resiko
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan 3,05 kali lebih besar terkena malaria pada
antara jarak tempuh pelayanan kesehatan orang yang berpengetahuan rendah
dengan kejadian malaria. dibandingkan orang yang berpengetahuan
Mortalitas dan morbiditas tinggi. Perilaku seseorang dipengaruhi
ditentukan juga oleh taraf sosial ekonomi oleh pengetahuan, pengetahuan yang
seseorang (Achmadi, 2008). Walaupun kurang berdampak terhadap kesadaran
penderita malaria kecamatan Arongan masyarakat dalam membentuk persepsi
Lambalek mempunyai penghasilan yang bahwa malaria dianggap kebutuhan yang
lebih tinggi tetapi angka kejadian malaria harus diatasi sehingga dapat menghasilkan
tetap tinggi hal ini menunjukkan bahwa tindakan nyata secara spontan dalam upaya
tidak adanya kemauan masyarakat untuk menyehatkan lingkungannya
menggunakan sebagian pendapatannya (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan hasil
dalam mengupayakan pencegahan atau wawancara diperoleh sebagian besar
meminimalkan kontak dengan nyamuk masyarakat kecamatan Arongan Lambalek
seperti membeli kawat kasa atau obat anti tidak mengetahui dengan benar penyebab,
nyamuk. Status ekonomi akan cara penularan, gejala, bahaya malaria,

10
pengobatan, pencegahan, dan penularan Hasil statistik menunjukkan ada
malaria. hubungan tindakan dengan kejadian
Hasil menunjukkan ada hubungan malaria di Kecamatan Arongan Lambalek.
bermakna antara sikap dengan kejadian Hasil tersebut menyimpulkan bahwa orang
malaria di Kecamatan Arongan Lambalek yang memiliki tindakan kurang baik
dengan risiko terjadinya malaria 7,4 kali mempunyai risiko terjadinya malaria 9,8
lebih besar pada orang yang bersikap kali lebih besar dibandingkan orang yang
negatif dibandingkan dengan orang yang memiliki tindakan baik. Hal ini sesuai
bersikap positif. Sejalan dengan penelitian dengan penelitian yang dilakukan Erlan et
yang dilakukan Erlan et al. (2008) di al. (2008) di Kabupaten Parigi Moutong
Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Sulawesi Tengah bahwa tindakan
Tengah yaitu sikap berpengaruh terhadap mempunyai hubungan bermakna dengan
kejadian malaria (p=0,04, OR= 8,07), kejadian malaria (p=0,02, OR=10). Dari
didukung juga dengan penelitian yang hasil pengumpulan data diperoleh bahwa
dilakukan Irawan et al. (2011) di masyarakat Kecamatan Arongan Lambalek
Kecamatan Rowokele Kabupaten tidak mencerminkan perilaku yang
Kebumen menunjukkan dari 269 sampel mendukung pengendalian dan pencegahan
bahwa mayoritas responden sebesar 54,3% malaria seperti tidak menggunakan
mempunyai sikap negatif terhadap penolak nyamuk/ kelambu saat tidur
pengendalian malaria. Munculnya sikap malam hari atau saat bermalam di lokasi
kurang mendukung terhadap usaha pekerjaan seperti sawah/ pertambangan
pencegahan malaria di kecamatan Arongan emas, tidak menaburkan serbuk abate
lambalek meliputi sikap; penggunaan dalam sumur, tidak langsung berobat ke
kelambu insektisida, anti nyamuk oles, puskesmas jika terjadi gejala malaria, tidak
memakai baju lengan panjang saat keluar mengikuti penyuluhan malaria di desa,
malam, dan usaha perlindungan dari tidak memasang kawat kawa pada ventilasi
gigitan nyamuk di lokasi kerja seperti rumah, dan tidak mengikuti petunjuk dan
pertambangan atau persawahan. Sikap aturan minum obat dari dari dokter/
yang negatif akan cenderung membawa petugas kesehatan saat terinfeksi malaria.
masyarakat untuk bertindak lebih buruk Penelitian yang dilakukan oleh Wogu et al
dalam hal mencegah terjadinya penularan (2013) di Negeria Delta, menunjukkan
penyakit termasuk malaria (Notoatmodjo, bahwa terdapat hubungan yang bermakna
2010). antara ibu hamil yang positif malaria
dengan kebiasaan tidak menggunakan

11
kelambu. Penelitian oleh Bhatt et al. frekuensi menggigit dan penularan
(2012) menyatakan bahwa penggunaan malaria. Masih banyaknya semak/hutan
kelambu berinsektisida efektif dalam didekat rumah, keberadaan semak yang
mengurangi kepadatan nyamuk. Cara lain rimbun akan mengurangi sinar matahari
untuk mengurangi risiko tergigit oleh masuk atau menembus permukaan tanah,
nyamuk malaria salah satunya adalah sehingga lingkungan disekitarnya akan
dengan menggunakan obat anti nyamuk menjadi teduh dan lembab (Ahmadi et al.,
(Rubiati et al., 2009). Tingginya angka 2008). Dan adanya genangan air/ SPAL
kejadian malaria dipengerahui oleh yang tidak tertata rapi disekitar rumah.
kebiasaan tidak memakai kelambu, tidak Tempat perindukan nyamuk yang
memakai obat nyamuk dan beraktivitas potensial adalah genangan-genangan air,
diluar rumah pada malam hari (Santi et al., adanya genangan air akan berpengaruh
2014). kepada angka kepadatan jentik, dengan
Hasil analisis menunjukkan ada masih banyaknya tempat perindukan
hubungan signifikan antara lingkungan nyamuk seperti hutan/semak, sawah,
dengan kejadian malaria di Kecamatan sungai, irigasi, tambak ikan dan parit-parit
Arongan Lambalek dengan risiko yang tidak terurus, jarak rumah dengan
terjadinya malaria sebesar 9,0 kali lebih keberadaan kandang ternak yang terlalu
besar pada masyarakat yang tinggal di dekat, adanya pemeliharaan kandang
lingkungan buruk dibandingkan dengan ternak besar/ kecil, ini membuat kondisi
masyarakat yang tinggal dilingkungan lingkungan yang menguntungkan bagi
baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan vektor nyamuk malaria untuk berkembang
penelitian yang dilakukan Imbiri et al. biak dan melakukan transmisi penularan
(2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Sarmi malaria yang tentunya akan berpengaruh
Kota Kabupaten Sarmi yang menunjukkan kepada angka kepadatan jentik (Depkes,
bahwa lingkungan yang terdapat genangan 2009).
air dan semak-semak berhubungan dengan Berdasarkan analisis multivariat
kejadian malaria (p=0,000, OR=6,827). diperoleh ada 6 variabel yang menjadi
Berdasarkan hasil observasi dilokasi kandidat model (p<0,25), yaitu
penelitian diketahui terdapat banyak penghasilan, pekerjaan, pengetahuan,
tempat perindukan pontensial bagi nyamuk sikap, tindakan dan kondisi lingkungan
malaria seperti; banyaknya rumah yang rumah, Langkah kedua adalah pembuatan
berdekatan dengan kandang ternak kurang model faktor penentu kejadian malaria.
dari 100 meter, hal ini akan meningkatkan Model terbaik akan mempertimbangkan

12
dua penilaian yaitu signifikan ratio Log penilaian confounding di peroleh empat
likelihood (p < 0,05). Pemilihan model variabel memiliki nilai p.value < 0,05,
dilakukan pada semua variabel independen variabel-variabel tersebut ditetapkan
yang memenuhi syarat dimasukkan dalam sebagai bentuk model (fit model) yaitu
model. Variabel yang p tidak signifikan pengetahuan, tindakan, lingkungan dan
dikeluarkan secara bertahap dimulai dari pekerjaan, dengan persamaan sebagai
variabel yang mempunyai p value terbesar. berikut :
Setelah dilakukan uji interaksi dan
Y = - 3,375 + 2,548 X1 (Pengetahuan) + 2,281 X2 (Tindakan) + 2,217 X3 (Lingkungan) -
2,449 X4 (Pekerjaan)
Hasil model akhir diperoleh satu merupakan faktor risiko terjadinya
variabel yang paling berpengaruh terhadap infeksi malaria.
kejadian malaria dengan melihat nilai OR 2. Tidak ada hubungan sosial ekonomi
yang terbesar yaitu variabel pengetahuan dengan kejadian malaria, dikarenakan
(p value 0,006 < 0,05) diperoleh OR lokasi tempat tinggal penduduk sudah
sebesar 12,783 yang artinya bahwa orang dilaksanakannya fogging/ pengasapan
yang mempunyai pengetahuan kurang setiap 2 kali dalam setahun dengan
berisiko sebesar 12,783 kali lebih besar interval waktu 6 bulan dan didukung
terkena malaria daripada orang yang juga akses pelayanan kesehatan
berpengetahuan baik. Penelitian ini sejalan masyarakat ke sarana pelayanan
dengan penelitian Serumpaet et al. (2007) kesehatan sudah memadai.
menyatakan bahwa pengetahuan 3. Ada hubungan perilaku masyarakat
merupakan faktor intrinsik yang (pengetahuan, sikap, tindakan) dengan
berpengaruh terhadap kejadian malaria. kejadian malaria, dimana pada variabel
Kesimpulan pengetahuan dari kuisioner diperoleh
Berdasarkan hasil penelitian di sebagian besar masyarakat tidak
Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten mengetahui dengan benar berapa kali
Aceh Barat, dapat disimpulkan bahwa : harus berobat ke puskesmas untuk
1. Ada hubungan pekerjaan pada variabel memperoleh kesembuhan total dan
karakteristik dengan kejadian malaria, tidak mengetahui bagaimana
dimana pekerjaan sebagai penambang pencegahan malaria dengan benar.
emas menunjukkan persentase yang 4. Ada hubungan kondisi lingkungan
tertinggi dari pekerjaan lainnya, yang rumah dengan kejadian malaria,
dimana sebagian besar rumah

13
masyarakat berdekatan dengan Penatalaksanaan Kasus Malaria
Malaria. Ditjen PP & PL. Jakarta.
kandang ternak yang kurang dari 100
Erlan, A., Ningsih, Malonda, dan Puryadi.
meter dan masih banyaknya semak/ (2008). Perilaku kesehatan
masyarakat kaitannya dengan
hutan di sekitar rumah.
kejadian malaria di Wilayah
5. Berdasarkan hasil akhir uji regresi Puskesmas Kasimbar Kabupaten
Parigi Moutong Sulawesi Tengah.
logistik diperoleh variabel pengetahuan
Jurnal Vektor Penelitian. 2(1): 25-
merupakan variabel yang paling 30.
Harijanto, P.N. (2000). Epidemiologi,
dominan berhubungan dengan kejadian
Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan
malaria dengan OR (Odds Ratio) Penanganan Penerbit; EGC. Jakarta.
Imbiri, J., Suhartono, dan Nujazulli.
12,78 dan probabilitas risiko malaria
(2012). Analisis faktor risiko di
sebesar 95%. Wilayah kerja puskesmas Sarmi
kota, Kabupaten Sarmi. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia. 11
Daftar Pustaka
(2): 130-137.
Irawan, A. dan A. Pujianto. (2011).
Achmadi, U.F. (2008). Manajemen
Pengetahuan sikap dan perilaku
Penyakit Berbasis Wilayah.
masyarakat di daerah kejadian luar
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
biasa desa Wagirpandan Kecamatan
Ahmadi, S., Sulistyani, dan M. Raharjo.
Rowokele Kabupaten Kebumen.
(2008). Faktor risiko kejadian
Jurnal Vektora. 4 (2): 65-74.
malaria di Desa Lubuk Nipis
Kelle, Y., A.A. Arsin, dan A. Daud.
Kecamatan Tanjung Agung
(2013). Perbedaan malaria pada
Kabupaten Muara Enim. Jurnal
daerah dataran rendah dengan
Kesehatan Lingkungan Indonesia.
dataran tinggi di Kabupaten Maluku
8(1): 20-25.
Tenggara Barat. Jurnal Masyarakat
Anies. (2006). Mewaspadai Penyakit
Epidemiologi Indonesia. 2 (1): 71-
Lingkungan. PT Elex Media
75.
Komputer. Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku
Bhatt, R.M., S.N. Sharma, S. Uragayala,
Kesehatan, Penerbit; Bineka Cipta,
A.P. Dash, R. Kamaraju. (2012).
Jakarta.
Effectiveness and durability of
Notobroto, H.B. dan A. C. Hidajah.
interceptor long-lasting insecticidal
(2009). Faktor risiko penularan
nets in a malaria endemic area of
malaria di Daerah Berbatasan. Jurnal
central India. Malaria Journal.
Penelitian Media Eksakta. 8 (2):
11:189.
143-151.
[CDC] Centers for Disease Control (2010).
Prabowo, A. (2004). Malaria, Mencegah
Impact of malaria. [serial on the
dan Mengatasinya. Penerbit; Puspa
internet].[cited 2014 Sept 10].
Swara. Jakarta.
Available from: http://www.
Rubianti, I., Wibowo, dan A.T. Solikhah.
cdc.gov/ malaria/malaria_ worldwide
(2010). Faktor-faktor risiko malaria
/impact.html.
di Wilayah Kerja Puskesmas Paruga
[Dinkes] Dinas Kesehatan Provinsi Aceh.
Kota Bima Nusa Tenggara Barat.
(2013). Profil Kesehatan Provinsi
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Aceh, Banda Aceh.
Nasional. 3(3): 162 – 232.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI.
(2009). Modul Pedoman

14
Salim. M., Suhartono, dan N. Endah. kawasan ekosistem leuser Kabupaten
(2012). Faktor-faktor yang Karo Provinsi Sumatera Utara.
berhubungan dengan kejadian Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
malaria di wilayah pertambangan 11(13): 55-63.
emas tanpa izin (PETI) Kecamatan Sugiono. (2011). Statistik untuk Penelitian.
Mandor Kabupaten Landak Propinsi Alfabeta, Bandung.
Kalimantan Barat. Jurnal Kesehatan Suharjo, dan Mardiana. (2009).
Lingkungan Indonesia. 11(2): 160- Pengetahuan masyarakat tentang
165. malaria di Kabupaten Kepulauan
Santi, Fitriangga, A. dan D. Natalia. Seribu. Jurnal Ekologi Kesehatan. 8
(2014). Hubungan faktor individu (4): 1077-1083.
dan lingkungan dengan kejadian Untari, J. dan M. Hasan. (2007). Kemana
malaria di Desa Sungai Ayak 3 pemilik kartu sehat mencari
Kecamatan Belitang Hiling, pertolongan (analisis survei sosial
Kabupaten Sekadau. Jurnal ekonomi nasional 2001). Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia. 4 Manajemen Pelayanan Kesehatan.
(1): 265-275. 10 (1): 20-25.
Sari, R.M., L.P. Ambarita, and H. Sitorus. Wogu, M.N., F. O. Nduka, and M.D.
(2013). Akses Pelayanan Kesehatan Wogu. (2013). Effectiveness and
dan Kejadian Malaria di Provinsi compliance of long lasting
Bengkulu. Media Litbangkes. 23(4): insecticide nets (llins) on malaria
158-164. parasitemia among pregnant women
Sastroasmoro, S. dan S. Ismail. (2002). attending antenatal clinics in port
Dasar-dasar Metodologi Penelitian harcourt, rivers state. British Journal
Klinis. Fakultas Kedokteran of Medicine & Medical Research.
Universitas Indonesi. Jakarta. 3(4): 1233-9.
Serumpaet, S.M. dan R. Tarigan. (2007).
Faktor risiko kejadian malaria di

15

Anda mungkin juga menyukai