Anda di halaman 1dari 83

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat

dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Pelabuhan ini tepat pada waktunya.
Adapun Makalah Pelabuhan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Konstrusi Bangunan Sipil yang
bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Konstruksi Pelabuhan. Semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi referensi untuk pihak yang tertarik pada bidang
pelabuhan. Akhir kata, kami mohon maaf bila masih terdapat banyak kekurangan, karena ilmu di dunia
ini sangatlah luas untuk itu jangan puas hanya dengan apa yang telah dipelajari, seperti kata pepatah
tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina. Kami sangat mengharapkan bila ada kritik dan saran yang
membangun. Depok, 14 Desember 2013 Penyusun DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi MAKALAH
PELABUHAN

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB II ISI 2.1
Definisi Pelabuhan 2.2 Fungsi Pelabuhan 2.3 Klasifikasi Pelabuhan 2.4 Fasilitas Pelabuhan 2.5
Perencanaan Pelabuhan Perancangan pelabuhan, berkaitan dengan navigasi kapal Penanganan muatan
Parameter penentuan ukuran pelabuhan Muatan-muatan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
pelabuhan BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Umum 3.2 Metode Pelaksanaan Material & Bahan
Peralatan Kerja Pelaksanaan Kerja Pekerjaan Persiapan Pekerjaan Pengerukan Dasar Laut Pekerjaan
Konstruksi Jetty Pembuatan Tetrapod Pekerjaan Pembangunan seawall Pekerjaan Lantai Dermaga
Pekerjaan Breakwater (Bangunan Pemecah Gelombang) BAB IV PENUTUP MAKALAH PELABUHAN

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pelabuhan Alam Gambar 2.2 Pelabuhan Buatan Gambar 2.3 Pelabuhan
Semi Alam Gambar 2.4 Sarana dan Prasarana Pelabuhan Gambar 2.5 Lebar Alur Pelayaran MAKALAH
PELABUHAN

5 Gambar 2.6 Dermaga Memanjang Gambar 2.7 dermaga menyerupai jari Gambar 2.8 Dermaga bentuk
Pier Gambar 2.9 Kedalaman Kolam Pelabuhan Gambar 2.10 Elevasi Dermaga Gambar 3.1. Flow chart
pelaksanaan pekerjaan perencanaan PPI Gambar 3.2. Pengerukan dasar laut Gambar 3.3. Pemasangan
batu belah Gambar 3.4. Pemasangan Tetrapod Gambar 3.5. Flow chart pelaksanaan pekerjaan bangunan
seawall Gambar 3.6. Pekerjaan galian Gambar 3.7. Pekerjaan lapis pengisi Gambar 3.8. Pekerjaan lapis
pelindung utama Gambar 3.9. Pekerjaan pelindung kaki Gambar Flow chart pelaksanaan pekerjaan
lantai dermaga Gambar Pemancangan tiang pancang Gambar Detail tiang pancang MAKALAH
PELABUHAN

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah transportasi merupakan masalah yang
selalu dihadapi oleh semua Negara, terutama Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Permasalahan yang ada bukan hanya menyangkut transportasi darat, tetapi juga transportasi laut.
Apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan manusia juga ikut
meningkat. Akan tetapi, kebutuhan yang ada dalam satu wilayah atau suatu Negara tidak semuanya
dapat tersedia. Dengan adanya transportasi laut ini maka jarak tempuh yang dibutuhkan akan terasa
lebih cepat, terutama bagi perkembangan ekonomi suatu daerah dimana pusat produksi barang
konsumen dapat dipasarkan dengan cepat dan lancar. Selain itu kebutuhan bagi bidang ekonomi,
pelabuhan yang membawa dampak positif bagi perkembangan suatu daerah yang terisolisir terutama
daerah yang berupa perairan sehingga hubungan darat sulit dilakukan dengan baik. Sehingga sebagai
mahasiswa Teknik Sipil, kita dituntut untuk dapat merencanakan pelabuhan. Dimana, untuk dapat
merencanakan suatu pelabuhan yang baik, terlebih dahulu kita harus mengetahui fasilitasfasilitas yang
ada di pelabuhan, serta bagaimana cara penataannya. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut 1. Apa saja jenis
jenis pelabuhan dan fasilitasnya? 2. Apa saja fasilitas yang berada di pelabuhan? 3. Bagaimana
pelaksanaan konstruksi pelabuhan? 1.3 Tujuan Laporan ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui
jenis pelabuhan serta fasilitas-fasilitas yang ada dipelabuhan tersebut.

7 BAB II PELABUHAN 2.1 DEFINISI PELABUHAN Beberapa definisi pelabuhan, diantaranya : Secara teknis
pelabuhan adalah salah satu bagian dari Ilmu Bangunan Maritim, dimana padanya dimungkinkan kapal-
kapal berlabuh atau bersandar dan kemudian dilakukan bongkar muat. o Ditinjau dari sub sistem
angkutan (Transport), maka pelabuhan adalah salah satu simpul dari mata rantai kelancaran angkutan
muatan laut dan darat. Jadi secara umum pelabuhan adalah suatu daaerah perairan yang terlindung
terhadap badai/ombak/arus, sehingga kapal dapat berputar (turning basin), bersandar/membuang
sauh,sedemikian rupa sehingga bongkar muat atas barang dan perpindahan penumpang dapat
dilaksanakan; guna mendukung fungsi-fungsi tersebut dibangun dermaga (piers or wharves), jalan,
gudang, fasilitas penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan
dari/ke kapal yang bersandar di pelabuhan menuju pelabuhan selanjutnya dapat dilaksanakan. Dari segi
manajemen pelabuhan (bina pengusahaan) berarti prosedur kegiatan-kegiatan sejak kedatangan kapal,
bongkar muat barang, dan hubangan kapal dengan daerah-daerah lain, dimana kegiatan tersebut harus
dapat dikelola secara efisien. o Ditinjau dari segi finansiil, pengusahaan pelabuhan harus dapat
menghasilkan, dalam arti secara minimal segala investasi dan peng-operasiannya harus dapat ditutup
dari hasil pendapatan dalam suatu periode tertentu Menurut Quinn, A.D Pelabuhan adalah suatu
perairan yang sebagian tertutup dan terlindung terhadap angin dan gelombang, serta aman bagi kapal
untuk berlabuh, mengisi bahan bakar, mengadakan perbaikan dan pemindahan barang. Peraturan
Pemerintah No. 69 tahun 2001 Tentang Kepelabuhanan Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari
daratan dan perairan disekitarnya dengan batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang
dan/atau bongkar muat barang

8 yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Dengan demikian, pelabuhan adalah
suatu tempat yang memenuhi syarat-syarat tertentu dilengkapi fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk
kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi dimana dibutuhkan manajemen yang baik agar fungsinya
dapat dioptimalkan dan dapat mencapai tujuan awal pembangunan pelabuhan tersebut. 2.2 FUNGSI
PELABUHAN Fungsi dari pelabuhan adalah : Interface : fasilitas dan pelayanan untuk transportasi barang
dari kapal ke moda transportasi lain dan sebaliknya. Link : mata rantai dalam sistem transportasi.
Gateway : pintu gerbang dari daerah atau negara. Industry entity : terdapat industri estate/industrial
lengkap dengan jaringan dan jasa transportasi. Peran pelabuhan Transportasi : penunjang dan
dinamisator sistem antar moda transportasi, baik angkutan laut maupun darat. Perdagangan : akses
perdagangan internasional dan domestic, serta memberi kesempatan yang lebih luas dalam
menentukan hubungan perdagangan. Industri : industri transportasi, industri yang berorientasi ekspor
atau bahan bakunya impor, dan industri lain. 2.3 KLASIFIKASI PELABUHAN Ditinjau dari segi
penyeleggaraannya: Pelabuhan umum, diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat
umum. Penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh pemerintah dan pelaksanaannya dapat
dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang didirikan untuk maksud tersebut. Di Indonesia
dibentuk empat badan usaha milik negara yang diberi wewenang untuk mengelola pelabuhan umum
diusahakan. Keempat badan usaha tersebut adalah : PT (Persero) Pelabuhan Indonesia Iberkedudukan di
Medan, Pelabuhan Indonesia II berkedudukan di

9 Jakarta, Pelabuhan Indonesia III berkedudukan di Surabaya dan Pelabuhan Indonesia IV berkedudukan
di Ujung Pandang. Pelabuhan khusus, diselenggarakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang
kegiatan tertentu. Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum, kecuali dalam
keadaan tertentu dengan ijin pemerintah. Pelabuhan khusus dibangun oleh suatu perusahaan baik
pemerintah maupun swasta yang berfungsi untuk prasarana pengiriman hasil produksi perusahaan
tersebut. Sebagai contoh adalah pelabuhan LNG Arun di Aceh yang digunakan untuk mengirimkan hasil
produksi gas alam cair ke daerah atau negara lain. Pelabuhan pabrik alumunium Asahan di Kuala
Tanjung Sumatra Utara digunakan untuk melayni import bahan baku bauksit dan exort alumunium ke
daerah / negara lain. Ditinjau dari segi pengusahaannya Pelabuhan yang diusahakan, pelabuhan ini
sengaja diusahakan untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh kapal yang memasuki
pelabuhan untuk melakukan kegiatan bongkar-muat barang, menaik-turunkan penumpang serta
kegiatan lainnya. Pemakaian pelabuhan ini dikenakan biaya-biaya, seperti biaya jasa labuh, jasa tambat,
jasa pemanduan, jasa penundaan, jasa pelayanan air bersih, jasa dermaga, jasa penumpukan, bongkar-
muat, dan sebagainya. Pelabuhan yang tidak diusahakan, pelabuhan ini hanya merupakan tempat
singgah kapal/perahu, tanpa fasilitas bongkar muat, bea-cukai, dan sebagainya. Pelabuhan ini umumnya
pelabunan kecil yang disubsidi oleh pemerintah, dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat
Jendral Perhubungan Laut. Pelabuhan otonom, yaitu pelabuhan yang diserahkan wewenangnya untuk
mengatur diri sendiri. Ditinjau dari fungsinya dalam perdagangan nasional dan internasional Pelabuhan
laut, pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-kapal berbendera asing. Pelabuhan ini biasanya
merupakan pelabuhan besar dan ramai dikunjungi oleh kapal-kapal samudra. Pelabuhan pantai,
pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam negeri dan oleh karena itu tidak bebas disinggahi
oleh kapal berbendera asing. Kapal asing dapat masuk ke pelabuhan ini dengan memint ijin terlebih
dahulu. Ditinjau dari segi penggunaanny. https://docplayer.info/61206425-Makalah-pelabuhan-3-sipil-2-
pagi-teknik-sipil-politeknik-negeri-jakarta-disusun-oleh.html

Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan
memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat
yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Terkadang
crane dan gudang berpendingin disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang
berkepentingan, sesuai jenis pelabuhannya juga. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang
seperti pengalengan dan pemrosesan barang. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 mengatur
tentang pelabuhan dan fungsi serta penyelengaraannya.

Pelabuhan laut digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-kapal laut. Pelabuhan perikanan
adalah pelabuhan yang digunakan untuk berlabuhnya kapal-kapal penangkap ikan serta menjadi tempat
distribusi maupun pasar ikan. Klasifikasi pelabuhan perikanan ada 3, yaitu:

1. Pelabuhan Perikanan Pantai

2. Pelabuhan Perikanan Nusantara

3. Pelabuhan Perikanan Samudera

Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi:

1) adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter),

2) perlindungan dari angin, ombak, dan petir, dan

3) akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk.

Berdasarkan PP No. 69 Tahun 2001, pelabuhan pelabuhan dibagi menjadi 3 menurut layanan
kegiatannya, yaitu:

1. Pelabuhan laut, yaitu pelabuhan yang melayani kegiatan angkutan laut;

2. Pelabuhan sungai dan danau, yaitu pelabuhan yang melayani kegiatan angkutan sungai dan danau;
dan

3. Pelabuhan penyebrangan, yaitu pelabuhan yang melayani kegiatan angkutan penyeberangan.

Pelabuhan menurut jenisnya sebagaimana PP No. 69 Tahun 2001 terdiri dari:


1. Pelabuhan umum yang digunakan untuk melayani kepentingan umum. Penyelenggaraan pelabuhan
umum dilakukan oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik
negara yang didirikan dengan maksud tertentu. Di Indonesia dibentuk empat badan usaha milik negara
yang diberikan wewenang mengelola pelabuhan umum. Keempat badan usaha tersebut adalah P.T.
Pelabuhan Indonesia I yang berkedudukan di Medan; P. T. Pelabuhan Indonesia II yang berkedudukan di
Jakarta; P.T Pelabuhan Indonesia III yang berkedudukan di Surabaya; P.T Pelabuhan Indonesia IV yang
berkedudukan di Ujung Pandang.

2. Pelabuhan khusus yang digunakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu,
baik instansi pemerintah, seperti TNI AL dan Pemda Dati I/Dati II, maupun badan usaha swasta seperti,
pelabuhan khusus P.T. BOGASARI yang digunakan untuk bongkar muat tepung terigu atau LNG Arun di
Aceh yang digunakan untuk mengirimkan hasil produksi gas alam cair ke suatu daerah dalam NKRI atau
luar negeri. Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum, kecuali dalam keadaan
tertentu dengan ijin pemerintah.

Menurut hirarki peran dan fungsi pelabuhan laut sebagaimana PP No. 69 Tahun 2001 terdiri dari:

1. Pelabuhan internasional hub merupakan pelabuhan utama primer;

2. Pelabuhan internasional merupakan pelabuhan utama sekunder;

3. Pelabuhan nasional merupakan pelabuhan utama tersier;

4. Pelabuhan regional merupakan pelabuhan pengumpan primer; dan

5. Pelabuhan lokal merupakan pelabuhan pengumpan sekunder.

Ditinjau dari segi pengusahaannya, pelabuhan dibagi menjadi 6, yaitu:

1) Pelabuhan ikan

Pada umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman yang besar karena kapal - kapal motor
yang digunakan untuk menagkap ikan tidak besar. Pada umumnya, nelayan - nelayan di Indonesia masih
menggunakan kapal kecil. Jenis kapal kecil ini bervariasi dari yang sederhana berupa jukung sampai
kapal motor. Jukung adalah perahu yang dibuat dari kayu dengan lebar sekitar 1 m dan panjang 6 - 7 m.
Perahu ini dapat menggunakan layar atau motor tempel; dan bisa langsung mendarat di pantai. Kapal
yang lebih besar terbuat dari papan atau fiberglass dengan lebar 2,0 - 2,5 m dan panjang 8 - 12 m,
digerakkan oleh motor. Pelabuhan ikan dibangun disekitar daerah perkampungan nelayan. Pelabuhan
ini harus lengkap dengan pasar lelang, pabrik/gudang es, persediaan bahan bakar, dan juga tempat
cukup luas untuk perawatan alat - alat penangkap ikan.

2) Pelabuhan minyak

Untuk keamanan, pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari keperluan umum. Pelabuhan
minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan yang harus dapat menahan muatan vertikal
yang besar, melainkan cukup membuat jembatan perancah atau tambahan yang dibuat menjorok ke
laut untuk mendapatkan kedalaman air yang cukup besar. Bongkar muat dilakukan dengan pipa - pipa
dan pompa.

3) Pelabuhan barang

Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk bongkar muat barang.
Pelabuhan dapat berada di pantai atau estuari dari sungai besar. Daerah perairan pelabuhan harus
cukup tenang sehingga memudahkan bongkar muat barang. Pelabuhan barang ini bisa digunakan baik
Pemintah maupun swasta untuk keperluan transportasi hasil produksinya seperti baja, alumunium,
pupuk, batu bara, minyak, dan sebagainya. Sebagai contoh Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatra Utara.
Pelabuhan Kuala Tanjung dimiliki oleh P.T. Aluminium Asahan. Selain itu, P.T. Asean dan P.T. Iskandar
Muda juga mempunyai pelabuhan sendiri.

4) Pelabuhan penumpang

Pelabuhan penumpang tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang. Pada pelabuhan barang di
belakang dermaga terdapat gudang - gudang sedangkan untuk pelabuhan penumpang dibagun stasiun
penumpang yang melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang
berpergian, seperti kantor imigrasi, duane, keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran, dan
sebagainya. Barang - barang yang perlu dibongkar muat tidak terlalu banyak sehingga gudang barang
tidak perlu besar. Untuk kelancaran masuk kelaurnya penumpang dan barang, biasanya pada pelabuhan
penumpang jalan masuk dipisahkan terhadap jalan keluar. Selain itu pada pelabuhan penumpang,
penumpang melalui lantai atas dengan menggunakan jembatan langsung ke kapal, sedangkan barang -
barang melalui dermaga.

5) Pelabuhan campuran

Pada umumnya penggunaan fasilitas pelabuhan ini terbatas untuk penumpang dan barang. Untuk
keperluan minyak dan ikan biasanya terpisah. Bagi pelabuhan kecil atau masih dalam taraf
perkembangan, keperluan untuk bongkar muat minyak juga masih menggunakan dermaga atau
jembatan, berguna untuk meletakkan pipa - pipa untuk mengalirkan minyak.

6) Pelabuhan militer

Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan gerakan cepat dari
kapal - kapal perang dan supaya letak bangunan cukup terpisah. Konstruksi tambatan maupun dermaga
hampir sama dengan dengan pelabuhan barang, tetapi situasi dan perlengkapan sedikit berbeda. Pada
pelabuhan barang, letak / kegunaan bangunan harus seefisien mungkin, sedangkan pada pelabuhan
militer bangunan - bangunan pelabuhan harus terpisah dengan jarak yang lebih jauh. http://febrian-
tekniksipil.blogspot.com/2012/02/pelabuhan-dermaga-dan-terminal.html

PERKEMBANGAN PELABUHAN

Pada

masa yang lalu,

Pelabuhan hanya

lah

suatu tempat

di

perairan

sep

erti di muara

sungai, teluk atau pantai

yang secara alamiah

terlindung dari

gempuran

gelombang, sehingga

1
-

BUKU AJAR

PELABUHAN

kapal

kapal dan perahu

perahu dapat merapat dan membuang jangkar untuk melakukan kegiatan

bongkar muat barang maupun menaik turunkan penumpang

dengan a

man.

Dengan perkembangan

kehidupan sosial dan ekonomi penduduk

di suatu daerah atau

negara

maka

semua kebutuhan akan sandang, pangan dan fasilitas

fasilitas

hidup lainnya

akan

meningkat

.
Disamping itu hasil produksi

baik berupa hasil bumi maupun industr

juga semakin

meningkat

ntuk itu

diperlukan

sarana dan prasarana pengangkutan yang lebih memadai

dalam

emindahan atau

emasa

ran

hasil produksi

ke daerah/negara lain.

Sejalan dengan kemajuan zaman,

Pelabuhan sebagai

prasarana angkutan laut juga

mengalam

i kemajuan. Pelabuhan tidak lagi di perairan yang terlindungi secara alamiah, tetapi

bisa berada di laut terbuka sebagai Pelabuhan Samudra

dengan perairan yang luas dan dalam,


d

imana kapal

kapal yang

beroperasi

semula sederhana dan kecil

, sesuai dengan ke

butuhan dan

perkembangan teknologi

menjadi kapal

kapal

dengan ukuran

besar bahkan berkembang menjadi

kapal

kapal khusus yang disesuaikan dengan barang yang akan diangkut, misalnya kapal peti

kemas, kapal tanker, kapal penumpang, kapal ferry dll.

Perkemba

ngan selanjutnya,

Pelabuhan

sekarang

merupakan

salah satu

segmen mata
-

antai

Transportasi dari

kegiatan bisnis yang terlibat dalam proses Transportasi yang dimuai dari

asal barang (obyek transportasi) sampai pa

da tujuan akhir barang tersebut, s

ehingga

per

anan

Pelabuhan

sebagai

prasarana

dapat

menunjang dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan perkembangan

industri didaerah belakang pelabuhan

hinterland

Oleh karena itu Pelabuhan sebagai prasarana harus

selangkah lebih maju dari sektor yang ditunjang

Hal

ini berarti bahwa


se

tiap rencana pembangun

an dan

pengembangan industri

, perdagangan

maupun

pertanian di suatu daerah

/negara

seyogyanya didahului

atau bersama

sama dengan program pembangunan dan pengembangan Pelabuhan

ARTI PENTING PELABUHAN

Pelabuhan

merupakan salah satu prasarana ekonomi yang sangat penting bagi daerah atau

Negara, bahkan bagi Negara kepulauan seperti Indonesia

ransportasi laut merupakan tulang

punggung baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya,

pemerintah maupun pertahanan/

keamanan

nasional.

Jika ditinjau dari aspek transportasi, maka


Pelabuhan merupakan :

BUKU AJAR

PELABUHAN

suatu

titik Temu (

interface

) antara

moda transportasi laut dan moda transportasi darat

ebagai mata rantai (

link

) yang merupakan salah satu segmen dari keseluruhan rangkaian

transportasi

pintu gerbang utama (

gateway

) arus keluar masuknya barang perdagangan dari atau ke

daerah belakang pelabuhan

(
hinterland

) yang

bersangkutan

Industri estat (

industry estate

) untuk pengembangan industri di daerah pelabuhan yang

berorientasi

ekspor

Ditinjau dari aspek pelayanan, maka pelabuhan juga melayani,

antara lain

kebutuhan perdaganan terutama perdagangan internasional da

ri daerah belakang

Pelabuhan tersebut

embantu berjalannya roda perdagangan dan pengembangan industri Nasional

m
enampung pangsa pasar yang semakin meningkat guna melayani perdagangan

Internasional baik

tran’shipment

maupun

transit traff

enyediakan fasilitas transit untuk tujuan daerah belakang atau daerah / negara tetangga

enyediakan fasilitas pengembangan in

dustri di sekitasr Pelabuhan bagi industri yang

berorientasi eksport.

Ditinjau dari aspek

HINTERLAND CONNECTION

Antara Pelabuhan dan

hinterland

terjadi hubungan yang saling mempengaruhi dan saling

ketergantungan. Seperti suatu Pelabuhan tidak akan ada art

inya bila tidak didukung oleh

hinterland
yang berpotensi untuk berkembang, sebaliknya pada suatu daerah yang merupakan

hinterland

dari suatu Pelabuhan akan terhambat perkembangan industri, pertanian dan

perdagangannya jika tidak ditunjang oleh suatu pelabu

han dengan fasilitas yang memadai

dengan tingkat keefesiensi yang tinggi.

Maka

hinterland connection

merupakan salah satu pertimbangan yang sangat penting bagi

insvertor untuk menaman modalnya di kawasan yang menjadi

hinterland

pelabuhan tersebut,

walaup

un Pelabuhannya sudah cukup memadahi

Dari uraian

diatas dapat disimpulkan bahwa,

Hinterland connection

berarti semua fasilitas yang

memungkinkan terlaksananya hubungan antara pelabuhan dengan seluruh lokasi industri,

BUKU AJAR

PELABUHAN

pertanian dan perdagangan dalam ar


ti luas yang berada di

hinterland

di mana pelabuhan tersebut

berada.

Fasilitas yang dimaksud :

prasarana jalan raya yang menghubungkan suatu lokasi dengan Pelabuhan

Sarana transportasi darat ( truk, kereta api )

Prasarana jaringan telekomunikasi Internasi

onal

Sisten perbank

kan

Prosedur ekspor / impor

Sistem Keamanan Nasional

dll

Gambar 1.1.

Contoh, Pelabuhan Tanjung Priok dengan

Hinterland
Connection

1.2.1.2.

DEFINISI PELABUHAN

Kata Pelabuhan dapat diartikan dua istilah, yaitu Bandar dan Pelabuhan. Kedua isti

lah

tersebut masih rancu, sehingga banyak yang mengartikan sama. Sebenarnya arti kedua istilah

tersebut menurut bahasa Indonesia berlainan.

BUKU AJAR

PELABUHAN

Bandar

( harbour )

Bandar

adalah suatu fasilitas di daerah per

air

an (

estuari atau muara

sungai

teluk
)

den

gan kedalaman air yang memadai dan

terlindung dari gempuran gelombang, a

ngin

dan arus untuk berlabuh, bertambat

maupun tempat singgah

kapal

untuk mengisi bahan

bakar, reparasi dan sebagainya.

Pelabuhan (

port

adalah suatu daerah per

air

an ( di sa

mudera,

estuari/

muara

sungai, dan

teluk )

dengan kedalaman yang memadai dan

terlindung dari gempuran gelombang, angin


dan arus

, dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat

berl

abuh atau bertambat, kran

kran untuk

melakuka

n bongkar muat barang/hewan,

gudang untuk menyimpan barang

barang dalam jangka yang cukup lama selama

menunggu mengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. terminal darat untuk menaik

turunkan penumpang, mengisi BBM, dll.

serta

memiliki akses ke darat deng

an

transportasi penghubung seperti kereta api dan truk.

Dengan demikian daerah pengaruh

pelabuhan bisa sangat jaut dari pelabuhan

tersebut (

hinterland

Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelabuhan merupakan bandar

yang dilengkapi d

engan fasilitas dasar seperti bangunan


-

bangunan untuk pelayanan

muatan, penumpang seperti dermaga, tambatan, kolam pelabuhan, alur pelayaran dan

failitas

fasilitas fungsional dan pendukung lainnya.

Jadi suatu Pelabuhan tentu merupakan Bandar, tetapi suatu

bandar belum tentu suatu

Pelabuhan.

Menurut Peraturan

Pemerintah No. 69 tahun 2001 tentang

Kepelabuhan, disebutkan bahwa

defi

nisi Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan

batas

batas tertentu sebagai tempat kegi

atan Pemerintah dan kegiatan Ekonomi yang

dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik/turun penumpang dan atau bongkar

muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang

pelabuhan serta sebagai tempat

berpindahnya intra dan antar moda transportasi.

6
BUKU AJAR

PELABUHAN

1.2.1.3.

MACAM PELABUHAN

Pelabuhan dapat dibedakan

menjadi beberapa macam tergantung dari

sudut tinjauan

nya,

yaitu ditinjau dari

segi penyelenggaraannya, segi kegunaan dan segi geografisnya.

Ditinjau dari segi p

enyelenggaraannya

Pelabuhan Umum

Pelabuhan Umum diselenggarakan untuk kepentingan pelayaran masyarakat

umum. Penyelenggaraan umumnya

dapat

dila

kukan oleh Pemerintah atau

Badan Usaha Milik Negara maupun oleh

Swasta

Pelabuhan Khusus

Pelabuhan Khusus dise


lenggarakan untuk

kepentingan sendiri dalam

menunjang kegiatan tertentu.Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk

kepentingan umum, kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin Pemilik

Pelabuhan.

Ditinjau dari segi kegunaannya

Pelabuhan Ikan

Pada umumnya

pelabuhan ikan t

idak memerlukan kedalaman air yang besa

r,

karena kapal

kapal yang digunakan untuk menangkap ikan tidak besar. Jenis

kapal ikan ini bervariasi, dari yang sederhana berupa jukung sampai kap[al

motor.

Jukung adalah perahu yang terbuat dari kay

u atau fiberglass dengan lebar

sekitar 1m s/d 2

2,5 m dan panjang 6

7 m dan 8

-
12 m dengan tenaga

penmggerak dari layar atau motor tempel. Ada pu

la kapal yang lebih besar

dengan panjang mencapai 30

40 m.

BUKU AJAR

PELABUHAN

Pelabuhan ikan biasanya di

bangun

disekitar

daerah

perkampungan /

masyarakat Nelayan.

Pelabuhan harus d

ilengkapi dengan bangunan pelengkap, antara lain :

tempat

lelang ikan

pabrik es

tempat penjemuran ikan yang cukup luas


,

tempat

perawatan alat

alat penangkap ikan

tempat persediaan bahan bakar

Contoh :

Pelabuhan ikan Cilacap.

Pelabuhan Ikan Cilacap berada di

teluk Penyu dan menghadap ke samudera

Indonesia dengan gelombang cukup besar. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan

dalam yang dibuat dengan mengeruk daerah daratan untuk kolam pelabuhan.

Hal ini akan

mengurangi panjang pemecah gelombang, tetapi dibutuhkan

pengerukan lebih besar. Pemecah gelombang dibuat dari tumpukan batu

dengan lapis lindung dari tetrapod

dan hanya berfungsi sebagai pelindung

mulut pelabuhan bukan perairan pelabuhan. Pelabuhan ini di

rencanakan dapat

menampung 250 kapal denga ukuan kapal maksimum 40 GRT, dengan dimensi

panjang 30 m dan lebar 5 m sedangkan draft maksimum 2,3 m. Produksi ikan

diharapkan mencapai 36 ton/hari. Fasilitas yang ada antara lain : kantor

pelabuhan, kantor syahb

andar, pemecah gelombang, dermaga, tempat


pelelangan ikan, penyediaan air tawar, persediaan bahan bakar minyak, tempat

penjemuran ikan, pabrik es, tempat reparasi kapal, rambu suar, tempat

penjemuran ikan dan perawatan jala.

B
a

Pelabuhan i

ni mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk

bongkar muat barang. Pelabuhan

barang

dapat berada di pantai atau di muara

sunga

yang besar

dan mempunyai daerah perairan cukup dalam serta tenang

sehingga memudahkan melakukan bongkar muat bara

ng. Pelabuha barang

dapat dibuat oleh Pemerintah sebagai pelabuhan niaga atau oleh perusahaan

swasta untuk keperluan transpor hasil produksinya, misalnya baja, alumunium

Asahan, pabrik pupuk Asean dan Iskandar Muda.

1
-

BUKU AJAR

PELABUHAN

Pelabuhan

barang umumnya harus mempunyai

fasilidas

fasilitas pelabuhan,

yaitu :

a.

Dermaga, panjang dermaga harus dapat menampung seluruh panjang

kapal atau minimum 80 % dari panjang kapal terbesar, karena proses

bongkar muat barang dilakukan melalui bagian depan, tengah dan

belakang kapal.

b.

Mempuny

ai halaman dermaga yang cukup luas untuk bongkar muat

barang. Barang yang akan dimuat disiapkan di dermaga dan jika kapal

sudah siap, barang akan diangkat d

engan kran masuk kapal. D

emikian

pula

pada saat pembongkaran, barang diturunkan dari kapal diangkat

dengan kran kemudian diletakan di dermaga yang kemudian diangkut


dimasukan ke dalam gudang.

c.

Mempunyai gudang transito/penyimpanan yang terletak dibelakang

halaman dermaga.

d.

Tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan/pemasukan barang dari

dan ke gudang.

Se

belum barang

dimua

t ke kapal atau diturunkan dari kapal diletakan di

halaman dermaga.

Bentuk halaman dermaga

tergantung dari jenis muatannya, yaitu :

a.

Barang - barang potongan (

general cargo),

yaitu barang

barang yang dikirim dalam bentuk satuan, misalny

mobil, mesin, barang

barang yang dibungkus dalam peti, karung drum

dan sebagainya. http://umpalangkaraya.ac.id/dosen/hendracahyadi/wp-content/uploads/2015/12/e-


Book_PELABUHAN.pdf
Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan
memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat
yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan
gudang berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang berkepentingan.
Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan barang.
Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 mengatur tentang pelabuhan dan fungsi serta
penyelengaraannya.

Pelabuhan juga dapat di definisikan sebagai daerah perairan yang terlindung dari gelombang laut dan di
lengkapi dengan fasilitas terminal meliputi :

dermaga, tempat di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang.

crane, untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat barang.

gudang laut (transito), tempat untuk menyimpan muatan dari kapal atau yang akan di pindah ke kapal.

Pelabuhan juga merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai
prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara. (Triatmodjo, 2009).

https://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan

 About
 Contact Us
 Privacy Policy
 Disclaimer






Referensi Arsitek, engineer & profesi yang berkaitan konstruksi bangunan.

 Home
 Harga Upah
 Harga Bahan Bangunan
 Fee Arsitek
 Denah Rumah
 Karir

Search...

Informasi Terbaru Seputar Konstruksi Banguan


(Data Refrensi, Harga Material Banguan & Upah, Properti dan Karir)
Advertisements
Home » Data Referensi » Definisi, Jenis Pelabuhan dan Contohnya

Definisi, Jenis Pelabuhan dan Contohnya


Khairul Fajri Kamis, 22 Desember 2016 Data Referensi
Definisi, jenis pelabuhan dan contohnya - awalnya, pelabuhan hanya lah suatu tepian dimana
kapal dan perahu dapat merapat atau bertambat untuk dapat melakukan bongkar muat barang,
menaik-turunkan penumpang dan kegiatan lainnnya.

Untuk bisa melakukan bongkar muat barang, menaik-turunkan penumpang maka kapal dan
perhau yang merapat atau bertambat ke pelabuhan harus lah tenang dari gangguan gelombang,
sehingga lokasi pelabuhan berada di tepi sungai, teluk atau pantai yang secara alami terlindung
karena terhadap gangguan gelombang.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Blue

Dengan berkembangnya kehidupan sosial dan ekonomi penduduk satu daerah atau Negara maka
kebutuhan akan sandang, pangan dan fasilitas hidup lainnya meningkat. Hasil produksi suatu
daerah baik yang berupa hasil bumi maupun industri semakin banyak sehingga pemindahan dan
pemasaran barang dan ke daerah lain. Dengan demikian diperlukan sarana dan prasana
pengangkutan yang lebih memadai. Kapal yang semula sederhana dan kecil sesuai dengan
berkembangnya teknologi meningkat menjadi kapal-kapal besar dan teknologi lebih canggih.
Bahkan kemudian berkembang kapal-kapal khusus yang disesuaikan dengan barang yang
diangkut, seperti kapal umum (general cargo ship), kapal barang curah, kapal tangker, kapal peti
kemas, kapal pengangkut gas alam cair (LNG tanker), kapal penumpang, kapal feri, kapal ikan,
kapal keruk, kapal perang, dan lain sebagainya. Sejalan dengan itu pelabuhan sebagai prasarana
angkutan laut juga berkembang. Pelabuhan tidak lagi harus berada di daerah terlindung secara
alami. Untuk mendapatkan perairan yang luas dan dalam, dengan membuat pemecah
gelombanguntuk melindungi daerah perairan. Tipe pelabuhan juga disesuaikan dengan kapal-
kapal yang meggunakannya, sehingga ada pelabuhan barang, pelabuhan minyak, pelabuhan ikan
dan sebagainya. Daerah pelabuhan harus cukup luas yang menyediakan berbagai fasilitas untuk
bongkar muat barang dan menaik turunkan barang.

Arti Penting Pelabuhan

Indonesia sebagai negara kepulauan maritim, peranan pelayaran adalah sangat penting bagi
kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, keamanan/tahanan, dan sebagainya. Bidang kegiatan
pelayaran sangat luas yang meliputi angkutan penumpang dan barang, penjagaan pantai,
hidrografi, dan masih banyak lagi jenis pelayaran lainnya.

Bidang kegiatan pelayaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pelayaran niaga dan buka niaga.
Pelayaran niaga adalah usaha pengangkutan barang, terutama barang dagangan, melalui laut
antar pulau atau pelabuhan. Pelayaran bukan niaga meliputi, pelayaran kapal patroli, survai
kelautan, dan sebagainya.

Kapal sebagai sarana pelayaran, mempunyai peran sangat penting dan sistem angkutan laut.
Hampir semua barang impor, ekspor, dan muatan dalam jumlah sangat besar diangkut dengan
menggunakan kapal laut, walaupun di antara tempat-tempat di mana pengangkutan dilakukan
terdapat fasilitas angkutan lain yang berupa angkutan darat dan udara. Hal ini mengingatkan
bahwa kapal mempunyai kapasitas yang jauh lebih besar daripada sarana angkutan lainnya.

Contohnya pengangkutan minyak yang mencapai puluhan bahkan ratusan ribu ton, apabila harus
diangkut, dengan truck tangki diperlukan ribuan kendaraan dan tenaga kerja. Misalnya kapal
tanker 10.000 DWT bisa mengangkut minyak 10.000 ton atau sekitar 12.000.000 liter yang
setara dengan 1000 truck gandeng dengan kapasitas 12.000 liter. Dengan demikian untuk muatan
dalam jumlah besar, angkutan dengan kapal akan memerlukan waktu lebih singkat, tenaga kerja
jauh lebih sedikit dan biaya lebih murah. Selain itu untuk angkutan barang antar pulau atau
Negara, kapal merupakan satu-satunya sarana yang paling sesuai.

Untuk mendukung sarana angkutan laut tersebut iperlukan prasarana yang berupa pelabuhan,
pelabuhan merupakan tempat pemberhentian (terminal) kapal setelah melakukan pelayaran. Di
pelabuhan ini kapal melakukan berbagai kegiatan seperti menaik turunkan penumpang, bongkar
muat barang, pengisian bahan bakar dan air tawar, melakukan reparasi, mengadakan perbekalan,
dan sebagainya. Untuk bisa melaksanakan berbagai kegiatan tersebut pelabuhan harus dilengkapi
dengan fasilitas seperti pemecah gelombang, dermaga, peralatan tambatan, peralatan bongkar
muat barang, gudang-gudang, lapangan untuk menimbun barang, perkantoran baik untuk
mengelola pelabuhan maupun untuk mas kapai pelayaran, ruang tunggu bagi penumpang,
perlengkapan pengisian bahan bakar dan penyedian air bersih, dan lain sebagainya.
Definisi Pelabuhan

Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapai,
dengan fasilitas terminal laut, meliputi dermaga di mana kapal dapat bertambat, untuk
membongkar barang, kran-kran (crane) untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito) dan
tempat- tempat penyimpanan di mana kapal membongkar muatannya, dan gudang-gudang di
mana barang dapa disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke
daerah tujuan atau pengapalan. terminal ini dilengkapi dengan jalan kereta api atau jalan raya

Pelabuhan merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu wilayahatau Negara dan
sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau atau bahkan antar Negara, benua dan
bangsa. Dengan funsinya tersebut maka pembangunan pelabuhan harus dapat dipertanggung
jawab kan baik secara sosial ekomis maupun teknis.

Pelabuhan mempunyai daerah pengaruh (hinterland), yaitu daerah yang mempunyai kepentingan
hubungan ekonomi, sosial dan lain-lain dengan pelabuhan tersebut. Misalnya Jawa Barat dan
bahkan Indonesia merupakan daerah pengaruh dari pelabuhan Tanjung priok, atau pelabuhan
Makasar mempunyai daerah pengaruh yang berupa pulau-pulau dan laut-laut di sekitarnya.
Barang-barang import, misalnya mobil masuk ke Indonesia melalui pelabuhan tanjung Priok
yang selanjutnya akan didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia.

Selain untuk kepentingan sosial dan ekonomi, ada pula pelabuhan yang dibangun untuk
kepentingan pertahanan. Pelabuhan ini dibangun untuk tegaknya suatu Negara. Dalam hal ini
pelabuhan disebut dengan pangkalan angkatan laut atau pelabuhan militer.

Menurut SK Menteri Hubungan RI No. KM 25/2002 dan KM 35/2007 Pelabuhan adalah tempat
yang terdiri dari dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan untuk kapal bersandar,
berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan, serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi.

Sementara itu, pelabuhan merupakan pintu keluar masuknya berbagai arus yang dilihat dari
aspek ekonomi, meliputi arus barang/komoditas, ekspor impor interinsuler, arus penumpang,
baik penumpang dari/ke luar negri maupun penumpang dari/ke antar pulau, arus kapal, baik
kapal berbendera merah putih maupun bendera asing , arus uang dari berbagai mata uang asinh
maupun mata uang nasional, arus dokumen, yakni dokumen menyertai dan melindungi
barang/komoditas ekspor impor, sedangkan arus yang non ekonomi arus viru/bakteri yang
terbawa penumpang pada arus barang dan arus manusia yang melalui pelabuhan. Untuk
mengantisipasinya, di setiap pelabuhan samudra di Indonesia ditetapkan karantina tumbuhan dan
karantina hewan oleh balai besar karantina Port Health Center.

Menurut pasal 21 UU no. 21 tahun 1992 tentang pelayaran kepelabuhanan meliputi segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelengaraan pelabuhan dan kegiatan lain dalam
melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu
lintas kapal. Penumpang atau barang, keselamatan berlayar, serta tempat perpindahan intra dan
antarmoda.

Secara ringkas pelabuhan dapat didefinisikn sebagai suatu tempat persinggahan kapal-kapal, baik
berlabuh jangkar maupun ditambatkan, untuk tujuan berbagai keperluan dalam rangka
menunjang kelancaran arus lalu lintas kapal, penumpang, dan barang yang aman dan tertib.

Pelabuhan di Indonesia

Indonesia sebagai Negara kepulauan mempunyai lebih dari 13.000 pulau dan wilayah pantai
sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling dunia melalui katulistiwa. Kegiatan pelayaran sangat
diperlukan untuk menghubung antar pulau , pemberdayaan sumberdaya kelautan, penjagaan
wilayah laut, penelitian kelautan dan dan sebagainya. Salah satu kegiatan pelayaran terpenting
adalah pelayaran niaga, yang dapat dibedakan menjadi pelayaran local, pelayaran pantai dan
pelayaran samudra. Pada pelayaran local, pelayaran hanya bergerak dalam batas daerah tertentu
di dalam suatu propinsi di Indonesia, atau dalam dua propinsi yang berbatasan.

Sehubungan dengan jenis pelayaran niaga, maka pelabuhan sebagai prasarana pelabuhan
angkutan laut juga disesuaikan. Ditinjau dari fungsinya dalam perdangangan nasional dan
international pelabuhan dibedakan menjadi dua macam yaitu pelabuhan laut dan pelabuhan
pantai. Pelabuhan laut bebas dimasuki oleh kapal-kapal asing. Pelabuhan ini banyak dikunjungi
oleh oleh kapal-kapal samudra dengan ukuran yang besar. Pelabuhan laut juga sering disebut
pelabuhan samudra. Pelabuhan pantai hanya digunakan untuk perdangan dalam negri sehingga
tidak bebas disinggahi oleh kapal-kapal asing, kecuali dengan ijin.

Jenis-jenis pelabuhan

Pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada sudut tinjauannya,
yaitu dari segi penyelenggaraannya, pengusahaannya fungsi dalam perdangan nasional dan
international, segi kegunaannya dan letak geografis.

A. Ditinjau dari segi penyelenggaraanya

1. Pelabuhan Umum

Pelabuhan umum diselengarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum.


Penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh pemerintah dan pelaksanaanya dapat
dilimpahkan kepada badan usaha milik Negara yang didirikan untuk maksud tersebut. Di
Indonesia dibentuk empat bdan usaha milik negar yang diberi wewenang mengelola pelabuhan
umum diusahakan. Keempat badan usaha tersebut adalah sebagai berikut:

 PT (persero) Pelabuhan Indonesia I berkedudukan di Medan


 Pelabuah Indonesia II berkedudukan di Jakarta
 Pelabuhan Indonesia III berkedudukan di Surabaya dan Pelabuhan Indonesia IV
berkedudukan di Ujung Pandang
 Pelabuhan Tg. Perak Surabaya

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font


color: Blue

Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font


color: Blue

Pelabuhan Indonesia I

2. Pelabuhan Khusus

Pelabuhan khusus diselenggarakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu.
Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum, kecuali dalam keadaan tertentu
dengan ijin pemerintah. Pelabuhan khusus dibangun oleh suatu perusahaan baik pemerintah
maupun swasta, yang berfungsi untuk prasarana pengiriman hasil produksi perusahaan tersebut.

Sebagai contoh pelabuhan khusus adalah sebagai berikut :

 Pelabuhan LNG Arun di aceh yang digunakan untuk mengirimkan hasil produksi gas
alam cair ke daerah atau Negara lain
 Pelabuhan Pabrik Aluminium Asahan di Kuala Tanjung Sumatra Utara digunakan untuk
melayani import bahan baku bouksit dan export aluminium ke daerah lain.
 Pelabuhan Petrokimia Gresik
 Pelabuhan khusus semen

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font


color: Blue

Pelabuhan LNG ArunDitinjau dari segi Pengusahaannya

B. Ditinjau dari segi Pengusahaannya

1. Pelabuhan yang diusahakan

Pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh
kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan kegiatan bongkat muat barang, menaik
turunkan penumpang serta kegiatan lainnya. Pemakaian pelabuhan ini dikenakan biaya-biaya
seperti biaya jasa labuh, jasa tambat, jasa pemandua, jasa penundaan, dan jasa pelayanan air
bersih, jasa dermaga, jasa penumpukan, bongkar muat dan sebagainya. Contoh pelabuhan ini
sebagai berikut :

 Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta


 Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta

2. Pelabuhan yang tidak diusahakan.

Pelabuhan ini hanya merupakan tempat singgahan kapal tanpa fasilitas bongkar muat, bea cukai
dan sebagainya. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan kecil yang disubsidi oleh pemerintah, dan
dkelola oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan laut. Pelabuhan ini terdiri
dari :

 Pelabuhan Nusa Barung


 Pelabuhan sindang Biru
 Pelabuhan sepekan
Pelabuhan sindang Biru

C. Dintinjau dari fungsi perdangan nasional dan internasional

1. Pelabuhan laut

Pelabuhan laut adalah pelabuhan bebas yang dimasuki oleh kapal-kapal berbendera asing.
Pelabuhan ini biasanya meruapakan pelabuhan utama di suatu daerah yang dilabuhi kapal-kapal
yang membawa barang untuk ekspr impor secara langsung ke dan dari luar negri.

Di Indonesia terdapat dari seratus pelabuhan seperti ini, di antaranya :

 Pelabuahan Gorontalo
 Pelabuhan Tarakan
 Tanjung Mas Semarang
 Tanjung Intan Cilacap
Pelabuahan Gorontalo

2. Pelabuhan Pantai

Pelabuhan pantai adalah pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam negri dan oleh
karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera asing. Kapal asing dapat masuk ke
pelabuhan ini dengan meminta ijin terlebih dahulu. Pelabuhan ini meliputi :

 Pelabuhan Sindang Biru


 Pelabuhan Ratu Jawa Barat
Pelabuhan Ratu Jawa Barat

D. Dintinjau dari segi penggunaannya

1. Pelabuhan ikan

Pelabuhan ikan menyediakan tempat bagi kapal-kapal ikan untuk melakukan kegiatan
penangkapan ikan dan memberikan pelayanan yang diperlukan. Berbeda dengan pelabuhan
umum dimana semua kegiatan seperti bongkar muat barang, pengisian perbekalan, perawatan
dan perbaikan ringan yang dilakukan di dermaga sama, pada pelabuhan ikan sarana dermaga
disediakan secara terpisah untuk berbagai kegiatan. Hal ini mengingat bahwa hasil tangkapan
ikan adalah produk yang mudah busuk sehingga perlu penangan secara cepat. Di samping itu
jumlah kapal yang berlabuh di pelabuhan bisa cukup banyak sehingga penggunaan fasilitas
pelabuhan, terutama dermaga harus dilakukan seefisien mungkin. Pelabuhan ikan dilengkapi
dengan berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan dan kegiatan-kegiatan
pendukungnya, seperti pemecah gelombang, kantor pelabuhan, dermaga, tempat pelelangan ikan
(TPI), tangki air, tangki BBM, pabrik es, ruang pendingin, tempat pelayanan/perbaikan kapal,
dan tempat penjemuran jala.

Untuk bisa memberikan pelayanan hasil penangkapan ikan dengan cepat, maka dermaga pada
pelabuhan ikan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Dermaga ikan
2. Dermaga tambat
3. Dermaga perbekan

Contoh pelabuhan ikan adalah pelabuhan ikan cilacap. Pelabuhan ikan cilacap berada di pantai
teluk penyu dan menghadap ke samudara Indonesia dengan gelombang cukup besar.
Pelabuhan ikan

pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan dalam yang dibuat dengan mengeruk daerah daratan
untuk digunakan sebagai perairan pelabuhan. Dengan membuat kola pelabuhan di derah darat,
akan dapat mengurangi panjang pemecah gelombang. Tetapi dengan demikan dibutuhkan
pengerukan yang lebih besar.

2. Pelabuhan minyak

Untuk keamanan, pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari keperluan umum.
Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan yang harus dapat
menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup membuat jembatan perancah atau
tambatan yang dibuat menjorok ke laut untuk mendapatkan kedalaman air yang cukup besar.
Bongkar muat dilakukan dengan pipa-pipa dan pompa-pompa.
Pelabuhan minyak

Perkembangan ukuran kapal tangker yang cukup pesat mempunyai konsekuensi draft kapal
melampaui kedalaman air didepan dermaga sehingga kipal tidak bisa berlabuh. Untuk itu kapal
tanker besar ditambatkan pada sarana tambat yang spesifik yaitu SPM (single point mooring)
yaitu suatu tambatan berupa pelampung yang berada dilepas pantai, yang berfungsi sebagai
sarana bongkar muat. Melalui SPM ini minyak yang ada di tanker di bongkar serta dialirkan ke
tangki minyak yang berada di darat melalui pipa bawah laut.

3. Pelabuhan barang

Di pelabuhan ini terjadi perpindahan moda transportasi, yaitu dari angkatan laut ke angkutan
darat dan sebaliknya. Barang di bongkar dari kapal dan diturunkan di dermaga. Selanjutnya
barang tersebut diangkut langsung dengan menggunakan truk atau kereta api ke tempat tujuan,
atau disimpan di gudang atau lapangan penumpukan terbuka sebelum di kirim ke tempat tujuan.
Demikian pula sebalinya barang-barang dari pengiriman ditempatkan di gudang atau lapangan
penumpukan sebelum dimuat ke kapal dan diangkut ke pelabuhan tujuan.
Pelabuhan Barang

5. Pelabuhan penumpang

Pelabuhan /terminal penumpang digunakan oleh orang-orang yang bepergian dengan


menggunakan kapal penumpang. Terminal penumpang dilengkapi dengan statiun penumpang
yang melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang berpergian,
seperti ruang tunggu, kantor maskapai pelayaran, tempat penjualan tiket, mushala, toilet, kantor
imigrasi, kantor bea cukai, keamanan, direksi pelabuhan, dan sebagainya. Barang-barang yang
perlu dibongkar muat tidak begitu banyak, sehingga gudang barang tidak perlu besar. Untuk
kelancaran masuk keluarnya penumpang barang, sebaiknya jalan masuk/keluar dipisahkan.
Penumpang melalui lantai atas dengan menggunakan jembatan langsung ke kapal, sedang
barang-barang melalui dermaga. Pada pelabuhan dengan tinggi pasang surut besar, dibuat
jembatan apung yang digunakan oleh penumpang untuk masuk ke kapal dan sebaliknya.
Pelabuhan Penumpang

6. Pelabuhan militer

Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan gerakan cepat
kapal-kapal perang dan agar letak bangunan cukup terpisah. Konstruksi tambatan maupun
dermaga hamper sama dengan pelabuhan barang, hanya saja situasi dan perlengkapannya agak
lain. Pada pelabuhan barang letak/kegunaan barang bangunan harus seifisien mungkin, sedang
pada pelabuhan militer bangunan-bangunan pelabuhan harus dipisah-pisah yang letaknya agak
berjauhan.

Pelabuhan militer
E. Ditinjau menurut letak geografis

Menurut letak geografisnya, pelabuhan dapat dibedakan menjadi pelabuhan alam, semi alam atau
buatan.

1. Pelabuhan alam

Pelabuhan alam merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai dan gelombang secara
alami, misalnya oleh pulau, jazirah atau letak di teluk, esturi atau muara sungai. Di daerah ini
pengaruh gelombang sangat kecil. Pelabuhan cilacap merupakan contoh pelabuhan alam yang
perairannya terlindung dari pengaruh gelombang, yaitu oleh pulau nusakambangan. Conntoh dari
pelabuhan alam lainnya adalah sebagai berikut :

 Pelabuhan Palembang
 Pelabuhan belawan
 Pelabuhan Pontianak
 Pelabuhan New York
 Pelabuhan San Fransisco
 Pelabuhan London

Pelabuhan Belawan

2. Pelabuhan buatan

Pelabuhan buatan adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh gelombang dengan
membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater). Pemecah gelombang ini membuat daerah
periran tertutup dari laut dan hanya dihubungkan oleh suatu celah (mulut pelabuhan) untuk
keluar masuknya kapal. Di dalam daerah tersebut di lengkapi dengan alat penambat. Bangunan
ini dibuat mulai dari pantai dan menjorok ke laut hingga gelombang yang menjalar ke pantai dan
menjorok ke laut sehingga gelombang menjalar ke pantai terhalang oleh bangunan tersebut.
Contoh dari pelabuhan ini adalah :

 Pelabuhan tanjung Priok


 Pelabuhan tanjung emas

Pealabuhan Tanjung Emas

3. Pelabuhan Semi alam

Pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe diatas. Misalnya suatu pelabuhan yang
terlindungi oleh lidah pasir dan pelindungan buatan hanya pada alur masuk. Contohnya :

 Pelabuhan Bengkulu

Pelabuhan Bengkulu memanfaatkan teluk yang terlindung oleh lidah pasir untuk membentuk
saluran sebagai jalan masuk/keluar kapal.

Contoh lainnya adalah muara sungai yang kedua sisinya dilindungi oleh jetty. Jetty tersebut
berfungsi untuk menahan masuknya transport pasir sepanjang pantai ke muara sungai, yang
dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan.
Pelabuhan Bengkulu

https://www.dataarsitek.com/2016/12/definisi-jenis-pelabuhan-dan-contohnya.html

2.1 Pengertian Pelabuhan

Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan
memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Menurut peraturan pemerintah RI no.
69 tahun 2001 tentang kepelabuhanan, yang dimaksud pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari
daratan dan peraitan disekitarnya dengan batas batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
dan kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh , naik turun penumpang
dan atau bongkar m uat barang yang di lengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.

Pelabuhan juga dapat di definisikan sebagai daerah perairan yang terlindung dari gelombang laut dan di
lengkapi dengan fasilitas terminal meliputi:

1. Dermaga, tempat di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang.

2. Crane, untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat barang.

1.4. Gudang Laut (transito), tempat untuk menyimpan muatan dari kapal atau yang akan di pindah
ke kapal.
Kinerja Pengelolaan Pelabuhan

Pengelolaan pelabuhan di Indonesia bisa dikatakan masih belum terorganisir dengan baik. Masih
banyak pengelelolaan yang kurang professional dari para pengelola pelabuhan, dalam hal ini
adalah pemerintah. Masih banyak kekurangan yang bisa diidentifikasi oleh para stakeholders di
bidang pelabuhan ini. Di samping itu ada masalah yang tak baru lagi dalam pengelolaan
pelabuhan dari tahun ke tahun, masalah itu antara lain

1. Lamanya proses bongkar muat di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia;

2. Lamanya pengurusan kepabeanan di Indonesia;

3. Fasilitas pelabuhan yang berkualitas buruk;

4. Lamanya waktu tunggu di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia;

5. Kedalaman pelabuhan di Indonesia yang tidak memenuhi syarat.

Faktanya masih banyak masalah yang dapat diidentifikasi dari pengelolaan pelabuhan. Tetapi 5
masalah – masalah yang ada di atas merupakan masalah – masalah umum yang sering terjadi
dalam hal pengelolaan pelabuhan di Indonesia. Para pengusaha selaku pihak yang paling sering
memanfaatkan jasa pelabuhan ini pun kerap kali mengeluh mengenai buruknya sarana dan
prasarana dari pelabuhan – pelabuhan di Indonesia. Fasilitas – fasilitas pelabuhan di Indonesia
banyak yang sudah tua dan juga kurang berfungsi dengan baik karena tidak di maintain dengan
baik. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi operasional dan citra pelabuhan di Indonesia.

Salah fasilitas pelabuhan Indonesia yang kurang memadai adalah kedalaman pelabuhan atau
deep see port yang ada di Indonesia. Sebagian besar pelabuhan di Indonesia tidak bisa menjaga
tingkat kedalaman lautnya sampai 14 meter atau lebih sehingga tidak dapat memenuhi kriteria
deep sea port. Akibatnya, pelabuhan-pelabuhan di Indonesia hanya menjadi pengumpan bagi
pelabuhan milik beberapa negara tetangga.

Masalah lain yang kerap muncul dalam hal pengelolaan pelabuhan di Indonesia adalah lamanya
waktu kepngerusan kepabeanan di Indonesia. Hal ini menyebabkan rendahnya minat para
investor yang sebagian besar aktivitasnya berhubungan dengan pelabuhan untuk masuk ke
Indonesia. Mereka enggan untuk berurusan dengan birokrasi Indonesia yang sangat berbelit –
belit. Alas an lainnya ialah karena mereka sadar, dengan birokrasi yang semakin berbelit – belit,
hal itu akan mempengaruhi stabilitas dari produk mereka. Karena mereka mau tidak mau
mereka pasti akan memperhitungkan biaya – biaya birokrasi Indonesia kedalam produk mereka,
yang sudah pasti merupakan sebuah pemborosan dan tidak menambah nilai apa – apa kepada
produk yang mereka jual.
Masalah – masalah diatas menyebabkan pengelolaan pelabuhan menjadi tidak efektif. Hal ini
berujung pada lamanya waktu tunggu bagi kapal – kapal untuk bersandar di pelabuhan –
pelabuhan yang ada di Indonesia. Pemerintah saat ini dituntut untuk segera memperbaiki
masalah ini. Karena pelabuhan mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam
pergerakan dan pertumbuhan perekonomian suatu negara.

Selain pengelolaan pelabuhan yang masih carut marut, adanya pembangunan pelabuhan ini
membawa dampak bagi kehidupan di sekitarnya. Dalam penulisan selanjutnya akan dipaparkan
mengenai dampak pembangunan pelabuhan terhadap kehidupan di sekitar pelabuhan terkait
aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.

3.3 Dampak Pembangunan Pelabuhan secara Mikro terhadap Kehidupan Sekitar Pelabuhan

Kegiatan pembangunan senantiasa melahirkan dampak positif dan negatif secara sekaligus bagi
kehidupan masyarakat. Ada beberapa dampak positif dari pembangunan pelabuhan, yaitu
pelabuhan laut dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi dan sebaliknya pembangunan
ekonomi dapat pula mempengaruhi peningkatan aktivitas pelabuhan (UNCTAD dan Ditjen
Perhubungan Laut, 2000). Ada dua hal yang disumbangkan pelabuhan untuk meningkatkan
perekonomian yang bersifat terukur dan tidak terukur. Hal-hal yang terukur seperti pajak-pajak,
deviden dan retribusi. Sedangkan yang tidak terukur adalah kesempatan kerja dan tumbuhnya
usaha-usaha di sekitar pelabuhan, sebagai efek ganda kegiatan ke pelabuhan yang akan
memberikan nilai tambah ekonomi pada daerah sekitar pelabuhan. Pelabuhan laut berperan
penting terhadap pembangunan ekonomi. Terdapat dampak positif lainnya mengenai
pembangunan dan aktivitas pelabuhan, yaitu aspek sosial. Dalam aspek sosial ini, pelabuhan
dapat dijadikan sebagai transportasi perairan dan juga dapat dijadikan sebagai pusat kegiatan
masyarakat sekitar pelabuhan, misal dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai hal
yang berhubungan dengan kegiatan masyarakat yang akan mereka lakukan di lingkup pelabuhan
tersebut. Namun disisi lain terdapat dampak negatif dari pembangunan pelabuhan, berupa:

1. Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan

Kawasan pesisir berupa kawasan lahan basah berhutan mangrove, pantai berpasir, atau pantai
berbatu. Pembangunan pelabuhan dikawasan tersebut, akan menimbulkan perubahan fungsi
dan tata guna lahan yang mengakibatkan perubahan bentang alam. Pada awalnya, kawasan
tersebut berfungsi sebagai cathmen area baik untuk air hujan maupun air pasang, namun
setelah ada pembangunan pelabuhan, seperti kegiatan pembukaan lahan, pemotongan dan
pengurugan tanah pada tahap konstruksi, serta pemadatan tanah, akan mengubah lahan fungsi
tersebut. Sehingga air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah, sehingga meningkatkan
volume air limpasan (run off) dan meningkatkan terjadinya potensi genangan dan mengubah
pola genangan. Selain itu, pelabuhan mengambil air bawah tanah secara besar-besaran dan
tidak terkontrol untuk dijual ke kapal-kapal yang bersandar. Kegiatan tersebut menyebabkan
terjadinya penurunan tanah, yang akhirnya menyebabkan banjir rob di wilayah sekitar
pelabuhan dan juga timbulnya keresahan dan pandangan negatif masyarakat sekitar. Contohnya
seperti yang terjadi di Kota Semarang.

Dampak lain yang terjadi dari perubahan fungsi dan tata guna lahan adalah terjadinya
perubahan mata pencaharian dan pendapatan penduduk. Semisal, pada awalnya wilayah
tersebut merupakan wilayah pertanian garam. Setelah adanya pelabuhan, para penduduk
beralih menjadi pekerja di pelabuhan. Otomatis, pendapatan mereka juga berubah. gangguan
terhadap aktivitas nelayan, peningkatan kepadatan lalu lintas pelayaran maupun lalu lintas di
sekitar wilayah pelabuhan.

2. Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan

Penurunan kualitas udara dapat disebabkan oleh peningkatan debu akibat kegiatan konstruksi
dan kegiatan operasional loading off loading di pelabuhan. Udara pelabuhan menjadi kotor dan
berimbas pada kesehatan masyarakat pelabuhan. Peningkatan kebisingan pada kegiatan
pelabuhan terutama berasal dari kegiatan alat konstruksi, pengangkutan material,
pemancangan dan pembangunan terminal dan loading offloading di pelabuhan, yang
mengganggu ketenangan di permukiman sekitar pelabuhan.

3. Penurunan Kualitas Air Laut dan Kualitas Air Permukaan

Penurunan kualitas air laut dikarenakan adanya peningkatan kekeruhan dan penigkatan
pencemaran air laut. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan konstruksi pada pembangunan
pelabuhan, terutama pada tahap pengerukan (capital dredging) dan pembuangan material
keruk. Kegiatan tersebut akan memengaruhi kualitas air laut dan kualitas air permukaan (jika
pembangunan pelabuhan terletak di sekitar sungai) dengan adanya peningkatan pencemaran
terutama yang dihasilkan dari discharge air limbah domestik dan non domestik (air balast, tank
cleaning dan bahan kimia yang digunakan untuk perawatan kapal), kegiatan operasional loading-
offloading di pelabuhan serta korosi pada kapal. Hal ini juga berdampak pada kesehatan
masyarakat yang mengkonsumsi air yang tercemar maupun mengkonsumsi ikan yang hidup di
perairan pelabuhan.

4. Perubahan Pola Arus Laut, Gelombang dan Garis Pantai

Kegiatan pembangunan pelabuhan beserta fasilitasnya akan memengaruhi terjadinya


perubahan kedalaman laut, pola arus laut dan gelombang mengakibatkan dampak turunan
yaitu adanya perubahan pola sedimentasi yang dapat mengakibatkan abrasi dan akresi
(perubahan garis pantai). Jika bagian struktur pelabuhan menonjol ke arah laut, maka mungkin
terjadi erosi pada garis pantai disekitarnya akibat transpor sediment sejajar pantai yang
terganggu. Dampak ini merupakan isu yang paling penting dalam setiap pembangunan di
wilayah pesisir, sehingga dalam rencana pengelolaan dan rencana pemantauan harus dilakukan
secara berkesinambungan.

5. Gangguan Terhadap Biota Perairan

Kegiatan pembukaan lahan, pemancangan tiang pondasi dan pembangunan struktur fisik
fasilitas pelabuhan dapat mengganggu biota yang ada di lahan basah seperti mangrove, jenis
crustacea, larva-larva ikan dan biota perairan lainnya seperti terumbu karang dan padang
lamun. Gangguan terhadap biota perairan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung disebabkan oleh kegiatan pengerukan dan pembangunan, sedangkan secara
tidak langsung merupakan dampak lanjutan dari penurunan kualitas air laut akibat operasional
pelabuhan.

Salah satu penyebab dampak-dampak di atas adalah karena belum kuatnya kebijakan yang
berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utama pembangunan nasional. (kusnadi, 2006:15-
20). Laut Indonesia yang luas seharusnya menjadi sumber pembangunan nasional tetapi malah
menjadi kelemahan Indonesia, sehingga fungsi pelabuhan di dalamnya tidak optimal. Menurut
Fadjroel (dalam IMM, 2012) mengatakan, prinsip negara maritim harus segera dikembalikan,
baik dalam bentuk regulasi, kebijakan maupun peraturan. Ini berlaku mulai dari tingkat nasional
sampai dengan daerah yang ada di perbatasan.

Seharusnya dengan adanya pelabuhan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup di


sekitarnya dengan tetap mengedepankan keselamatan lingkungan dengan pengelolaan yang
bijak. Selanjutnya, pada bagian setelah penulisan ini akan dibahas mengenai strategi
peningkatan kinerja pelabuhan di Indonesia.

3.4 Strategi Peningkatan Kinerja Pelabuhan di Indonesia

Ada beberapa cara yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menyelesaikan permasalahan
ini. Namun sebelumnya kita harus menentukan terlebih dahulu prioritas pengembangan
peabuhan yang ada sekarang ini. Dari semua masalah yang telah disebutkan diatas, masalah
yang paling penting untuk diselesaikan terlebih dahulu adalah perbaikan fasilitas yang ada pada
pelabuhan. Langkah pertama ialah merevitalisasi pelabuhan – pelabuhan utama di Indonesia.
Sedikitnya, pemerintah harus serius mengembangkan 10 pelabuhan utama seperti Belawan,
Tanjung Priok, Tanjung Mas, Tanjung Perak, Bitung, Pontianak, Pangkalan Bun, Panjang, dan
beberapa pelabuhan yang memiliki posisi strategis. Dengan kedalaman kolam hanya sekitar 13,5
meter, Pelabuhan Tanjung Priok hanya mampu disandari kapal-kapal kecil-menengah. Kapal-
kapal itu umumnya merupakan kapal feeder dari pelabuhan di Singapura, Malaysia, dan Hong
Kong. Selama ini, 80-90% kegiatan ekspor-impor Indonesia harus melalui pelabuhan di negara
lain.
Tentu hal ini perlu didukung dengan modal yang besar. Untuk mengembangkan pelabuhan
Tanjung Priok, sebagai pengelola, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II mengaku membutuhkan
investasi sekitar Rp 22 triliun. Dana sebesar itu dibutuhkan untuk memperlebar terminal yang
akan dilakukan dalam tiga tahap. Namun nilai investasi itu terbilang kecil dibanding manfaat
yang bakal diperoleh ke depan. Angka ini jauh lebih kecil ketimbang defisit neraca pembayaran
Indonesia dari sektor pelayaran yang mencapai US$ 13 miliar per tahun.

Dalam hal perbaikan fasilitas pelabuhan, dal hal ini kolam pelabuhan, para pengusaha pelayaran
mengusulkan kepada pemerintah agar memperdalam kolam pelabuhan di Indonesia hingga 16
meter. Dengan demikian, pelabuhan ini mampu menampung kapal-kapal bermuatan 6.000
TEUs. Dengan adanya perbaikan kolam pelabuhan tersebut, para pengusaha yakin jika pengelola
pelabuhan dapat meningkatkan produktivitas bongkar muat menjadi 20-25 boks container per
jam per crane.

Jika perbaikan (kolam pelabuhan) dapat dilaksankan merata setidaknya pada 10 pelabuhan
utama di Indonesia, dapat dipastikan produktivitas pelabuhan Indonesia juga akan meningkat.
Indonesia memang identik dengan birokrasinya yang berbelit – belit, yang membuka peluang
untuk praktek – praktek yang tidak etis seperti korupsi. Hal – hal ini sungguh telah mengurangi
nilai tambah bagi pelabuhan – pelabuhan di Indonesia. Dengan adanya hal ini, para pengusaha
(terutama investor asing) lebih memilih untuk menjadikan pelabuhan di Indonesia sebagai
tempat untuk kapal – kapal feeder mereka. Mereka lebih memilih untuk menempatkan kapal
utamanya di pelabuhan – pelabuhan di negara – negara seperti Singapura dan Malysia karena
kepengurusan administrasi disana jauh lebih efisien dan efektif. Sudah saatnya Indonesia
memanfaatkan potensi ekonomi yang seharusnya menjadi miliknya tersebut.

Langkah yang perlu diambil untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan merubah
sistem administrasi pada pelabuhan di Indonesia. Pelabuhan – pelabuhan di Indonesia memiliki
kinerja yang lambat dari segi administrasi karena terlalu banyak berkas – berkas dan juga
birokrat yang harus dilewati sebelum sistem dijalankan.

Permasalahan ini dapat diatasi dengan melengkapi pelabuhan – pelabuhan di Indonesia dengan
sistem informasi yang memadai. Kemudian perlu dilakukan evaluasi terhadap proporsionalitas
dari managamen di pelabuhan. Jika kita ingin mempercepat jalannya suatu sistem, salah satu
caranya ialah menyederhanakan proses dari sitem tersebut tanpa mengesampingkan esensinya.
Oleh karena itu praktek – praktek birokratif harus segera dihilangkan guna meningkatkan kinerja
pelabuhan dari segi pengelolaan waktu. Tetapi hal yang paling penting untuk diperhatikan
adalah pengembangan sumber daya manusia di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia. Hal ini
penting karena, jangan sampai perampingan angkatan kerja pada pelabuhan justru menurunkan
tingkat produktivitas dari pelabuhan itu sendiri. Maka dari itu diperlukan tenaga – tenaga kerja
yang terampil, dalam jumlah yang pas, untuk melaksanakan fungsi dan tugas dari pengelolaan
pelabuhan. Tentu saja pengembangan keterampilan dalam hal penggunaan teknologi berbasis
informasi dan juga yang sifatnya teknikal merupakan prioritas. Karena hal inilah yang mampu
mendorong produktivitas.

Namun masalah pelabuhan di Indonesia adalah suatu hal yang kompleks. Diperlukan
kesungguhan dari tiap – tiap stakeholders yang ada untuk memperbaiki kinerja pelabuhan.
Selain itu diperlukan pengukuran yang presisi terhadap tiap strategi yang di terapkan. Agar
modal yang besar yang digunakan untuk membangun pelabuhan dapat dipertanggungjawabkan
nantinya.

Permerintah tentu saja memegang peran penting untuk hal ini. Pemerintah harus berperan
sebagai penyelia yang secara berkala memantau penerapan dari semua strategi yang telah
disepakati dan diterapkan. Karena pada umumnya meskipun telah dirumuskan dengan sangat
baik, tiap strategi yang ada menjadi kacau saat diimplementasikan. Hal ini tentu saja karena
kurangnya koordinasi. Diharapkan pemerintah dapat menjalankan peran ini dengan baik, bukan
malah semakin memperburuknya.
https://suwidakrolasplanojaya.wordpress.com/2013/06/03/makalah-efektifitas-pembangunan-
dan-pengelolaan-pelabuhan-di-indonesia/

Latar Belakang Masalah


Pelabuhan, menurut Pasal 1 UU No.21 Tahun 1992 tent
ang
Pelayaran, merupakan tempat yang terdiri dari darat
an dan perairan
dengan batas-batas tertentu, di mana berlangsung ke
giatan pemerintahan
dan kegiatan ekonomi. Kegiatan-kegiatan menyangkut
kapal-kapal yang
bersandar, berlabuh, naik turun penumpang, bongkar
muat barang,
fasilitas keselamatan pelayaran, serta sebagai temp
at perpindahan intra
dan antarmoda transportasi.
Pengelolaan pelabuhan, merupakan persoalan yang ru
mit dan
membutuhkan pengaturan yang teknis dan mendetail. K
ompleksnya
persoalan dan besarnya potensi pelabuhan di Indones
ia tidak disertai
dengan pengaturan yang ‘kaya’ dan sistematis. Secar
a umum, masalah
pelabuhan ini hanya diatur dalam aturan Pelayaran,
yaitu Undang-undang
tentang Pelayaran No. 21 Tahun 1992. Sedangkan yang
khusus mengenai
pengelolaan pelabuhan baru diatur oleh peraturan se
tingkat Peraturan
Pemerintah (Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001)
.
Kurangnya pengaturan di bidang pengelolaan pelabuha
n, dewasa ini
terasa sangat mengganggu dalam pengembangan potensi
maritim yang
2
dimiliki Indonesia. Diakui Direktur Pelabuhan dan P
engerukan Ditjen
Perhubungan Laut Dephub, Djoko Pramono, bahwa konse
p pengelolaan
pelabuhan di Indonesia masih belum jelas. Menurutny
a, tidak dapat
dipastikan konsep apa yang sebenarnya dipegang oleh
Pelindo (sebagai
pangelola yang ditunjuk resmi oleh PP No.69 Tahun 2
001), apakah konsep
operating port
atau
land port
.
1
Minimnya pengaturan masalah pengelolaan pelabuhan i
ni
mengakibatkan banyak terjadi kerancuan. Ditambah la
gi dengan adanya
Undang-undang No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara
Pusat dan Daerah dan Undang-undang No.22 Tahun 1999
Jo. Undang-
undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
. Muncul
persoalan ketika penafsiran masalah kewenangan peme
rintahan daerah
dalam mengatur dan menyelenggarakan pemerintahannya
sendiri. Artinya,
di sini aturan itu diinterpretasikan sebagai bentuk
kebebasan pemda dalam
mengelola pelabuhan yang dimilikinya sebagai aset k
ekayaan daerahnya.
Namun di sisi lain, banyak para ahli di bidang huku
m kelautan
menilai, masalah kepelabuhan yang mengarah pada oto
nomi daerah harus
ditindaklanjuti dengan pengaturan yang sangat hati-
hati. Karena masalah
kepelabuhan bukan hanya berdimensi pada sektor pern
iagaan nasional tapi
juga harus memperhatikan dimensi hukum internasiona
l.
1
“Pelindo Bukan Satu-satunya Pengelola Pelabuhan”,
http://www.bumn-
ri/news.detail.htm?news_id
, 6 Agustus 2005
3
Ahli hukum laut internasional, Hasjim Djalal, mengi
ngatkan,
pengelolaan pelabuhan tidak bisa disamakan dengan a
set lain, karena
pengelolaan pelabuhan terkait dengan berbagai atura
n internasional. Jika
aturan tersebut diabaikan, maka barang yang diekspo
r dari Indonesia juga
tidak bisa diterima atau dilarang masuk ke pasar du
nia. Salah satu
contohnya adalah, sejak 1 Juli 2004, pelabuhan dan
kapal yang melayani
pelayaran internasional diwajibkan memenuhi standar
Organisasi Maritim
Internasional (IMO)
2
.
Dengan demikian, penelitian ini akan mengemukakan d
iskusi
tentang perlu tidaknya pembentukan sebuah Naskah Ak
ademik yang
menjadi landasan bagi terbentukanya undang-undang k
husus mengenai
pelabuhan yang terpisah dari Undang-undang Pelayara
n, yang lebih
sistematis, berdimensi nasional maupun internasiona
l.
Mengenai kewenangan PT. Pelindo dalam regulasi yang
diberikan
oleh PP NO.69 Tahun 2001, juga menjadi polemik, kar
ena dianggap
bertentangan dengan kaidah-kaidah Pemerintahan Daer
ah (Hasil
sosialisasi DPD DKI). Sehubungan dengan hal ini, Ma
hkamah Agung telah
mengabulkan
judicial review
terhadap PP 69 Tahun 2001 tentang
kepelabuhan
3
. Akibat kemenangan ini, maka Surat Keputusan Menda
gri
2
“Daerah Tidak Berhak Ambil Alih Pelabuhan”. http:/
/www.kompas.com/kompas-
cetak/0408/12/utama/1204169.htm
, 6 Agustus 2005.
3
Mahkamah Agung memenangkan uji materiil yang diaju
kan Pemkot Cilegon atas PP
No.69 Tahun 2001 tentang Pelabuhan.
4
yang membatalkan Perda Kota Cilegon No.2 Tahun 2001
tentang
Kepelabuhan batal demi hukum
4
.
Persoalan lain yang terkait dengan pengelolaan pela
buhan adalah
adanya kecenderungan Pemerintah Daerah untuk mengel
ola Pelabuhan
Perikanan, tanpa memperhatikan kemampuan dan keters
ediaan fasilitas.
Disinyalir, kecenderungan ini salah satunya diakiba
tkan oleh keinginan
Pemerintah Daerah untuk mendapatkan PAD sebesar-bes
Arnya

48
human-ware
yang memadai, maka pengambilalihan pengelolaan pelabuhan
hanya akan mendatangkan kerugian baik bagi pemerintah pusat, pemerintah
daerah, maupun masyarakat di wilayah tersebut.
B. Kewenangan Pengelolaan Pelabuhan
Sebagaimana dikemukakan diatas, maka pengelolaan p
elabuhan pada dasarnya
berkaitan dengan berbagai sektor yang ada di suatu n
egara, dan juga berkaitan dengan
berbagai regulasi yang sifatnya regional dan internas
ional. Dengan demikian, kegiatan
pengelolaan pelabuhan mempunyai dasar pengaturan yan
g tidak sedikit dan berdimensi
banyak, yang tidak dibatasi oleh batas-batas terito
rrial tertentu, bahkan dapat dikatakan
pengelolaan pelabuhan diatur secara global. Hal ini d
apat dilihat dari ketentuan nasional yang
berkaitan dengan pelayaran yaitu UU No. 21 Tahun 199
2 tentang Pelayaran.
Berdasarkan UU Pelayaran, Pelabuhan merupakan bagian d
ari sektor pelayaran, dan
merupakan sektor yang kewenangannya berada di tangan
pemerintah pusat. Hal ini
ditegaskan pada Pasal 5 ayat (1) UU 21/1992 yang me
nyatakan bahwa pelayaran (termasuk
kepelabuhanan) dikuasai oleh negara dan pembinaanya
dilakukan oleh pemerintah (pusat).
Dalam UU tersebut dirumuskan bahwa pelayaran dalam hal
ini dimaksudkan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan angkutan di perairan, k
epelabuhanan, serta keamanan dan
keselamatannya.
Sedangkan mengenai sektor pelabuhan, dalam pasal 21
(1) UU tersebut dirumuskan
bahwa kepelabuhanan meliputi segala sesuatu yang be
rkait dengan kegiatan penyelenggaraan
pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan f
ungsi pelabuhan untuk menunjang
kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas k
apal, penumpang dan/atau barang,
keselamatan berlayar, serta tempat pemindahan intra dan
/atau antar moda. Selanjutnya juga
ditegaskan bahwa pelabuhan terdiri dari pelabuhan umum
, yang diselenggarakan untuk
49
pelayanan masyarakat umum, dan pelabuhan khusus, ya
ng diselenggarakan untuk
kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu
. Dengan demikian ketentuan UU
Pelayaran menegaskan bahwa pengelolaan pelabuhan meru
pakan kewenangan dan
tanggungjawab pemerintah pusat. Selanjutnya berdasarka
n Peraturan Pemerintah Nomor 69
Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pengelolaan pelab
uhan dapat dilakukan oleh pemerintah
atau badan usaha yang ditunjuk oleh pemerintah, yait
u PT Pelindo.
Sedangkan sejak tahun 1999, dengan UU No. 22/1999 t
entang Pemerintahan Daerah,
yang diganti oleh UU No. 32/2004 tentang Pemerintah
an Daerah, pelayaran (termasuk
pelabuhan) adalah urusan pemerintahan yang dapat dit
afsirkan sebagai urusan pemerintahan
yang didesentralisasikan ke daerah. Berdasarkan kedua
UU Pemerintahan Daerah tersebut,
Pemerintah Pusat hanya berwenang dalam urusan pemerint
ahan di bidang politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, justisi, moneter, dan agama. S
edangkan urusan-urusan lainnya,
termasuk urusan kepelabuhan menjadi kewenangan dari pe
merintah daerah.
Mengenai
klasifikasi atau hierarki pelabuhan, sebenarnya PP No. 69/2001
telah membuat pengaturan yang jelas. Disini, pelabuhan dibagi menjadi 3(t
iga)
jenis, yaitu
pelabuhan nasional dan internasional
yang dikelola PT Pelindo;
pelabuhan regional
yang dikelola pemerintah propinsi; dan
pelabuhan lokal
yang pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah kabupaten dan kota. Jika
klasifikasi semacam ini dapat dilaksanakan secara konsisten, akan
memperjelas
pembagian kewenangan dan mekanisme hubungan antara Pusat, Propinsi, dan
Kabupaten/Kota. Namun dalam prakteknya, tidak ada kriteria yang je
las untuk
memasukkan suatu pelabuhan kedalam kategori nasional/internasional, regional
,
atau lokal. Sebagai contoh, Pelabuhan Brebes yang semestinya merupakan
50
pelabuhan lokal pada kenyataannya dikategorikan sebagai pelabuhan regional
yang berarti masih dalam kewenangan Kanwil Dephub Jawa Tengah.
Kenyataan tersebut mengakibatkan daerah tidak bisa mendapatkan pemasuka
n
dari sektor kelautan yang secara nyata dijamin UU No. 22/1999
(Pikiran
Rakyat, 8/10/2002).
Oleh karenanya, semestinya tidak perlu terjadi konflik pengelolaan
pelabuhan yang berlarut-larut. Artinya, pemerintah tinggal melakukan
pengaturan ulang tentang klasifikasi pelabuhan beserta kriteria-krite
ria yang
jelas, kemudian menetapkan jenis pelabuhan mana yang didesentralisasikan
,
atau yang didekonsentrasikan, atau yang masih disentralisasikan. Agar ti
dak
menimbulkan interpretasi yang beragam serta potensi konflik di kemudian
hari,
maka penetapan pola pengelolaan pelabuhan ini harus disertai dengan ri
ncian
kewenangan secara detil.
C. Ketidakharmonisan Pengaturan
Dengan berlakunya otonomi daerah, yang didasarkan pad
a UU No. 22/1999 dan
telah diganti oleh UU No. 32/2004 tentang Pemerintah
an Daerah, terjadi ketidakharmonisan
pengaturan tentang pengelolaan pelabuhan. Disatu pih
ak, Pemerintah Pusat berpegang
kepada UU 21/1992 yang menegaskan bahwa urusan kepel
abuhanan (yang merupakan bagian
dari sektor pelayaran) merupakan kewenangan dari Pemerint
ah Pusat. Sedangkan Daerah
51
berpendapat bahwa urusan kepelabuhanan merupakan kewe
nangan pemerintah daerah
berdasarkan Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Dengan
demikian terjadi
ketidakharmonisan pengaturan tentang kepelabuhanan d
i Indonesia. Hal ini sebenarnya
akibat dari ketidaksinkronan pengaturan tentang berbag
ai sektor pemerintahan yang ada, dan
juga sebagai akibat dari berbagai faktor lainnya.
Pada perkembangannya, telah terjadi sengketa antara
pemerintah daerah dengan
pemerintah pusat tentang pengelolaan pelabuhan yang
ada di daerah. Salah satunya adalah
dalam bentuk
judicial review
terhadap Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 2001 Tentan
g
Kepelabuhan oleh Pemerintah Kota Cilegon, dan dalam
hal ini Mahkamah Agung
memenangkan permohonan
Judicial Review
dari Kota Cilegon tersebut. Dengan putusan
tersebut, Pemerintah Daerah mempunyai legitimasi unt
uk mengelola pelabuhan yang ada di
wilayahnya.
Dengan berdasarkan putusan Mahkamah Agung tersebut ma
ka pertanyaan
bagaimanakah kewenangan PT Pelindo dalam pengelolaa
n Pelabuhan oleh Pemda pasca
putusan MA yang memenangkan uji materiil Pemkot Cil
egon, dapat diuraikan bahwa
legitimasi PT Pelindo sebagai operator yang diberi ke
wenangan oleh Pemerintah Pusat untuk
mengelola pelabuhan di daerah menjadi hilang, dan be
rdasarkan putusan MA tersebut, maka
daerah mempunyai kewenangan untuk mengelola pelabuha
n yang ada di wilayahnya sesuai
dengan Undang-Undang Otonomi Daerah. Namun demikian,
pertanyaan selanjutnya adalah
apakah putusan secara otomatis memberikan kewenangan
daerah untuk mengelola
pelabuhan. Hal ini tentu tidak dapat secara otomatis
diterapkan, mengingat untuk hal tersebut
membutuhkan masa peralihan, antara lain dengan mengub
ah dahulu PP No. 69/2001 tersebut
untuk direvisi dan disesuaikan dengan putusan dari M
A tersebut. Selain itu, dengan putusan
MA tersebut, PT Pelindo tidak lagi mempunyai kewenan
gan sebagai regulator di pelabuhan.
Pasca putusan tersebut, PT Pelindo bertindak sebagai
operator, yang menjalankan fungsi
usaha dan bisnis di pelabuhan-pelabuhan yang dikelo
lanya selama ini.
52
Kemudian pertanyaan bagaimanakah pengelolaan pelabuh
an oleh Pemda yang sesuai
dengan ketentuan UU Pemda dan sekaligus tidak menya
lahi aturan internasional mengenai
ekspor impor dapat dijawab dengan pernyataan bahwa s
epanjang mempunyai itikad baik
dalam pengelolaan pelabuhan, maka Pemerintah Daerah
mempunyai kewenangan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada untuk
mengelola pelabuhan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki daerah. Namun demikia
n, dalam pengelolaan pelabuhan
tersebut dan sesuai dengan sifat pelabuhan yang mult
i dimensional dan multi sektoral,
Pemerintah Daerah wajib mengikuti dan menyesuaikan op
erasional di pelabuhan dengan
berbagai ketentuan nasional dan intenasional yang m
engatur tentang kepelabuhan. Selain itu,
Pemerintah Daerah wajib melakukan koordinasi dan sinkro
nisasi dengan berbagai sektor yang
ada, baik pemerintah maupun swasta, yang merupakan
stakeholde
r dari pelabuhan.
D. Kondisi Ideal bagi Pengelolahan Pelabuhan
Pada dasarnya, pengelolaan pelabuhan dapat menjadi k
ewenangan dari berbagai
fihak, baik di tingkat pusat maupun daerah, sepanjan
g pengelolaan pelabuhan tersebut
dilakukan dengan itikad baik dan bertujuan untuk men
ingkatkan kesejahteraan bangsa dan
negara serta masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena
itu, pertentangan tentang
kewenangan pengelolaan pelabuhan hendaknya tidak me
njadi permasalahan yang berlarut-
larut yang dapat merugikan berbagai pihak dan masyarak
at yang ada. Terlebih lagi apabila
negara tersebut merupakan negara yang menganut sistem n
egara kesatuan (
unitary state
),
seperti Indonesia, maka pengelolaan pelabuhan yang a
da di negara tersebut mustinya
dilaksanakan secara integratif,
unitary
, dan berwawasan internasional untuk kepentingan dan
kemanfaatan bersama, baik masyarakat nasional maupun
masyarakat daerah.
Mengingat sifat pelabuhan yang merupakan tempat dan
aktivitas yang multi
dimensional dan multi sektoral, pengelolaan pelabuha
n pada saat ini dan di masa depan tidak
dapat lagi dibatasi oleh berbagai batas teritorial d
an batas-batas sektoral lainnya yang dapat
53
menghambat aktivitas dan pengembangan dari pengelola
an pelabuhan yang bersifat multi
sektoral tersebut. Pelabuhan adalah wadah di mana ber
bagai aktivitas, kepentingan, dan
berbagai hal lainnya berlangsung secara global dan di
namis. Oleh larena itu, setiap pengelola
pelabuhan wajib menyadari berbagai faktor tersebut di
atas apabila berniat dan beritikad baik
untuk mengelola pelabuhan-pelabuhan yang ada. Denga
n demikian, pengelolaan pelabuhan
pada dasarnya merupakan manajemen dari aktivitas yang
dinamis dan berdimensi multi
dalam suatu pelabuhan yang mempunyai banyak kepenti
ngan dan berbagi pihak yang
berkepentingan
(stakeholder
) di dalamnya. Oleh karena itu, pengelola pelabuhan
berkewajiban mempunyai kemampuan yang professional,
qualified
dan
legitimated
dalam
mengelola pelabuhan yang ada di Indonesia.
Yang perlu dihindari untuk masalah pengelolaan pelab
uhan saat ini adalah inti
persoalan yang direduksi menjadi konflik kepentingan.
A
rtinya, yang dipermasalahkan
seharusnya tidak hanya “siapa yang berhak untuk mengelola pelabuhan”, dan
bukan pada pertanyaan tentang “siapa yang lebih mampu mengelola pelabuhan
demi kemajuan pembangunan dan pelayanan umum di daerah” atau
“mekanisme apa yang paling efektif untuk mengelola pelabuhan itu”. Kondisi
ini secara tidak langsung membenarkan anggapan bahwa pangkal dari selur
uh
sengketa antara Pusat dengan Daerah, tidak lebih dari sekedar rebutan
“rejeki”
belaka. Padahal, manajemen pemerintahan yang ideal adalah sebuah pr
oses
yang mengkompromikan antara kepentingan demokratisasi dan pemberdayaan
disatu sisi, dengan kepentingan efisiensi disisi lain. Artinya, dese
ntralisasi luas
wajib didukung sepanjang mampu menghadirkan sosok pemda yang lebih
54
efektif dalam bekerja dan lebih prima dalam kinerja. Dalam hal kapasitas
pemda
belum memadai, maka keberadaan aparat propinsi maupun pusat, sesungguhnya
adalah sesuatu yang logis. Dalam konteks pengelolaan pelabuhan, tidak menj
adi
soal siapapun yang memegang peran regulator ataupun operator, asalkan dapa
t
menghasilkan keuntungan bersama (
mutual benefit
). Moda kerjasama yang
layak dikembangkan disini adalah pemilikan saham PT Pelindo secara bers
ama-
sama. Sebagai pemegang saham, daerah akan memiliki kontrol dan akses
pengambilan keputusan strategis yang berhubungan dengan pelabuhan tersebut
sebesar nilai saham yang ditanamkan, tanpa keharusan mengelola pelabuha
n itu
sendiri. Selain itu, saran Menko Perekonomian agar ke-57 pemerintah
daerah
membentuk badan kerja sama (konsorsium) guna membangun dan mengelola
pelabuhan, layak pula dipertimbangkan secara cermat.
Yang diperlukan sekarang adalah adanya hukum yang jelas tentang
wewenang pengelolaan pelabuhan, serta berbagai implikasi yang timbul dari
pengelolaan tersebut. Sebagai contoh, jika pelabuhan dikelola oleh daerah,
harus pula dijamin adanya
profit sharing
antara Pusat dengan Daerah serta
antara daerah yang menguasai pelabuhan dengan daerah lain yang
menggunakan jasa pelabuhan tersebut. Pada saat yang bersamaan, juga
dibutuhkan adanya itikad baik dari pihak-pihak yang bersengketa untuk duduk
bersama mencari penyelesaian terbaik. “Perang dalil” yang bertuju
an sempit
55
untuk mencari kemenangan pribadi dan mengalahkan pihak lain, sudah tidak
relevan lagi untuk situasi kondusif bagi pengelolaan pelabuhan
https://www.bphn.go.id/data/documents/pengelolaan_pelabuhan_oleh_daerah.pdf

.1 Sejarah Perkembangan Pelabuhan


Dari penemuan-penemuan
Archaeologists
(hasil survei, penggalian-
penggalian dan berdasarkan pada dokumen-dokumen tua), dapat diketahui
bahwa sejarah dari perkembangan pelabuhan pada hakekatnya sudah
dimulai pada waktu Kekasiaran Romawi, sekitar tahun 3500 SM. Bangunan-
bangunan pelabuhan tersebut banyak dijumpai di lautan Tengah, lautan
Merah dan teluk Persia.
Dengan adanya pertualangan pelaut-pelaut yang gagah berani seperti
Columbus, Drake, Releigh, Cook, Mangellan dan lain-lain yang memelopori
pelayaran dengan menggunakan kapal-kapal besar dengan crew yang
besar mengarungi lautan yang luas dari benua ke benua. Keberanian yang
dilakukan oleh mereka itu menghapuskan ketakyulan dan ketakutan akan
lautan dan daratan diseberang. Selanjutnya yang tadinya pelayaran yang
hanya dilakukan dalam jarak dekat yang biasanya hanya sepanjang sungai
atau pantai serta dengan kapal-kapal kecil dengan muatan sedikit sudah
mulai berganti dengan kapal-kapal yang besar dengan crew yang besar
segera berlayar mengangkut penumpang dan barang dari benua ke benua
menyebabkan munculnya pelabuhan-pelabuhan modern. Dari hasil-hasil
ekspedisi tersebut melahirkan pertumbuhan lalu lintas, perkembangan
pembangunan fasilitas-fasilitas pelabuhan seperti dermaga, dibuatkan
terusan-terusan dan sebagainya.
Dari hasil penemuan-penemuan tersebut telah membuktikan kepada
kita bahwa teknik pembuatan pelabuhan sudah cukup maju dan sudah
direncanakan dengan baik sehingga sampai sekarangpun banyak dipakai
2
Pelabuhan
Perencanaan dan Perancangan Konstruksi Bangunan Laut dan Pantai
dalam perencanaan dan desain konstruksi pelabuhan seperti dalam
menentukan letak bangunan penangkis gelombang yang efi
sien dan efektif.
Tapi oleh karena banyak sebab seperti jatuhnya kekaisaran Romawi,
bencana alam (gempa bumi, banjir dan sebagainya). Kurangnya perawatan
maka, akibatnya banyak bangunan-bangunan pelabuhan yang hancur atau
lenyap.
Mulai abad ke XVIII perhatian dalam pekerjaan-pekerjaan pelabuhan
muncul kembali berkenaan dengan keinginan dari bangsa-bangsa didunia
untuk menjelajah lautan serta pencarian jalur perdagangan dan pencarian
tanah-tanah dan daerah baru dalam memperluas imperiumnya. Perluasan
koloni oleh kerajaan inggris, Spanyol, Protugis, Belanda dan lainnya,
semuanya ini mempunyai andil dalam perkembangan pelabuhan apalagi
setelah ditemukannya mesin uap, kapal tidak lagi digerakkan oleh layar
tetapi sudah digerakkan oleh mesin uap.
Dari mulai saat itu pekerjaan konstruksi pelabuhan berkembang pesat.
Jumlah kapal-kapal bertambah pesat, kebutuhan akan fasilitas untuk kapal
yang berlabuh menjadi jelas kelihatan sehingga fasilitas-fasilitas pelabuhan
menjadi perlu.
Perkembangan pelabuhan lebih meningkat lagi setelah adanya pelabuhan
bebas
free port
,
baunded ware hauses
) yang merupakan indikasi bahwa
pelabuhan merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi secara keseluruhan
dan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ekonomi daerah yang dilayani
oleh pelabuhan tersebut. Peningkatan perkembangan perdagangan dunia
yang cepat mengakibatkan banyak prasarana harus disesuaikan untuk
memberikan pelayanan pelabuhan yang lebih baik yang berakibat pada
biaya atau investasi yang besar.
Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia pada tahun 1920 ada 500 pelabuhan,
tapi sekarang justru berkurang dan sekarang terdapat 336 pelabuhan
yang
disinggahi oleh kapal-kapal secara regular yang terdiri atas :
• Pelabuhan laut 51 buah,
• Pelabuhan pantai yang terbuka untuk ekspor impor 38 buah.
• Pelabuhan pantai umum 164 buah,
• Pelabuhan Pantai khusus 67 buah,
• Pelabuhan khusus 16 buah
Pada waktu penjajahan Belanda, walaupun bangunan-bangunan pelabuhan
berkembang sangat pesat namun hal ini tidak lebih untuk kepentingan
penjajah sendiri sehingga bangsa dan rakyat Indonesia sendiri sangat
ketinggalan dalam membangun pelabuhan. Baru setelah Indonesia merdeka
bangsa dan rakyat Indonesia sudah mulai bisa membuat pelabuhan sendiri,
3
Bab 1 Pendahuluan
bahkan saat ini tenaga-tenaga ahli Indonesia banyak membangun pelabuhan
tidak saja di negara sendiri. Dan saat ini diseluruh Indonesia terdapat 336
pelabuhan besar dan kecil dengan panjang dermaga (tahun 1993) adalah
55.155 meter. Dari pelabuhan-pelabuhan tersebut hanya 87 pelabuhan yang
dikelola oleh PT. Pelabuhan Indonesia I sampai dengan IV.
Pelabuhan Indonesia dibedakan atas beberapa kelas pelabuhan yaitu Kelas
I sebanyak 4 pelabuhan, kelas II sebanyak 15 pelabuhan, kelas III sebanyak
21 pelabuhan, kelas IV sebanyak 31 pelabuhan, dan kelas V sebanyak 16
pelabuhan.
PT. Pelabuhan I (Pelindo I) memiliki 19 pelabuhan, Pelindo II 19 pelabuhan,
Pelindo III 28 pelabuhan dan Pelindo IV 21 pelabuhan. Pelabuhan-pelabuhan
tersebut disinggahi oleh kapal-kapal pelayaran nusantara, pelayaran lokal,
kapal samudara dan kapal luar Negeri, serta pelayaran perintis lainnya.
Jadi pada dasarnya Indonesia telah memiliki jaringan perhubungan yang
cukup baik bila terurus dengan baik, akan tetapi karena pertumbuhan
penduduk, keterbatasan anggaran untuk pengurusan serta mobilitas
satuan-satuan ekonomi yang lebih cepat, tepat, selamat, maka sektor
perhubungan dianggap sektor yang harus terus dibenahi karena memegang
peranan strategis bagi pertumbuhan ekonomi untuk itu pemerintah
diharapkan memberi prioritas penting pada sektor perhubungan khususnya
perhubungan laut.
Pada saat ini terdapat 4 (empat) pelabuhan utama nasional yaitu
Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan dan Makassar, yang semuanya
mengendalikan angkutan barang melalui kontainer untuk ekspor dan impor.
Pelabuhan terbesar adalah Tanjung Priok, yang mempunyai total 78 (tujuh
puluh delapan) tempat sandar kapal dan 14 (empat belas) untuk kontainer.
Jumlah lalu lintas barang di Tanjung Priok adalah 36 (tiga puluh enam)
MT, dimana setengah diantaranya merupakan untuk keperluan domestik,
dan kapasitas untuk operasi kontainer sebesar 3,6 (tiga koma enam) juta
TEUs.
Angkutan barang melalui pelayaran antar pulau jauh melebihi volume
angkutan barang internasional. Sementara perkembangan angkutan kargo
dunia saat ini sekitar 80% (delapan puluh persen) diangkut menggunakan
kontainer, dengan kapasitas kapal terus meningkat dari ukuran 1.500 (seribu
lima ratus) TEUs hingga 9.000 (Sembilan ribu) TEUs. Kapal dengan ukuran
9.000 (sembilan ribu) TEUs membutuhkan kedalaman sandar minimal 13
(tiga belas) meter.
Bahkan pada tahun 2013 kapal pengangkut kontainer ukuran 12.000
(dua belas ribu) TEUs diperkirakan akan beroperasi, yang membutuhkan
kedalaman sandar minimal 18 (delapan belas) meter.
Bab 1 Pendahuluan
4
Pelabuhan
Perencanaan dan Perancangan Konstruksi Bangunan Laut dan Pantai
Agar dapat menampung kebutuhan lalu lintas kargo dan kapal seperti
tersebut di atas, Indonesia harus meningkatkan kapasitas pelabuhan
nasionalnya, termasuk membangun pelabuhan
hub
internasional.
Gambaran pelabuhan nasional yang ada saat ini berdasarkan Pengaturan
Sistem Kepelabuhan Nasional dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN), terdapat 25 (dua puluh lima) Pelabuhan strategis utama, yang
mencakup :
1) 8 pelabuhan di Sumatera;
2) 6 pelabuhan di Jawa/Bali;
3) 4 pelabuhan di Kalimantan;
4) 3 pelabuhan di Sulawesi;
5) 1 pelabuhan di Nusa Tenggara;
6) 1 pelabuhan di Maluku;
1.2 Pengertian Pelabuhan
Pelabuhan mula-mula mempunyai arti yang sempit, yaitu suatu perairan
yang terlindung sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal dengan aman
dengan cara membuang sauh. Disamping itu ada beberapa istilah atau
sebutan-sebutan lain seperti:
Harbour,
adalah perairan yang terlindung, tempat kapal-kapal
berlindung dengan aman (dari gangguan alam) dengan membuang
sauh atau mengikat dengan pelampung.
Port,
adalah pintu gerbang atau tempat yang mempunyai harbour
lengkap dengan petugas bea cukai.
Dock
, adalah suatu kolam dengan pintu air tempat dimana kapal
membongkar muat atau keperluan perbaikan
Berarti pelabuhan adalah suatu daerah perairan yang tertutup dan juga
terlindung dari alam (angin topan, badai) sehingga kapal-kapal dapat
berlabuh dengan aman, nyaman dan lancar untuk bongkar muat barang,
penumpang, pengisian bahan bakar, perbaikan kapal dan sebagainya.
Pelabuhan dalam arti yang luas adalah merupakan gerbang tempat
berpindahnya angkutan darat ke laut, angkutan laut ke darat, arus terminal
dari angkutan laut ke laut. Sebagai terminal: harus menyediakan tempat
berlabuh, menyediakan tempat menyimpan barang, menyediakan peralatan
pengangkatan/pengangkutan.
5
Bab 1 Pendahuluan
Selanjutnya menurut peraturan pemerintah nomor 11 tahun 1983,
pelabuhan adalah tempat berlabuh dan/atau tempat bertambatnya kapal
laut serta kendaraan lainnya, menaikan dan menurunkan penumpang,
bongkar muat barang dan hewan serta merupakan daerah lingkungan kerja
kegiatan ekonomi.
Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian pelabuhan mencangkup
pengertian sebagai prasarana dan sistem, yaitu pelabuhan adalah suatu
lingkungan kerja terdiri dari area daratan dan perairan yang dilengkapi
dengan fasilitas tempat berlabuh dan bertambatnya kapal, untuk
terselenggaranya bongkar muat serta turun naiknya penumpang, dari
suatu moda transportasi laut (kapal) ke moda transportasi lainnya atau
sebaliknya.
Klasifi
kasi Pelabuhan
Selain itu pelabuhan dapat pula diklasifi
kasikan/dilihat dari berbagai bidang,
misalnya dari segi konstruksinya, segi perdagangan, dari jenis muatan yang
dibongkar dan dimuat atau dari macam pungutan jasanya. Untuk jelasnya
disini kita berikan klasifi
kasi pelabuhan sebagai berikut:
Klasifi
kasi menurut Konstruksinya
1.
Pelabuhan alam
; Adalah pelabuhan yang terlindung dari alam (angin
topan, badai dan gelombang) tanpa harus dibangun fasilitas bangunan
penangkis gelombang. Bentuk pelabuhan termasuk pintu pelabuhan
dan lokasi fasilitas navigasi menjamin keamanan dan kenyamanan
kapal untuk manuver dan bongkar muat barang, penumpang serta
kepertluan akomodasi kapal. Pelabuhan alam biasanya berlokasi
diteluk, muara pasang surut dan muara sungai. Contoh pelabuhan
alam adalah New York, San Fransisco dan Rio de Janeiro. Di Indonesia,
pelabuhan-pelabuhan seperti ini misalnya ada di sabang, pelabuhan
Benoa.
2.
Pelabuhan Semi Alam
; Adalah pelabuhan yang berada di teluk kecil
atau muara sungai yang terlindung pada dua sisi oleh tanjung dan
dibutuhkan hanya bangunan pelindung pada pintu masuknya. Hampir
sama dengan pelabuhan alam, hanya pada pelabuhan semi alam
bentuk
site
pelabuhannya lebih diutamakan. Contohnya pelabuhan
Plymounth adalah lokasi pelabuhan alam namun pelabuhan menjadi
lebih aman setelah dibangun pemecah gelombang pada pintu masuknya
sehingga pelabuhan tersebut menjadi pelabuhan semi alam demikian
juga dengan pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, Indonesia.
6
Pelabuhan
Perencanaan dan Perancangan Konstruksi Bangunan Laut dan Pantai
3.
Pelabuhan buatan;
Adalah pelabuhan yang mempunyai fasilitas
bangunan pemecah gelombang untuk melindungi pelabuhan atau
kolam pelabuhan dari pengaruh gelombang. Sebagian pelabuhan-
pelabuhan di dunia adalah pelabuhan buatan dan di Indonesia
contohnya adalah pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
Klasifi
kasi menurut fungsi/jenis pelayanannya:
1.
Pelabuhan Umum
, diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat
yang secara teknis dikelola oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP).
2.
Pelabuhan Khusus
, dikelola untuk kepentingan sendiri guna
menunjang kegiatan tertentu, baik instansi pemerintah, seperti TNI
AL dan Pemda Dati I/Dati II, maupun badan usaha swasta seperti,
pelabuhan khusus PT BOGASARI yang digunakan untuk bongkar
muat tepung terigu.
Contoh pelabuhan menurut pelayanannya:
• Pelabuhan dagang, hampir semua pelabuhan di Indonesia
• Pelabuhan militer, Ujung Surabaya.
• Pelabuhan ikan, Perigi, Bagan Siapi-api
• Pelabuhan minyak, Dumai, Pangkalan Brandan.
• Pelabuhan Industri, Petrokimia Gresik.
• Pelabuhan turis, Benoa Bali
• Pelabuhan untuk menghindari gangguan alam (topan,
gelombang) yang biasanya terjadi di Jepang
Kegiatan Pelayarannya
1.
Pelabuhan Samudra
, contoh: Pelabuhan Tanjung Priok
2.
Pelabuhan Nusantara
, contoh: Pelabuhan Banjarmasin.
3.
Pelabuhan Pelayaran Rakyat
, contoh: Pelabuhan Sunda Kelapa,
Jakarta.
Perdagangan Luar Negeri
1.
Pelabuhan Ekspor
2.
Pelabuhan Impor
Klasifi
kasi menurut jenis pungutan jasa
1. Pelabuhan yang diusahakan
2. Pelabuhan yang tidak diusahakan
7
Bab 1 Pendahuluan
3. Pelabuhan Otonom
4. Pelabuhan beba
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/9942c633972a8ee59b634b57b8f86bfa
.pdf

Perkembangan
Pelabuhan
Pada
awalnya,
pelabuhan
hanyalah
merupakan
suatu
tepian
dimana
kapal-
kapal
dan
perahu
dapat
merapat
dan
membuang
jangkar
untuk
dapat
melakukan
bongkar
muat
dan naik
turun
penumpang.
Sehingga
pada
masa
itu
pelabuhan
hanyalah
berada
pada
tepian
sungai,
teluk
atau pantai.
Dengan
berkembangnya
kehidupan
social,
ekonomi
dan
fasilitas
hidup
meningkat
serta
bertambahnya
hasil
produksi,
maka
diperlukan
pemindahan
atau
pemasaran
kedaerah
lain
dengan
diperlukan
sarana
dan
prasarana
pengangkutan
yang
lebih
memadahi.
Sehingga
terjadilah
perkembangan
pelabuhan
dengan
fungsi
dan
fasilitasnya1.
1.1.2.
Definisi
Pelabuhan
Pelabuhan
adalah
daerah
perairan
yang
terlindung
terhadap
gelombang,
yang
dilengkapi
dengan
fasilitas
terminal
laut
meliputi
dermaga
sebagai
area
bongkar
muat
1
Pelabuhan,
DR.
Ir.
Bambang
Triatmodjo,
CIX
DEA.
Beta
Offset.
Edisi
1996.
BAB 1
PENDAHULUAN
2
barang
serta
segala
fasilitas
bangunan-bangunan
sebagai
pelayanan
muatan
dan
penumpang
dengan
segala
perlengkapannya2.
1.1.3.
Tinjauan
Teori
Pelabuhan
A.
Arti
penting
Pelabuhan
Indonesia
sebagai
negara
kepulauan/maritime,
peranan
pelabuhan
sangat
penting
bagi
kehidupan
sosial,
ekonomi,
pemerintah,
pertahanan/keamanan
dan
lain
sebagainya.
Dengan
demikian
pelabuhan
sebagai
sarana
sistem
angkutan
laut
yang
dapat
memberikan
pelayanan
sesuai
dengan
kebutuhan.
Muatan
yang
diangkut
kapal
dapat
dibedakan
menjadi
barang
potongan,
curah
dan
peti
kemas.
Barang-barang
tersebut
memerlukan
perlakuan
khusus
dalam
pengangkutan
untuk
menghindari
kerusakan.
Penanganan
muatan
barang
dipelabuhan
dilakukan
di
terminal
pengapalan
yang
disesuaikan
dengan
jenis
muatan
yang
diangkut.
Terminal
merupakan
tempat untuk
memindahkan
muatan di antara sistem
pengangkutan
yang
berbeda
yaitu
dari
angkutan
darat
ke
angkutan
laut.
Pelabuhan,
oleh
DR.
Ir.
Bambang
Triatmodjo,
CES.
DEA.
Beta
Offset.
Edisi
1996.
B.
Akses
Pelabuhan
Pelabuhan
merupakan
aset
pertumbuhan
ekonomi
daerah
dan
masyarakat.
Pelabuhan
merupakan
gelandang
perputaran
uang
dan
perekonomian.
Esistensi
dan
pembangunan
pelabuhan
yang
profesional
bisa
mendongkrak
perekonomian
daerah.
Pelabuhan,
DR.
Ir.
Bambang
Triatmodjo,
CES.
DEA.
Beta Offset. Edisi 1996.
BAB 1 PENDAHULUAN
3
Tipe
Pelabuhan
yang
Dibutuhkan
DIY,
oleh
Prof.
DR.
Ir.
Kamiso
HN.
MSc.
Guru
Besar
Fak.
Pertanian
UGM.
Kedaulatari
Rakyat
edisi
18-8-2000
hal
6
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1713/05.1%20bab%201.pdf?sequence=5
&isAllowed=y

Arti Penting Pelabuhan


In
d
onesia
sebagai
neara kepulauan/maritim,pernanen
pela
yaran adalah sangat penting
bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemeritahan, pertahanan/keamanan, dan sebagainya. Bidang
kegiatan pelayaran sangat luas yang meliputi angkutan penumpang dan barang, penjagaan
pantai, hidrografi, dan masih banyak lagi jenis pelay
aran lainnya.
Bidang Kegiatan pelayaran dapat dibedkan menjadi dua yaitu pelayaran niaga dan
bukan niaga. Pelayaran niaga adalah usaha pengangkutan barang, terutama barang dagangan,
melalu laut antar pulau atau pelabuhan
. Pelayaran bukan niaga meliputi pe
layaran kapal patroli,
survey kelauan, dan sebagainya.
(Perencanaan Pelabuhan, Prof. Dr. Ir. Bambang Triatmodjo,
2009)
Kapal dengan sarana pelayaran mempunyai peran yang sangat penting dalam sistem
angkutan laut. Hampir semua barang impor, ekspor dan muata
n dalam jumlah yang snagat
besar diangkut dengan menggunakan kapal laut, walaupun diantara
tempat
-
tempat dimana
pengangkutan dilakukan terdapat fasilitas angkutan lain yang berupa angkutan laut dan udara.
Hal ini mengingat bahwa kapal mempunyai kapasitas y
ang jauh lebih besar daripada sarana
angkutan lainnya. Sebagai contoh pengangkutan minyak yang mencapai puluha atau bahkan
ratusan ribu ton, apabila harus diangkut dengan truk tangki memerlukan ribuan kendaraan dan
tenaga kerja. Misalkan kapal tanker 10.00
0DWT bisa mengangkut minyak 10.000 ton atau
sekitar 12.000.000 liter yang setara dengan 1000 truk gandeng dengan kapasitas 12000 liter.
Dengan demikian
untuk muatan dalam
jumlah besar, angkutan dengan kapal akan memerlukan
waktu lebiih singkat, tenaga kerj
a lebih sedikit dan biaya lebih murah. Selain itu untuk
angkutan barang antar pulau atau negara, kapal merupakan sarana yang paling sesuai.
.
(Perencanaan Pelabuhan, Prof. Dr. Ir. Bambang Triatmodjo, 2009)
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1635/05.2%20bab%202.pdf?sequence=8
&isAllowed=y
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk pertumbuhan
industri dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat memberikan kontribusi
bagi pembangunan nasional.Hal ini membawa konsekuensi terhadap pengelolaan segmen usaha
pelabuhan tersebut agar pengoperasiannya dapat dilakukan secara efektif, efisien dan
profesional sehingga pelayanan pelabuhan menjadi lancar, aman, dan cepat dengan biaya yang
terjangkau. Pada dasarnya pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan adalah pelayanan terhadap
kapal dan pelayanan terhadap muatan ( barang dan penumpang ). Secara teoritis, sebagai
bagian dari mata rantai transportasi laut, fungsi pelabuhan adalah tempat pertemuan ( interface
) dua moda angkutan atau lebih serta interface berbagai kepentingan yang saling terkait. Barang
yang diangkut dengan kapal akan dibongkar dan dipindahkan ke moda lain seperti moda darat (
truk atau kereta api). Sebaliknya barang yang diangkut dengan truk atau kereta api ke
pelabuhan bongkar akan dimuat lagi ke kapal. Oleh sebab itu berbagai kepentingan saling
bertemu di pelabuhan seperti perbankan, perusahaan pelayaran, bea cukai, imigrasi, karantina,
syahbandar dan pusat kegiatan lainnya. Atas dasar inilah dapat dikatakan bahwa pelabuhan
sebagai salah satu infrastruktur transportasi, dapat membangkitkan kegiatan perekonomian
suatu wilayah karena merupakan bagian dari mata rantai dari sistem transportasi maupun
logistik.
Namun jika kita melihat kenyatan yang ada, harus kita akui bahwa memang pelabuhan –
pelabuhan yang ada di Indonesia masih belum dikelola dengan baik. Sebagaimana yang kita
telah ketahui bersama, dua pertiga wilayah Indonesia berupa perairan. Ribuan pulau berjajar
dari Sabang sampai Merauke. Posisi negeri ini sangat strategis karena berada di persilangan rute
perdagangan dunia. Ironisnya, Indonesia tak mampu memanfaatkan peluang emas itu.
Sebagai negara kepulauan, peranan pelabuhan sangat vital dalam perekonomian Indonesia.
Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan
manusia di negeri ini. Pelabuhan menjadi sarana paling penting untuk menghubungkan
antarpulau maupun antarnegara. Namun, ironisnya, kondisi pelabuhan di Indonesia sangat
memprihatinkan. Hampir semua pelabuhan yang ada di Indonesia saat ini sudah ketinggalan
zaman.
Dari 134 negara, menurut Global Competitiveness Report 2009-2010, daya saing pelabuhan di
Indonesia berada di peringkat ke-95, sedikit meningkat dari posisi 2008 yang berada di urutan
ke-104. Namun, posisi Indonesia itu kalah dari Singapura, Malaysia, dan Thailand. Kelemahan
pelabuhan di Indonesia terletak pada kualitas infrastruktur dan suprastruktur.
Indonesia juga kalah dalam produktivitas bongkar muat, kondisi kongesti yang parah, dan
pengurusan dokumen kepabeanan yang lama. Global Competitiveness Report 2010-2011
menyebutkan, kualitas pelabuhan di Indonesia hanya bernilai 3,6, jauh di bawah Singapura yang
nilainya 6,8 dan Malaysia 5,6.
Para pengusaha pun sudah lama mengeluhkan buruknya fasilitas kepelabuhanan di Indonesia.
Untuk bersandar dan bongkar muat, sebuah kapal harus antre berhari-hari menunggu giliran.
Seringkali, waktu tunggu untuk berlabuh jauh lebih lama ketimbang waktu untuk berlayar.
Melihat buruknya kondisi pelabuhan itu, tak heran bila investor enggan berinvestasi di bidang
perkapalan. Akibatnya, distribusi barang antarpulau pun tersendat.
membiarkan inefisiensi ekonomi ini berlangsung lama. Dalam 30 tahun terakhir, nyaris tidak ada
proyek pembangunan infrastruktur kepelabuhanan yang memadai dan signifikan. Dampak
lanjutannya, harga barang melonjak dan pembangunan ekonomi tersendat. Ekonomi biaya
tinggi pun terus menghantui negeri ini. Rasanya sulit untuk memahami mengapa Indonesia bisa
’tenang’ menyaksikan kondisi pelabuhan yang ketinggalan zaman. Banyak pihak terheran-heran
Indonesia Padahal, Pelabuhan Tanjung Priok pernah menjadi unggulan di kawasan Asia.
Akibat keterlambatan penanganan kargo, banyak kapal menghindari Tanjung Priok. Untuk
keperluan ekspor impor, kapal-kapal asing memilih untuk berlabuh di Singapura dan Malaysia.
Bank Dunia pun mencatat, system dan efisiensi pelabuhan di Indonesia sangat buruk. Kondisi ini
jelas memperburuk daya saing harga barang Indonesia. Akibatnya, potensi devisa pun menguap
ke negeri jiran.
Pemerintah harus mengambil langkah yang tepat untuk memperbaiki masalah yang serius ini.
Sebab dari tahun ke tahun belum ada perbaikan yang signifikan terhadap pengelolaan
pelabuhan.
Oleh karena itu, melalui makalah kami ini, kami ingin mengidentifikasi cara – cara yang
sekiranya, meskipun kurang signifikan, dapat membantu menyelesaikan masalah pengelolaan
pelabuhan ini. Kami yakin jika pelabuhan dapat dikelola dengan baik, pemasukan devisa bagi
Indonesia akan mengalami pertumbuhan kea rah yang lebih baik pula

2.2 Kinerja Pengelolaan Pelabuhan di Indonesia


Pengelolaan pelabuhan di Indonesia bisa dikatakan masih belum mengembirakan, apalagi
membanggakan. Masih banyak pengelelolaan yang kurang professional dari para pengelola
pelabuhan, yang dalam hal ini adalah pemerintah. Masih banyak kekurangan yang bisa
diidentifikasi oleh para stakeholders di bidang pelabuhan ini.
Disamping kekurangan – kekurangan tersebut, ada beberapa masalah - masalah umum yang
kerap kali muncul dalam konteks pengelolaan pelabuhan. Masalah – masalah itu ialah antara
lain :
1. Lamanya proses bongkar muat di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia
2. Lamanya pengurusan kepabeanan di Indonesia
3. Fasilitas pelabuhan yang berkualitas buruk
4. Lamanya waktu tunggu di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia
5. Kedalaman pelabuhan di Indonesia yang tidak memenuhi syarat
Faktanya masih banyak masalah yang dapat diidentifikasi dari pengelolaan pelabuhan. Tetapi 5
masalah – masalah yang ada di atas merupakan masalah – masalah umum yang sering terjadi
dalam hal pengelolaan pelabuhan di Indonesia.
Para pengusaha selaku pihak yang paling sering memanfaatkan jasa pelabuhan ini pun kerap kali
mengeluh mengenai buruknya sarana dan prasarana dari pelabuhan – pelabuhan di Indonesia.
Salah satu contohnya ialah pada pelabuhan tanjung priok. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, para pengusaha yang barang – barangnya di angkut melalui container melalui
pelabuhan tanjung priok kerap kali menghadapi lamanya proses bongkar muat di pelabuhan ini.
Akibat keterlambatan penanganan kargo, banyak kapal menghindari Tanjung Priok. Untuk
keperluan ekspor impor, kapal-kapal asing memilih untuk berlabuh di Singapura dan Malaysia.
Bank Dunia pun mencatat, system dan efisiensi pelabuhan di Indonesia sangat buruk. Kondisi ini
jelas memperburuk daya saing harga barang Indonesia. Akibatnya, potensi devisa pun menguap
ke Negara – Negara lain yang bertetanggga dengan Indonesia.
Masalah lain yang kerap muncul dalam hal pengelolaan pelabuhan di Indonesia adalah lamanya
waktu kepngerusan kepabeanan di Indonesia. Hal ini menyebabkan rendahnya minat para
investor yang sebagian besar aktivitasnya berhubungan dengan pelabuhan untuk masuk ke
Indonesia. Mereka enggan untuk berurusan dengan birokrasi Indonesia yang sangat berbelit –
belit. Alas an lainnya ialah karena mereka sadar, dengan birokrasi yang semakin berbelit – belit,
hal itu akan mempengaruhi stabilitas dari produk mereka. Karena mereka mau tidak mau
mereka pasti akan memperhitungkan biaya – biaya birokrasi Indonesia kedalam produk mereka,
yang sudah pasti merupakan sebuah pemborosan dan tidak menambah nilai apa – apa kepada
produk yang mereka jual.
Selain itu masalah mengenai buruknya fasilitas – fasilitas yang tersedia di pelabuhan –
pelabuhan Indonesia juga merupakan permasalahan umum yang sampai sekarang belum ada
penyelesaiannya.
Fasilitas – fasilitas pelabuhan di Indonesia banyak yang sudah tua dan juga kurang berfungsi
dengan baik karena tidak di maintain dengan baik. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi
operasional dan citra pelabuhan di Indonesia.
Jika dibandingkan dengan Negara tetangga terdekat kita, Malaysia, Indonesia jauh tertinggal
dalam hal ketersediaan pelabuhan fasilitas pelabuhan yang memadai.
Salah fasilitas pelabuhan Indonesia yang kurang memadai adalah kedalaman pelabuhan atau
deep see port yang ada di Indonesia. Sebagian besar pelabuhan di Indonesia tidak bisa menjaga
tingkat kedalaman lautnya sampai 14 meter atau lebih sehingga tidak dapat memenuhi kriteria
deep sea port. Akibatnya, pelabuhan-pelabuhan di Indonesia hanya menjadi pengumpan bagi
pelabuhan milik beberapa negara tetangga.
Masalah – masalah diatas menyebabkan pengelolaan pelabuhan menjadi tidak efektif. Hal ini
berujung pada lamanya waktu tunggu bagi kapal – kapal untuk bersandar di pelabuhan –
pelabuhan yang ada di Indonesia.
Pemerintah saat ini dituntut untuk segera memperbaiki masalah ini. Karena pelabuhan
mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam pergerakan dan pertumbuhan
perekonomian suatu negara.

2.3 Strategi Peningkatan Kinerja Pelabuhan di Indonesia


Untuk meningkatkan kinerja dari pelabuhan, pemerintah perlu untuk sesegera mungkin
mengambil langkah nyata dalam hal penyelesaian masalah – masalah yang dihadapi oleh
pelabuhan Indonesia.
Ada beberapa cara yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menyelesaikan permasalahan
ini. Namun sebelumnya kita harus menentukan terlebih dahulu prioritas pengembangan
peabuhan yang ada sekarang ini. Dari semua masalah yang telah disebutkan diatas, masalah
yang paling penting untuk diselesaikan terlebih dahulu adalah perbaikan fasilitas yang ada pada
pelabuhan. Langkah pertama ialah merevitalisasi pelabuhan – pelabuhan utama di Indonesia.
Sedikitnya, pemerintah harus serius mengembangkan 10 pelabuhan utama seperti Belawan,
Tanjung Priok, Tanjung Mas, Tanjung Perak, Bitung, Pontianak, Pangkalan Bun, Panjang, dan
beberapa pelabuhan yang memiliki posisi strategis. Dengan kedalaman kolam hanya sekitar 13,5
meter, Pelabuhan Tanjung Priok hanya mampu disandari kapal-kapal kecil-menengah. Kapal-
kapal itu umumnya merupakan kapal feeder dari pelabuhan di Singapura, Malaysia, dan Hong
Kong. Selama ini, 80-90% kegiatan ekspor-impor Indonesia harus melalui pelabuhan di negara
lain.
Dengan perbaikan fasilitas – fasilitas pada 10 pelabuhan utama tersebut, diharapkan potensi
ekonomi dari pelabuhan Indonesia tidak “menguap” ke Negara – Negara tetangga lainnya.
Tentu hal ini perlu didukung dengan modal yang besar. Untuk mengembangkan pelabuhan
Tanjung Priok, sebagai pengelola, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II mengaku membutuhkan
investasi sekitar Rp 22 triliun. Dana sebesar itu dibutuhkan untuk memperlebar terminal yang
akan dilakukan dalam tiga tahap. Namun nilai investasi itu terbilang kecil dibanding manfaat
yang bakal diperoleh ke depan. Angka ini jauh lebih kecil ketimbang defisit neraca pembayaran
Indonesia dari sektor pelayaran yang mencapai US$ 13 miliar per tahun.
Dalam hal perbaikan fasilitas pelabuhan, dal hal ini kolam pelabuhan, para pengusaha pelayaran
mengusulkan kepada pemerintah agar memperdalam kolam pelabuhan di Indonesia hingga 16
meter. Dengan demikian, pelabuhan ini mampu menampung kapal-kapal bermuatan 6.000
TEUs. Dengan adanya perbaikan kolam pelabuhan tersebut, para pengusaha yakin jika pengelola
pelabuhan dapat meningkatkan produktivitas bongkar muat menjadi 20-25 boks container per
jam per crane.
Jika perbaikan (kolam pelabuhan) dapat dilaksankan merata setidaknya pada 10 pelabuhan
utama di Indonesia, dapat dipastikan produktivitas pelabuhan Indonesia juga akan meningkat.
Masalah lain yang perlu untuk ditangani secara serius adalah lamanya kepengurusan
kepabeanan di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia.
Indonesia memang identik dengan birokrasinya yang berbelit – belit, yang membuka peluang
untuk praktek – praktek yang tidak etis seperti korupsi.
Hal – hal ini sungguh telah mengurangi nilai tambah bagi pelabuhan – pelabuhan di Indonesia.
Dengan adanya hal ini, para pengusaha (terutama investor asing) lebih memilih untuk
menjadikan pelabuhan di Indonesia sebagai tempat untuk kapal – kapal feeder mereka. Mereka
lebih memilih untuk menempatkan kapal utamanya di pelabuhan – pelabuhan di negara –
negara seperti Singapura dan Malysia karena kepengurusan administrasi disana jauh lebih
efisien dan efektif. Sudah saatnya Indonesia memanfaatkan potensi ekonomi yang seharusnya
menjadi miliknya tersebut.
Langkah yang perlu diambil untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan merubah
system administrasi pada pelabuhan di Indonesia. Pelabuhan – pelabuhan di Indonesia memiliki
kinerja yang lambat dari segi administrasi karena terlalu banyak berkas – berkas dan juga
birokrat yang harus dilewati sebelum sistem dijalankan.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan melengkapi pelabuhan – pelabuhan di Indonesia dengan
sistem informasi yang memadai. Kemudian perlu dilakukan evaluasi terhadap proporsionalitas
dari managamen di pelabuhan. Jika kita ingin mempercepat jalannya suatu sistem, salah satu
caranya ialah menyederhanakan proses dari sitem tersebut tanpa mengesampingkan esensinya.
Oleh karena itu praktek – praktek birokratif harus segera dihilangkan guna meningkatkan kinerja
pelabuhan dari segi pengelolaan waktu. Tetapi hal yang paling penting untuk diperhatikan
adalah pengembangan sumber daya manusia di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia. Hal ini
penting karena, jangan sampai perampingan angkatan kerja pada pelabuhan justru menurunkan
tingkat produktivitas dari pelabuhan itu sendiri. Maka dari itu diperlukan tenaga – tenaga kerja
yang terampil, dalam jumlah yang pas, untuk melaksanakan fungsi dan tugas dari pengelolaan
pelabuhan. Tentu saja pengembangan keterampilan dalam hal penggunaan teknologi berbasis
informasi dan juga yang sifatnya teknikal merupakan prioritas. Karena hal inilah yang mampu
mendorong produktivitas.
Namun masalah pelabuhan di Indonesia adalah suatu hal yang kompleks. Diperlukan
kesungguhan dari tiap – tiap stakeholders yang ada untuk memperbaiki kinerja pelabuhan.
Selain itu diperlukan pengukuran yang presisi terhadap tiap strategi yang di terapkan. Agar
modal yang besar yang digunakan untuk membangun pelabuhan dapat dipertanggungjawabkan
nantinya.
Permerintah tentu saja memegang peran penting untuk hal ini. Pemerintah harus berperan
sebagai penyelia yang secara berkala memantau penerapan dari semua strategi yang telah
disepakati dan diterapkan. Karena pada umumnya meskipun telah dirumuskan dengan sangat
baik, tiap strategi yang ada menjadi kacau saat diimplementasikan. Hal ini tentu saja karena
kurangnya koordinasi. Diharapkan pemerintah dapat menjalankan peran ini dengan baik, bukan
malah semakin memperburuknya http://lisaherdiana.blogspot.com/2012/04/pelabuhan.html

Anda mungkin juga menyukai