Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS VOLUMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kadar asam lemak bebas pada minyak dengan asidimetri-
alkalimetri
2. Menentukan kadar Fe dalam garam tunjung dengan titrasi
permanganometri

II. DASAR TEORI


Analisis volumetri adalah analisis kimia kuantitatif dengan mengukur
volume larutan standar yang dapat bereaksi dengan suatu senyawa dalam larutan
yang akan di tentukan konsentrasinya. Analisis dilakukan dengan cara titrasi, yaitu
menambahkan larutan standar tetes demi tetes melalui buret ke dalam erlenmeyer
yang berisi larutan yang akan di tentukan konsentrasinya. Titrasi di hentikan saat
reaksi sempurna tercapai, yang di sebut juga titik ekivalen. Meskipun tercapainya
titik ekivalen kemungkinan dapat di ketahui dengan adanya perubahan pada
larutan yang di titrasi (misalnya timbul endapan atau terbentuk senyawa
kompleks), namun untuk memperjelas, kadang diperlukan indikator yang sesuai
yang memberikan perubahan (warna) yang jelas, sehingga akhir titrasi dapat di
ketahui (titik akhir titrasi). Titik akhir titrasi seharusnya sama dengan ekivalen.
Larutan standar adalah larutan suatu zat yang konsentrasinya atau
normalitasnya sudah di ketahui dengan pasti. Normalitas menyatakan banyaknya
gram ekivalen (grek) zar terlarut dalam setiap liter larutan. Larutan dari bahan yang
mempunyai kemurnian yang tinggi, mempunyai berat ekivalen yang tinggi, stabil
(sehingga beratmya dapat di ketahui dengan pasti), mudah larut dalam air atau
pelarut lainnya, di sebut larutan standar primer. Misalnya larutan dari
H2C2O4,K2Cr2O7,Na2B4O7.10H2O. Jadi larutan standar primer dapat langsung di
gunakan pada titrasi tanpa harus di standarisasi terlebih dahulu. Sedang larut
standar sekunder (misalnya HCL,Na2S2O3) harus di standarisasi lebih dahulu
dengan larutan standar primer bila akan di gunakan untuk menentukan normalitas
larutan yg ingin di ketahui konsentrasinya.
Berdasarkan reaksi yang terjadi dalam proses titrasi, analisis
volumetri/analisis titrimetri di golongkan menjadi :

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 1


1. Asidi-alkalimetri (netralisasi)
2. Oksidimetri-reduksi (redoks)
3. Pengedapan
4. Pembentukan kompleks
Dalam praktikum ini hanya Asidimetri-Alkalimetri dan permangatometri
yang akan dilakukan.
1. Titrasi Asidi-Alkalimetri
Asidimetri adalah titrasi terhadap suatu basa bebas atau larutan garam
terhidrolisis yang berasal dari suatu asam lemah dan basa kuat dengan larutan
standar asam kuat. Sedangkan alkalimetri adalah titrasi terhadap suatu larutan
asam bebas atau larutan garam terhidrolisis yang berasal dari suatu basa lemah
dan asam kuat dengan larutan standar basa kuat. Untuk menentukan konsentrasi
larutan NaOH digunakan larutan standar HCl (Asidimetri), yang diketahui
konsentrasi, setelah larutan HCl tersebut distandarisir dengan larutan boraks
(standar primer). Reaksi yang terjadi :
Na2B4O7 (aq) +5 H2O +2 HCl(aq) 2NaCl(aq) + 4H3BO3(aq)
Terbentuknya asam lemah H3BO3 membuat pH larutan pada titik akhir
titrasi < 7. Oleh karena itu digunakan indikator methyl orange yang memiliki
trayek pH 3,1-4,4. Indikator ini memberikan perubahan warna dari orange
menjadi merah bata pada saat titik ekuivalen tercapai. Berdasarkan (berat yang
tepat) Naboraks yang dilarutkan dalam volum HCl (yang tepat) yang diperlukan
sampai perubahan warna terjadi, konsentrasi HCl dapat diketahui. Selanjutnya
larutan standar HCl digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan NaOH.
Pada saat titik ekuivalen seluruh NaOH bereaksi sempurna dengan HCl
membentuk garam NaCl, sebagai berikut :
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) (2)
Karena NaCl adalah garam netral, maka pH larutan pada titik ekuivalen
sekitar 7, maka digunakan indikator phenolphtalein yang memiliki trayek pH
8,3-10 dan memberikan perubahan warna dari merah muda menjadi tidak
berwarna.

2. Titrasi Redoks

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 2


Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah
reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi
interaksi dari senyawa/unsur/ion yang bersifta oksidator dengan
senyawa/unsur/ion yang brsifat reduktor. Jadi kalau larutan standarnya
oksidator, maka analat harus bersifat reduktor atau sebaliknya. Berdasarkan jenis
oksidatornya maka titrasi redoks digolongkan antara lain : Permanganometri
(bila larutan standar primer yang digunakan KMnO4), Dikhrometri ( larutan
standar primer yang digunakan K2Cr2O7), Iodimetri/Iodometri ( larutan standar
primer I2 langsung/tidak langsung)
Dalam suasana asam, Besi (II) dioksidasikan oleh KMnO4 menjadi Fe (III)
dimana pelarut yang digunakan adalah air bebas Oksigen karena Oksigen terlarut
dapat mengoksidasikan Besi (II) menjadi Besi (III). Penitaran oleh KMnO4
dilakukan tanpa indikator dengan warna TA merah muda seulas.

III. PELAKSANAAN PERCOBAAN

A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1. Natrium hidroksida (NaOH) 6. FeSO4.7H2O (Garam Tunjung)


2. Aquadest 7. Indikator phenolpthalein (p.p)
3. Asam sulfat (H2SO4) 8. Asam Oksalat Dihidrat
4. Etanol (H2C2O4.2H2O)
5. KMnO4

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 3


B. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini ditunjukkan oleh gambar


rangkaian alat berikut :

Keterangan
1. Statif
2. Klem
3. Buret 50 ml
4. Kran Buret
5. Erlenmeyer 250 ml
6. Titran
7. Titrat

Gambar 1. Rangkaian Alat Titrasi

C. Cara Percobaan

Asidimetri- Alkalimetri

1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N

a. Siapkan 100 ml aquadest dalam gelas beaker 1000 ml.


b. Timbang 4 gram NaOH dengan botol timbang.
c. Masukkan NaOH ke dalam gelas beaker, lalu aduk hingga larut, tambahkan
aquadest hingga tanda batas dan aduk hingga homogen.

2. Penentuan konsentrasi larutan NaOH 0,1 N

a. Sebanyak 1,26 gram Asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) ditimbang


dengan gelas arloji dan neraca analitik.
b. Asam oksalat dipindahkan dari gelas arloji tadi kedalam gelas beker 100
mL, akuades ditambahkan 25-30 mL, aduk hingga larut. Gelas arloji dibilas
dengan sedikit akuades, dan masukan air bilasan ke dalam gelas beker berisi
larutan asam oksalat tersebut.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 4


c. Larutan asam oksalat dipindahkan kedalam labu takar 100 mL, gelas beker
dibilas dengan sedikit akuades, air bilasan dimasukan kedalam labu takar.
d. Akuades ditambahkan kedalam labu takar hingga tepat tanda batas. Kocok
hingga homogen.
e. Buret yang akan digunakan dicuci dengan akuades, kemudian dikeringkan.
f. Larutan NaOH yang telah dibuat dimasukan kedalam buret 50 mL.
g. Erlenmeyer diisi dengan 10 mL larutan asam oksalat, indikator fenoftalein
ditambahkan 2-3 tetes.
h. Larutan asam oksalat dititrasi dengan larutan NaOH dari buret.
i. Ttitrasi dihentikan tepat saat terjadi perubahan warna yang konstan.
j. Dicatat volume asam okslat yang digunakan.
k. Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali volume rata-rata dihitung.

3. Penentuan kadar asam lemak bebas

a. Minyak ditimbang sebanyak 10 g.


b. Tambahkan etanol sebanyak 50 ml dan panaskan mengunakan waterbath
hingga mendidih.
c. Kemudian ditambah pp 2-3 tetes dan titrasi dengan NaOH sampai
menimbulkan warna merah muda yang merata.
d. Lakukan titrasi duplo dan dihitung jumlah ALB-nya.

Permanganatometri

1. Pembuatan larutan standar KMnO4

a. Timbang 1.58 gram KMnO4 ke dalam kaca arloji menggunakan neraca


analitis digital.
b. Masukkan KMnO4 ke dalam piala gelas 500 ml, tambahkan aquadest 200
ml lalu aduk rata.
c. Panaskan hingga mendidih, lalu tambahkan air hingga volume total 500 ml.
aduk hingga homogen.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 5


d. Larutan didinginkan dan piala gelas dilapisi alumunium foil agar tidak
terkontaminasi cahaya.

2. Standarisasi larutan KMnO4


a. Ditimbang ± 0,315 gram Asam Oksalat,
b. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, diseka, dihimpitkan,
c. Dipipet 10 mL larutan Asam Oksalat ke dalam erlenmeyer,
d. Ditambahkan 5 mL H2SO4 4 N kemudian diencerkan dengan air suling hingga
volumenya 100 mL,
e. Dipanaskan hingga suhu larutan ± 40 – 60°C
f. Larutan dititar dengan KMnO4 0,1 N hingga mencapai TA (Titik Akhir)
berwarna merah muda seulas,
g. Serangkaian tahapan pekerjaan dilakukan minimal duplo

3. Penetapan Kadar Fe dalam FeSO4.7H2O (Garam Tunjung)


a. Ditimbang ± 0,7 gram Garam Tunjung,
b. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan H2SO4 4N lalu
diencerkan dan dihimpitkan dengan air bebas O2,
c. Dipipet 10 mL larutan Garam Tunjung ke dalam erlenmeyer,
d. Ditambahkan 5 mL H2SO4 4 N kemudian diencerkan dengan air suling
hingga volumenya 100 mL,
e. Dipanaskan hingga suhu larutan ± 40 – 60°C
f. Larutan dititar dengan KMnO4 0,1 N hingga mencapai TA (Titik Akhir)
berwarna merah muda seulas
g. Serangkaian tahapan pekerjaan dilakukan minimal duplo.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 6


D. Analisis Data

Alkalimetri

1. Menghitung normalitas NaOH

𝑚𝑔 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
N NaOH =
𝑓𝑝 𝑥 𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑏𝑠𝑡 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

2. Menghitung kadar asam lemak bebas

𝑓𝑝 𝑥 𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 0,205


% ALB = 𝑥 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘

Permanganatometri

1. Menghitung normalitas KMnO4

𝑚𝑔 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
N KMnO4 =
𝑓𝑝 𝑥 𝑚𝑙 𝐾𝑀𝑛𝑂4 𝑥 𝑏𝑠𝑡 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

2. Menghitung kadar Fe dalam garam tunjung

𝑓𝑝 𝑥 𝑚𝑙 𝐾𝑀𝑛𝑂4 𝑥 𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 𝑥 𝑏𝑠𝑡 𝐹𝑒


% Fe = 𝑥 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑡𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔

IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

V. KESIMPULAN

VI. DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A. And Underwood, A. L. 1991, “Quantitative Analysis”, pp. 43-51,


Prentice—Hall International, New Jersey.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 7


Perry, R. H. And Green, D. W., 1950, “Perry’s Chemical Engineer’s
Handbook”, 6ed., pp. 3-14, 3-19, 3-22. McGraw-Hill Book Company Inc.,
New York.

Skoog, A.D., West, D.M, and Holler, F.J., 1994, “Analytical Chemistry An
Introduction”, 6ed., pp. 150-153, Sounders College Publishing, Orlando.

Vogel, A.I, 1958, “Text Book of Quantitative Inorganic Analysis”, 2ed., pp.
43-45, 52, 150-160, 229-233, Longman, Green and Co., London.

Sulistiowati, S.Si, M.Pd; Nuryati, M.Pd, Dra. Leila; Yudianingrum, R. Yudi,


2014,Analisis Volumetri, Bogor : SMK – SMAK Bogor.

VII. LAMPIRAN

A. Indentifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia

1. Hazard Bahan Kimia

Berisi sifat-sifat fisis maupun sifat kimia dari bahan-bahan yang


dipakai dalam praktikum ini.

2. Hazard Proses

Penjelasan tentang potensi bahaya dari proses-proses yang terjadi


selama praktikum berlangsung misalnya saat pengambilan HCl,
penimbangan bahan, proses titrasi, dll.

B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri

a. Jas Laboratorium

b. Masker

c. Sarung tangan

d. Sepatu tertutup

e. Google

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 8


C. Manajemen Limbah

Berkaitan dengan pembuangan limbah hasil praktikum sesuai


kandungan senyawa yang ada dalam limbah tersebut.

D. Data Percobaan

E. Perhitungan

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 9


LAPORAN SEMENTARA

ANALISIS VOLUMETRI

Hari/tanggal :

Nama/NIM : 1.

2.

3.
Asisten :

DATA PERCOBAAN

Asisten, Praktikan,
1.

2.

3.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 10


ANALISIS GRAVIMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kemurnian Cu dalam terusi
dengan menggunakan metode analisis gravimetri.
II. DASAR TEORI
Analisis gravimetri adalah analisis kuantitatif berdasarkan bobot yang
digunakan melalui proses isolasi dan penimbangan suatu unsur atau
senyawa tertentu dari unsur tersebut dalam bentuk semurni mungkin
(Vogel:1994)
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan gravimetri adalah :

1. Sifat fisik endapan

2. Daya larut endapan

Analisis gravimetri dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Analisis kualitatif, yaitu analisis untuk mengetahui jenis ion dalam


senyawa tertentu. Contoh : ion Cl- pada larutan] garam dapur.

2 . Analisis kuantitatif, yaitu analisis untuk mengetahui jumlah atau kadar


atau konsentrasi suatu ion dalam senyawa tertentu. Contoh : penentuan
konsentrasi ion SO42- dalam larutan.

Analisis gravimetri harus melalui beberapa tahapan, yaitu pengendapan,


penyaringan, pencucian dan pemijaran serta penimbangan.

Tembaga (II) dapat diendapkan menjadi endapan Tembaga (II)


Hidroksida berwarna biru yang dalam suhu panas terurai menjadi Tembaga
(II) Oksida berwarna cokelat kehitaman. Untuk menghindari hidrolisis,
sebelum pendidihan dilakukan pengasaman dengan Asam Sulfat. Tembaga
(II) hanya dapat diendapkan dengan basa kuat, tidak dapat dengan Ammonia
berlebih karena akan larut sebagai senyawa kompleks [Cu(NH3)4](OH)2 /

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 11


senyawa Tetraamin Tembaga (II) Hidroksida. Setelah dipijarkan, sisa pijar
ditimbang sebagai CuO.

Reaksi

CuSO4 + 2NaOH → Cu(OH)2 + Na2SO4

Cu(OH)2 → CuO + H2O

III. PELAKSANAAN PERCOBAAN


A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam analisis gravimetri ini adalah :
 Sampel terusi
 Air suling
 H2SO4 4 N
 NaOH 4 N
 Kertas lakmus merah
 Kertas saring Whatman no. 41
 HCl 4 N dan BaCl2 0,5 N

B. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1. Gelas Arloji
2. Gelas Beker 250 ml
3. Larutan terusi
4. Gelas Pengaduk
5. Asbes
6. Kompor Listrik
7. Steker
8. Knop Pengatur

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 12


C. Cara Percobaan

1. Ditimbang sampel terusi sebanyak ± 0,5 gram.

2. Sampel dilarutkan hingga 100 mL air suling.

3. Larutan diteteskan beberapa tetes H2SO4 4N hingga biru jernih.

4. Piala gelas beserta isinya dididihkan.

5. Larutan diendapkan dengan NaOH 4 N sedikit demi sedikit hingga


berlebih.

6. Dilakukan uji pengendapan sempurna (dipilih salah satu).

a) Cairan induk ditetesi pereaksi pengendapnya sebanyak ± 5 tetes di lima titik


yang berbeda. Jika sudah tidak terbentuk endapan lagi, maka pengendapan
dinyatakan sempurna.

b) Cairan induk dari piala gelas melalui pengaduk diteteskan ke kertas lakmus
merah. Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru, maka pengendapan
dinyatakan sempurna.

7. Endapan disaring dengan kertas saring Whatman no. 41, kemudian dicuci
dengan air suling sehingga bebas pengotor Sulfat.

8. Dilakukan uji pengotor sulfat dan uji basa.

a) Uji pengotor sulfat : Dua buah tabung reaksi disiapkan. Tabung reaksi
pertama diisi dengan air filtrat sebanyak ± ¼ volume tabung, sedangkan
tabung reaksi kedua diisi dengan BaCl2 0,5 N sebanyak ± 2 mL. Kedua
tabung reaksi dipanaskan, kemudian ke dalam tabung reaksi pertama (air
filtrat) dituangkan ± 1 mL HCl 4 N. Setelah itu, isi tabung reaksi kedua
dituangkan ke dalam tabung reaksi pertama, dihomogenkan kemudian
dibandingkan dengan standarnya. Standarnya dibuat dengan cara yang sama
namun penggunaan air filtrat digantikan dengan air pencucinya (dalam
penetapan ini air pencuci = air suling). Jika tingkat kejernihan filtrat dan
standar sama, maka endapan telah bebas dari pengotor Sulfat.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 13


b) Uji Basa : Air filtrat diambil dengan pengaduk melalui tangkai corong
diteteskan ke kertas lakmus merah, kemudian dibandingkan dengan standar.
Standar dibuat dengan cara yang sama namun penggunaan filtrat digantikan
dengan air pencucinya. Jika warna kertas lakmus filtrat dan standar sama,
maka kelebihan basa sudah hilang.

9. Kertas saring beserta endapannya dikeringkan di oven untuk dilipat,


kemudian diperarang, dipijarkan, didinginkan di desikator, kemudian
ditimbang.

10. Serangkaian tahapan pemijaran, pendinginan, penimbangan dilakukan


hingga tercapai bobot tetap (selisih lebih rendah maksimum 0,0004 g atau
0,4 mg dari bobot pemijaran sebelumnya).

D. Analisis Data

- Perhitungan secara teoiris :


%Cu = Ar Cu / Mr CuSO4.5H2O x 100 %

- Perhitungan secara praktek :


%Cu = Fk x bobot abu / bobot sampel x 100%

Fk = Ar Cu / Mr CuO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hal-hal yang perlu ada dalam pembahasan :
 Pembahasan mengenai jalannya percobaan.
 Hasil perhitungan
 Pembahasan hasil percobaan
 Perbandingan terhadap teori

V. KESIMPULAN

VI. DAFTAR ISI

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 14


Vogel,A.I., (alih bahasa oleh Dr.A.handayana Pudjatmaka dan
Ir.L.Setiono), 1994, kimia analisis kuantitatif Anorganik”, edisi ke-
4,hal 472-473,EGC,Jakarta.
Hage, David S., And Carr, James D.,2011, “Analytical Chemistry and
Quantitative Analysis”,p. 263-266, Pearson Prantice Hall, United State.
Underwood, A.L., and Day Jr., R.A.,( alih bahasa oleh Dr.Ir.Iis
Sopyan,M.Eng), 2002, “ Analisis Kimia Kuantitatif”, edisi ke-6, hal
86,Erlangga,Jakarta.

VII. LAMPIRAN

A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia

1. Hazard Proses

Hazard proses meliputi bahaya apa saja yang dihadapi berkaitan


dengan jalannya praktikum gravimetri ini Contoh : saat pemanasan
menggunakan kompor listrik.

2. Hazard Bahan Kimia

Untuk Hazard bahan, hal ini meliputi bahaya-bahaya (MSDS)


bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum gravimetri. Contoh :
AgNo3, BaCl2.2H2O .

B. Penggunaan Alat Pelindungan Diri

Dalam poin ini dijelaskan alat-alat perlindungan diri apa saja yang harus
digunakan saat melaksanakan praktikum gravimetri ini. Disebutkan perpoin
alatnya beserta fungsinya.

C. Manajemen Limbah

Dalam poin ini, praktikan menjelaskan tindakan apa saja yng dilakukan
untuk mengatasi atau membuang limbah yang terbentuk saat praktikum
gravimetri. Misalnya , limbah campuran Cu dan BaCl2 mengandung apa saja,
dibuang kemana/ ke jerigen limbah apa disertai alasannya.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 15


D. Data Percobaan

Data hasil percobaan ditulis ulang

E. Perhitungan

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 16


LAPORAN SEMENTARA

ANALISIS GRAVIMETRI

Hari/tanggal :

Nama/NIM : 1.

2.

3.
Asisten :

DATA PERCOBAAN

Berat terusi :

Berat cawan kosong :

Berat cawan + sample :

Kadar Cu =

Asisten, Praktikan,
1.

2.

3.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 17


PENGUKURAN VISKOSITAS ZAT CAIR

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan viskositas zat cair dengan
menggunakan metode stokes.

II. DASAR TEORI

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar


kecilnya gesekan didalam fluida. Fluida adalah zat yang dapat mengalir
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan bentuk wadah apapun dimana zat
tersebut diletakkan. Viskositas fluida (zat alir) adalah gesekan yang ditimbulkan
fluida yang bergerak atau benda padat yang bergerak dalam fluida. Besarnya
gesekan ini biasa disebut sebagai derajat kekentalan zat cair.
Semakin besar kekentalan fluida (viskositas), maka semakin sulit suatu
fluida untuk mengalir dan juga menunjukkan semakin sulit suatu benda bergerak
dalam fluida tersebut.
Didalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat
cair. Gaya kohesi merupakan gaya tarik menarik antar molekul. Sedangkan
dalam gas viskositas timbul sebagai akibat tumbukan molekul gas. Zat cair lebih
kental daripada gas, sehingga untuk mengalirkan zat cair diperlukan gaya lebih
besar dibandingkan dengan gaya yang diberikan untuk mengalirkan gas.
Aliran viskositas dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu:

1. Aliran laminar

Aliran laminar merupakan aliran yang teratur, tenang, lurus dan adanya lapisan-
lapisan yang teratur, kecepatan tidak terlalu besar, kecepatan paling besar ada
ditengah pipa lalu mengecil sampai menjadi nol di dinding pipa.

2. Aliran turbulen

Aliran turbulen merupakan aliran-aliran yangt gerakan fluidanya tidak teratur,


tidak tenang, partikel-partikelnya saling acak, arahnya berbelok-belok tidak
beraturan, dengan kecepatan yang tinggi dan viskositas yang relatif rendah.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 18


Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan fluida adalah:

1. Tekanan

Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan. Sedangkan viskositas gas tidak
dipengaruhi tekanan.

2. Temperatur

Viskositas turun dengan naiknya suhu, pemanasan zat cair menyebabkan


molekul-molekul nya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak
sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas
cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.

3. Kehadiran zat lain

Adanya bahan tambahan seperti suspensi menaikkan viskositas zat cair. Pada
minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas
turun karena gliserin atau minyak akan semakin encer, sehingga waktu alirnya
semakin cepat.

4. Ukuran dan berat molekul

Viskositas zat cair naik dengan naiknya berat molekul. Viskositas semakin besar
jika ikatan rangkap semakin banyak.

5. Kekuatan antar molekul

Viskositas air naik dengan adanya ikatan hidrogen.

Cara menentukan viskositas suatu zat adalah dengan menggunakan alat


yang dinamakan viscometer. Ada beberapa tipe viscometer yang biasa
digunakan, yaitu:

1. Viscometer Oswald

Merupakan viscometer dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu


yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara dua tanda ketika
mengalir karena gravitasi melalui viscometer Oswald. Waktu alir dari cairan

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 19


yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang
viskositasnya sudah diketahui untuk lewat dua tanda tersebut.

2. Viscometer hupland boob

Prinisp kerjanya yaitu sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar bob dan
dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah.

3. Viscometer cone and plate

Cara pemakaian dari viscometer ini adalah sampel diletakkan ditengah-tengah


papan, kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut, kerucut digerakkan
oleh motor dengan berbagai macam kecepatan, dan sampelnya digeser didalam
ruangan yang semi transparan yang diam kemudian kerucut berputar.

4. Viscometer hopler

Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola (yang terbuat dari kaca) melalui
tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki.

Bila sebuah bola yang massa jenisnya lebih besar daripada massa jenis
fluida atau berjari-jari (r) dimasukkan didalam suatu fluida zat cair, maka bola
akan jatuh dipercepat sampai suatu saat kecepatannyaa maksimum (v maks),
pada kecepatan v maks ini benda akan bergerak beraturan karena gaya beratnya
sudah diimbangi gaya gesek fluida.
Menurut George stokes, besarnya gaya gesek pada fluida inilah yang disebut
gaya stokes. Maka rumus stokes adalah:

2
. 𝑟 2 . 𝑔 . (ρ − ρ0)
η = 9
𝑣
Dimana:
η = kekentalan zat cair (poise)
r = jari-jari bola (cm)
ρ = percepatan gravitasi (cm/det)
ρ0 = massa jenis bola (g/ml)
v = kecepatan bola (cm/det)
h = tinggi jatuh bola (cm)
t = waktu jatuh bola (det)

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 20


III. PELAKSANAAN PERCOBAAN

A. Bahan

Bahan –bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1. Minyak

2. Oli

B. Alat

1. Gelas ukur
2. Bola jatuh
3. Jangka sorong
4. Micrometer sekrup
5. Mistar
6. Timbang analitik

C. Cara Percobaan

1. Susun alat sebagaimana mestinya


2. Ukur jari-jari dan massa jenis bola jatuh
3. Tentukan massa jenis zat alir
4. Jatuhkan bola pelan-pelan diatas permukaan zat alir dalam gelas ukur
5. Setelah lebih kurang 5 cm dari permunkaan zat alir dalam tabung,
tekanlah tombol stopcwatch dan setelah sampai bola tersebut didasar
tabung matikan stopwatch, catat waktu bola jatuh dan ukur jarak yang
ditempuh bola.
6. Tentukan kecepatan bola (v) dari no 5
7. Ulangi percobaan 4 dan 5 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan rata-rata
8. Hitung kekentalan zat alir dengan menggunakan rumus stokes.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 21


D. Analisis Data

Dari percobaan dilakukan analisa sebagai berikut :

 Massa jenis zat cair ρ = m/v (g/ml)

 volume bola = 4/3 π r3 (cm3)

 kecepatan v = h/t (cm/s)

 penentuan viskositas (poise)


𝟐
. 𝒓𝟐 . 𝒈 . (𝛒 − 𝛒𝟎)
𝛈 = 𝟗
𝒗
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Poin-poin dalam hasil pembahasan :

 Asumsi-asumsi yang digunakan dalam praktikum.


 Data/grafik beserta penjelasan.
 Perbandingan hasil praktikum dengan teori yang ada.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas (diamati dari praktikum).

V. KESIMPULAN

Poin-poin dalam kesimpulan :

 Hasil perhitungan (dibuat poin-poin).


 Kecenderungan data yang didapat (contoh : semakin tinggi... maka...
akan semakin besar)

VI. DAFTAR PUSTAKA

Bird , T.,1993, “ Kimia Fisika untuk Universitas”, Gramedia,Jakarta.

Daniels, F., J. H. Mathews,J.W.Williams, P. Bender,G.W.Murphy, R. A.


Alberty, 1956, “ Experimental Physical Chemistry”, 5 ed., McGraw-
Hill Book Company, Inc,New York.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 22


Sukardjo,1985,” Kimia Fisika”, hal 101 -109, Bina Aksara, Jakarta.

VII. LAMPIRAN

A. Identifikasi Hazard Proses Bahan Kimia

Paparan bahaya dari bahan yang digunakan dan juga bahaya yang
dapat timbul dari penggunaan alat dan juga unsafe act. Lengkapi juga
dengan cara mengatasinya.

B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri

Paparan alat perlindungan diri yang perlu digunakan saat praktikum


beserta alasan.

C. Manajemen Limbah

Bahas setiap limbah yang di hasilkan dari praktikum ini dan jelaskan
penangananya. Limbah diklasifikai berdasarkan fasanya : padat,cair dan
gas.

D. Data Percobaan

E. Perhitungan

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 23


LAPORAN SEMENTARA

PENGUKURAN TEGANGAN MUKA DAN


KEKENTALAN ZAT CAIR

Hari/tanggal :

Nama/NIM : 1.

2.

3.
Asisten :

Data Percobaan :

1. Massa bola
2. Waktu jatuh bola
3. Volume dan massa minyak, oli
4. Massa jenis zat cair
5. Diameter bola, jari-jari, volume bola
6. Kecepatan jatuh bola

7. Penentuan viskositas

Jakarta, 2016

Asisten, Praktikan,

1.

2.

3.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 24


SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

I. TUJUAN PERCOBAAN

Percobaan ini bertujuan untuk :

1. Membuat kurva kalibrasi absorbansi versus konsentrasi untuk larutan


CuSO4 pada panjang gelombang optimum 635 nm.
2. Menentukan konsentrasi larutan CuSO4 x N menggunakan spektrofotometri
UV-visible.

II. DASAR TEORI

Spectrophotometry didasarkan pada jumlah cahaya yang diserap larutan


berwarna. Penyerapan warna bervariasi tergantung pada konsentrasi larutan.
Spektrofotometer UV/visble adalah alat analisis sampel dengan menggunakan
prinsip-prinsip absorbsi radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang berkisar antara sinar UV sampai dengan sinar tampak. Berdasarkan
prinsip ini, spektrofotometer UV/visible dapat digunakan untuk menentukan
kandungan zat organik atau anorganik dalam larutan.

Komponen-komponen spektrofotometer yang penting yaitu:

 Sumber energi radiasi yang stabil.


 Monokromator (celah, lensa, cermin).
 Wadah sampel transparan (kuvet).
 Detektor radiasi yang dilengkapi recorder.
Untuk larutan yang cukup encer hubungan antara absorbansi dan
konsentrasi memenuhi hukum Lambert-Beer, yaitu :
A = ϵ.b.C (1)
Dimana, A = Absorbansi
ϵ = absorbtivitas molar, cm-1.M-1
b = lebar kuvet, cm
C = konsentrasi larutan, M

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 25


Sementara absorbansi dapat diperoleh dari koreksi antara %
transmittance dan absorbansi yang hubungannya dapat dinyatakan seperti
persamaan (2) :

𝐼𝑜 𝐼 %𝑇
A = log 𝐼 = - log 𝐼𝑜 = log 100 (2)

dimana, Io = itensitas sinar masuk

I = intensitas sinar diteruskan

maka, A = 2- log % T

Untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi dan absorbansi pada


panjang gelombang (λ) optimum perlu dibuat larutan standar pada berbagai
konsentrasi yang hasil pengukuran absorbansinya dinyatakan dalam kurva
kalibrasi hubungan antara absorbansi (A) dan konsentrasi (C).

III. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Bahan

1. Kristal CuSO4 (terusi)


2. Aquadest

B. Alat

- Spektrofotometer UV-Visible 1 set


- Tabung kuvet 1 buah
- Labu ukur 100 ml 2 buah
- Corong gelas 1 buah
- Gelas beker 250 ml 3 buah
- Gelas beker 100 ml 1 buah
- Bola penghisap 1 buah
- Pipet 10 ml 1 buah
- Sendok plastik 1 buah
- Sendok logam 1 buah
- Pipet tetes 2 buah

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 26


- Gelas pengaduk 1 buah
- Botol semprot 1 buah
- Pipet volume 25 ml 1 buah
- Neraca analitis digital 1 set

Gambar 1. Spektrofotometer UV-Visble

C. Cara Kerja

1. Pembuatan Larutan CuSO4

a.Timbang 1,6 gram kristal CuSO4 menggunakan gelas arloji dengan


neraca analitis digital.

b. Isi gelas beker 250 ml dengan 50 ml aquadest.

c. Larutan kristal CuSO4 yang telah ditimbang ke dalam gelas beker


tersebut hingga semua kristal melarut dengan menggunakan pengaduk
gelas.

d. Menuangkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 100 ml dengan


menggunakan corong gelas.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 27


e. Mengisi labu ukur 100 ml dengan aquadest menggunakan botol
semprot hingga tanda batas lalu mengoyangkannya hingga homogen.

2. Pembuatan Kurva Kalibrasi

a. Buat larutan CuSO4 0,2 N.

b. Buat deret standar larutan konsentrasi CuSO4 0,1 N; 0,05 N ; 0,025 N ;


dan 0,01 N (larutan diperoleh melalui pengenceran secara berurutan).

h. Cari absorbansi melalui nilai % transmitansi dengan perhitungan


matematika.

i. Buat plot data antara absorbansi versus konsentrasi pada kertas milimeter
blok.

3. Penetuan Konsentrasi CuSO4

a. Sambungkan alat dengan sumber listrik, tekan ON

b. Tunggu inisialisasi sampai selesai dan muncul 3 menu utama

c. Muncul menu utama :

 Photometric measurement

 Option program pack

 Utilities

d. Pilih menu 3, utilities :

 Start Program : Standar menu

 Data Program pack utility : tidak diubah

 Option Board : analog output

 Data display : 4 digits/5 digits

 Light source : W lamp / D2 Lamp

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 28


e. Tekan Return

f. Pilih menu 1 : Photometric measurement

g. Tekan go to , masukkan yang diinginkan (635 nm) lalu tekan enter

h. Tekan F1 untuk memilih %T atau Abs

i. Tekan F2 untuk memilih sample control

 Sample module : multi cell

 Drive cell number : (1-6) sesuai jumlah kuvet dipakai

 Reagent blank corr (cell) : yes

 Cell blank corr : No

j. Tekan return

k. Tekan data display dengan menekan F3

l. Masukkan kuvet yang telah diisi blanko

m. Tekan auto zero setelah 0,000 A, tekan start

n. Lihat sample No, contoh :

Sample No Abs K*Abs

1–1 0,000 0,000

1–2 0,000 0,040

Abs sample no 1-1 harus lebih kecil dari Abs sampel 1-2

o. Masukkan standar 1 di kuvet no 2, auto zero, start

p. Masukkan standar 2 di kuvet no 2, auto zero, start dan seterusnya

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 29


q. Setelah selesai tekan return, return lagi, return lagi sampai muncul 3
menu utama

D. ANALISIS DATA

1. Pembuatan Kurva kalibrasi

Kurva kalibrasi merupakan kurva hubungan antara absorbansi dan


konsentrasi CuSO4.

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢𝑆𝑂4 1000


[CuSO4] = x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (4)
𝑀𝑟 𝐶𝑢𝑆𝑂4

Untuk memperoleh larutan CuSO4 dengan berbagai konsentrasi


dilakukan pengenceran dengan rumus :

V1.M1 = V2.M2 (5)

dengan, V1 = volume larutan CuSO4 sebelum pengenceran,ml

M2 = konsentrasi larutan CuSO4 sebelum pengenceran, N

V1 = volume larutan CuSO4 setelah pengenceran, ml

M1 = konsentrasi larutan CuSO4 setelah pengenceran, N

Sementara, absorbansi (A) dapat didefinisikan :

A = ϵ.b.C (1)

dengan, A = Absorbansi

ϵ = absorbtivitas molar, cm-1.M-1


b = lebar kuvet, cm
C = konsentrasi larutan, N
Atau absorbansi yang diperoleh dapat dicari melalui :
A = 2-log % T (3)

dengan, A = absorbansi

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 30


%T = persen transmitansi∂

Dibuat plot antara Absorbansi versus konsentrasi.

2. Pembuatan kurva hubungan antara absorbansi dan konsentrasi

Dibuat persamaan yang menghubungkan antara konsentrasi dan


absorbansi dengan persamaan sebagai berikut :

y=ax+b (6)

dimana, y= absorbansi

x = konsentrasi,N

persamaan ini dapat diselesaikan dengan menggunakan metode


least square.

SSE = ax+b-y2 (7)

Nilai a dan b dicari dengan menurunkan SSE terhadap x dan y. Pada


nilai SSE minimum turunan SSE nilainya nol.

𝜕𝑆𝑆𝐸
=0
𝜕𝑥

𝜕𝑆𝑆𝐸
=0
𝜕𝑦

Dengan regresi linier (least squares methode) diperoleh :

a= n∑xy -∑x∑y (8)

n∑x2-(∑x)2

a= ∑y -a∑x (9)

dengan,n = jumlah data

data untuk perhitungan regresi linier disajikan dalam tabel :

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 31


No X Y x2 x.y

3. Penentuan konsentrasi CuSO4 x N

Dengan mengukur % T lalu dihitung absorbansinya dengan


persamaan (3) kemudian dengan hubungan persamaan yang telah
(𝑦−𝑏)
diperoleh, yaitu x = sehingga dapat dihitung jumlah CuSO4 yang
𝑎

dilarutkan.

IV. HASIL PEMBAHASAN

Hal-hal yang perlu dibahas antara lain :

- Hasil percobaan yang menjawab tujuan percobaan.


- Penjelasan mengenai data percobaan yang diperoleh.
- Penyimpangan hasil percobaan terhadap landasan teori (jika ada)

V. KESIMPULAN

Data yang diperoleh perlu dibahas dengan penjelasan yang rasional.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Ewing, G. W., 1985, “Instrument Method of Chemical Analysis”, 5 ed.,


Mc.Graww-Hill Book Company, New York.

Human, M.,1985, “Basic UV/Visble Spectrophotometry”, Pharmacia LKB


Biochrom Limited Science Park, Cambridge.

Mulyono, P, 2001,”Diktat Kuliah Analisis dengan Instrument”, Fakultas


Teknik Yogyakarta.

VII. LAMPIRAN

A. Data Percobaan

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 32


B. Perhitungan

C. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia

Identifikasi hazard terdiri dari :

 Identifikasi hazard proses selama praktikum, merupakan


identifikasi kegiatan yang membahayakan selama praktikum
beserta penanganannya. Contoh : Mengambil asam kuat di lemari
asam.
 Identifikasi hazard chemical dari masing-masing bahan yang
digunakan pada praktikum ini. Contoh : HCl.
Asam klorida (HCl) adalah asam kuat dan dapat menyebabkan kulit
terbakar. Uapnya menyebabkan keracunan jika terhirup dan
terhisap serta menimbulkan iritasi kuat pada mata dan kulit. Pada
pengenceran, asam harus selalu yang selalu ditambahkan ke
air/aquadest dan bukan sebaliknya. Zat ini bersifat korosif dan iritan
terhadap manusia.

D. Pengunaan Alat perlindungan Diri

Alat perlindungan diri yang dipakai adalah : jas lab, masker, sarung
tangan karet. Jas lab digunakan untuk melindungi tubuh dari bahan-bahan
kimia yang digunakan selama praktikum (tulislah alat perlindungan diri
lain dirasa penting pada prektikum ini beserta alasan pemakaiannya).

E. Manajemen Limbah

Perlakukan terhadap limbah hasil percobaan beserta alasannya


kenapa dibuang ke situ . contoh : Larutan CuSO4 sisa dibuang ke drum
limbah logam berat karena mengandung Cu yang merupakan Logam berat.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 33


LAPORAN SEMENTARA

SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

Hari/tanggal :

Nama/NIM : 1.

2.

3.
Asisten :

1. Pembuatan larutan CuSO4

Massa kristal : gram

Volume larutan : 100 ml

2. Pembuatan kurva kalibrasi


Panjang gelombang optimum : nm
No. Konsentrasi, N % Transmittance
1.
2.
3.
4.
5.

3. Penentuan konsentrasi CuSO4 x N


% Transmittance : Abs = N

Asisten, Praktikan

1.

2.

3.

Buku Panduan Praktikum Analisis Bahan 2016 34

Anda mungkin juga menyukai