OLEH:
KELOMPOK II
1
LAPORAN HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI
SEKOLAH LUAR BIASA ABC MANDARA
KENDARI BARAT
Jl. Mayjen S. Parman, Komplek Kampus Lama Lahundape, Kota Kendari, 93127
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
2
Wood (dalam Santrock, 2003), mengatakan bahwa anak dan remaja
penyandang cacat punya kemauan yang kuat untuk bertahan,
tumbuh, dan belajar. Seorang individu yang mengalami cacat tubuh,
lebih memiliki kemauan serta kemampuan yang lebih kuat
dibandingkan orang normal pada umumnya. Untuk mendukung
kemauan yang kuat agar tetap bertahan, tumbuh, dan belajar,
diperlukan kepercayaan diri yang kuat pula. Dengan kepercayaan
diri yang tinggi, seorang penyandang cacat akan dapat
menunjukkan kemampuannya yang mungkin melebihi orang
normal pada umumnya.
B. Klasifikasi Tunarungu
3
terbatasnya perbendaharaan kata. Agar dimengerti anak
komunikasi harus keras dan berhadapan.
5) Severe handicap antara 70-90 dB. Kemampuannya yaitu
dapat mendengarkan suara yang diperkeras pada jarak 1
kaki (30 cm). Kemampuan berbicara lemah sehingga
membutuhkan teknik khusus. Extreme handicap pada jarak
90 dB atau lebih. Tahap ini sering disebut tuli (the deaf).
Kemampuan yang dimiliki yaitu bunyi keras yang didengar
hanya getaran, pola suara kurang jelas sebagai alat
komunikasi.
D. Karakteristik
1) Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak tuna rungu sangat
dipengaruhi oleh perkembangan bahasa. Sehingga
hambatan pada bahasa akan menghambat intelegensi anak
tuna rungu.
4
2) Perkembangan Emosi
Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau
tulisan sering kali menyebabkan anak tuna rungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan sering
menjadi tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu
dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan
menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif, atau
sebaliknya menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan.
Anak tuna rungu bila ditegur oleh orang yang tidak
dikenalnya akan tampak resah dan gelisah.
3) Perkembangan Sosial
4) Perkembangan perilaku
Perkembangan kepribadian banyak ditentukan oleh
hubungan anak dan orang tua, terutama ibunya. Pertemuan
antara faktor-faktor dalam diri anak tuna rungu, yaitu
ketidakmampuan menerima rangsang pendengaran,
kemiskinan bahasa, ketidaktetapan emosi, dan keterbatasan
intelegensi dihubungkan dengan sikap lingkungan
terhadapnya menghambat perkembangan kepribadiannya
5
E. Penyebab
A. Subjek I
Nama : Fajrin
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Kendari, 1 Maret 2010
Agama : Islam
Kelas :-
Berat Badan : 15 kg
Kelainan Pre/ Neo/ Post Natal : Post natal/ setelah lahir
Penyakit Yang Pernah Diderita :-
Macam Kelainan : Belum Lancar Bicara
Bertempat Tinggal Dengan : Orang Tua
Alamat : Jl. Dr. Mohamad Hatta
6
B. Subjek II
Nama : Rara
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir :-
Agama : Islam
Kelas : III
Berat Badan :-
Kelainan Pre/ Neo/ Post Natal : Post natal/ setelah lahir
Penyakit Yang Pernah Diderita :-
Macam Kelainan : Tidak bisa berbicara sejak
kecelakaan
Bertempat Tinggal Dengan : Orang tua
Alamat :-
A. Narasumber I
Nama : Tri Muliyanti S.Pd
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur :-
Lama Mengajar : Sudah Lama
B. Narasumber II
Nama : Novita Sari S.Pdi
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur :-
Lama Mengajar : 3 tahun
7
C. Narasumber III
Nama : Safriana Asrawi S.Pd
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur :-
Lama Mengajar : 3 tahun
A. Wawancara I
X : “Iya, silahkan..”
X : “Oh iya.”
X : “Ooh kalau yang itu masih baru disini, baru dua minggu dia masih
mengikut-mengikut dulu, itu hari mau dikasih masuk tapi dia tidak
mau.. sekarang baru mau masuk”
X : “Itu sudah kelas 3, rata-rata sudah kelas tiga, yang pakai hijab juga
itu dulu tidak mau menulis hanya lihat-lihat saja.. sekarang sudah
mau.. kalau kita mengajar anak tuna rungu begini yang dia
perhatikan itu mimik, mulut toh.. cara kita ngomong begitu..
intonasinya harus jelas, ditekan!”
8
Y : “Kalau yang sudah lama muridnya yang mana bu?”
X : “Ada yang sama, ada yang enggak.. karena kan seperti matematika
itu tingkatannya juga beda, kalau seperti tadi ini mengenal benda,
disamakan saja..”
X : “Ya jelas beda.. tergantung anaknya.. iya orang tuanya juga harus
membantu kita ajarkan apa yang kita kasih tau ke anaknya supaya
sampai dirumah bisa diajarkan.. ada juga yang belum tau menulis,
saya arahkan orang tuanya supaya bisa membantu.. contohnya
seperti menebalkan angka satu, kalau anak begini juga harus kita
becara didepannya.. tidak bisa dibelakangnya supaya dia bisa lihat
kita punya mulut bergerak.. dia juga tidak dengar.. namanya juga
tuli.”
Y : “Kalau yang sudah lama, lihat ada anak baru langsung diajak
berteman atau bagaimana?”
9
X : “Langsung akrab begitu.. kalau mereka sudah komunikasi
contohnya seperti hmm.. lalu mereka ketawa-ketawa.. kalau
komunikasi harus bertatap muka.. kalau ajak ngomong harus lihat
kita, jangan terlalu cepat juga.”
X : “Ada juga anak yang dari kecil seperti itu, cuma belum mau masuk
disini.. nanti sudah lihat lingkungan disini bagaimana baru mau
soalnya sebelumnya dia malu.. sekarang sudah besar baru masuk
belajar... kita kasihkan pengertian..”
X : “Kalau kita enggak.. kadang yang datang praktek saja seperti anak
mahasiswa..”
B. Wawancara II
X : Fahri
Y : Fahmi?
X : “Fahri, Ahmad, Adam, terus Irial yang kurus-kurus itu, yang masih
baru (Y: oh yang masih kecil itu?) terus Rara dengan adam itu
sudah lama.”
10
Y : “Terus kalau misalnya siswa diantara mereka yang paling menonjol
itu, yang sudah lama disini.”
X : “Oh..kaya mereka Adam, Fahri, Irial sama Rainal juga. Kalau Fajrin
karena kebetulan juga intensitas kedatangannya juga masih kurang,
kalau Rainal kan dia sering datang juga.”
X : “Paling yang kemarin itu murid baru, yang lambannya juga itu Rara
sama Restu. Itu yang cewe yang kecil, karena diakan juga masih
baru. Istilahnya dia masih sosialisasi lah..seharusnya dia TK.”
Y : “Adakah yang kaya kita tahu itu, kalau kelainannya memang dari
lahir atau karena pas masa kecilnya ada gangguan begitu?”
X : “Emm..kalau yang saya dengar, itu seperti Rara yang kecil itu.
Itukan dia bukan dari kecil itu, katanya mamanya, cuman waktu
kecil itu dia..kan bapaknya kasi panas motor, terus itu dia kena
jarinya too, yang di bagian belakang itu..rantenya. dari saat itu dia
nda pernah keluar lagi suaranya, keluar suaranya tapi sudah tidak
bisa bicara, kaya trauma”
Y : “Kalau yang baru itu, yang apa…! Murid yang masih masuk begitu
bagaimana responnya mereka ketika baru masuk?”
X : “Kalau yang tuna rungu, yang pasti kalau yang setau saya too..ee
pasti mereka sosialisasi dulu pertama. Awalnya itu selalu pasti
tidak mau dulu masuk dalam kelas begitu, pokoknya mereka
bermain dulu pikirannya..nah karena dia lihat temannya masuk, ikut
mi juga dia masuk ke dalam too, dia ikuti temannya.”
11
Y : “Berapa lama waktu yang dibutuhkan kalau begitu, adaptasinya
mereka?”
X : “Tergantung mereka, kalau Restu dia itu, paling cepat dia dua
minggu dia itu, tergantung dari anaknya, kayak Irial dia itu dua
tahun, jadi dia lama, yang kecil itu, pakai jilbab, dia itu lama,
pendiamm dulu, baru marah terus, tapi sekarang sudah bisami”
Y : “Nda, cuma yang disituji yang SD, yang kelas tiga sama yang kecil
itu yang baru masuk, tadi yang didepannya kacamata itu..”
X : “Ajil juga itu dia murid baru, baru setahun kayanya, terus yang
didepan-depan itu , yang tidak pakai baju pramuka, itu juga baru
dia.”
Y : “Jadi pas mereka datang begitu, mereka langsung main sama teman-
temannya?
X : “Eee, biasanya kalau misalnya orang tuanya yang antar, satu atau
dua hari hanya lihat-lihat saja..nanti lama-lama, tiga hari atau empat
hari baru main-main, tapi main-main ini, belum masuk dalam kelas,
main saja dulu. Nanti minggu depannya baru masuk dalam kelas,
makanya biasa ada orang tua murid datang kesini bawa anaknya
baru umur lima tahun, kan belum bisa masuk. Tapi yah..ada
namanya, dari sekolah toleransi. Supaya mereka bisa sosialisasi,
setidaknya itulah, supaya mereka bisa bergaul..itu namanya kelas
persiapan. Jadi mereka itu masuknya begitu”
X : “Lima tahun, atau lima tahun delapan bulan.. yang penting sudah
lima tahun lewat, dikasi masukmi disini to.. namanya kelas
persiapan.”
12
Y : “Kalau dari orang tuanya begitu, ada mereka cerita kalau dia
(murid) itu minder sama teman-temannya di rumah atau lingkungan
rumahnya begitu, dia menutup dirilah?”
X : “Kalau yang itu, yang selama ini orang tuanya bicarakan too..kalau
anak-anak beginikan pasti minderkan, nda bisa bergaul sama
temannya. Bagaimana caranya dia mau ngomong sama temannya
too.. paling mereka sama-sama orang tuanya ji, kalau yang kecil-
kecil begini. mereka biasanya punya teman-teman yang sama
dengan mereka”
X : “Antar?
Y: iaa
X; kurang tau juga itu, mungkin itu kecuali diluar. Kalau di dalam
sekolah itu karna otomatis mereka sudah menyesuaikan, sudah ketemu
teman-temannya. Tapi kalau diluar yahh seperti yang saya bilang tadi
paling sama orang tuanya ji..
X: kalau untuk kasi reward itu nda di biasakan, karna kalau dibiasakan
itu mereka belajarnya hanya untuk mendapat hadiah. Artinya tidak
mandiri kalau seperti itu, jadi kita nda biasakan seperti itu. Kecuali
mungkin kalau ada lomba baru di berikan reward, kalau untuk setiap
13
pembelajaran itu dikasi reward nda bisa dibiasakan, karna itu tidak
mengajarkan anak untuk mandiri.
Y; terus kalau yang di tuna rungu itu bu’ ada yang SMA juga tuna
rungunya/
X; ada.
X: ada, kaya siapa lagi namanya itu! Ooo feni, dia itu pintar buat……..,
terus linda juga dia pintar rangkau bunga, linda kalau nda salah waktu
itu juara dua. Kalau feni dia juara satu dia ke Yogya.
14
memenuhi syarat ya kita benahi. Makanya tadi saya tanya ko orang nda
masuk disampingka? Karena disitu yang besar-besar.
Y; kalau itu tadi yang saya tanya, adaka yang pernah dibully, misalnya
dirumahnya?
X: kalau diluar sekolah kita nda terlalu tau sosialisasinya. Seperti yang
saya cerita tadi, kalau dari cerita orang tuanya, yahh jarang sekali dia
main dirumah kecuali sesamanya ji..paling kalau bermain dirumah itu
sama adenya, ataupun mau keluar di tetangga terdekat itu saja tidak.
Karena sosialisasinya juga mereka merasa too. Bahkan bukan hanya
dari mereka yang merasa dari anak normalnya juga
X; karena saya baru masuk jadi agak kurang tau, tapi biasanya diadakan
sosialisasi diluar biar untuk menarik siswa masuk disini.
Keteranngan:
X: Narasumber
Y: Pewawancara
V. DATA PENGAMATAN
A. Subjek I
15
Psikologis Menurut narasumber, Fajrin adalah seorang anak yang
percaya diri , karena dengan keterbatasannya itu fajrin
2
tetap mampu menjalin koneksi dengan orang yang ada
disekitarnya.
Sosial Emosional Fajrin termasuk siswa yang dalam kelasnya aktif
3
berinteraksi dengan teman-temannya.
Kognitif Perkembangan kognitif anak tuna rungu sangat
dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, sehingga
hambatan pada bahasa akan menghambat
4
perkembangan intelegensi anak tuna rungu. hingga
saat ini fajrin sudah mengalami perkembangan seiring
dengan proses belajarnya disekolah
Tugas Perkembangan Berdasarkan tahapan perkembangan Havighurst Fajrin
sudah mampu berjalan pada umur 1 tahun, namun
pada usia 2 tahun fajrin belum bisa berbicara. Ibu
Fajrin menerankan mengenai riwayat fajrin jatuh
ketika ia telah bisa berjalan dan posisi jatuhnya
membentur kepala bagian belakang. Yang pada
mulanya Fajrin tampak berespon ketika dipanggil
akan tetapi setelah usia 2 tahun Fajrin menjadi kurang
responsif terhadap suara. Oleh karena itu, untuk
5
berkomunikasi dengan Fajrin ibunnya menyertai
dengan petunjuk isyarat. Pada tahap ini Fajrin juga
tampak mandiri dalam mearwat diri walaupun masih
memerlukan pendampingan dari orang tua. Fajrin juga
bisa meniru dan mengikuti orang lain misalnya ketika
Fajrin melihat orang bekerja atau beraktifitas maka ia
juga ikut berpartisipasi.
16
Lingkungan Pendukung lingkungan fajrin yang mendukung adalah Sekolah
6
dan Keluarga
Lingkungan Yang Tidak Lingkungan yang tidak mendukung Fajrin adalah
Mendukung lingkungan sosial disekitarnya. Dikarenakan Fajrin
dan anak-anak normal disekitarnya merasa ada
7
perbedaan diantara mereka, sehingga Fajrin lebih
menutup diri dan bermain didalam rumah bersama
keluarganya.
B. Subjek II
17
Tugas Perkembangan Karena lahir dengan kondisi normal tahapan
perkembangan rara sama dengan tahap anak normal
5 lainnya kecuali setelah insiden tersebut terjadi, rara
mengalami kesulitan berbicara dan keterlambatan
berbicara.
Lingkungan Pendukung lingkungan rara yang mendukung adalah Sekolah dan
6
Keluarga
Lingkungan Yang Tidak Lingkungan yang tidak mendukung rara adalah
Mendukung lingkungan sosial disekitarnya. Dikarenakan rara dan
7 anak-anak normal disekitarnya merasa ada perbedaan
diantara mereka, sehingga rara lebih menutup diri dan
bermain didalam rumah bersama keluarganya
VI. KESIMPULAN
18
Oleh karena itu orang tua subjek memasukkannya dalam SLB agar
anak terbiasa bersosialisasi dengan lingkungan dan memperoleh
pendidikan yang memfasilitasi anak kedepannya, baik keterampilan sosial,
emosional dan keterampilan lainnya.
19
LAMPIRAN
20
21