Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas makalah ini tepat
pada waktunya. Tugas makalah ini membahas tentang “Standar dan aspek Praktek Kebidanan
sub hubungan antara Hukum dengan Standar Hukum Kebidanan (spk) dengan Hukum dan
Perundangan”.

Penyusunan tugas makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar, tetapi kami
menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kata sempurna, jadi kami mohon
untuk memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun demi perbaikan dalam
penyusunan tugas makalah ini.

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan tugas selanjutnya. Akhir kata semoga tugas ini memberikan manfaat bagi
kita semua.

Malang,11 Desember 2015


DAFTAR ISI

KAVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Standar

B. Definisi Standar Praktik dan Hukum Perundangan

C. Standar Praktik Bidan di Indonesia

D. Hukum Perundangan di Indonesia

E. Hubungan Standar Profesi dan Hukum Perundangan di Indonesia

BAB III PENULIS

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang
serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya
tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan atau
kebidanan. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dan kebidanan dalam
mengembangkan profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas
pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan
moral yang tinggi.

Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat atau bidan akan tercermin
dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam
merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan
moral serta penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam
memberikan asuhan keperawatan atau kebidanan dimana nilai-nilai pasen selalu menjadi
pertimbangan dan dihormati.

Bidan sebagai tenaga perawat mempunyai tanggung jawab utama yaitu melindungi
masyarakat / publik, profesi keperawatan dan praktisi perawat.Praktek Bidan ditentukan
dalam standar organisasi profesi dan system pengaturan serta pengendaliannya melalui
perundang – undangan yang ada, dimanapun bidan itu bekerja.Kebidanan hubungannya
sangat banyak keterlibatan dengan segmen manusia dan kemanusiaan, oleh karena berbagai
masalah kesehatan actual dan potensial. Kebidanan memandang manusia secara utuh dan
unik sehingga praktek kebidanan membutuhkan penerapan ilmu Pengetahuan dan
keterampilan yang kompleks sebagai
upaya untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien/klien. Keunikan hubungan bidan dan klien
harus dipelihara interaksi dinamikanya dan kontuinitasnya

Penerimaan dan pengakuan organisasi profesi bidan sebagai pelayanan profesional


diberikan oleh bidan profesional sejak tahun 1983, maka upaya perwujudannya bukanlah hal
mudah di Indonesia. Disisi lain kebidanan di Indonesia menghadapi tuntutan dan kebutuhan
eksternal dan internal yang kesemuanya membutuhkan upaya yang sungguh – sungguh dan
nyata keterlibatan berbagai pihak yang terkait dan berkepentingan.
Dalam kaitannya dengan tanggungjawab utama dan komitmen tersebut di atas maka IBI
harus memberikan respon, sensitive serta peduli untuk mengembangkan standar praktek
kebidanan. Dalam menjalankan tugas dan praktiknya, bidan bekerja berdasafrkan pada
pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan, dank
ode etik profesi yang dimilikinya

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat dapat mengangkat beberapa masalah
yaitu :

- Apa yang di maksud denganpengertian standar ?

- Apa yang di maksud dengan definisi standarpraktik dan hukum perundangan ?

- Apa sajakah standar praktik bidan di indonesia ?

- Bagaimana hukum perundangan yang mengatur tentang bidan ?

- Dan hubungan bagaimanakah hubungan standar profesi dan hukum di indonesia?


C. Tujuan penulisan

Berdasarkan latar belakang diatas,penulis dapat menyimpulkan tujuan dari pembahasan


ini yaitu :

- Membantu pemerintah dalam peningkatan standar praktik pelayanan bidan


terhadap masyarakat.

- Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak sesuai dengan standar praktik
bidan.

- Memberikan motivasi kepada setiap bidan agar dapat mempertahankan standar


pelayanan yang sesuai dengan standar praktik bidan.

- Memberi dukungan perlindungan hukum pada bidan yang telah melaksanakan


pelayanan sesui standar praktik bidan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab.

- Agar mahasiswa dapat memahami masalah Peraturan dan Perundang-Undangan


yang Melandasi Tugas, Fungsi dan Praktek bidan sehingga mahasiswa dapat
mengatasi masalah dengan tanggung jawab tenaga kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Standar

Pengertian Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal ( Clinical Practice Guideline
,1990) Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu
dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan (Donabedian, 1980) Standar
adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan
agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan maksimal dari pelayanan yang
diselenggarakan ( Rowland and Rowland, 1983)

Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu
dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan
yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk
meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).

Standar menunjukan pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan, namun ukuran
tingkat ideal tercapai tsb tidaklah disusun terlalu kaku, melainkan dalam bentuk minimla dan
maksimal ( range ) Penyimpangan yang terjadi, tetapi masih dalam batas-batas yang
dibenarkan disebut dengan nama toleransi ( tolerance ).

Untuk memandu para pelaksana program menjaga mutu agar tetap berpedoman pada
standar yang telah ditetapkan, disusunlah protokol (pedoman, petunjuk pelaksana) Protokol
adalah suatu pernyataan tertulis yang disusun secara sistimatisdan dipakai sebagai pedoman
oleh para pelaksana dalam mengambil keputusan dan atau dalam melaksanakan pelayanan
kes. Makin dipatuhi protokol, makin tercapai standar yang telah ditetapkan
Syarat Standar Bersifat jelas , artinya dapat diukur dengan baik, termasuk mengukur
berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi. Masuk akal , suatu standar yang tidak masuk
akal, misalnya ditetapkan terlalu tinggi sehingga mustahil dapat dicapai,bukan saja sulit
dimanfaatkan tetapi juga akan menimbulkan frustasi para pelaksana Mudah dimengerti ,
suatu standar yang tidak mudah dimengerti, atau rumusan yang tidak jelas akan menyulitkan
tenaga pelaksana shg standar tsb tidakakan dapat digunakan.

Dapat dicapa i, merumuskan standar harus sesuai dengan kemampuan, siatuasi


sertakondisi organisasi Absah , ada hubungan yang kuat dan dapat didemonstrasikan
Meyakinkan , persyaratan yang ditetapkan tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi
Mantap, Spesifik dan Eksplist, tidak terpengaruh oleh perubahan waktu untuk jangka waktu
tertentu, bersifat khas dan gambling.

Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan Standar pelayanan berguna dalam penerapan


norma tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan Melindungi
masyarakat Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan Untuk
menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek sehari-hari.
Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan
pendidikan (Depkes RI, 2001:2)

Format Standar Pelayanan Kebidanan Dalam Membahas Tiap Standar Pelayanan


Kebidanan Digunakan Format Bahasan Sebagai Berikut : Tujuan merupakan tujuan standar
Pernyataan standar berisi pernyataan tentang pelayanan kebidanan yang dilakukan, dengan
penjelasan tingkat kompetensi yang diharapkan. Hasil yang akan dicapai oleh pelayanan yang
diberikan dan dinyatakan dalam bentuk yang dapat diatur. Prasyarat yang diperlukan
(misalnya, alat, obat, ketrampilan) agar pelaksana pelayanan dapat menerapkan standar.
Proses yang berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk penerapan standar
(Depkes RI, 2001:2).
Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus dipergunakan oleh
tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik. Hak tenaga
kesehatan adalah memperoleh perlindungan hukum melakukan tugasnya sesuai dengan
profesi tenaga kesehatan serta mendapat penghargaan.

Pertemuan Program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah SEARO/Asia


tenggara tahun 1995 tentang SPK Pada pertemuan ini disepakati bahwa kualitas pelayanan
kebidanan yang diberikan kepada setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar
memenuhi standar tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, WHO SEARO
mengembangkan Standar Pelayanan Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk
pemakaian di Indonesia, khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan
di tingkat masyarakat. Standar ini diberlakukan bagi semua pelaksana kebidanan.

B. Definisi Standar Praktik dan Hukum Perundangan

Praktik kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan /


asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan managemen kebidanan.Standar praktik
kebidanan adalah uraian pernyataan tentang tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga
kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan kebidanan berarti pernyataan
kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai dengan pemberian asuhan kebidanan terhadap
pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat,
karena malelui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan
memburuk.
Hukum perundangan adalah himpunan petunjuk atas kaidah atau norma yang mengatur
tata tertib didalam suatu masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang
bersangkutan.Hukum perundangan dilihat dari isinya terdiri dari norma atau kaidah tentang
apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak, apa yang dilarang atau apa yang diperbolehkan.
C. Standar Praktik Bidan di Indonesia

- Standar I : Metode Asuhan

Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan langkah:


pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
dan dokumentasi.

Definisi Operasional :

1. Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan medis.

2. Format manajemen kebidanan terdiri dari: format pengumpulan data, rencana format
pengawasan resume dan tindak lanjut catatan kegiatan dan evaluasi

- Standar II: Pengkajian

Data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data
yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Definisi Operasional:

1. Ada format pengumpulan dan

2. Pengumpulan data dilakukan secara sistimatis, terfokus, yang meliputi data:


• Demografi identitas klien.
• Riwayat penyakit terdahulu.
• Riwayat kesehatan reproduksi.
• Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi.
• Analisis data.
3. Data dikumpulkan dari:
• Klien/pasien, keluarga dan sumber lain.
• Tenaga kesehatan.
• Individu dalam lingkungan terdekat.

4. Data diperoleh dengan cara:


• Wawancara
• Observasi.
• Pemeriksaan fisik.
• Pemeriksaan penunjang.

- Standar III : Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulan.


Definisi Operasional :

1. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh klien atau
suatu keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan sesuai dengan wewenang
bidan dan kebutuhan klien.

2. Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistimatis mengarah pada


asuhan kebidanan yang diperlukan oleh klien.

- Standar IV :Rencana Asuhan

Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.


Definisi Operasional :

1. Ada format rencana asuhan kebidanan

2. Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosa, rencana tindakan dan
evaluasi.
- Standar V: Tindakan

Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan


klien: tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
Definisi Operasional :

1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.

2. Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi.

3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perkembangan klien.

4. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang


bidan atau tugas kolaborasi.

5. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik kebidanan etika


kebidanan serta mempertimbangkan hak klien aman dan nyaman.

6. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia.

- Standar VI : Partisipasi Klien

Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan keluarga dalam rangka


peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
Definisi Operasional :

1. Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang:


• Status kesehatan saat ini
• Rencana tindakan yang akan dilaksanakan.
• Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan.
• Peranan petugas kesehatandalam tindakan kebidanan.
• Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan.
2. Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan tindal kegiatan.

- Standar VII :Pengawasan

Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dan, tujuan


untuk mengetahui perkembangan klien.

Definisi Operasional

1. Adanya format pengawasan klien.

2. Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus sistimatis un¬mengetahui keadaan


perkembangan klien.

3. Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah disediakan.

- Standar VII : Evaluasi

Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindak


kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.

Definisi Operasional

1. Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakan tindakan kebidanan. Men sesuai


dengan standar ukuran yang telah ditetapkan.

2. Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan

3. Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.


- Standar IX : Dokumentasi

Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan


kebidanan yang diberikan.
Definisi oprasional :

1. Dokumentasi dilaksanakan untuk di setiap langkah managemen kebidanan.

2. Dokumentasi dilaksanakan secara jujur, sistematis, jelas, dan ada yang


bertanggung jawab.

3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan.


Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pasal 50
penjelasan menyatakan bahwa : Yang dimaksud dengan” standar profesi ”adalah
batasan kemampuan ( knowledge, skill and professional attitude ) minimal yang
harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan
profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi
profesi.

Dalam melaksanakan profesinya, Bidan memiliki 9 (sembilan) kompetensi yaitu :

1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial,


kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu
tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap
terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk
meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan
menjadi orang tua.
3. Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan
selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari
komplikasi tertentu.

4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan


setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman,
menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita
dan bayinya yang baru lahir.

5. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang bermutu tinggi dan
tanggap terhadap budaya setempat.

6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi baru lahir
sehat sampai dengan 1 bulan.

7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi dan balita
sehat (1 bulan – 5 tahun).

8. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada keluarga,
kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

9. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem


reproduksi.
Setiap Kompetensi dilengkapi dengan Pengetahuan dan keterampilan dasar, pengetahuan dan
keterampilan tambahan, yang wajib dimiliki dan dilaksanakan dalam melakukan kegiatan
asuhan kebidanan Setiap Bidan harus bekerja Secara profesional dalam melaksanakan profesi
asuhan kebidanan , dan dalam melaksanakan profesi tersebut Bidan harus bekerja sesuai
standar yang meliputi meliputi :

standar pendidikan, standar falsafah, standar organisasi, standar sumber daya


pendidikan, standar pola pendidikan kebidanan, standar kurikulum, standar tujuan
pendidikan, standar evaluasi pendidikan, standar lulusan, standar Pendidikan Berkelanjutan
Bidan, standar organisasi, standar falsafah, standar sumber daya pendidikan, standar program
pendidikan dan pelatihan, standar fasilitas, standar dokumen penyelenggaraan pendidikan
berkelanjutan, standar pengendalian mutu Standar Pelayanan Kebidanan, standar falsafah,
Standar Administrasi Dan Pengelolaan, Standar Staf Dan Pimpinan, Standar Fasilitas Dan
Peralatan, Standar Kebijakan Dan Prosedur, Standar Pengembangan Staf Dan Program
Pendidikan, Standar Asuhan, Standar Evaluasi Dan Pengendalian Mutu, standar praktik
kebidanan, Standar metode asuhan, Standar pengkajian, Standar Diagnosa kebidanan, standar
rencana asuhan, standar tindakan, standar partisipasi klien, standar pengawasan, standar
evaluasi, standar dokumentasi.
D. Hukum Perundangan di Indonesia

Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik kebidanan:


1. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan Bab II (Tugas Pemerintah), pasal 10
antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan
kesanggupan hukum.

2. UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan. UU ini merupakan penjabaran dari UU
No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga
sarjana meliputi dokter, dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga
bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten
farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan
apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidikan rendah dapat diberikan
kewenangan terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.

UU ini boleh dikatakan sudah usang karena hanya mengkalasifikasikan tenaga


kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan bukan sarjana). UU ini juga tidak mengatur
landasan hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam UU ini juga
belum tercantum berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan perawat
ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai tanggung jawab mandiri
karena harus tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.

3.UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis. Pada pasal 2, ayat (3)
dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah wajib menjalankan
wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun.Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa selama bekerja
pada pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksud pada pasaal 2 memiliki kedudukan
sebagai pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga diberlakukan
terhadapnyaUU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan pemerintah dalam
mengangkat pegawai negeri.
Penatalaksanaan wajib kerja juga tidak jelas dalam UU tersebut sebagai contoh
bagaimana sistem rekruitmen calon peserta wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang tidak
menjalankan wajib kerja dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan bahwa dalam UU ini, lagi
posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis
termasuk dokter, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari
kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

4. SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979 Membedakan paramedis menjadi dua


golongan yaitu paramedis keperawatan (temasuk bidan) dan paramedis non keperawatan.
Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah
tetapi juga termasuk katagori tenaga keperawatan.

5. Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980 Pemerintah membuat suatu


pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawaan dan bidan. Bidan seperti halnya
dokter, diijinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga keperawatan secara resmi
tidak diijinkan. Dokter dapat membuka praktik swasta untuk mengobati orang sakit dan
bidang dapat menolong persalinan dan pelayanan KB. Peraturan ini boleh dikatakan kurang
relevan atau adil bagi profesi keperawatan. Kita ketahui negara lain perawat diijinkan
membuka praktik swasta.

Dalam bidang kuratif banyak perawat harus menggatikan atau mengisi kekurangan
tenaga dokter untuk menegakkan penyakit dan mengobati terutama dipuskesmas-puskesma
tetapi secara hukum hal tersebut tidak dilindungi terutama bagi perawat yang memperpanjang
pelayanan di rumah. Bila memang secara resmi tidak diakui, maka seyogyanya perawat harus
dibebaskan dari pelayanan kuratif atau pengobatan utnuk benar-benar melakukan nursing
care.
6. SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986, tanggal 4
November 1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan sistem kredit point.
Dalam sisitem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik
pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga
keperawatan yang dimaksud adalah : Penyenang Kesehatan, yang sudah mencapai golingan
II/a, Pengatur Rawat/Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan
Sarjana/S1 Keperawatan. Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya
dan tidak tergantung kepada pangkat/golongan atasannya

7. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi
perkembangan termasuk praktik keperawatan profesional karena dalam UU ini dinyatakan
tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan,maupun perlindungan hukum bagi
profesi kesehatan termasuk keperawatan.

I. BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 3 Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.

II. Pasal 1 Ayat 4 Sarana Kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.

III. Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor:


1239/MENKES/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat (sebagai revisi dari SK
No. 647/MENKES/SK/IV/2000)
IV. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 : Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar
negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Surat Izin Perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian kewenangan
untuk menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh Indonesia (garis bawah saya).
3. Surat Ijin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk menjalankan pekerjaan
keperawatan di seluruh wilayah Indonesia (garis bawah saya). ketentuan Pidana yang diatur
dalam Pasal 359, 360, 351, 338 bahkan bisa juga dikenakan pasal 340 KUHP. Salah satu
contohnya adalah pelanggaran yang menyangkut Pasal 32 Ayat (4) Undang-Undang No. 23
tahun 1992 tentang Kesehatan.

Dalam ketentuan tersebut diatur mengenai pelaksanaan pengobatan dan atau


perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Pelanggaran atas
pasal tersebut dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 82 ayat (1a)
Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan :“barang siapa yang tanpa keahlian
dan kewenagan dengan sengaja : melakukan pengobatan dan atau peraywatan sebagaimana
dimaksud pasal 32 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”
perorangan/berkelompok (garis bawah saya).

Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi secara baik
II.1.2. BAB III Perizinan, Pasal 8 :

1. Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan


kesehatan, praktek perorangan/atau berkelompok.

2. Perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan


kesehatan harus memiliki SIK (garis bawah saya).
3. Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki SIPP
(garis bawah saya). Pasal 9 Ayat 1 SIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Ayat
2 diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat. Pasal 10 SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana
pelayanan kesehatan. Pasal 12 (1).SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat
(3) diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotasetempat.

E. Hubungan Standar Profesi dan Hukum Perundangan di Indonesia

Hubungan hokum perundang-undangan dan hokum yang berlaku dengan tenaga


kesehatan adalah :

Klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal balik dengan
tenaga kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi jasa. Hubungan timbale balik ini
mempunyai dasar hokum yang merupakan peraturan pemerintah.Klien sebagai penerima jasa
kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa sama-sama mempunyai hak dan
kewajiban.

Hak dan kewajiban tersebut adalah:


Hak dan kewajiban bidan
a.Hak Bidan

- Bidan berhak mendapat perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas sesuai


dengan profesinya.

- Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap timgkat
jenjang pelayanan kesehatan.
- Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan
dengan peraturan perundangan, dank ode etik profesi.

- Bidan berhak atas privasi/kerahasiaan dan menuntut apabila nama baiknya


dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.

- Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.

- Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan


jabatan yang sesuai.

- Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yng sesuai.

b.Kewajiban Bidan

- Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hokum antara
bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.

- Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien.

- Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.

- Bidan wajib member kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau
keluarga.

- Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai
dengan keyakinannya.

- Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
- Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan
serta resiko yang mungkin dapat timbul.

- Bidan wajib meminta persetujuan tertulis atas tindakan yang akan dilakukan.

- Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.

- Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya


melalui pendidikan formal dan non formal.

- Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan. Hak dan kewajiban pasien.

a.Hak pasien

- Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan


keperawatan/keperawatan yang akan diterimanya.

- Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang memeriksanya


berkaitan dengan diagnosis, pengobatan dan prognosis dalam arti pasien layak untuk
mengerti masalah yang dihadapinya.

- Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan suatu persetujuan
tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan, serta resiko penting yang
kemungkinan akan dialaminya, kecuali dalam situasi darurat.

- Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh hukum dan
diinformasikan tentang konsekuensi tindakan yang akan diterimanya.

- Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang menyangkut


program asuhan medis, konsultasi dan pengobatan yang dilakukan dengan cermat dan
dirahasiakan
- Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang asuhan
kesehatan yang diberikan kepadanya.

- Pasien berhak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ketempat lain yang lebih
lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan tersebut, dan
RS yang ditunjuk dapat menerimanya.

- Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hubungan RS dengan instansi


lain, seperti instansi pendidikan atau instansi terkait lainnya sehubungan dengan
asuhan yang diterimanya.

- Pasein berhak untuk memberi pendapat atau menolak bila diikutsertakan sebagai
suatu eksperimen yang berhubungan dengan asuhan atau pengobatannya

- Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang pemberian delegasi dari


dokternya ke dokter lainnya, bila dibutuhkan dalam rangka asuhannya.

- Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang biaya yang
diperlukan untuk asuhan keehatannya.

- Pasien berhak untuk mengetahui peraturan atau ketentuan RS yang harus dipatuhinya
sebagai pasien dirawat.

b.Kewajiban pasien

- -Pasien atau keluarganya wajib menaati segala peraturan dan tata tertib yang ada
diinstitusi kesehatan dan keperawatan yang memberikan pelayanan kepadanya.

- Pasien wajib mematuhi segala kebijakan yanga da, baik dari dokter ataupun
perawat yang memberikan asuhan.
- Pasien atau keluarga wajib untuk memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter atau perawat yang merawatnya.

- Pasien atau keluarga yang bertanggungjawab terhadapnya berkewajiban untuk


menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan pemeriksaan yang diperlukan
selama perawatan.

- Pasien atau keluarga wajib untuk memenuhi segala sesuatu yang diperlukan sesuai
dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah disetujuinya.
Di dalam praktek apabila terjadi pelanggaraan praktek kebidanan, aparat penegak
hukum lebih cenderung mempergunakan Undang-Undang No. 23 tahun 1992
tentang Kesehatan. Sehingga masyarakat sangat berharap adanya pemahaman
yang baik dan benar tentang beberapa piranti hukum yang mengatur pelayanan
kesehatan untuk menunjang pelaksanaan tugas di bidang kebidanan dengan baik
dan benar
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpula.

Standar praktik kebidanan adalah uraian pernyataan tentang tingkat kinerja yang
diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai.Hukum perundangan
adalah himpunan petunjuk atas kaidah atau norma yang mengatur tata tertib didalam suatu
masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan.Dalam
melaksanakan praktiknya terdapat sembilan standar praktik kebidanan yaitu metode asuhan,
pengkajian, diagnosa kebidanan, rencana asuhan, tindakan, partisipasi klien, pengawasan,
evaluasi,dan dokumentasi.

Dalam pelaksanaan praktiknya bidan berpegang pada beberapa peraturan perundangan,


yaitu

- UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

- Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional.

- Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

- Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan


Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
- Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang


Registrasi Dan Praktik Bidan.

- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang


Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

- keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar


Profesi Bidan.

Klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal balik dengan
tenaga kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi jasa. Hubungan timbale balik ini
mempunyai dasar hokum yang merupakan peraturan pemerintah. Klien sebagai penerima jasa
kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa sama-sama mempunyai hak dan
kewajiban.

B. Saran

Bidan merupakan suatu profesi kesehatan yang bekerja untuk pelayanan masyarakat
dan berfokus pada Kesehatan Reproduksi Perempuan, Keluarga Berencana, kesehatan bayi
dan anak balita, serta Pelayanan Kesehatan Masyarakat.Standar Profesi ini terdiri dari
Standar Kompetensi Bidan Indonesia, Standar Pendidikan, Standar Pelayanan Kebidanan,
dan Kode Etik Profesi.Standar praktik bidan yang berhubungan dengan profesi, wajib
dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap bidan dalam mengamalkan amanat profesi kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

- http://niningwarningsih9.blogspot.com/2013/05/standar-profesi-kebidanan.html

- http://etikaindahdianhusada.blogspot.com/p/standar-praktek-bidan.htm

- http://rahmadewihadhisty.blogspot.com/2013/04/undang-undang-yang-melandasi-
praktik_8.html
Disusun Oleh :

Riska Maisyaroh

2013740319

AKBID WIRA HUSADA NUSANTARA

MALANG

2013-2014

Anda mungkin juga menyukai