WIELUNGGA ARJAPRATAMA
1610112183
LOKAL B
Hasil Penelitian :
I. RESEARCH ISSUE
1. Tujuan Penelitian
2. Motivasi Riset
Sebelum revisi 2010, yaitu pada PSAK No. 10 (1994), mata uang
pengukuran dan penyajian adalah menggunakan Rupiah, dimana entitas dapat
menggunakan mata uang selain Rupiah jika mata uang tersebut memenuhi
kriteria sebagai mata uang fungsional (PSAK No. 10).
3. Manfaat / Kontribusi
Hasil ini memberikan implikasi bagi manajer perusahaan, yaitu perubahan standar akuntansi
terkait PSAK No. 10 (Revisi 2010) berdampak positif terhadap daya informatif laba, ini artinya
manajer harus benar-benar mempertimbangkan adanya konsekuensi perbedaan kurs nilai tukar
mata uang asing sebelum memutuskan untuk melakukan transaksi, baik impor barang maupun
transaksi lain yang berkaitan dengan translasi nilai tukar mata uang asing, serta memutuskan
dengan sebaik-baiknya mata uang fungsionalnya karena akan berpengaruh terhadap pelaporan
keuangannya khususnya pada daya informatif laba.
PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT TERHADAP FINANCIAL DIDTRESS
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA, MALAYSIA, DAN SINGAPURA PERIODE 2014-2015)
Nama Peneliti : 1. Evi rahmawati
2. Prasetya Herlambang
Hasil Penelitian :
I. Research Issue
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektivitas Komite Audit ketika suatu perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Malaysia, dan
Singapura mengalami Financial Distress.
2. Motivasi Riset
Berkaitan dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015
atau yang bisa disebut dengan ASEAN Economic Community (AEC)
adalah sebuah integrasi ekonomi yang dilakukan oleh Negara-negara Asia
Tenggara (ASEAN) dalam rangka dibukanya perdagangan bebas antar
negara-negara yang ada di Asia Tenggara membuat financial distress
menjadi topik menarik untuk diteliti. Financial distress merupakan kondisi
sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan, sehingga biasanya financial
distress akan menarik jika diteliti saat ada gejolak ekonomi global. Menurut
Platt dan Platt (2002) financial distress didefinisikan sebagai penurunan
kondisi keuangan pada perusahaan yang terjadi sebelum kebangkrutan atau
likuidasi. Financial distress dimulai dari tahap likuiditas yang merupakan
tahap awal financial distress yang masih ringan sampai financial distress
yang paling berat yaitu kebangkrutan.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya permasalahan
keuangan yang mungkin menimpa perusahaan. Skandal kasus PT Kimia
Farma, Bank Lippo, dan PT Indofarma merupakan contoh lemahnya
penerapan corporate governance di Indonesia. Begitupun di Malaysia yang
terjadi pada perusahaan Transmile. Perusahaan real estate terkenal di
Singapura juga dinyatakan bersalah karena terbukti gagal untuk
memberikan peringatan kepada manajemen perusahaan tersebut tentang
adanya kecurangan yang dilakukan oleh mantan manajer keuangannya yang
tidak menyetorkan uang perusahaan ke bank yang ditunjuk Sarbanes Oxley
Act atau SOX membawa perbaikan lebih lanjut dalam lingkungan tata
kelola perusahaan dengan komite audit yang secara substansial lebih aktif
dan rajin juga memiliki keahlian yang lebih besar dan kekuatan untuk
memenuhi tanggung jawab yang luas.
3. Manfaat / Kontribusi
Financial distress juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
fraud atau sebuah tindakan penipuan atau kecurangan. Aulia dan Fitriany
(2013) menjelaskan jika fraud dapat dilakukan dengan memanipulasi
laporan keuangan, menyalahgunakan aktiva, bahkan dengan cara korupsi.
Aulia dan Fitriany (2013) juga menemukan bahwa fraud lebih cenderung
ditemukan pada perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Sehingga
financial distress di sini akan digunakan sebagai pengukuran fraud karena
perusahaan yang mengalami kebangkrutan memiliki indikasi yang lebih
besar melakukan kecurangan. Meskipun tidak semua perusahaan yang
melakukan fraud mengalami kebangkrutan tetapi kondisi perusahaan itulah
yang dapat mempengaruhi terjadinya fraud.
V. SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pengujian data dalam penelitian ini, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: Ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap
financial distress yang diukur dengan model Altman dan Springate di Indonesia,
Malaysia, dan Singapura; Independensi komite audit tidak berpengaruh terhadap
financial distress yang diukur dengan model Altman dan Springate di Indonesia,
Malaysia, dan Singapura; Jumlah rapat komite audit tidak berpengaruh terhadap
financial distress yang diukur dengan model Altman dan Springate di Indonesia,
Malaysia, dan Singapura; Keahlian keuangan komite audit tidak berpengaruh
terhadap financial distress yang diukur dengan model Altman dan Springate di 66
Pengaruh Efektivitas Komite Audit... Indonesia, Malaysia, dan Singapura;
Likuiditas tidak berpengaruh terhadap financial distress yang diukur dengan model
Altman dan Springate di Indonesia, Malaysia, dan Singapura; Likuiditas
berpengaruh terhadap financial distress yang diukur dengan model Altman dan
Springate di Indonesia, Likuiditas tidak berpengaruh terhadap financial distress
yang diukur dengan model Altman dan Springate di Malaysia, Likuiditas
berpengaruh terhadap financial distress yang diukur dengan model Altman di
Singapura; Financial distress tidak berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya
fraud; Terdapat perbedaan penerapan financial distress di Indonesia dan Malaysia;
Terdapat Perbedaan penerapan financial distress di Indonesia dan Singapura.
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa saran untuk perbaikan penelitian
kedepanya sebagai berikut: Menambah jumlah sampel penelitian dengan
mamanjangkan periode waktu penelitian agar hasil penelitian dapat lebih
mencerminkan kondisi yang sesungguhnya, Penelitian selanjutnya sebaiknya
menggunakan variabel yang lebih luas, misalkan menambah beberapa proksi dari
GCG, Penelitian selanjutnya sebaiknya membandingkan pengukuran model
Altman, Springate, Zmijewski dalam pengukuran financial distress, Penelitian
selanjutnya diharapkan juga membandingkan pengaruh yang ditimbulkan Financial
distress tidak berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya fraud di negara lain,
Penelitian selanjutnya diharapkan bisa membandingkan dengan negara lain yang
masih serumpun (studi komparatif).
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas
Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba
Welvin I Guna
Arleen Herawaty
1. Research Issue
1.1 Motivasi
1.1.1 Fenomena
Seluruh perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia
wajib memenuhi kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebelum dipublikasikan kepada publik
sesuai dengan keputusan ketua BAPEPAM No Kep. 17/PM/2002.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Gul
et al (2005). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada (1)
objek penelitian, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
perusahaan manufaktur dipilih untuk mencegah terjadinya bias dalam perhitungan
discreationary accruals dalam mendeteksi manajemen laba; (2) penambahan variable
independen, yaitu mekanisme good corporate governance yang meliputi kepemilikan
institusional, kepemilikan manajemen, keberadaan komite audit dan komisaris
independen, kualitas audi, leverage, profitabilitas dan ukuran perusahaan; (3) tahun
penelitian, yaitu tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.
1.1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya pengaruh tata kelola
perusahaan yang baik dan peranan auditor dalam mengaudit laporan keuangan
terhadap kecenderungan dilakukannya manajemen laba
2. Teori dan Hipotesis
2.1 Hipotesis
Oleh karena itu, hipotesis pertama yang diajukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance dengan proksi
kepemilikan institusional terhadap manajemen laba.
H2: Terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance dengan proksi
kepemiliknan terhadap manajemen laba.
H3: Terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance dengan proksi
kepemiliknan terhadap manajemen laba.
H4: Terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance dengan proksi
kepemiliknan terhadap manajemen laba.
H5: Terdapat pengaruh independensi auditor terhadap manajemen laba.
H6: terdapat pengaruh leverage perusahaan terhadap manajemen laba.
H7: terdapat pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba.
H8: Terdapat pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap manajemen laba.
H9: Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.
3. Metodologi
4. Hasil
Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas pada table di atas dapat disimpulkan tidak
terjadi multikolinearitas antar variable independen dalam model regresi penelitian ini.
Berdasarkan hadil uji hipoesis pada table 3 dapat dilihat bahwa kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Astuti (2004). Kepemilikan manajemen tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh suranta dan midiastusty
(2005) serta Astuti (2004)
Komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian sebelumnya, ketidakkonsistenan ini terjadi dapat menjalankan tugasnya dalam
memonitor pelaporan keuangan sehingga bereadaan komite audit gagal dalam mendeteksi
manajemen laba.
5.1 Implikasi
5.2 Keterbatasan
5.3 Saran