Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu ciri makhluk hidup adalah kemampuan untuk berkembang
biakdimana individu yang dilahirkan akan serupa dengan orang tuanya, contohnya
mata yang berwarna coklat dan pada tumbuhan seperti mahkota bunga yang
berwarna merah hal ini di sebabkan karena adanya gen di dalam tubuh makhluk
hidup tersebut, gen merupakan substansi pembawa warisan sifat yang terdapat di
dalam kromosom.

Tahap awal dari proses pewarisan sifat tersebut adalah pembentukan


gamet atau sel kelamin yang sering disebut dengan proses gametogenesis melalui
proses pembelahan sel secara meiosis, sedangkan pembelahan sel dibagi atas
mitosis dan meiosis dimana apabila sel somatik ( sel tubuh) makhluk hidup rusak
maka akan terjadi proses regenerasi melalui proses pembelahan mitosis.

Pembentukan gamet jantan terjadi di dalam kotak spora, dimana langkah


pertama untuk membuat serbuk sari yaitu proses mikrogametogenesis. Proses ini
dimulai dengan pembelahan meiosis sel induk mikrospora yang menghasilkan
empat sel anakan yang bersifat haploid. Setelah itu masuk ke tahapan
mikrogametogenesis yaitu proses pematangan mikrospora sehingga menjadi
serbuk sari yang fungsional. Pada proses pematangan tersebut terdapat dua tahap
yang melibatkan pembelahan mitosis sel mikrospora, tahap pertama yaitu
pembelahan inti dan sitoplasma sel mikrospora, sehingga terbentuknya sel tabung
(vegetatif) dan generatif (berada di dalam sel tabung), sel ini berada di dalam
serbuk sari. Dan apabila serbuk sari berhasil menempel ke kepala putik, sel
vegetatif tersebut akan membuka jalan bagi sel generatif untuk dapat masuk ke
dalam ovarium.
Pembentukan sel gamet betina terjadi di putik atau pistium, dimana
pistium ini terbagi atas tiga bagian yaitu kepala putik ( stigma), tangkai putik
(stillus) dan ovarium. Didalam ovarium proses megasporagenesis terjadi.
Tahap megasporagenesis diawali dengan pembelahan secara meiosis oleh
megaspora, sehingga menghasilkan empat sel megaspora haploid, dimana tiga sel
yang berukuran kecil akan mengalami degfragasi sedangkan satu lagi masuk ke
dalam tahapan mitosis sebanyak tiga kali, sehingga menghasilkan delapan inti sel
yang terbagi menjadi dua kelompok dengan ujung yang berlawanan, dimana satu
inti pada tiap kelompok akan bergerak menuju tengah sel, dua sel ini yang disebut
dengan inti kutub atau inti polar, tiga inti akan berada di dekat miropili yaitu
sinergit dan inti telur, sedangkan tiga bsel yang berlawanan tempat disebut
dengan antipoda.

Setelah sel generatif mikrosporogenesi masuk ke dalam ovarium, maka


tahap selanjutnya yaitu tahapan fertilisasi. Fertilisasi adalah proses pembuahan
atau peleburan sel gamet jantan dan sel gamet betina. Pada tumbuhan
angiospermae dan gymnospermae terdapat cara fertilisasi yang berbeda.

Pada tanaman angiospermae dimana di dalam bakal biji terdapat 2 buah


inti, yaitu inti kandung lembaga sekunder dan inti telur, dimana inti sperma satu
atan membuahi sel telur sehingga terbentuknya zigot, sedangkan sel sperma dua
akan membuahi inti kandungan sekunder, sehingga terbentuknya putik lembaga,
dikarnakan pembuahan terjadi selama dua kali maka disebut dengan pembelaan
ganda.

Pada tanaman gymnospermae, inti dari spermatozoid dimana yang


menghasilkan serbuk sari akan membuahi sel telur sehingga menghasilkan zigot
saja, dikarnakan pembuahan hanya terjadi sekali maka disebut dengan
pembelahan tunggal, contohnya pada tumbuhan kacang mete.

B. TUJUAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk memahami bagaimana masing-masing
gamet bisa mengandung material genetik yang berbeda sebagai implikasi dari
pembelahan meiosis, sehingga dapat digambarkan dan dijelaskan proses
fertilisasidan gametogenesis.
BAB II LANDASAN TEORI

Gametogenesis adalah proses terbentuknya gamet, baik gamet jantan


maupun gamet betina. Peristiwa gametogenesis yang juga merupakan proses
proses pembalahan meoisis terjadi pada pada organ reproduksi hewan atau
tumbuhan. Hasil dari gametogenesis adalah sel-sel kelamin jantan dan betina yang
siap mengadakan pembuahan, dan kalau menjadi menjadi makhluk hidup yang
baru. Gametogenesis juga dapat diartikan sebagai proses yang mengubah plasma
germinal menjadi sel-sel kelamin yang sangat terspesialisasi, sehingga melakukan
fertilisasi untuk menghasilkan individu baru (Tim Penyusun, 2014).

Semua gamet yang terlibat dalam reproduksi geberatif yang dihasilkan


melalui proses meiosis. Pada pembentukan gamet jantan (mikrosporogenesis)
empat sel haploid dihasilkan dari setiap pembelahan meiosis yang lengkap. Sel-sel
ini disebut mikrospora. Mikrospora ini ini menjadi masak menjadi serbuk (pollen
grans) pada kepala sari (arther). Sebelum penyerbukan, inti sel di dalam sebuk sari
membelah secara mitosis membentuk dua inti sel, satu diantaranya yaitu inti sel
tabung, tetap utuh. Inti sel yang lain akan membelah sekali lagi membentuk dua
inti sel generatif atau inti sperma. Jadi hasilnya adalah satu butir serbuk sari yang
terdiri dari tiga inti sel yang masimg-masing mempunyai kromosom 1n (Weish,
1991)

Selanjutnya pembentukan gamet betina (megasporagenesis) ada empat sel


haploid, tiga diantaranya dihasilkan melalui meiosis di dalam sel induk megaspora
yang berasal dari regenerasi sebelumnya. Sel yang tertinggal membesar menjadi
kandung embrio. Berlangsungnya tiga tahap pembelahan mitosis sehingga
tercapai delapan inti sel 1 n yang akan bergerak pada posisi satu sel telur dan dua
sel sinergis terletak diujung ovarium dekat dengan mikrofil dan dua inti sel polar
terletak di tengah-tengah landing emrio (Weish, 1991)

Sebelumnya, akan terjadi antesis yaitu pemasakan kepala sari yang diikuti
dengan pemanjangan tangkai sari (filament) pada bunga, jenis pemanjangan
tangkai ini bertujuan agar kepala sari mencuat dari bunga. Dengan cara demikian,
serbuk sari akan mudah tersebar ketumbuhan lainnya. Pada puncak pemasakan
kepala sari akan terbuka atau pecah untuk menyebarkan butir serbuk sari yang
sama (Weish, 1991)

Reproduksi seksual melibatkan pembentukan gamet-gamet


(gametogenesis) dan penyatuannya (fertilisasi). Gametogenesis hanya terjadi
dalam sel-sel khusus (garis nutfah, germ line) dan organ-organ reproduksi.
Gamet-gamet mengandung sejumlah kromosom haploid (n), tetapi berasal sel-sel
diploid (2n) dan garis nutfah. Rupanya jumlah kromosom direduksi menjadi
setengahnya pada waktu gametogenesis. Proses reduksi ini disebut meiosis.
Meiosis yang pertama merupakan suatu pembelahan reduksi yang menghasilkan
dua hasil haploid dari satu sel diploid. Pembelahan meosis kedua merupakan
pembelahann ekuasional yang memisahkan pasangan kromatid-kromatid sel-sel
haploid (Stasisfield, 1991)

Pada reproduksi seksual menyebabkan adanya variasi genetik dan


memungkinkan terjadinya perkembangan populasi yang spesifik teradaptasi
terhadap lingkungan sekelilingnya, oleh sebab itu individu yang dihasilkan
cenderung memiliki daya tahan yang lebih baik. Akan tetapi, ketika kombinasi
sifat yang diinginkan telah ditemukan, reproduksi secara aseksual berisiko
kehilangan individu tersebut dalam proses yang acak. Reproduksi aseksual tidak
melibatkan adanya pembentukan gamet, melalui meiosis maupun peleburan dua
gamet yang berbeda (fertilisasi). Reprodukasi cara ini dilakukan secara mitosis
membentuk individu baru yang identik secara genetik dengan induknya. Kedua
metode reproduksi memiliki keuntungan dan kekurangan (Irlawati, 2000)

Reproduksi pada tumbuhan terbagi atas reproduksi vegetatif dan


reproduksi generatif. Reproduksi vegetatif pada tumbuhan dapat dilakukan secara
tidak kawin buatan atau reproduksi vegetatif buatan, yakni berkembangbiaknya
tumbuhan dengan bantuan campur tangan manusia (Nugroho,2006)

Pada awal gametogenesis inti serbuka sari membelah menjadi dua sel,
yakni sel vegetatif dan sel generatif. Kedua sel tersebut ukurannya tidak sama. Sel
vegetatif lebih besar dibandingkan dengan sel generatif. Selanjutnya sel generatif
membelah secara mitosis mengahasilkan dua sel sperma. Dinding inti pada
beberapa jenis terdiri dari kalosi. Setelah pembelahan mitosis, sel vegetatif
melanjutkan pertumbuhan, organel sel bertambah jumlah dan ukurannya, vakuola
semakin menghilang. Setelah lepas dan dinding sel generatif bentuknya sepsis.
Bentuk ini selalu berubah selama perkembangan butir pollen. Sperma dibentuk
dari pembelahan mitosis inti sel generatif (Nugroho, 2006)

Tumbuhan mengasilkan biji terbagi atas gymnospermae dan angiospermae.


Pembuahan pada tumbuhan bukan hanya peleburan sperma dengan ovum, sperma
membuahi inti kandung lembaga sekunder yang menghasilkan endospermae
tempat cadangan makanan disimpan. Reproduksi pada tumbuhan terdiri dari
reproduksi vegetatif dan reproduksi generatif. Reproduksi vegetatif, antara lain
dengan membentuk zoospore , fragmentasi dan membelah diri. Dengan
membentuk oospora berupa sel produksi aseksual yang memilki flagel (Campbell,
2003)

Reproduksi tumbuhan secara vegetatif dapat dilakukan secara tak kawin


atau tanpa perkawinan antara sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina.
Sedangkan reprodusi secara generatif terbagi menjadi dua, yaitu Angiospermae
dan Gymnospermae. Daur hidup Angiospermae, tumbuhan bunga, mirip dengan
daur hidup Gymnospermae. Pada Angiospermae, mikrospora dan megaspora
terbentuk dalam bunga. Pada umumnya, bunga itu sempurna, artinya setiap bunga
mempunyai mikrosporangia dan megasporangium dan dengan demikian
membentuk kedua macam spora. Mikrospora terjadi di dalam stamen (benang sari)
dan megaspora didalam pistillum (Kimball, 2000).

Pada Angiospermae bakal biji tertutup didalam megasporofil yang


bermodifikasi dan disebut daun buah. Serbuk sari harus menembus jaringan daun
buah tersebut sebelum mencapai bakal biji untuk membuahinya. Serbuk sari
dibentuk dalam anter. Meiosis pada setiap sel induk spora menghasilkan
pembentukan empat mikrospora. Kemudian masing – masing berkembang
menjadi serbuk sari ber sel dua dengan dinding luar yang kasar. Satu sel serbuk
sari disebut sel tabung, yang lain disebut sel generatif. Pistil terdiri atas stigma
stillus dan ovarium yang terdiri atas ruang yang berisikan megasporanya, ovum
(bakal biji). Jumlah dan susunan bakal biji didalam bakal buah (indung telur,
ovarium) sangat beragam dari spesies ke spesies (Loveless, 1999)

Pada beberapa kelompok angiospermae pemindahan butir – butir serbuk sari


dilakukan oleh angin, misalnya rumput. Angiospermae banyak dibantu berbagai
hewan dalam penyerbukannya. Pada galibnya bunga yang disebuki sereangga itu
sempurna, adanya stamen dan pistil pada satu bunga. Ada dua keuntungan yang
didapat . Pertama adanya kecenderungan lebih sering terjadi penyerbukan. Bunga
tidak sempurna, dengan salah satu saja yang ada, perlu dikunjungi secara
bergantian agar dicapai efisiensi sebanding sebagai polinator. Kedua, jika tidak
berlangsung penyerbukan antara bermacam bunga, maka bunga tersebut masih
dapat menyerbuk sendiri. Pembentukan buah tetap ada meski kebanyakan serupa
gamet – gametnya akan mengurangi banyaknya variabilitas pada keturunannya
(Kimball, 2000)

Bunga Angiospermae sebenarnya dimodifikasi sedemikian sehingga yang lebih


umum terjadi ialah penyerbukan sendiri. Mekanisme yang menjamin penyerbukan
silang adalah adanya bunga tak sempurna pada tumbuhan terpisah. Spesies yang
mempunyai bunga seperti ini, contohnya pohon kurma, salak, pepaya, yang
disebut berumah dua (dioecious). Spesies dengan bunga tak sempurna pada satu
tanaman dinamakan tumbuhan berumah satu (monoecious). Pembuahan di antara
bunga – bunga ini menghasilkan tidak lebih banyak keragaman yang turun
menurun dibandingkan dengan penyerbukan sendiri pada satu bunga. Pada banyak
angiospermae , misalnya clover merah dan beberapa variates apel, serbuk sarinya
tidak akan berkecambah pada stigma tanaman yang sama. Tanaman seperti ini
disebut steril sendiri (Nugroho, 2006).

Semua tumbuhan Gymnospermae berupa tumbuhan berkayu, tetapi


menunjukan bentuk pertumbuhan yang sangat bervariasi, yang mencakup pohon
tinggi (kebanyakan konifer), pohon yang mirip palem (sikas), juga perdu dan
liana.Selain memiliki biji yang telanjang, gymnospermae dicirikan oleh adanya
daun yang biasanya selalu hijau dan menjangat dan karena tidak adanya pembuluh
pada xilem dan floem. Pada awal sejarah bumi gymnospermae merupakan tipe
vegetasi yang dominan. Gymnospermae yang masih hidup termasuk kedalam dua
kelompok utama, yaitu sebuah kelompok yang berupa tumbuhan mirip palem dan
disebut sikas dan satu lagi yang lebih besar kelompoknya , yang memiliki runjung
yang jelas, yang disebut konifer (Loveless, 1999)

Gymnospermae membawa bekal bijinya diluar pada permukaan


megasporofilnya atau struktur analognya yang disebut sisik pendukung bakal biji
(ovulife rous scales), yang berkelompok menjadi strobilus yang berkayu dan
disebut runjung (kecuali pada cycas, diantara wakil kelompok ini yang masih
hidup). Yang paling dikenal diantara gymnospermae konifer. Generasi sporofit
(yang merupakan bagian satu – satunya yang biasa tampak) membentuk dua spora
yang berbeda.Mikrospora berkecambah dan dan tumbuh menjadi generasi
gametofit jantan dan dalam megaspora berkembang menjadi generasi gametofit
betina. Masing – masing diproduksi dalam sporangiumnya, yang dinamakan
dengan mikrosporangium dan megasporangium (Kimball, 2000)

Gametofit Gymnospermae lebih dari suatu meknisme reproduktif. Kedua


gametofit jantan dan betina itu amat kecil dan seluruhnya bergantung pada
sporofit tetuanya untuk makanannya. Gametofit dapat dperitemukan hanya
dengan bantun struktur generasi sporofit tetuanya. Embrioyang berkembang itu
tidak lagi dilindungi oleh generasi gametofit sebagaimana pada limut dan paku-
pakuan, tetapi memperoleh makanan dan perlindungannya dari sporofit tertuanya.
Endosperma itu gametofitik, tetapi cadangan makanannaya berasal dari
sporifitnya. Generasi sporofit melanjutkan penyebaran spesiesnya. Hal ini tidak
dilaksanakan oleh spora-spora terbawa angin, melainkan oleh biji-biji yang
terbawa angin (Campbell, 2003)
BAB III BAHAN DAN METODE

A. WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Februari 2019 pukul


16.00 – 17.40 WIB di laboratorium Genetika Dasar, Fakultas Pertanian
Universitas Andalas, Padang.

B. ALAT DAN BAHAN

Dalam praktikum ini alat dan bahan yang digunakan adalah pensil atau
spidol dan alat-alat tulis lainnya yang membantu dalam menggambarkan lokus,
kromosom dan sister kromatid, menggambarkan proses meiosis pada
mikrosporogenesis, menggambarkan proses meiosis pada makrosporogenesis,
serta menggambarkan proses pematangan gamet dan fertilisasi.

C. METODE
a. Lokus, kromosom homolog dan sister kromatid
1. Asumsikan jumlah kromosom suatu sel adalah 6 (2n = 2x = 6)
2. Gambarkan 3 pasang kromosom homolog dengan 3 jenis warna berbeda.
Untuk menandai homolognya, gambarkan dengan warna yang lebih
muda. Misalnya merah//merah muda –biru tua//biru muda.
3. Tandai lokus dengan masing-masing kromosom dengan alel A dan alel B
pada kromosom pertama, dan alel a serta alel b pada kromosom
pasangannya. Selanjutnya tandai alel c dan alel C pada pasangan
kromosom kedua dan alel D serta alel d pada pasangan kromosom ke-3.
4. Tunjukkan bagaimana terbentuk sister kromatid dan perhatikan
bagaimana proses meiosis akan menghasilkan keragaman warna
kromosom pada sel anak yang dihasilkan. Ini menunjukkan bahwa sel
anak yang dihasilkan memiliki berbagai variasi alel yang dimiliki oleh
tetua maupun variasi alel yang tidak dimiliki oleh tetua sebelumnya
karena adanya proses pindah silang antara non-sister kromatid.
b. Spermatogenesis, oogenesis dan fertilisasi
1. Gambarkan tahapan makrosporogenesis dan mikrosporogenesis dengan
komposisi masing-masing gen sebagaimana diatas.
2. Lengkapi dengan proses pematangan gamet dan fertilisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Suryo,1996.Genetika.Gadjah Mada Univesity Press : Yogyakarta.

Crowder L. V. 1982. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Yatim, W. 1991. Genetika. Tarsito. Bandung.


Campbell, NA. 2003. Biologi. Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Kimball,W John. 2000. Biologi Jilid 2 edisi ke-5. Jakarta. Erlangga.

Loveless,A.R. 1999. Prinsip-Prinsip Tumbuhan Untuk Daerah Tropis.


Jakarta. Erlangga.

Irlawati. 2000. Ringkasan Materi Olimpiade Internasional. Bandung. ITB.

Nugroho, L. Hartanto. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.


Jakarta. Penebar Swadaya.

Ardhianto. D, dkk. 2009. Biologi Reproduksi Bunga Cassine koordersii.


Vol :12(1):20.

Anda mungkin juga menyukai