Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Delima (Punica granatum L.)

Delima berasal dari Timur Tengah, tersebar di daerah subtropik sampai

tropik, dari dataran rendah sampai dibawah 1.000 m dpl. Di Indonesia, delima

mempunyai banyak nama daerah, antara lain Sumatera : glima (Aceh), glimeu mekah

(Gayo), dalimo (Batak). Jawa : gangsalan (Jawa), dalima (Sunda), dhalima (Madura).

Nusa Tenggara : jeliman (Sasak), talima (Bima), dila dae lok (Roti), lelo kase, rumau

(Timor). Maluku : dilimene (Kisar). Nama asing : Shi liu (Cina), granaatappel

(Belanda), grenadier (Perancis), granatbaum (Jerman), luru (Vietnam), thap thim

(Thailand), granada (Tag.), pomegranate (Inggris) (Bayu SDS, 2013).

Gambar 1. Delima (Punica granatum L.)

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah Delima (Punica granatum L.)

Menurut Winkanda Satria Putra (2016), tanaman delima diklasifikasikan

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

5
Divisio : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida

Ordo (bangsa) : Myrtales

Familia (suku) : Lythraceae

Genus (marga) : Punica

Species : P. granatum

2.1.3 Morfologi Tumbuhan Delima (Punica granatum L.)

a. Batang

Berupa perdu atau pohon kecil dengan tinggi 2-5 m. Batang berkayu,

ranting bersegi, percabangan banyak, lemah, berduri pada ketiak daunnya,

cokelat ketika masih muda, dan hijau kotor setelah tua (Dalimartha S, 2007).

b. Daun

Daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya berkelompok. Helaian

daun bentuknya lonjong sampai lanset, pangkal lancip, ujung tumpul, tepi

rata, pertulangan menyirip, permukaan mengkilap, panjang 1-9 cm, lebar 0,5-

2,5 cm, warnanya hijau (Dalimartha S, 2007).

c. Bunga

Bunga hampir tidak bertangkai, pada ujung cabang atau dalam ketiak-

ketiak daun dekat ujung, berkumpul 1-5. Kelopak berwarna merah atau

kuning pucat, tinggi 2-3 cm dengan taju-taju yang tingginya lebih kurang 1

cm. Mahkota berwarna merah atau putih (Tjitrosoepomo G, 2010). Bunga

6
tunggal bertangkai pendek dan keluar di ujung ranting serta berbunga

sepanjang tahun (Putra WS, 2016).

d. Buah

Buahnya buah buni, bentuknya bulat dengan diameter 5-12 cm, warna

kulitnya beragam, seperti hijau keunguan, putih, cokelat kemerahan, atau

ungu kehitaman. Kadang, terdapat bercak-bercak yang agak menonjol

berwarna lebih tua (Dalimartha S, 2007).

e. Biji

Bijinya banyak, kecil-kecil, berbentuk bulat panjang yang bersegi-segi

agak pipih, keras, tidak beraturan, warnanya merah, merah jambu, atau putih

(Putra WS, 2016).

2.1.4 Lingkungan Tumbuh

Delima diperbanyak dengan stek, tunas akar, dan cangkok. Kadang-kadang

orang menggunakan cara runduk atau sambungan untuk memperbanyak pohonnya.

Namun, tanaman unggul hanya dapat diperbanyak dengan pemangkasan batang

tanamansepanjang 25-30 cm, yang kemudian dapat ditanam dalam tanah terbuka.

Tumbuhan ini menyukai tanah gembur yang tidak terendam air, dengan air tanah

yang tidak dalam. Daerah yang baik untuk pertumbuhannya adalah daerah tropis

yang musim kemaraunya panjang dan panas dengan ketinggian 1.000 m di atas

permukaan laut (Nuraini DS, 2011).

2.1.5 Kandungan dan Kegunaan Kulit Buah Delima

Kandungan kimia pada kulit buah delima diantaranya adalah senyawa

flavonoid, tannin, alkaloid, asam fenolat yang terdiri dari galkotanin, ellegatanin,

7
punicalagin, punicalin, asam galat, asam ellagic, katekin, kuercetin, flavonol, flavon,

dan antocianidin. Kandungan senyawa fenolik pada kulit buah delima mempunyai

aktivitas antioksidan yang tinggi, oleh karena itu disebut delima kaya akan

antioksidannya (Madrigal et al, 2009)

Kulit buah delima mengandung senyawa tanin (28%). Kandungan tanin pada

kulit buah delima berfungsi mengerutkan pori-pori (astringen). Karena kandungan

taninnya, kulit buah delima yang masak merupakan bahan astringen yang kuat,

sangat manjur untuk mengatasi diare, disentri, dan keputihan pada wanita. Sebagai

bahan kosmetik, ekstrak kulit buah delima bermanfaat untuk astringen untuk

kombinasi menanggulangi kulit berjerawat (Nuraini DS, 2011).

2.2 Lotion

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, lotion adalah sediaan cair berupa

suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat

padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi

tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang cocok. Pada penyimpanan mungkin

terjadi pemisahan. Dapat ditambahkan zat warna, zat pengawet dan zat pewangi yang

cocok (Departemen Kesehatan, 1995).

2.2.1 Jenis-jenis Lotion

Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan cairan minyak atau

campuran minyak dalam air yang dapat ditambahi atau dikurangi zat tertentu untuk

tujuan khusus (Wasitaatmadja, 1997).

Secara garis besar, ada tiga jenis pelembab tubuh :

a. Body lotion

8
Body lotion mempunyai konsistensi paling encer dibandingkan

dengan pelembab lainnya. Lotion yang baik adalah tidak terlalu greasy

(berminyak) saat digunakan dan dapat menyerap dengan cepat saat dioleskan

di kulit. Lotion merupakan pilihan paling tepat jika membutuhkan pelembab

yang ringan atau bila digunakan untuk seluruh tubuh. Karena bentuknya

ringan dan tidak meninggalkan residu, lotion bisa digunakan di pagi hari

tanpa perlu khawatir bisa menempel di pakaian dan juga digunakan jika

tinggal di iklim yang lembab atau ketika cuaca mulai panas.

a. Body cream

Body cream bentuknya lebih pekat dibanding lotion dan mengandung

lebih banyak minyak pelembab. Krim tubuh (body cream) ini paling baik

digunakan di kulit yang kering, seperti lengan dan kaki, yang tak memiliki

banyak kelenjar minyak.

b. Body butter

Body butter memiliki proporsi minyak paling tinggi, sehingga sangat

kental dan mirip margarin atau mentega. Biasanya body butter memiliki

kandungan shea butter, cocoa butter, dan coconut butter. Bentuk pelembab

seperti ini bisa jadi sangat berminyak dan sulit dioleskan, maka akan sangat

baik jika dioleskan di daerah yang amat kering dan cenderung pecah misalnya

sikut, lutut, dan tumit (Voigt, 1984).

2.2.2 Bahan Penyusun Body Lotion

Body lotion merupakan campuran dari air, pelembut, humektan, bahan

pengental, pengawet, dan pewangi (Mitsui, 1997). Body lotion umumnya berbentuk

emulsi minyak dalam air (o/w), dimana minyak merupakan fase terdispersi (internal)

9
dan air merupakan fase pendispersi (eksternal). Tipe body lotion umumnya terdiri

dari 10-15% fase minyak, 5-10% humektan, dan 75-85% fase air (Balsam et al.,

1972).

Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam pembuatan

body lotion. Air yang digunakan dalam pembuatan lotion adalah air murni yang

berfungsi sebagai pelarut (Departemen Kesehatan, 1993).

Emolient (pelunak, zat yang mampu melunakkan kulit) didefinisikan sebagai

sebuah media yang jika digunakan pada lapisan kulit kering akan mempengaruhi

kelembutan kulit. Bahan ini mengisi ruang antar sel kulit, membantu menggantikan

lemak sehingga dapat melembutkan dan melumasi (Mariani, 2007). Farage (2007)

menyatakan bahwa emolient yang digunakan dalam body lotion dapat mengurangi

resiko terjadinya penyakit kulit seperti dermatitis. Lotion dengan emolient dapat

membuat kulit terasa nyaman, kering, dan tidak berminyak.

Rasa nyaman setelah pemakaian body lotion disebabkan emolient memiliki

titik cair yang lebih tinggi dari suhu kulit. Oleh karena itu, dalam membuat formula

hand and body lotion harus diperhatikan fungsi utama dari hand and body lotion

yaitu melembutkan, mudah dan cepat menyerap pada permukaan kulit, tidak

meninggalkan lapisan tipis, tidak menimbulkan rasa lengket pada kulit setelah

pemakaian, tidak mengganggu pernafasan, antiseptis, memiliki bau yang khas

(menyegarkan), serta memiliki warna menarik dan tetap. Bahan-bahan yang

berfungsi sebagai emolient adalah minyak mineral, ester isopropil, turunan lanolin,

trigliserida, dan asam lemak (Schmitt, 1996).

Humektan merupakan salah satu bagian terpenting pada body lotion karena

merupakan zat yang melindungi emulsi dari kekeringan dengan mempertahankan

kandungan air produk saat pemakaian pada permukaan kulit. Humektan berpengaruh

10
terhadap kulit yaitu melembutkan kulit dan mempertahankan kelembaban kulit agar

tetap seimbang. Humektan ditambahkan pada hand and body lotion dan produk

dengan tipe emulsi minyak dalam air lainnya untuk mengurangi kekeringan ketika

disimpan pada suhu ruang (Mitsui, 1997). Humektan yang dapat digunakan dalam

hand and body lotion yaitu gliserin, propilen glikol, dan sorbitol dengan kisaran

penggunaan 0,5-15% (Schmitt, 1996).

Bahan pengental (thickener) digunakan untuk mengatur kekentalan dan

mempertahankan kestabilan produk dengan mencegah terpisahnya partikel dari

emulsi. Umumnya water soluble polymers yang digunakan sebagai bahan pengental

diklasifikasikan sebagai polimer natural, semi sintetis polimer, dan polimer sintetis

(Mitsui, 1997). Pengental polimer seperti gum-gum alami, derivatif selulosa, dan

karbomer lebih sering digunakan dalam emulsi dibandingkan dalam formulasi

berbasis surfaktan. Penggunaan thickener dalam pembuatan hand and body lotion

biasa digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu di bawah 2,5% (Schmitt, 1996).

Emulsifier atau pengemulsi merupakan bahan yang penting dalam pembuatan

hand and body lotion karena memiliki gugus polar maupun non polar dalam satu

molekulnya, sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak yang non polar dan disisi

lain juga akan mengikat air yang polar. Hal ini berhubungan dengan hidrofillipofil

balance yaitu keseimbangan antara komponen yang larut air dan larut minyak

(Schmitt, 1996). Emulsifier akan membentuk lapisan tipis (film) yang menyelimuti

partikel dan mencegah partikel tersebut bersatu dengan partikel sejenisnya. Emulsi

mengandung lebih dari satu emulsifier karena kombinasi dari beberapa emulsifier

akan menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia dari emulsi. Untuk emulsi

tipe minyak dalam air (o/w) digunakan zat pengemulsi seperti trietanolamin strearat

dan golongan sorbitan, polisorbat, poliglikol dan sabun. Untuk membuat emulsi tipe

11
air dalam minyak (w/o) digunakan zat pengemulsi seperti lemak bulu domba, setil

alkohol, stearil alkohol, setaseum dan emulgida (Tranggono, R.I dan Latifah F.,

2007).

Zat tambahan lainnya yang dibutuhkan dalam body lotion adalah pengawet.

Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan dimaksudkan untuk

meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya kontaminasi

mikroorganisme. Karena pada sediaan yang mengandung fase air dan lemak ini akan

mudah ditumbuhi bakteri dan jamur. Oleh karena itu perlu penambahan zat yang

dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Zat pengawet yang

digunakan umumnya metil paraben 0,12% sampai 0,18% atau propil paraben 0,02%

sampai 0,05% (Tranggono, R.I dan Latifah F., 2007).

a. Asam Stearat

Gambar 2. Struktur Kimia Asam Stearat (C17H35COOH)

Asam stearat (C17H35COOH) merupakan komponen fase lemak yang

berfungsi sebagai emulsifier untuk memperoleh konsistensi suatu produk.

Dengan penambahan asam stearat, produk bersifat lunak dan menghasilkan

kilauan yang khas (Idson dan Lazarus, 1994). Asam stearat diproduksi

dengan mengekstraksi cairan asam dari asam lemak yang berasal dari lemak

sapi. Selain itu proses destilasi asam lemak yang berasal dari minyak kacang

kedelai atau minyak biji kapas juga dapat dilakukan untuk memproduksi

12
asam stearat (Mitsui, 1997). Asam stearat mudah larut dalam kloroform, eter,

etanol, dan tidak larut dalam air (Departemen Kesehatan, 1993).

b. Parafin cair

Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak

mineral berupa cairan kental transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna,

hampir tidak berbau, dan hampir tidak mempunyai rasa yang praktis tidak

larut dalam air dan dalam etanol (95%) tetapi larut dalam kloroform dan eter.

Parafin cair harus disimpan dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari

cahaya (Departemen Kesehatan, 1995).

c. Gliserin

Gambar 3. Struktur Kimia Gliserin (C3H5(OH)3)

Humektan terpenting dalam pembuatan body lotion adalah gliserin

(C3H5(OH)3) yang diperoleh dari proses saponifikasi trigliserida dan sorbitol.

Sifat melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan

hidrogen dengan air sehingga mencegah penguapan air. Komposisi gliserin

yang digunakan pada formulasi berkisar antara 3-10% (Mitsui, 1997).

Pemerian gliserin di dalam Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), cairan

seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat

yang dapat bercampur dengan air dan etanol, namun praktis tidak larut dalam

kloroform, eter, dan dalam minyak lemak.

Penggunaan gliserin berfungsi untuk mencegah lotion menjadi kering

dan mencegah membentuk kerak selama pengemasan dalam botol. Selain itu

13
gliserin juga berfungsi dalam memperbaiki konsistensi dan mutu lotion, yaitu

mencegah terhapusnya lotion jika digunakan pada kulit sehingga

memungkinkan lotion dapat menyebar tanpa digosok. Penambahan gliserin

menyebabkan lotion menjadi lebih pekat (Idson dan Lazarus, 1994).

d. Na-CMC

Natrium Carboxymethylcellulosum adalah serbuk atau butiran

berwarna putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau hampir tidak

berbau, dan higroskopik. Na-CMC mudah mendispersi dalam air membentuk

suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol, eter, dan dalam pelarut organik

lain (Departemen Kesehatan, 1995). Menurut Fardiaz, dkk (1987), ada empat

fungsional yang penting dari Na-CMC yaitu untuk pengental, stabilisator,

pembentuk gel dan beberapa hal sebagai pengemulsi tetapi sebagai senyawa

yang memberikan kestabilan. Penggunaan Na-CMC di Indonesia sebagai

bahan penstabil, pengental, pengembang, pengemulsi, dan pembentuk gel

yang diijinkan oleh Menteri Kesehatan RI, diatur menurut PP. No.

235/MENKES/PER/VI/1979 adalah 1-2%.

e. Trietanolamin

Gambar 4. Struktur Kimia Trietnolamin (C6H15NO3)

Trietanolamin (C6H15NO3) atau TEA merupakan cairan tidak

berwarna atau berwarna kuning pucat, jernih, tidak berbau atau hampir tidak

berbau, dan higroskopis. Cairan ini dapat dicampur dengan air dan etanol

(95%) namun sukar larut dalam eter (Departemen Kesehatan, 1993). TEA

14
dapat digunakan sebagai penyeimbang pH dalam sediaan kosmetika

(Anonime, 2008).

f. Metil paraben

Gambar 5. Struktur Kimia Metil paraben (C8H8O3)

Metil paraben (C8H8O3) merupakan zat berwarna putih atau tidak

berwarna, berbentuk serbuk halus, tidak berbau dan rasa sedikit membakar.

Zat ini dapat larut dalam etanol 95%, eter, dan air namun sukar larut dalam

benzen dan karbontetraklorida (Departemen Kesehatan, 1993). Metil paraben

dapat digunakan dalam sediaan kosmetika dengan konsentrasi maksimum 1%

(Mitsui, 1997). Metil paraben sering digunakan dalam hand and body lotion

karena dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram negatif dibandingkan

terhadap jamur dan ragi (Idson dan Lazarus, 1994). Pengawet ini tidak

bersifat toksik dan tidak menyebabkan iritasi kulit tetapi dapat menyebabkan

alergi untuk kulit sensitive (Anonime, 2008).

g. Air

Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam

pembuatan body lotion. Air merupakan bahan pelarut dan bahan baku yang

tidak berbahaya, tetapi air mempunyai sifat korosi. Air mengandung beberapa

bahan pencemar sehingga air yang digunakan untuk produk kosmetik harus

dimurnikan terlebih dahulu (Mitsui, 1997). Air murni yaitu air yang diperoleh

15
dengan cara penyulingan, proses penukaran ion, dan osmosis sehingga tidak

lagi mengandung ion-ion dan mineral-mineral. Air murni hanya mengandung

molekul air saja. Air merupakan cairan jernih, tidk berwarna, tidak berasa,

berfungsi sebagai pelarut, dan memiliki pH 5,0-7,0 (Departemen Kesehatan,

1993).

h. Pewangi

Pewangi yang biasa digunakan dalam formulasi body lotion adalah

minyak essensial (essential oil). Minyak essensial merupakan bahan yang

sensitif terhadap panas, sehingga harus ditambahkan pada temperatur yang

rendah. Minyak ini biasanya digunakan dalam jumlah yang kecil sehingga

tidak menyebabkan iritasi (Reiger, 2000).

2.3 Ekstrak

Dalam buku Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), disebutkan bahwa ekstrak

adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari

simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian

semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Sebagian

ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh

perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar

bahan sesedikit mungkin terkena panas.

16

Anda mungkin juga menyukai