Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PRESENTATION

Disfungsi Ereksi
Sebagai tugas dalam
Blok sistem perkemihan

Nama Kelompok : Kelompok 4


Anggota Kelompok :

1. Adrian Javas Setiadi (04021181419015)


2. Desi Anggraini (04021181419020)
3. Marta Sari (04021281419024)
4. Dwi Astuti (04021281419025)
5. Lidya Oktarina Graesesa (04021281419028)
6. Lili Kurnia (04021281419029)
7. Rini Lusiana Ray (04021281419032)
8. Jemi Saputra (04021281419033)
9. Rusi Wahyuni (04021281419039)
10. Euis Fiza Fauziah (04021181419042)

Dosen Pembimbing : Nurnaningsih S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2016

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 1


HUBUNGAN PENDERITA STROKE, HIPERTENSI, LAMANYA DIABETES
MELITUS, PEKERJAAN KOKI, SUHU, MEROKOK DAN KONSUMSI MINUMAN
BERALKOHOL DENGAN TERJADINYA DISFUNGSI EREKSI.

(STROKE PATIENT RELATIONSHIP, HYPERTENSION, DIABETES MELLITUS


DURATION, JOBS KOKI, TEMPERATURE, SMOKING AND ALCOHOL
CONSUMPTION BY THE OCCURRENCE ERECTILE DYSFUNCTION.)

Adrian Javas Setiadi1, Desi Anggraini2, Marta Sari3, Dwi Astuti4, Lidya Oktarina Graesesa5,
Lili Kurnia6, Rini Lusiana Ray7, Jemi Saputra8, Rusi Wahyuni9, Euis Fiza Fauziah10
1-10
Mahasiswa Sarjana Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran,
Jl.Palembang – Indralaya KM. 32 Kab. Ogan Ilir Sumatera Selatan Gedung A. Muthalib
Email: adrianjavassfc@yahoo.com1, desianggraini2424@yahoo.com2,
martasari0912@gmail.com3, dwi1288@yahoo.com4, Graesesha21slamn@gmail.com5,
lilykurnia88@gmail.com6, rini.rin64@yahoo.co.id7, jemisaputra.js@gmail.com8,
rusiwahyuni914@gmail.com9, euisfauziah2109@gmail.com10.

ABSTRAK
Latar Belakang: Masalah disfungsi ereksi merupakan masalah yang dialami oleh banyak
pria di dunia. World health organization (WHO) memperkirakan, di Asia terdapat sekitar 87
juta pria yang menderita disfungsi ereksi. Prefalensi disfungsi ereksi di Indonesia belum
diketahui secara tepat, di perkirakan 16% laki-laki usia 20-75 tahun mengalami disfungsi
ereksi (Wibowo, 2007). Diduga sekitar 10-20% pria menikah mengalami disfungsi ereksi
karena berbagai penyebab (Anonim, 2014; Pangkahila, 2014). Disfungsi ereksi atau
impotensi didefinisikan sebagai ketidakmampuan yang konsisten untuk mendapatkan atau
mempertahankan ereksi dalam memuaskan hubung-an seksual. Batasan tersebut
menunjukkan bahwa proses fungsi seksual laki-laki mempunyai dua komponen yaitu
mencapai keadaan ereksi dan mempertahankannya (Bivalacqua TJ, et.al, 2003). Peristiwa
ereksi terjadi melalui gabungan kerjasama antara otak, susunan syaraf tepi, dan pembuluh
darah di penis. Rangsangan seksual diramu oleh otak kemudian diteruskan oleh sistem syaraf
tepi sampai ke penis sehingga terjadi peningkatan aliran darah masuk ke penis serta
tertutupnya aliran darah ke luar penis, sehingga penis menjadi memanjang, kaku dan keras
(Wibowo, 2007). Pada umumnya penyebab disfungsi ereksi dikelompokkan menjadi 2 faktor,

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 2


yaitu faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik meliputi gangguan atau penyakit yang
berkaitan dengan gangguan hormon, pembuluh darah dan saraf (misalnya, defisiensi
testosteron akibat suhu panas, gangguan fungsi hati, gangguan kelenjar tiroid, diabetes
mellitus, kolesterol tinggi, hipertensi, hipotensi, penyakit jantung, penyakit ginjal dan
obesitas), gaya hidup tidak sehat (misalnya, merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol
berlebihan, penyalahgunaan obat dan kurang tidur), efek samping obat (misalnya, obat anti
hipertensi, obat anti depresi, obat penenang dan obat tidur secara berlebihan atau dalam
jangka panjang), serta akibat operasi yang potensial merusak saraf pelvis atau kavernosus
(misalnya, reseksi abdominal perineal, sistektomi radikal, prostatektomi radikal dan bedah
prostat). Faktor psikologis disebabkan oleh stres, depresi, kecemasan, perasaan bersalah,
takut keintiman dan kebimbangan tentang jenis kelamin (Anonim, 2014; Familia, 2010; Team
Dee Publishing, 2010; Pangkahila, 2011; Irianto, 2014).
Tujuan: Telaah literatur ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penderita stroke,
hipertensi, lamanya diabetes melitus, pekerjaan koki, suhu, merokok dan konsumsi minuman
beralkohol dengan terjadinya disfungsi ereksi.
Metode: Artikel dikumpulkan dari jurnal-jurnal elektronik dari google scholar, PubMed
menggunakan kata kunci disfungsi ereksi, diabetes mellitus, hipertensi, stroke, pekerjaan
koki, suhu, merokok dan konsumsi minuman beralkohol. Kriteria inklusinya adalah artikel
diterbitkan antara 2010-2016 dan ditemukan 6 artikel yang berhubungan dengan kata kunci.
Hasil: Hasil dari telaah literatur ini menunjukkan adanya hubungan penderita stroke,
hipertensi, lamanya diabetes melitus, pekerjaan koki, suhu, merokok dan konsumsi minuman
beralkohol dengan terjadinya disfungsi ereksi.
Kesimpulan: Temuan ini menunjukkan bahwa adanya hubungan penderita stroke, hipertensi,
lamanya diabetes melitus, pekerjaan koki, suhu, merokok dan konsumsi minuman beralkohol
dengan terjadinya disfungsi ereksi. Karena hal itulah, maka penting dilakukan edukasi untuk
mengurangi ataupun meminimalisir dampak lanjut dari disfungsi ereksi, baik itu dilakukan
oleh petugas kesehatan, masyarakat umum, keluarga maupun individu itu sendiri.

Kata Kunci: diabetes mellitus, disfungsi ereksi, hipertensi, merokok, minuman beralkohol
stroke, suhu, pekerjaan koki

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 3


ABSTRACT
Background: The problem of erectile dysfunction is a problem experienced by many men in
the world. World health organization (WHO) estimates that, in Asia there are about 87 million
men suffering from erectile dysfunction. Prefalensi erectile dysfunction in Indonesia is not
yet precisely known, estimated 16% of men aged 20-75 years experiencing erectile
dysfunction (Wibowo, 2007). Allegedly about 10-20% of married men experiencing erectile
dysfunction for various causes (Anonim, 2014; Pangkahila, 2014). Erectile dysfunction or
impotence is defined as the consistent inability to get or maintain an erection satisfactory for
sexual-circuited. These limits indicates that the process of male sexual function has two
components, namely achieving an erection and maintain it (Bivalacqua TJ, et.al, 2003).
Events erection occurs through a combination of co-operation between the brain, nervous
edge, and the blood vessels in the penis. Sexual stimulation is mixed by the brain and then
forwarded by the peripheral nervous system to the penis resulting in an increased flow of
blood into the penis as well as the closing of the blood flow to the outside of the penis, so the
penis becomes elongated, rigid and hard (Wibowo, 2007). In general, the causes of erectile
dysfunction are grouped into two factors, namely physical and psychological factors.
Physical factors include disorders or diseases related to hormonal disorders, blood vessels
and nerves (eg, testosterone deficiency due to hot temperatures, impaired liver function,
impaired thyroid gland, diabetes mellitus, high cholesterol, hypertension, hypotension, heart
disease, kidney disease and obesity), unhealthy lifestyle (eg, smoking, drinking alcohol
excessively, drug abuse and lack of sleep), side effects of medications (eg, anti-hypertensive
drugs, antidepressants, sedatives and sleeping excessively or long-term), as well as a result of
the operation, potentially damaging the pelvic nerves or cavernous (eg, abdominal perineal
resection, sistektomi radical, radical prostatectomy and prostate surgery). Psychological
factors caused by stress, depression, anxiety, guilt, fear of intimacy and indecision about sex
(Anonim, 2014; Familia, 2010; Team Dee Publishing, 2010; Pangkahila, 2011; Irianto, 2014).
Aim: This literature review aimed to determine the relationship of people with stroke,
hypertension, diabetes mellitus duration, chef jobs, temperature, smoking and consumption of
alcoholic beverages with erectile dysfunction.
Method: Articles were collected from electronic journals from google scholar, PubMed using
keywords erectile dysfunction, diabetes mellitus, hypertension, stroke, chef jobs, temperature,
smoking and consumption of alcoholic beverages. The inclusion criteria were articles
published between 2010-2016 and found 6 articles related to the keywords.

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 4


Result: The results of this literature review indicate a relationship patients with stroke,
hypertension, diabetes mellitus duration, chef jobs, temperature, smoking and consumption of
alcoholic beverages with erectile dysfunction.
Conclusion: These findings indicate that the relationship patients with stroke, hypertension,
diabetes mellitus duration, chef jobs, temperature, smoking and consumption of alcoholic
beverages with erectile dysfunction. Because of that, it was necessary to educate to further
reduce or minimize the impact of erectile dysfunction, whether it is done by health workers,
the general public, families and individuals themselves.

Keywords: alcoholic beverages stroke diabetes mellitus, cooks work, erectile dysfunction,
hypertension, smoking, , temperature,

LATAR BELAKANG
Disfungsi ereksi merupakan masalah yang dialami oleh banyak pria di dunia. World
Health Organization (WHO) memperkirakan, di Asia terdapat sekitar 87 juta pria yang
menderita disfungsi ereksi. Prefalensi disfungsi ereksi di Indonesia belum diketahui secara
tepat, di perkirakan 16% laki-laki usia 20-75 tahun mengalami disfungsi ereksi (Wibowo,
2007). Diduga sekitar 10-20% pria menikah mengalami disfungsi ereksi karena berbagai
penyebab (Anonim, 2014b; Pangkahila, 2014). Disfungsi ereksi atau impotensi didefinisikan
sebagai ketidakmampuan yang konsisten untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi
dalam memuaskan hubung-an seksual. Batasan tersebut menunjukkan bahwa proses fungsi
seksual laki-laki mempunyai dua komponen yaitu mencapai keadaan ereksi dan
mempertahankannya (Bivalacqua TJ, et.al, 2003). Peristiwa ereksi terjadi melalui gabungan
kerjasama antara otak, susunan syaraf tepi, dan pembuluh darah di penis. Rangsangan seksual
diramu oleh otak kemudian diteruskan oleh sistem syaraf tepi sampai ke penis sehingga
terjadi peningkatan aliran darah masuk ke penis serta tertutupnya aliran darah ke luar penis,
sehingga penis menjadi memanjang, kaku dan keras (Wibowo, 2007).
Pada umumnya penyebab disfungsi ereksi dikelompokkan menjadi 2 faktor, yaitu
faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik meliputi gangguan atau penyakit yang
berkaitan dengan gangguan hormon, pembuluh darah dan saraf (misalnya, defisiensi
testosteron akibat suhu panas, gangguan fungsi hati, gangguan kelenjar tiroid, diabetes
mellitus, kolesterol tinggi, hipertensi, hipotensi, penyakit jantung, penyakit ginjal dan
obesitas), gaya hidup tidak sehat (misalnya, merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 5


berlebihan, penyalahgunaan obat dan kurang tidur), efek samping obat (misalnya, obat anti
hipertensi, obat anti depresi, obat penenang dan obat tidur secara berlebihan atau dalam
jangka panjang), serta akibat operasi yang potensial merusak saraf pelvis atau kavernosus
(misalnya, reseksi abdominal perineal, sistektomi radikal, prostatektomi radikal dan bedah
prostat) dan pekerjaan. Faktor psikologis disebabkan oleh stres, depresi, kecemasan, perasaan
bersalah, takut keintiman dan kebimbangan tentang jenis kelamin (Anonim, 2014c; Familia,
2010; Team Dee Publishing, 2010; Pangkahila, 2011; Irianto, 2014).
Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai dari literatur review ini adalah untuk
mengetahui hubungan penderita stroke, hipertensi, lamanya diabetes melitus, pekerjaan koki,
suhu, merokok dan konsumsi minuman beralkohol dengan terjadinya disfungsi ereksi.
Menurut beberapa penelitian menunjukan adanya hubungan penderita stroke, hipertensi,
lamanya diabetes melitus, pekerjaan koki, suhu, merokok dan konsumsi minuman beralkohol
dengan terjadinya disfungsi ereksi.

TUJUAN
Adapun tujuan dari telaah literatur review ini adalah :
1. Tujuan Umum
 Untuk memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area keperawatan.
 Untuk memberikan penjelasan tentang hubungan/temuan terbaru dalam bidang
keperawatan khususnya adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
disfungsi ereksi.
2. Tujuan Khusus
 Untuk memberikan informai tentang hubungan penderita stroke terhadap kejadian
disfungsi ereksi.
 Untuk memberikan informasi tentang hubungan hipertensi terhadap kejadian
disfungsi ereksi.
 Untuk memberikan informasi tentang hubungan lamanya diabetes melitus dengan
terjadinya disfungsi ereksi.
 Untuk memberikan informasi tentang hubungan pekerjaan koki dengan terjadinya
disfungsi ereksi.
 Untuk memberikan informasi tentang hubungan pekerjaan koki dengan terjadinya
disfungsi ereksi.
 Untuk memberikan informasi tentang hubungan suhu, merokok dan konsumsi
minuman beralkohol dengan terjadinya disfungsi ereksi.

METODE

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 6


Metode yang digunakan dalam telaah literatur ini adalah mengumpulkan dan
menganalisis jurnal-jurnal penelitian mengenai hubungan penderita stroke, hipertensi,
lamanya diabetes melitus, pekerjaan koki, suhu, merokok dan konsumsi minuman beralkohol
dengan terjadinya disfungsi ereksi. Artikel didapat dari jurnal-jurnal elektronik dari Google
Scholar dan PubMed menggunakan kata kunci disfungsi ereksi, diabetes mellitus, hipertensi,
stroke, pekerjaan koki, suhu, merokok dan konsumsi minuman beralkohol dan bisa
mengakses full text. Dari pencarian ini didapatkan 200 artikel yang terkait dengan kata kunci,
namun hanya 6 diantaranya yang menjelaskan secara konsisten mengenai hubungan penderita
stroke, hipertensi, lamanya diabetes melitus, pekerjaan koki, suhu, merokok dan konsumsi
minuman beralkohol dengan terjadinya disfungsi ereksi.

HASIL
Dari telaah literatur ini, didapatkan 6 artikel penelitian yang menganalisis hubungan
penderita stroke, hipertensi, lamanya diabetes melitus, pekerjaan koki, suhu, merokok dan
konsumsi minuman beralkohol dengan terjadinya disfungsi ereksi. Penelitian-penelitian
tersebut dilakukan di Manado dan Surakarta, Indonesia. Tidak ada artikel penelitian yang
dipublikasikan dibawah tahun 2010. Faktor yang berhubungan terhadap kejadian disfungsi
ereksi yang dibahas dan menjadi kriteria inklusi pengambilan sampel dalam penelitian-
penelitian ini diantaranya adalah penderita stroke, hipertensi, lamanya diabetes melitus,
pekerjaan koki, suhu, merokok dan konsumsi minuman beralkohol.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang hubungan penderita
stroke, hipertensi, lamanya diabetes melitus, pekerjaan koki, suhu, merokok dan konsumsi
minuman beralkohol dengan terjadinya disfungsi ereksi bervariasi, mulai dari dengan
menggunakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan rancangan kohor
retrospektif, penelitian deskriptif, menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross
sectional. Dan alat ukur yang paling banyak digunakan adalah kuesioner baku IIEF-5, tetapi
juga menggunakan wawancara. Jumlah sampel dalam penelitian - penelitian yang ditelaah ini
adalah sebanyak 45 penderita hipertensi, 160 laki-laki yang terdiri dari 81 pasien stroke dan
79 pasien non-stroke berusia 30 sampai 79 tahun penderita stroke, 60 sampel pada suhu,
merokok dan konsumsi minuman beralkohol, 60 pada supir perokok dan alkohol, 30 pada
lamanya diabetes mellitus dan 66 sampel pada pekerjaan koki.

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 7


Tabel 1. Penelitian-penelitian dalam telaah literatur berdasarkan tempat penelitian,
jenis stressor, jumlah sampel, alat ukur yang digunakan, desain penelitian,
dan hasil dari pemberian terapi tertawa untuk mengurangi stres karena
berbagai stressor.
Peneliti
Faktor
(Tahun
Tempat yang Jumlah Metode Hasil
Penerbitan Alat Ukur
penelitian Mempeng Sampel Penelitian Terapi
)
aruhi

Datou, Manado Hipertensi 45 Kuisioner Penelitian Ada


EKR, et.al. Deskriptif Hubungan
(2014)
Santoso, TB Surakarta Stroke 36 Kuesioner observasi Ada
(2010) baku onal Hubungan
IIEF-5 analitik
dengan
mengguna
kan
rancanga
n kohor
retrospekti
f
Turalaki, Manado Suhu, 60 Kuisioner Survei Ada
Grace merokok dan analitik Hubungan
(2015) dan Wawancar dengan
konsumsi a pendekata
minuman n cross
beralkohol sectional
study

Irene M. Manado Sopir 60 Kuisioner Survei Ada


Rotinsulu, perokok analitik Hubungan
et al. dan dengan
(2016) alkohol pendekata
n cross
Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 8
sectional
study

Dodie, NJ, Manado Lamanya 30 Kuesioner Survei Ada


et.al. (2013) Diabetes baku analitik Hubungan
Mellitus IIEF-5 dengan
pendekata
n cross
sectional
study
Bongkriwan Manado Pekerjaan 66 Kuesioner Deskriptif Ada
, et.al. Koki Hubungan
(2014)

Hasil telaah literatur ini menunjukkan bahwa dari 6 artikel penelitian yang ditelaah,
tiga diantaranya menyatakan hubungan penderita stroke, hipertensi, lamanya diabetes
melitus, pekerjaan koki, suhu, merokok dan konsumsi minuman beralkohol dengan terjadinya
disfungsi ereksi.

PEMBAHASAN
Disfungsi ereksi atau impotensi didefinisikan sebagai ketidakmampuan yang
konsisten untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi dalam memuaskan hubung-an
seksual. Batasan tersebut menunjukkan bahwa proses fungsi seksual laki-laki mempunyai dua
komponen yaitu mencapai keadaan ereksi dan mempertahankannya (Bivalacqua TJ, et.al,
2003). World Health Organization (WHO) memperkirakan, di Asia terdapat sekitar 87 juta
pria yang menderita disfungsi ereksi. Prefalensi disfungsi ereksi di Indonesia belum diketahui
secara tepat, di perkirakan 16% laki-laki usia 20-75 tahun mengalami disfungsi ereksi
(Wibowo, 2007). Diduga sekitar 10-20% pria menikah mengalami disfungsi ereksi karena
berbagai penyebab (Anonim, 2014b; Pangkahila, 2014).
Pada umumnya penyebab disfungsi ereksi dikelompokkan menjadi 2 faktor, yaitu
faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik meliputi gangguan atau penyakit yang
berkaitan dengan gangguan hormon, pembuluh darah dan saraf (misalnya, defisiensi
testosteron akibat suhu panas, gangguan fungsi hati, gangguan kelenjar tiroid, diabetes
mellitus, kolesterol tinggi, hipertensi, hipotensi, penyakit jantung, penyakit ginjal dan

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 9


obesitas), gaya hidup tidak sehat (misalnya, merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol
berlebihan, penyalahgunaan obat dan kurang tidur), efek samping obat (misalnya, obat anti
hipertensi, obat anti depresi, obat penenang dan obat tidur secara berlebihan atau dalam
jangka panjang), serta akibat operasi yang potensial merusak saraf pelvis atau kavernosus
(misalnya, reseksi abdominal perineal, sistektomi radikal, prostatektomi radikal dan bedah
prostat) dan pekerjaan. Faktor psikologis disebabkan oleh stres, depresi, kecemasan, perasaan
bersalah, takut keintiman dan kebimbangan tentang jenis kelamin (Anonim, 2014c; Familia,
2010; Team Dee Publishing, 2010; Pangkahila, 2011; Irianto, 2014).
Penderita Stroke memiliki hubungan terhadap kejadian disfungsi ereksi. Menurut
World Health Organization (WHO) Multinational Monitoring of Trends and Determinants
in Cardiovascular Disease (MONICA) Project tahun 1988, stroke merupakan suatu sindrom
klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal atau global, menetap
lebih dari 24 jam atau kurang dari 24 jam yang disertai dengan kematian, semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (Truelsen dkk.,2003). Stroke
merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia dengan insiden 5,5 juta orang
per tahun dan bertanggung jawab terhadap 50 juta disability adjusted life years
(DALY) (Mukherjee dan Patil, 2). Sebagian besar penderita stroke akan mengalami
problem dan penurunan fungsi seksual akibat terganggunya mekanisme kontrol seksual dari
susunan saraf pusat dan perifer. Serangan stroke akan menyebabkan ketidakpuasan pasien
dan pasangannya dalam relasi seksual, penurunan frekuensi koitus, keinginan berhubungan
seksual dan gangguan ejakulasi. Gangguan ini selanjutnya dapat menyebabkan penurunkan
kebahagiaan hidup. Ketidakpuasan dalam relasi seksual dengan pasangannya juga merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan disfungsi ereksi semakin berat. Dengan semakin
beratnya disfungsi ereksi ini akan menyebabkan gangguan psikologis seperti depresi dan
kecemasan. Padahal depresi dan kecemasan juga merupakan faktor pencetus disfungsi ereksi.
Hal-hal di atas menyebabkan menurunnya interaksi sosial, aktifitas sehari-hari, dan rasa sehat
penderita disfungsi ereksi.
Penderita hipertensi juga berpengaruh terhadap angka kejadian disfungsi ereksi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal pada pemeriksaan tekanan darah. Penyakit ini dikategorikan
sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya (Sukri & Pranawa, 2001). Berdasarkan criteria
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatent on High Blood

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 10


Pressure VII (JNC VII) yang diterapkan di Indonesia, seseorang dikatakan menderita
hipertensi jika tekanan darahnya sama dengan atau lebih dari 140/90 mmHg (Asdia, et.all,
2007). Pengobatan Obat hipertensi seperti beta blockers dan diuretik bekerja dengan cara
mengurangi dan mempertahankan tekanan darahtetap rendah ketika darah mengalir ke penis.
Hal ini pada akhirnya akan menghambat aliran darah ke penis, dan akibatnya pasien
hipertensi sering mengalami kesulitan mendapatkan dan mempertahankan ereksi, sehingga
terjadi disfungsi ereksi.
Disfungsi ereksi juga dipengaruhi oleh lamanya seseorang menderita Diabetes
Mellitus. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (Purnamasari, D, 2009). Terdapat dua tipe utama diabetes melitus yaitu,
diabetes melitus tipe 1 yang disebabkan kurangnya sekresi insulin dan diabetes melitus tipe 2
yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin.
Penurunan sensitivitas terhadap insulin ini seringkali disebut sebagai resistensi insulin.
Terdapat juga diabetes melitus tipe lain yaitu karena kelainan genetik, penyakit pankreas,
obat, infeksi, antibodi, sindroma seperti cushing syndrome, serta diabetes melitus pada masa
kehamilan (diabetes gestasional). Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit yang sering
dijumpai dimasyarakat terutama dikalangan masyarakat perkotaan.
Pada penderita diabetes melitus yang sudah lama yaitu lebih dari 5 tahun dan tidak
terkontrolnya gula darah akan terjadi gangguan pada sel-sel saraf dan pembuluh darah kecil
(mikrovaskular) serta pembuluh darah besar (makrovaskular) kerusakan pada masing-masing
pembuluh darah tersebut menimbulkan dampak yang berbeda. Keru-sakan pada pembuluh
darah kecil terjadi pada mata, ginjal dan saraf. Sedangkan kerusakan pada pembuluh darah
besar dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis. Diabetes melitus dapat menimbulkan
komplikasi akut seperti hipoglikemia dan ketoasidosis diabetika sedangkan kompli-kasi
kronis berupa makroangiopati, mikro-angiopati, dan neuropati. Komplikasi kronis ini
biasanya terjadi pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol. Diabetes melitus
disebutkan juga dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi. Jika penyakit ini terus
berlanjut hingga bersifat kronis maka dapat menimbulkan komplikasi seperti gangguan
psikologis dan disfungsi seksual khususnya pada pria. Kebanyakan disfungsi ereksi dialami
pada penderita yang telah mengidap diabetes melitus lebih dari 5 tahun. Pada diabetes melitus
yang lama dapat terjadi kelebihan gula darah atau gula darah yang tidak terkontrol, hal ini
disebabkan karena ketidaksadaran dari pasien atau keterlambatan diagnosis karena

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 11


kebanyakan pasien akan datang mencari pertolongan dari tenaga medis apabila penyakit
mereka sudah parah. Sebagian dari orang-orang akan menyadarinya ketika sudah mengalami
penurunan berat badan secara tiba-tiba dan beberapa gejala lainnya. Akibatnya gula darah
dalam tubuh yang tidak terkontrol dapat merusak sel-sel saraf dan pembuluh darah.
Kerusakan ini diakibatkan adanya stress oxidative pada endotel akibat tingginya gula darah.
Endotel dalam keadaan normal bisa menghasilkan nitric oxide (NO) yang berguna untuk
melebarkan pembuluh darah termasuk pembuluh darah di penis. Dalam keadaan rusaknya
pembuluh darah, nitric oxide (NO) tidak dihasilkan sehingga pembuluh darah penis sulit
melebar sehingga aliran darah ke organ erektil berkurang sehingga terjadilah disfungsi ereksi
(Sulaifi, MF, 2009).
Suhu, merokok dan konsumsi minuman beralkohol juga berpengaruh terhadap
kejadian disfungsi ereksi. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
spermatogenesis dan proses pembentukan hormon pada pria. Dalam proses produksi, testis
sebagai pabrik sperma dan hormon membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu
tubuh, yaitu 34-350 Celcius. Hal ini sangat penting untuk terjadinya proses yang optimal
(Tendean, 2010). Hormon androgen memegang peranan penting pada aktivitas seksual pria
yang merupakan proses sinkronisasi dari timbulnya keinginan seksual pada otak (sistem
sentral) dan ditransmisikan ke sistem perifer sehingga terjadi ereksi penis. Testosteron
termasuk bagian dari hormon androgen yang berperan pada kedua sistem tersebut dan
mempertahankan struktur normal dari jaringan ereksi (Vignozzi et al, 2005; Nasser, 2006;
Traish and Guay, 2006; Pan et al, 2006; Bai and Deng, 2006; Davies and Melman, 2008).
Paparan yang lama atau reguler dalam suhu panas dapat mengubah kemampuan tubuh
menjaga suhu testis sehingga dapat menyebabkan atrofi testis yang mengganggu proses
spermatogenesis, selanjutnya dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi hormon testosteron
dan pada akhirnya merupakan salah satu penyebab disfungsi ereksi (Dada et al, 2003).
Rokok mengandung banyak bahan kimia. Kandungan rokok sangat berbahaya bagi
perokok aktif maupun yang bukan perokok namun berada di sekitarnya (perokok pasif)
(Fitriani, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), ada 13 milyar perokok di dunia
dan sepertiganya berasal dari populasi global yang berusia 15 tahun ke atas. Indonesia
menduduki peringkat ke-4 jumlah perokok terbanyak di dunia dengan jumlah sekitar 141 juta
orang (Gondodiputro, 2007). Pada hasil survei MMAS ditemukan bahwa pada perokok
memiliki resiko 24% terjadinya disfungsi ereksi sedang dan berat, sementara pada bukan
perokok hanya memiliki resiko sebesar 14% (Kumar, 2010).

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 12


Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri yang menuju
penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Ereksi tidak dapat terjadi
bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu
(Gondodiputro, 2007; Horasanli et al, 2008; Familia, 2010; Team Dee Publishing, 2010;
Anonim, 2014a). Selain itu nikotin juga dapat berpengaruh langsung pada fungsi endotel dan
otot polos ruang-ruang korpus kavernosum di dalam penis, akibatnya fungsi relaksasi ruang
pembuluh darah di dalam penis terganggu sehingga aliran darah terhambat dan ereksi
terganggu atau tidak terjadi (Kumar, 2010).
Alkohol adalah depresan yang berfungsi memperlambat refleks, termasuk dalam olah
seksual (Familia, 2010; Team Dee Publishing, 2010). Menurut penelitian Masters dan
Johnson, sekitar 30-40% pria peminum alkohol menunjukkan libido yang menurun dan 40%
menderita kesulitan ereksi, walaupun tidak dijelaskan secara detail mengenai lamanya
konsumsi minuman beralkohol (Mayo Clinic, 2011; Grover et al, 2014). Masalah seksual
pada pria alkoholik mungkin disebabkan pengaruh langsung alkohol terhadap testis. Alkohol
menurunkan produksi hormon testosteron sehingga terjadi peningkatan relatif maupun
absolut hormon estrogen dan peningkatan persentase testosteron yang terikat ke protein
sehingga testosteron bebas yang aktif menjadi berkurang, akibatnya dorongan seksual
menurun atau tertekan.
Di samping itu terjadi juga gangguan proses pembentukan spermatozoa. Selain
mengakibatkan gangguan hormon, penggunaan alkohol dalam jangka panjang juga
menimbulkan akibat lain yang dapat mengganggu fungsi seksual. Akibat lain yang sering
terjadi ialah gangguan fungsi hati, gangguan metabolisme neurotransmitter, gangguan saraf
tepi dan kurang darah (anemia). Semua gangguan tersebut pada akhirnya juga dapat
mengganggu fungsi seksual (Familia, 2010; Team Dee Publishing, 2010).
Pekerjaan sopir merupakan salah satu jenis pekerjaan yang setiap hari terpapar dengan
suhu yang tidak ideal bagi testis, khususnya para sopir angkutan umum dengan jenis
kendaraan yang mesinnya berada di bawah tempat duduk sopir sehingga penghantaran panas
yang lama dan reguler pada tempat duduk diduga akan berdampak terhadap testis. Ditambah
lagi dengan gaya hidup para sopir yang sebagian besar memiliki kebiasaan merokok dan
mengkonsumsi minuman beralkohol, sehingga menambah resiko pekerjaan sopir terhadap
terjadinya disfungsi ereksi.

Hal lainnya yang berpengaruh terhadap disfungsi ereksi adalah pekerjaan koki.
Seorang koki sering terpapar suhu tinggi lama dapat menyebab-kan atrofi testis sehingga

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 13


terjadi gangguan proses spermatogenesis dan terjadi defisiensi testosteron dan menyebabkan
disfungsi ereksi. Proses spermatogenesis didalam tubuli seminiferi dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain, faktor hormonal, faktor penghambatan fungsi epididimis, faktor radiasi,
dan faktor suhu. Spermatogenesis akan terganggu atau terhambat apabila terjadi peningkatan
suhu testis beberapa derajat saja dari temperatur normal testis, yaitu 35ºC. Dampak yang
sama dapat ditemukan pada rutinitas dan aktivitas sehari-hari dimana terjadi peningkatan
panas dari lingkungan seperti : koki restoran.

KESIMPULAN
Dari telaah literatur ini menunjukkan bahwa adanya hubungan penderita stroke,
hipertensi, lamanya diabetes melitus, pekerjaan koki, suhu, merokok dan konsumsi minuman
beralkohol dengan terjadinya disfungsi ereksi.

DAFTAR PUSTAKA
Dada, R., N.P. Gupta, and K. Kucheria. 2003. Spermatogenic Arrest In Men With Testicular
Hyperthermia. Teratogenesis, Carcinogenesis, and Mutagenesis; S1, hal 235-43.

Familia, D. 2010. Seluk-Beluk dan Fakta Disfungsi Seksual Yang Wajib Anda Ketahui.
Cetakan I. A Plus Books. Yogyakarta.

Gondodiputro, S. 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk Sediaan Tembakau. Unpad:


Fakultas Kedokteran; Bagian Ikmas. Bandung.

Irianto, K. 2014. Seksologi Kesehatan. Alfabeta. Bandung.

Kumar, R. 2010. The Association Between Smoking and Male Fertility and Sexual Health.
Indian Journal of Cancer; 47(1), hal 107-8.

Pangkahila, W. 2014. Seks dan Kualitas Hidup. Kompas Media Nusantara. Jakarta.

Purnamasari D. Diagnosis dan Klasifikasi Diabete Melitus. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Marcellus S K, Siti Setiati, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3
Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.hal: 1880.

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 14


Szukri, M., Pranawa. 2001. Terapi Kombinasi dan Anti Hipertensi. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala, Vol 1, No 1, Agustus.

Team Dee Publishing. 2010. Kupas Tuntas Impotensi dan Ejakulasi Dini. Cetakan I. Dee
Publishing. Yogyakarta.

Vignozzi, L., G. Corona, L. Petrone, S. Filippi, A.M. Morelli, G. Forti, and M. Maggi. 2005.
Testosterone and Sexual Activity. Journal Endocrinology Invest; 28(3), hal 39-44.

Wibowo, S & Gofir A. 2007. Disfungsi Ereksi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia.

Anonimous. 2014. Penyebab Disfungsi Ereksi. Online http://disfungsiereksi.org/penyebab-


disfungsi-ereksi diakses pada 30 April 2016.

Anonimous. 2014. Referat Kedokteran: Disfungsi Ereksi, Etiologidan Klasifikasi. (Online)


http://www.infokedokteran.com/refarat-kedokteran/refarat-kedokteran-disfungsi-
ereksi-etiologi-dan-klasifikasi.html. Diakses pada 29 April 2016.

Antou, EKR, et.al. 2014. Pengaruh Hipertensi Terhadap Disfungsi Ereksi. Jurnal e-Biomedik
(eBM), Volume 2, Nomor 3, November 2014. Diakses
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/5776/5309 pada 29
April 2016.

Bivalacqua TJ, Usta MF, Champion HC, Kadowitz PJ, Hellstrom WJG. Endothelial
Dysfunction in Erectile Dysfunction; Role of the Endothelium in Erectile Physiology
and Disease, Journal of Andrology, Vol 24, no. 6. 2003. diakses tanggal 30 April
2016. http://www.andrologyjournal.org/cgi/reprint/24/6_suppl/S17?
maxtoshow=&hits=10&RESULTFORMAT=1&title=erectile+dysfunction&andorex
acttitle=and&andorexacttitleabs=and&andorexactfulltext=and&searchid=1&FIRSTI
NDEX=0&sortspec=relevance&tdate=10/31/2012&resourcetype=HWCIT.

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 15


Bongkriwan, Marshella. 2014. Pengaruh Pekerjaan Koki Dengan Terjadinya Disfungsi
Ereksi. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 2, Nomor 2, Juli 2014. Diakses
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/5078 pada 29 April
2016.

Dodie, NJ, et.al. 2013. Pengaruh Lamanya Diabetes Melitus Terhadap Terjadinya Disfungsi
Ereksi. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 3, November 2013. Diakses
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/3582/3110 pada 29
April 2016.

Rotinsulu, IM, et.al. 2016. Pengaruh Konsumsi Minuman Alkohol Terhadap Disfungsi Ereksi
Pada Sopir Perokok Di Terminal Angkutan Umum Karombasan Manado. Jurnal e-
Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016. Diakses
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/11253 pada 29 April
2016.

Santoso, TB. 2010. Disfungsi Ereksi Pada Penderita Stroke. Jurnal Penelitian Sains &
Teknologi, Vol. 11, No. 2, 2010: 144 – 155. Diakses
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/626/5_totok_budi_s.pdf?
sequence=1 pada 29 April 2016.

Turalaki, Grace. 2015. Hubungan Antara Suhu, Merokok Dan Konsumsi Minuman
Beralkohol Dengan Terjadinya Disfungsi Ereksi Pada Sopir Angkutan Umum Di
Terminal Paal Dua Kota Manado Tahun 2014. JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015.
Diakses http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu/article/view/7436/6978 pada 29
April 2016.

Journal Presentation Sistem Perkemihan Page 16

Anda mungkin juga menyukai