HAN Hukum Adm Negara PDF
HAN Hukum Adm Negara PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
negara, yang menjadi salah satu unsur pentingnya adalah adanya asas-asas umum
legalitas, yang menjadi sendi utama negara hukum. Akan tetapi karena ada
keterbatasan dari asas ini, maka kepada pemerintah diberi kebebasan freies
1
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta : UII Press Indonesia, 2002),
Halaman 20
2
Darda Syahrizal, Hukum Administrasi Negara & Pengadilan Tata Usaha Negara, (
Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2012), Halaman 30
memiliki arti penting dan fungsi diantaranya adalah bermanfaat sebagai pedoman
perundang-undangan yang bersifat sumir, samar atau tidak jelas. Kecuali itu
konsekuensi yang inheren pada fungsi pemerintah yang terkait dengan negara
modern kesejahteraan yang secara faktual berubah dari negara modern liberal
atas eksternalitas negatif yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas sosial maupun
bentuk kebijakan pemerintah sebagai sebuah acuan. Tanpa rasionalitas dan desain
3
Ridwan HR, Op. Cit, Halaman 187-188
4
Ibid, Halaman 196-197
5
Willy D.S Voll, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : Sinar
Grafika, 2013), Halaman 164
individu.6 Secara umum, perizinan juga memiliki fungsi pembinaan. Dalam artian
bahwa dengan diberikannya izin oleh pemerintah, maka pelaku usaha sudah
diakui sebagai pihak yang memiliki kompetensi untuk melakukan praktik usaha.
Oleh karena itu, sebagai pihak yang berkewajiban untuk memeberikan pembinaan
bagi pelaku usaha, maka pemerintah akan memiliki tanggung jawab pada pelaku
bahwa setiap tindakan administrasi negara harus selalu berdasarkan hukum yang
berlaku dan telah ada sebelum tindakan itu dilakukan. Prinsip ini dikenal sebagai
asas legalitas. Namun demikian, kita mengetahui hukum tertulis atau Undang-
tidak dapat dibatasi secara ketat dengan suatu Undang-Undang karena fungsi
dasar hukum tidak tertulis yang antara lain disebut asas pemerintahan yang layak.8
6
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, ( Jakarta : Sinar
Grafika, 2011), Prakata
7
Ibid, Hlm. 197
8
Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004),
Halaman 2
masyarakat Indonesia, terlebih karena dampaknya dari segi kesehatan dan sosial
gangguan mental organik (GMO), merusak saraf dan daya ingat, odema otak,
sirosis hati, gangguan jantung, gastrinitas, dan paranoid. Secara sosial pun, orang
yang mabuk karena alkohol jika tidak terkontrol akan merusak tatanan sosial
bahkan sampai menjurus tindak pidana kriminal berat. Namun di sisi lain, di
budaya dan adat istiadatnya mengonsumsi minuman beralkohol adalah hal biasa
bagian dari upacara dan ritual dalam adat budaya, kebiasaan turun temurun, atau
tradisional ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata bagi wisatawan di
yang bervariasi kebijakannya. Ada Peraturan daerah yang secara tegas melarang
juga terjadi ketika pemerintah memberikan izin kepada minimarket untuk menjual
penjualan nya yaitu hanya dapat di jual di hotel, bar dan restoran yang memenuhi
persyaratan dan toko bebas bea atau tempat tertentu yang ditetapkan pemerintah.
2013 menyatakan tidak lagi berlaku lagi karena bertentangan dengan Undang-
Undang Pangan. Selain itu Mahkamah Agung menganggap peraturan itu tidak
9
Pendahuluan Naskah Akademik Rancangan Undang Undang Tentang Larangan
Minuman Beralkohol
secara resmi menetapkan bahwa minuman beralkohol boleh beredar kembali, dan
Nomor 20 Tahun 2014 inilah bersama dengan Peraturan Presiden No. 74 Tahun
2013 yang menjadi rujukan Pemerintah Daerah dalam membuat aturan peredaran
74 Tahun 2013 tersebut secara jelas disebutkan bahwa minuman keras termasuk
minuman beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri atau asal impor
serta peredaran dan penjualannya”. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 1997 juga
5% sampai 20%) dan Golongan C (kadar alkohol 20% sampai 55%). Pasal 7
bebas bea. Namun Peraturan presiden ini juga memberi peluang kepada daerah
dengan pemberian kewenangan pada bupati dan wali kota di daerah-daerah, serta
bebas sampai di minimarket yang berdekatan dengan tempat ibadah, sekolah dan
gerai Seven Eleven yang menjadi tempat berkumpul orang berbagai kelompok
usia yang menjual dan bisa menikmati di tempat berbagai jenis makanan dan
minuman dan juga menjual minuman beralkohol, maka banyak minimarket yang
kawasan pemukiman dan dekat sekolah, kini juga menyediakan tempat untuk
beralkohol terutama dari jenis bir. Bahkan di beberapa tempat juga terdapat
Tahun 2014 berlaku. Pada awal tahun 2015, Menteri Perdagangan pada saat itu
Tahun 2014 dan melakukan perubahan atas beberapa pasal. Diantaranya adalah
jenis minuman beralkohol resmi dilarang dijual di minimarket dan toko pengecer
baru tersebut, minimarket dan pengecer lainnya (luas lantai minimal 12 m2)
golongan A (kadar alkohol sampai dengan 5%). Sehingga penjualan secara eceran
dan Hypermarket.
11
http://www.kompasiana.com/triwisaksana/menyongsong-minimarket-bebas-miras-di-
jakarta_5535af0e6ea8346320da42d1 diakses pada hari jumat, 9 Oktober 2015
tersebut, sehingga hal ini melatarbelakangi penulisan skripsi yang diberi judul
B. Perumusan Masalah
sebagai berikut :
minuman beralkohol ?
1. Tujuan penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
b. Secara praktis
beralkohol di minimarket.
D. Keaslian Penulis
Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 merupakan judul skripsi yang belum pernah
ditulis sebelumnya, sehingga tulisan ini asli dalam hal tidak ada judul yang sama.
ilmiah.
Beralkohol
Perbuatan hukum publik yang bersegi satu yang dilakukan oleh badan
warganya negaranya atau antara pemerintah dengan sebuah badan swasta atau
akibat-akibat hukum) dan yang bersifat non yuridis. Ada empat macam perbuatan-
karena orang awam memang tidak dapat mengenal berbagai perbedaan dan
12
Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, ( Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2001), Halaman 63
bersifat umum, prinsipil, abstrak, dan impersonal, artinya, sama sekali tidak
b. Tindak administrasi yang bersifat yuridis dapat meliputi bidang hukum privat
dibedakan menjadi :
kebijakan negara.
antara menteri perdagangan dan menteri keuangan tentang ekspor dan impor
barang.
13
Y.W.Sunindhia Dan Ninik Widiyanti, Administrasi Negara Dan Peradilan
Administrasi, ( Jakarta, PT Rineka Cipta, 1990), Halaman 75-76
a. Pengertian Perizinan
dikemukakan beberapa istilah lain yang sedikit banyak yang memiliki kesejajaran
15
dengan izin yaitu dispensasi, konsensi, dan lisensi. Walaupun dalam
oleh para ahli yang masing-masing melihat dari sisi yang berlainan terhadap objek
Menurut W.F. Prins pada izin, memuat uraian yang imitatif tentang alasan-
yang limitatif tentang hal-hal yang untuknya dapat diberikan dispensasi itu, tetapi
perbedaan itu tidak selamanya jelas. Lebih lanjut W.F. Prins menjelaskan
14
M. Makhfudz, Hukum Administrasi Negara, ( Yogyakarta, Graha Ilmu, 2013), Halaman
21-22
15
Ridwan HR, Op. Cit, Halaman 157
16
E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Jakarta : Ichtiar 1957), Halaman 187
menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh, atau Als Opheffing van
N.M Spelt dan J.B.J.M ten Berge membai pengertian izin dalam arti luas
dan sempit, yaitu izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak
sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin ialah suatu
17
Juniarso Ridwan dan M.H.Ahmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan
Kebijakan Pelayanan Publik, ( Bandung : Nuansa, 2010 ), Halaman 9
18
Sjachran basah, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi, Makalah pada
penataran hukum administrasi dan lingkungan di fakultas hukum Unair, Surabaya, 1995, halaman
1-2
20
Adrian Sutedi, Op.cit, Halaman 170
luas, dari pengertian perizinan. Selanjutnya N.M Spelt dan J.B.J.M ten Berge,
izin (dalam arti sempit) ialah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali
dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tia[p
ketentuan).20
Menurut M.M van Praag, izin merupakan suatu tindakan hukum sepihak
dua pihak yang memiliki sifat kontraktual dengan izin, yang dalam pembahasan
yang berkenaan dengan izin dan konsesi, pemerintah menampilkan diri dalam dua
20
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum perizinan, (Surabaya : Yuridika, 1993),
Halaman 208
Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pegaturan dan bersifat
b. Unsur-unsur Perizinan
prosedur dan persyaratan tertentu. Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam
perizinan, yaitu :
1) Instrumen Yuridis
sampai kini masih tetap dipertahankan. Dalam rangka melaksanakan tugas ini
besluiten van algemeen strekking), yang dari fungsi pengaturan ini muncul
21
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, ( Jakarta, Rajawali Pers, 2011), Halaman
210
22
Adrian Sutedi, Op. Cit, Halaman 172-173
2) Peraturan Perundang-undangan
menjadi dasar dari perizinan tersebut. Akan tetapi dalam penerapannya, menurut
pemohon
berlaku
d) prosedur apa yang harus diikuti atau disiapkan pada saat dan sesudah
3) Organ Pemerintah
baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Menurut Sjachran Basah, dari
yang didasarkan pada jabatan yang dijabatnya baik di tingkat pusat maupun
yang mengeluarkan izin, yang pasti adalah bahwa izin hanya boleh dikeluarkan
oleh organ pemerintahan. Menurut N.M Spelt dan J.B .J.M. Ten Berge, keputusan
yang memberikan izin harus diambil oleh organ yang berwenang, dan hampir
daerah.
4) Peristiwa Konkret
Peristiwa konkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang
tertentu, tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu. Karena peristiwa konkret ini
c. Sifat Izin
23
Ridwan HR, Op. Cit, Halaman 210-216
yang berwenang, yang isinya atau substansinya mempunyai sifat sebagai berikut.
1) izin bersifat bebas, adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang
penerbitannya tidak terikat pada aturan dan hukum tertulis serta organ
yang berwenang dalam izin memiliki kadar kebebasan yang besar dalam
2) Izin bersifat terikat, adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang
penerbitannya terikat pada aturan dan hukum tertulis dan tidak tertulis
undangan mengaturnya.
merupakan pula izin yang memberi beban kepada orang lain atau
tertentu.
yang akan segera berakhir atau izin yang masa berlakunya relatif pendek,
7) Izin yang bersifat pribadi, adalah izin yang isinya tergantung pada sifat
atau kualitas pribadi dan pemohon izin. Misalnya, izin mengemudi (SIM).
8) Izin yang bersifat kebendaan, adalah izin yang isinya tergantung pada sifat
penertib dan sebagai fungsi pengatur. Sebagai fungsi penertib, dimaksudkan agar
izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan
masyarakat lainnya tidak bertentangan satu sama lain, sehingga ketertiban dalam
izin yang telah diberikan, dengan kata lain, fungsi pengaturan ini dapat disebut
berikut :
24
Adrian Sutedi, Op. Cit, Halaman 173-175
25
Ibid, Halaman 193
2) Budgetering
dianut prinsip no taxation without the law, yang artinya tidak ada penarikan
daerah.27
3) Reguleren
ataupun oleh pejabat yang berwenang. Selain itu, tujuan dari perizinan itu dapat
Dari sisi pemerintah tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut :
dengan kenyataan dalam praktiknya atau tidak dan sekaligus untuk mengatur
ketertiban.
pembangunan.
Dari sisi masyarakat tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut.
pembuat undang-undang dapat mengejar berbagai tujuan dari izin, yaitu sebagai
berikut.
dan lain-lain.
Sesuai dengan sifatnya, yang merupakan bagian dari ketetapan, izin selalu
dibuat dalam bentuk tertulis. Sebagai ketetapan tertulis, secara umum izin memuat
surat dan penandatanganan izin akan nyatakan organ mana yang memberikan izin.
2) Yang dialamatkan
29
Philipus M. Hadjon, Op. Cit, Halaman 4-5
yang memuat izin akan dialamatkan pula kepada pihak yang memohon izin.
3) Diktum
5) Pemberian alasan
penetapan fakta.
6) Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan
3. Pengertian Implementasi
30
Ridwan HR, Op. Cit, Halaman 219-222
pilihan kebijakan yang diambil, instrumen kebijakan yang digunakan, staf yang
dengan rencana, mungkin karena pihak yang terlibat dalam pelaksanaan tidak mau
bekerjasama atau telah bekerja sama secara tidak efisien, bekerja setengah hati,
31
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi ke tiga (Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2003) Halaman 441
32
Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, (Bandung : Alfabeta, 2007),
Halaman 36
33
I. Nyoman Sumaryadi, Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, (Jakarta :
Citra Utama , 2005), Halaman 98
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian pada skripsi ini adalah jenis penelitian yuridis normatif,
skripsi.35
2. Sumber Data
34
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan, (Bumi Aksara : Jakarta, 1997),
Halaman 63-71
35
Bambang Sunggono, Metodologi Penulisan Hukum, (Jakarta : PT Grafindo Persada,
2003), Halaman 71
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, yaitu :
peraturan perundang-undangan.
3) bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk dan
4. Analisis Data
36
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1990), Halaman 11
skrispsi.
G. Sistematika Penulisan
terciptanya karya ilmiah yang baik. Oleh karena itu, penulis membagi skripsi ini
dalam beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain, karena isi dari skripsi
ini bersifat berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya.
sebagai berikut :
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA