Dosen : Ernawati
1. Wawasan Konsep
– Makna TGL & PL
– Fungsi lahan
– Unsur2 (aspek2) yang mempengaruhi
Penggunaan Lahan
– Model-model perkembangan/perubahan
pemanfaatan penggunaan lahan
2. Wawasan Praktik
2.1 Perencanaan
– Analisis Kesesuaian Lahan
– Analisis sistem kegiatan yang potensial
berkembang/dikembangkan
– Analisis kebutuhan dan daya tampung
lahan
– Arahan penggunaan lahan
2.2 Implementasi (Pemanfaatan)
Pedoman (Pemanfatan Ruang):
Zoning regulation, peruntukan
lahan
KDB, KLB
Garis sempadan
2.3 Pengendalian pemanfaatan ruang
- Pengawasan (perizinan, cek
lapangan)
- Penertiban (teguran,
pembongkaran pengadilan,)
KETERKAITAN MK TGL vs MK LAINNYA
Semua materi kuliah prerequsite Studio I: Survey & Kompilasi Data
MK SEBELUMNYA MK PARALEL MK BERIKUTNYA
1. Pengantar Perenc. Wil-Kota
2. Pengetahuan Lingkungan 1. Ekonomi Pemb.
1. Perumahan dan Permukiman 2. Pembiayaan Pemb.
3. Perpetaan
4. Pengantar Ekonomi 2. Analisis Smb & Lingk. 3. Hukum & Adm. Perenc
5. Tekpres & Komunikasi Efektif 3. An-Lokasi & Pola Ruang 4. Masalah Perencanaan
WHAT is TGL ?
WHO are involved in TGL ?
WHERE TGL are ?
WHEN TGL should be ?
WHY TGL should be ? and
HOW ?
WHAT TGL ?
– Pengertian dan definisi :
– Tata atur, wujud yang diatur, pengaturan,
perencanaan, penataan
Sistem yang diatur merupakan satu
kesatuan wujud
– Guna use, penggunaan, pemanfaatan
– Lahan daratan, tanah ? (soil), bumi
daratan, perairan, dan udara (angkasa)
ruang + waktu
TGL kata kerja: pengaturan penggunaan lahan
suatu ruang (wilayah)
Ruang - Wilayah ?
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan,
dan memelihara kelangsungan hidupnya;
Wilayah satu kesatuan geografis:
– bentang alam,
– sosial budaya (kultur),
– Fungsional
– Kewenangan pengelolaan pusat - daerah
Makna TGL dan PL
LAHAN :
Lahan merupakan sumber daya alam (SDA) yang
terpenting dalam pembangunan suatu wilayah,
lahan mempunyai beberapa karakteristik sebagai
berikut :
Mempunyai sifat khusus yaitu: permanen / tidak dapat
dihancurkan, tidak dapat dipindahkan, mempunyai nilai
yang berbeda, dan ketersediaannya terbatas.
Pemanfaatan dan kepemilikannya harus sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku. Dasar Hukum :
UUD 45 Pasal 33 meliputi Ruang daratan (lahan), ruang
angkasa (udara), ruang perairan (sungai dan laut).
UUPA No 5 Tahun 1960
UUTR No.26 Tahun 2007
Lahan di sini berarti tanah air/bumi, mencakup: daratan, perairan,
dan udara. Bersifat :
Lahan
sbg SDA
Kesesuaian
Hukum
Regulasi
PENGGUNA RUANG
(User) Sistem Aktivitas di :
Institusional Desa
Swasta Kota
Masyarakat Wilayah
2. SDM 3. VALUE
Social
Biological
Env. Infrastruct-
ures
Technology Physical
Env.
Kondisi morfologi
Kondisi topografi
Kondisi geologi
Kondisi jenis tanah
Kondisi hidrologi
Kondisi iklim(klimatologi)
Vegetasi Langka
Daerah Bencana alam
Penggunaan lahan yang ada saat ini
FAKTOR PEMBATAS (limitasi) FISIK ALAM (Fisiografi)
Mempengaruhi daya dukung & daya tamping lahan/ruang
1. Morfologi : roman muka (rupa) bumi dan aspek-aspek yang
mempengaruhinya.
2. Topografi : bentuk permukaan bumi. Umumnya topografi menunjukan
relief permukaan dalam tiga dimensi serta identifikasi lahan.
3. Geologi : batu-batuan yang berkenaan dengan sifat fisik, kimia, dan
strukturnya.
4. Hidrologi : kejadian, perputaran, dan penyebaran air di atmosfer dan
permukaan bumi
5. Hidrogeologi : -idem- di bawah permukaan bumi (air tanah);
6. Jenis tanah : kondisi fisik dan kimiawi tubuh tanah
7. Klimatologi, berhubungan dengan iklim seperti suhu, tekanan udara,
kelembaban, angin, dan curah hujan.
8. Vegetasi : berbagai jenis tanaman/tumbuh-tumbuhan
9. Daerah rawan bencana alam: gempa, tsunami, longsor, banjir, vulkanik
TA ADMINISTRASI
PETA GEOGRAFI (bentang alam) PROVINSI JAWA BARAT
CONTOH:
Visualisasi 3-D Morfologi Lahan
sekitar genangan Waduk Jatigede
CONTOH
PETA
TOPOGRAFI
GARIS
KONTUR
CONTOH PETA TOPOGRAFI
CONTOH PETA KEMIRINGAN
KABUPATEN
BANTUL
CONTOH PETA PEMBAGIAN FISIOGRAFI PROVINSI JAWA BARAT
(Van Bemmlen, 1949)
CONTOH PETA GEOLOGI
CONTOH PETA GEOLOGI
CONTOH
PETA GEOMORFOLOGI UNGGARAN
PETA HIDROLOGI
WILAYAH SUNGAI CIMANUK-CISANGGARUNG
CONTOH PETA JENS TANAH
CONTOH PETA WAS & DAS CIMANUK
CONTOH PETA DAS
CONTOH PETA ISOHYTE CURAH HUJAN
CONTOH PETA DATA CURAH HUJAN
CONTOH PETA KONDISI VEGETASI
CONTOH PETA TUTUPAN LAHAN
(HUTAN DAN PERAIRAN)
CONTOH PETA DAERAH RAWAN BENCANA ALAM
CONTOH PETA DAERAH RAWAN BENCANA ALAM
CONTOH PETA DAERAH BENCANA
GUNUNG MERAPI
Tujuan
Mengklasifikasi kesesuaian lahan menurut kawasan
fungsional (ekologi, sosial, budaya, ekonomi, politik,
publik) yang secara garis besar terbagi atas :
(1) Kawasan Lindung
(2) Kawasan Budidaya
(1) Kawasan Lindung
Kawasan hutan lindung;
Kawasan bergambut;
Kawasan resapan air;
Kawasan sempadan pantai;
Kawasan sempadan sungai;
Kawasan sekitar danau/ waduk;
Kawasan sekitar mata air
Kawasan suaka alam;
Kawasan pantai berhutan bakau;
Kawasan suaka alam laut;
Kawasan Taman Nasional;
Hutan Raya dan Taman Wisata Hutan Alam;
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan;
Kawasan rawan bencana.
(2) Kawasan Budidaya :
a. Budidaya tidak terbangun
- Kawasan hutan produksi
- Kawasan perkebunan/tanaman tahunan
- Kawasan pertanian tanaman pangan (padi &
palawija)
- Kawasan pertanian hortikultur (sayuran dan buah-
buahan)
- Kawasan peternakan (besar dan kecil/unggas)
- Kawasan perikanan (laut dan darat)
- Kawasan pertambangan
b. Budidaya terbangun
- Kawasan Perindustrian;
- Kawasan Pariwisata;
- Kawasan Perumahan;
- Kawasan perdagangan, perkantoran, dll.
- Infrastruktur
Metode dan Data yang dibutuhkan
Kriteria :
- Keppres Nomor 32/1990 (Penentuan Kawasan Lindung);
- Kepmendagri Nomor 57/1989
- Geo-agroklimat
- FAO 1976/1978
- US Soil Conservation Services
- Kemen PUPR No. 41/2007
- Kementan…
- KemenhutLH
Kawasan Kawasan yang memiliki sifat Mencegah terjadinya Skor > 175 Peta hasil pembobotan
hutan khas yang mampu erosi, bencana banjir, Kawasan hutan yang (fungsi lindung dan
lindung memberikan perlindungan sedimentasi dan mamiliki lereng 40 % budidaya)
kepada sekitar maupun menjaga fungsi tanah atau lebih Peta kemiringan lahan.
bawahannya sebagai dan menjamin Kawasan hutan pada Peta topografi.
pengatur tata air, pencegahan ketersediaan unsur hara ketinggian lebih dari Peta penggunaan lahan
K. PERLINDUNGAN DI BAWAHNYA
banjir dan erosi serta tanah, air tanah dan air 2000 m penggunaan eksisting.
pemeliharaan kesuburan permukaan. lahan.
tanah.
Kawasan Kawasan yang unsur Mengendalikan hidrologi Tanah yang bergambut di Peta dan luas jenis tanah
Bergam- pembentuk tanahnya wilayah, yaitu sebagai hulu sungai dengan gambut dengan ketebalan >
but sebagian besar berupa sisa- pencegah banjir, serta ketebalan > 3 meter 3 meter.
sisa bahan organik yang melindungi ekosistem Peta aliran sungai/luasan
tertimbun dalam jangka waktu yang khas di kawasan kawasan hulu sungai.
lama. bergambut. Peta penggunaan lahan
eksisting.
Kawasan Kawasan yang mempunyai Memberikan ruang Curah hujan tinggi ( > Peta dan curah hujan dan
Resapan kemampuan tinggi untuk cukup bagi peresapan 27,7 mm/hari) luasan tiap jenisnya.
air meresapkan air hujan, air hujan pada daerah Struktur tanah yang Peta Jenis tanah dan luasan
sehingga merupakan tempat peresapan air tanah mudah meresapkan air. tiap jenisnya.
pengisian air bumi (akifer) untuk keperluan Bentuk geomorfologi Peta geologi dan luasannya
yang berguna sebagai sumber penyediaan air tanah dan mampu meresapkan air Peta topografi dan luasan
air. penanggulangan banjir, hujan. tiap jenisnya.
baik untuk kawasan Penggunaan lahan eksisting.
bawahnya maupun
kawasan yang
bersangkutan.
JENIS
TUJUAN KRITERIA DATA YANG
KAWASAN DEFINISI
PERLINDUNGAN PENETAPAN DIBUTUHKAN
LINDUNG
Kawasan Kawasan tertentu Melindungi wilayah Dataran sepanjang tepi Peta topografi
Sempadan sepanjang pantai yang pantai dari kegiatan pantai yang lebarnya Peta Kemiringan
Pantai mempunyai manfaat yang menganggu proporsional dengan Data garis pasang
penting untuk kelestarian fungsi bentuk dan kondisi fisik maksimum.
mempertahankan pantai. pantai > 100 m dari Peta penggunaan
kelestarian fungsi pantai. titik pasang. lahan eksisting.
Kawasan Kawasan sepanjang kiri- Melindungi sungai dari > 100 meter di kiri- Peta aliran sungai,
sempadan kanan sungai termasuk kegiatan manusia yang kanan sungai besar lebar sungai dan
sungai sungai buatan/ kanal/irigasi dapat mengganggu dan 50 meter di kiri- debitnya.
KAWASAN SEMPADAN
primer yang mempunyai dan merusak kualitas kanan sungai yang Peta topografi
manfaat penting untuk air sungai kondisi fisik berada di dalam Penggunaan lahan
mempertahankan dan dasar sungai serta pemukiman. eksisting.
kelestarian sungai. mengamankan aliran 10 – 15 m kiri dan
sungai. kanan untuk jalan
inspeksi.
khas yang dan keunikan alam Mewakili formasi biota tertentu/ penggunaan
merupakan bagi kepentingan bagian dari biota tettentu. lahanasma nutfah
habitat alami penggunaan Kondisi alam masih asli yang penting dan
dan memberikan lahanasma nufta, Luas dan bentuknya menunjang luasannya.
perlindungan ilmu pengetahuan, pengelolaan efektif. Peta kawasan
bagi flora dan dan pembangunan Kekhasan tangkapan air dan
fauna yang khas pada umumnya. Kriteria suaka marga satwa: luasannya.
dan Tempat hidup satwa Penggunaan lahan
beranekaragam. Tempat satwa migran eksisting.
Luasnya cukup untuk habitat satwa
Terdiri dari : ybs.
1) Kawasan cagar Kriteria hutan wisata :
alam
Geomorfologi resapan air hujan.
2) Kawasan suaka
Keindahan alamiah dan buatan
margasatwa
Memenuhi kebutuhan rekreasi
3) Kawasan hutan
Satwa yang memungkinkan untuk
wisata
rekreasi.
geomorfologi
4) Kawasan Kriteria kawasan perlindungan
perlindungan penggunaan lahanasma mutfah :
satwa Jenis penggunaan lahanasma
5) Kawasan nutfalah Satwa yang perlu dilindungi.
pengungsian Area pemindahan satwa.
satwa Luas cukup dan lokasinya aman.
Kriteria kawasan pengungsian satwa :
Habitat satwa ybs.
Luas cukup untuk berkembangbiak.
Kawasan Kawasan berupa Melindungi Memiliki keragaman Keunikan-keunikan dan
suaka alam perairan laut, perairan keanekaragaman biota, tipe dan atau keunikan keragaman ekosistem
laut darat, wilayah pesisir, ekosistem, gejala dan ekosistem laut pada wilayah
muara sungai, gugusan keunikan alam bagi observasi.
karang dan atol yang penggunaan lahanasma
mempunyai ciri khas nufta, ilmu pengetahuan
berupa keanekaragaman dan pembangunan pada
dan atau keunikan umumnya.
ekosistem
Kawasan Kawasan pelestariaan Pengembangan pendidikan, Kawasan hutan Gambaran best view
Taman alam di darat mapupun rekreasi dan pariwisata bervegetasi tetap bentang alam.
Nasional, di laut yang teutama serta peningkatan kualitas Keanekaragaman Pola dan
Hutan Raya dimanfaatkan untuk lingkungan sekitarnya dan flora dan fauna. keanekaragaman flora
dan Taman pariwisata dan rekreasi perlindungan dari Keindahan bentang dan fauna.
Wisata Hutan alam. pencemaran. alam baik untuk Peta dan luasan
Alam pariwisata. hutan.
Ditetapkan Penggunaan lahan
pemerintah. eksisting.
Kawasan Kawasan dimana lokasi Melindungi kekayaan Tempat dan ruang Lokasi-lokasi situs dan
Cagar Budaya bangunan hasil budaya budaya bangsa berupa yang bernilai budaya Keunikannya.
Dan ilmu manusia yang bernilai peninggalan-peninggalan tinggi, situs dan Peta budaya.
pengetahuan tinggi maupun bentuk sejarah, bangunan geologi terten-tu Penggunaan lahan
alami yang khas. arkeologi dan monumen yang bermanfaat eksisting.
nasional. bagi ilmu
pengetahuan.
Kawasan Kawasan yang sering Melindungi manusia dan Sering atau berpotensi Peta lokasi, luasan
rawan atau berpotensi tinggi kegiatannya yang tinggi mengalami tiap jenis bencana
bencana mengalami bencana disebabkan oleh alam bencana alam seperti alam.
alam. maupun secara tidak aliran lava, gempa Data intensitas dan
langsung oleh perbuatan bumi, banjir, gerakan dampak bencana
manusia. tanah, longsor dsb alam.
Penggunaan lahan
eksisting.
Sumber : Keppres No. 32/1990, Keppres 57/1989
Kriteria Skoring Penentuan Kawasan Lindung/Budidaya
JENIS KLASIFIKASI SKOR
Kemi- 0 - 8% Datar 20
ringan > 8 – 15% Landai 40
Lahan
> 15 - 25% Agak curam 60
> 25 – 40% Curam 80
> 40% Sangat curam 100
JENIS Kriteria :
KAWA Kawasan Lindung Memiliki bobot skor > 175 ; Lindung mutlak bila kemiringan lahan > 40 %
Lindung mutlak bila hutan pada ketinggian > 2000 m di penggunaan lahan.
SAN
Kriteria :
Kawasan Budidaya Skor < 175 ; Kemiringan < 40 %
Bukan kawasan hutan pada ketinggian < 2000 m di penggunaan lahan.
Sumber : Keppres no.32 tahun 1990
No. Kelas Skor
1. 0-8 % 20
No. Kelas Skor Peta Kemiringan
2. 8-15 % 40
1. > 13,6 mm/hari 10
3. 15-25 % 60
2. 13,6-20,7 mm/hari 20
4. 25-40 % 80
3. 20,7-27,7 mm/hari 30
5. > 40 % 100 Peta Hutan Lindung
4. 27,7-34,8 mm/hari 40 Peta Intensitas Hujan Skor > 175
Rata-Rata Lereng > 40 %
5. > 34,8 mm/hari 50
Ketinggian > 2000 mdpl
No. Kelas Skor
1. Tidak peka 15
2. Agak peka 30 Peta Kepekaan Tanah
3. Kurang peka 45
4. Peka 60 Peta Hutan Peruntukan Khusus Peta Wisata Suaka Peta
5. Sangat peka 75 Alam/Margasatwa Kawasan
Lindung
Daerah Rawa
Kawasan Bergambut > m
Permanen
Pertimbangan Aspek :
Sosial ekonomi politik
Contoh :
PROSES ANALISIS PENENTUAN KAWASAN
LINDUNG (Gunakan kriteria dan proses analisis dari
Keppres 32/90)
1. Buat Satuan Peta Lahan (SPL) berdasarkan kriteria dan data,
lengkap dengan skoringnya;
2. Gambar Peta sebaiknya menggunakan Autocad atau Mapinfo,
terskala dengan benar
3. Jadikan Peta Topografi sebagai peta dasar analsis, karena
sangat terkait dengan kondisi geologi dan klimatologi
4. Lakukan Superimpose antar masing-masing peta, kemudian
nilai skornya dijumlahkan (Buatkan tabel data untuk masing-
masing SPL, lengkap dengan klasifikasi skornya dan
jumlahnya)
5. Simpulkan wilayah-wilayah mana yang harus menjadi
Kawasan Lindung (sesuaikan dengan klasifikasi fungsi
kawasan lindung) dan mana yang boleh dibudidayakan
<400 m dpl
Peta Definitif Kawasan
Lindung
Kesesuaian Lahan untuk pertanian
(Kriteria Topo-Agro-klimat)
Kriteria lainnya :
- Keppres No. 32/1990, tentang Kawasan Lindung
- Kesesuaian lahan budidaya pertanian (PP 29/1986, PP. 28/1985, Permendagri 57/89)
- Tersedia jaringan irigasi teknis, semi teknis, atau tadah hujan
ANALISIS SUPERIMPOSE (TUMPANG TINDIH)
Tahapan Pengagubangan Teknik Sumperimpose
Gambar arsir menunjukkan
penggunaan yang sesuai
dengan kelas kemampuan lahan
Hutan Produksi
Pertanian Lahan Basah (Padi)
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Tanaman Tahunan
K. Pertambangan
Taman/RTH
Lainnya
2.2 K. Terbangun
Kawasan Perumahan
Kawasan Industri
Kawasan Wisata
Kawasan bangunan sarana
Kuburan
Jaringan prasarana
Lainnya
JUMLAH Luas
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG/LAHAN
Data : Input data untuk menghitung kebutuhan ruang/lahan
adalah
Penduduk eksisting dan proyeksi jumlah penduduk pada tahun rencana
(analisis)
Kebutuhan jenis, jumlah, dan luas lahan untuk bangunan sarana sosial
(Fasos), sarana ekonomi (Fasek), dan sarana umum (Fasum = tempat
ibadah, rekreasi, pemerintahan, taman, RTH, dsj.)
Lihat standar kebutuhan lahan (ruang) minimal (Buku Petunjuk Perencanaan
Kawasan Permukiman, DPU)
Kondisi penggunaan lahan eksisting, hasil analisis kesesuaian lahan, dan
usulan/arahan penggunaan lahan
Asumsi-asumsi dasar analsis seperti misalnya :
Pemenuhan kebutuhan pangan dari mana ? Apakah akan “self
sufficient”? (subsisten)
Jumlah rumah yang dibutuhkan atas dasar jumlah anggota/KK
Komposisi (%) penggunaan lahan ? Ngikuti standar umum atau khusus
(ada fungsi-fungsi tertentu yang harus dipertahankan, KDB) ?
Asumsi dapat dijustifikasi sendiri, boleh diambil dari kebijakan2 yang
ada, atau pertimbangan2 lain yang menurut pandangan Saudara
dianggap perlu.
Analisis :
(1) Tetapkan luas lahan fungsi kawasan lindung,
penyangga/budidaya, lengkap dengan KDB
(2) Hitung kebutuhan lahan untuk perumahan
(3) Hitung kebutuhan lahan untuk Fasos, Fasek, dan
Fasum (dari hasil analisis Sapras)
(4) Hitung kebutuhan lahan untuk pertanian subsisten
(pakai metode Tekanan Penduduk) atau ekonomi
basis (export based) lainnya
(5) Alokasikan lahan untuk infrastruktur (standar minimal
20 % dari total luas lahan)
(6) Cek apakah sisi sedian lahan, cukup tidak ?
Kalau tidak, cari solusinya bagaimana ?
Peta Kepadatan
Penduduk
Klasifikasi Kepadatan Bangunan
2. Rendah 11 – 40 Bangunan/Ha
3. Sedang 41 – 60 Bangunan/Ha
4. Tinggi 61 – 80 Bangunan/Ha
35.0%
34.4%
30.0%
30.0 %
KDB Maksimum (%)
25.0%
24.4 %
20.0%
17.5 %
15.0%
10.0%
9.4 %
5.0 %
0.0 %
Rumus : TP = (z x Po) / L
Rumus : P = L x Bc x A/R x K
Kawasan Industri
100.0
Jumlah 0 100.00
Contoh : Peta Lahan Kritis DPS Sampean
Peta Kesesuaian Lahan
106 7’ 24” BT 106 40’ 45” BT
106 45’ 22” BT
TUGAS AKHIR
KOTA KEC. BOGOR BARAT
250
06 36’ 45” LS Cikaret Bata s Kelurahan
Bondongan Pusat De sa
Jalan
Sun gai
Batutulis
Lawang Gintung Kon tur
Ranggamekar
Pakuan
KOTA KEC. BOGOR TIMUR
30
0
300
Cipaku
Mulyaharja Pamoyanan
350
350
KEC. CIOMAS KAB. BOGOR
Muarasari
06 28’ 37” LS Genteng
400
400
Harjasari
450 Kertamaya
450
450
Rancamaya Bojongkerta
40
0
0 0
45 50
06 40’ 30” LS
Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, 2003
U
KEC. CIJERUK KAB. BOGOR SKALA : 1 : 75.000
KEC. CARINGIN KAB. BOGOR
0 0,75 1,5 3 6 Km
PROGRAM STUDI
86
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1 425 H/200 4 M
PENGERTIAN dan PEMAHAMAN ISTILAH
• Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah wilayah daratan yang merupakan kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya yang dibatasi secara alami oleh pemisah
topografis yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan, menyimpan
dan mengalirkannya ke danau atau laut secara alami,
• Pengelolaan DAS adalah upaya di dalam pengendalian hubungan timbal balik
antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya
dengan tujuan menjaga kelestarian ekosistem serta meningkatkan manfaat
sumberdaya alamnya,
• Prinsip dasar pengelolaan pemanfaatan ruang DAS, adalah:
“satu sungai, satu rencana, dan satu sistem pengelolaan”, yaitu:
– Pengelolaan DAS meliputi: pemanfaatan, pengembangan, perberdayaan, dan
perlindungan sumberdaya;
– DAS harus dilihat sebagai satu kesatuan wilayah hidrologi yang mencakup
beberapa wilayah administratif yang ditetapkan sebagai kesatuan wilayah
pengelolaan yang tidak dapat dipisahkan;
– Menjaga keseimbangan tata air DAS dan pengaturan pola pemanfaatan ruang,
– Dalam pengelolaan ruang harus terpadu (program, tujuan, sasaran) secara
menyeluruh, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.
106
HULU TENGAH
HILIR
Fungsi Lahan I dengan kemiringan > 40%
Kawasan lindung dengan vegetasi hutan
Fungsi Lahan II
Kawasan pertanian dengan
Tanaman untuk pertimbangan konservasi lahan
daerah lereng
PENGELOLAAN DAS :
Rehabilitasi & Reboisasi Lahan Kritis
Pengendalian Pencemaran Air
Pengendalian Ketersediaan Air
Pengendalian Banjir
Prinsip Pengelolaan DAS :
Rehabilitasi Sarana & Prasarana
”One River, One Plan, SDM & Kelembagaan
One Integrated Management” Sustainabilitas kualitas
DAS Brantas
108
KOTA BATU
produksi tetap bagi hutan produksi tetap kemirigan, jenis tanah, curah Peta Curah hujan
dimana ekspenggunaan hujan. Peta Jenis tanah
lahanoitasinya dapat dengan Diluar hutan suaka alam, hutan
tebang pilih atau tebang habis wisata dan konversi.
dan tanam.
Kawasan hutan Kawasan yang bila diperlukan Skor 124 atau kurang untuk Peta Kemiringan
produksi- dapat dialihgunakan. kemirigan, jenis tanah, curah Peta Curah hujan
konversi hujan. Peta Jenis tanah
Diluar hutan suaka alam, hutan
wisata dan hutan produksi tetap,
hutan produksi terbatas, dan
hutan konversi lainnya.
Kawasan Kawasan yang diperuntukan Sesuai dengan potensi Data kesesuian lahan
pertanian bagi tanaman pangan lahan pengembangannya. tanaman lahan basah
tanaman basah dimana pengairannnya Sistem dan potensi pengairan metode FAO.
pangan lahan secara alamiah maupun baik. Peta topografi, kemiringan
teknis. Ketinggian < 1000 m lahan
basah
dpenggunaan lahan Peta Kedalaman efektif
Kemiringan < 40 % tanah.
Kedalaman efektif tanah atas > Pola tagun tanaman lahan
30 cm. basah eksisting.
Data produksi jenis-jenis
tanaman lahan basah.
Kawasan Kawasan yang diperuntukan Sesuai dengan potensi Data kesesuian lahan tanaman
pertanian bagi tanaman pangan lahan pengembangannya. lahan kering metode FAO.
tanaman kering untuk tanaman Ketinggian < 1000 m Peta topografi, kemiringan lahan
pangan lahan palawija, holtikultura dan dpenggunaan lahan Peta kedalaman efetif tanah.
kering tanaman pangan. Kemiringan < 40 % Pola tagun tanaman lahan kering
Kedalaman efektif tanah eksisting.
atas > 30 cm. Data produksi jenis-jenis tanaman
lahan kering.
Kawasan Kawasan yang diperuntukan Seuai dengan potensi Data kesesuian lahan tanaman
tanaman bagi tanaman tahunan/ pengembangannya. lahan kering metode FAO.
tahunan/ perkebunan yang Ketinggian < 1000 m Peta topografi, kemiringan lahan
perkebunan menghasilkan baik lahan dpenggunaan lahan Kedalam efektif tanah
pangan dan bahan baku Kemiringan < 40 % Tata guna lahan eksisting
KAWASAN PERTANIAN
Regosol Coklat Tebal solum tanah < 25 cm, berwarna coklat Lindung Hutan Lindung > 40 %
Struktur lepas/butiran tunggal dan teksturnya pasir sampai
lempung berdebu Budidaya Tanaman tahunan/perkebunan terutama tanaman teh > 15%
Permeabilitas dan infiltrasi yang cepat Pertanian
Daya menahan air sangat rendah dan peka thd bahaya erosi Budidaya pertanian tanaman tahunan > 15%
Kompleks Regosol Tebal solum tanah < 25 cm, berwarna kelabu Lindung Hutan lindung > 40 %
Kelabu dan Litosol Struktur lepas/butiran tunggal dan teksturnya pasir
Daya menahan air sangat rendah dan sangat peka thd erosi Budidaya Tanaman tahunan/perkebunan terutama tanaman teh > 15%
pertanian
Budidaya pertanian tanaman tahunan >15%
Litosol Coklat Lapisan solum tanah sangat tipis atau < 50 cm, warna coklat Lindung Hutan lindung > 40 %
Tekstur kasar (berpasir/berkerikil), struktur butir lepas
Peka terhadap erosi Budidaya Tanaman tahunan/perkebunan terutama tanaman the > 15%
Produktivitas rendah pertanian
Budidaya pertanian tanaman tahunan > 15%
Litosol Coklat Lapisan solum tanah sangat tipis atau < 50 cm, warna coklat Lindung Hutan lindung > 40 %
kemerahan Tekstur kasar (berpasir/berkerikil), struktur butir lepas
Peka terhadap erosi Budidaya Tanaman tahunan/perkebunan terutama tanaman the > 15%
Produktivitas rendah pertanian
Budidaya pertanian tanaman tahunan > 15%
Kompleks Litosol Lapisan solum tanah tebal, warna merah, coklat hingga kuning Lindung Hutan lindung > 40 %
merah Kekuningan, atau kekuning-kuningan
Latosol Coklat, Tekstur lempung berpasir hingga liat, struktur gumpal sampai Budidaya Tanaman tahunan/perkebunan terutama tanaman the > 15%
Podsolik Merah berpasir pertanian
Kekuningan, dan Mudah terkena erosi Budidaya pertanian tanaman tahunan >15%
Latosol Permeabilitas dan infiltrasi lambat
Budidaya tahunan tanaman lahan basah < 15%
Kriteria lainnya :
- Keppres No. 32/1990, tentang Kawasan Lindung
- Kesesuaian lahan budidaya pertanian (PP 29/1986, PP. 28/1985, Permendagri 57/89)
- Tersedia jaringan irigasi teknis, semi teknis, atau tadah hujan
ANALISIS SUPERIMPOSE (TUMPANG TINDIH)
Tahapan Pengagubangan Teknik Sumperimpose
KRITERIA BUDIDAYA MODEL FAO
Gambar arsir menunjukkan
penggunaan yang sesuai
dengan kelas kemampuan lahan
Hutan Produksi
Pertanian Lahan Basah (Padi)
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Tanaman Tahunan
K. Pertambangan
Taman/RTH
Lainnya
2.2 K. Terbangun
Kawasan Perumahan
Kawasan Industri
Kawasan Wisata
Kawasan bangunan sarana
Kuburan
Jaringan prasarana
Lainnya
JUMLAH Luas
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG/LAHAN
Data : Input data untuk menghitung kebutuhan ruang/lahan
adalah
Penduduk eksisting dan proyeksi jumlah penduduk pada tahun rencana
(analisis)
Kebutuhan jenis, jumlah, dan luas lahan untuk bangunan sarana sosial
(Fasos), sarana ekonomi (Fasek), dan sarana umum (Fasum = tempat
ibadah, rekreasi, pemerintahan, taman, RTH, dsj.)
Lihat standar kebutuhan lahan (ruang) minimal (Buku Petunjuk Perencanaan
Kawasan Permukiman, DPU)
Kondisi penggunaan lahan eksisting, hasil analisis kesesuaian lahan, dan
usulan/arahan penggunaan lahan
Asumsi-asumsi dasar analsis seperti misalnya :
Pemenuhan kebutuhan pangan dari mana ? Apakah akan “self
sufficient”? (subsisten)
Jumlah rumah yang dibutuhkan atas dasar jumlah anggota/KK
Komposisi (%) penggunaan lahan ? Ngikuti standar umum atau khusus
(ada fungsi-fungsi tertentu yang harus dipertahankan, KDB) ?
Asumsi dapat dijustifikasi sendiri, boleh diambil dari kebijakan2 yang
ada, atau pertimbangan2 lain yang menurut pandangan Saudara
dianggap perlu.
Analisis :
(1) Tetapkan luas lahan fungsi kawasan lindung,
penyangga/budidaya, lengkap dengan KDB
(2) Hitung kebutuhan lahan untuk perumahan
(3) Hitung kebutuhan lahan untuk Fasos, Fasek, dan
Fasum (dari hasil analisis Sapras)
(4) Hitung kebutuhan lahan untuk pertanian subsisten
(pakai metode Tekanan Penduduk) atau ekonomi basis
(export based) lainnya
(5) Alokasikan lahan untuk infrastruktur (standar minimal
20 % dari total luas lahan)
(6) Cek apakah sisi sedian lahan, cukup tidak ?
Kalau tidak, cari solusinya bagaimana ?
Peta Kepadatan Penduduk
Klasifikasi Kepadatan Bangunan
2. Rendah 11 – 40 Bangunan/Ha
3. Sedang 41 – 60 Bangunan/Ha
4. Tinggi 61 – 80 Bangunan/Ha
35.0%
34.4%
30.0%
30.0 %
KDB Maksimum (%)
25.0%
24.4 %
20.0%
17.5 %
15.0%
10.0%
9.4 %
5.0 %
0.0 %
Rumus : TP = (z x Po) / L
Rumus : P = L x Bc x A/R x K
Kawasan Industri
100.0
Jumlah 0 100.00
Analisis sistem kegiatan yang potensial
berkembang/dikembangkan
Analisis kebutuhan dan daya
tampung lahan
Dinamika Pola (Pemanfaatan & Pengendalian) RTRWK EKSISTING
17 rumah / ha Solusi:
20% Min luas kapling
1.000 m2
30% 15-20%
25 rumah / ha
40% 40 rumah / ha
Grs sempadan
sungai hrs jelas
Penampungan air
Perlu RTH
Lingkungan
TPA
Relokasi perumahan
PEMANFAATAN RUANG
RTRW 2003-2012 2007
Dinamika Pola (Pemanfaatan & Pengendalian) Ruang – BWK Pusat
RTH tidak
dialokasikan
dengan jelas
4 SKS
Semester 5
DEFINISI OPERASIONAL
• Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/ Kota
adalah rencana secara terperinci tentang tata
ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi
dengan peraturan zonasi kabupaten/kota
• Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi;
• Bagian Wilayah Perkotaan adalah bagian dari
kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis
kabupaten/kota yang akan perlu disusun rencana
rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai arahan atau
yang ditetapkan didalam RTRW Kabupaten/kota
yang bersangkutan.
DEFINISI OPERASIONAL
• Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran
pembangunan yang diperbolehkan berdasarkan
batasan KDB, KLB, KDH atau kepadatan penduduk
• Tata massa bangunan adalah bentuk, besaran,
peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu
persil/tapak yang dikuasai.
• Peran Serta Masyarakat adalah berbagai kegiatan
masyarakat yang timbul atas kehendak dan keinginan
sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan
bergerak dalam penyelenggaraan tata ruang;
• Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur
tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona
peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana
rinci tata ruang;
2 PENYUSUNAN ATURAN TEKNIS PERATURAN ZONASI
GSJ
GSJ
GSB
46151-001
BLOK
PERUNTUKAN
GSB
GSJ
GSJ
11 m
Station 11 m
Station
23 m
23 m
Sub KDH GSB
No Blok KDB (%) KLB JL TB GSP Dampak
Blok (%) D S B
1 45452-001 75-100 0-12.5 0.75-2 1-2 4 0.5 - 1 0-1 0.5 0.5
2 45452-002 75-100 0-12.5 0.75-1 1 4-8 1 0.5 0.5 0.5 Macet, kumuh ,
Bising
3 45452-003 A 75-100 0-12.5 0.75-2 1-2 4-8 0.5 - 1 0 0 0.5 Macet, kumuh ,
Bising
4 45452-003 B 75-90 5 -12.5 0.75-1.8 1-2 4-8 0.5 - 1 0 0 - 0.5 0 - 0.5
5 45452-003 C 50-75 12.5-25 0.5-0.75 1 4 1 1 0.5 0.5
6 45452-004 A 50-75 12.5-25 0.5-0.75 1 4 1 1 0.5 0.5
7 45452-004 B 50-75 12.5-25 0.5-0.75 1 4 0.5 0.5 0.5 0.5
8 45452-004 C 50-75 12.5-25 0.5-0.75 1 4 0.5 0.5 0.5 0.5
9 45452-005 75-100 0-12.5 0.75-1 1 4 0.5 0.5 0.5 0.5
Sumber: Survai Blok dan Hasil Analisa, 2013
Kepadatan Bangunan Kepadatan penduduk berdasarkan blok
Berdasarkan Blok Peruntukan peruntukan
No Blok Sub-blok Luas (Ha) Jumlah Kepadatan No Blok Sub-blok Luas (Ha) Jumlah Kepadatan
Bangunan Bangunan Penduduk Penduduk
(Unit) (Unit/Ha) (Jiwa) (Jiwa/Ha)
1 41174-001 1A 1,78 9 5 1 41174-001 1A 1,78 36 20
1B 5,70 10 2 1B 5,70 40 7
Total 7,48 19 3 Total 7,48 76 10
2 41174-002 2A 3,05 49 16 2 41174-002 2A 3,05 196 64
2B 5,19 244 47 2B 5,19 976 188
Total 8,24 293 36 Total 8,24 1.172 142
3 41174-003 3A 1,93 17 9 3 41174-003 3A 1,93 68
3B 6,71 192 29 3B 6,71 768
Total 8,64 209 24 Total 8,64 836 97
4 41174-004 9,15 154 17 4 41174-004 9,15 616 67
Total 9,15 154 17 Total 9,15 616 67
5 41174-005 7,59 165 22 5 41174-005 7,59 660 87
Total 7,59 165 22 Total 7,59 660 87
6 41174-006 6A 3,52 24 7 6 41174-006 6A 3,52 96 27
6B 6,91 40 6 6B 6,91 160 23
Total 10,43 64 6 Total 10,43 256 25
7 41174-007 7A 2,31 91 39 7 41174-007 7A 2,31 364 158
7B 7,16 28 4 7B 7,16 112 16
Total 9,47 119 13 Total 9,47 478 50
8 41174-008 7,41 0 0 8 41174-008 7,41 0 0
Total 7,41 0 0 Total 7,41 0 0
9 41174-009 9,22 182 20 9 41174-009 9,22 728 79
Total 9,22 182 20 Total 9,22 728 79
Sumber : Hasil Analisis 2012 Sumber : Hasil Analisis 2012
Analisa Intensitas Pemanfaatan Ruang
Di Kawasan Perkotaan Kecamatan
No Blok
Wanayasa
Sub- Penggunaan Lahan KDB KDH KTB KLB
Blok (%) (%) (%) (%)
1 41174-001 1A Permukiman 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Perdagangan 50-70 15-25 0-70 0.5-2,8
Ibadah 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
1B Permukiman 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Perdagangan 50-70 15-25 0-70 0.5-2,8
Pemerintah 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
2 41174-002 2A Permukiman 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Perdagangan 50-70 15-25 0-70 0.5-2,8
Jasa 50-70 15-25 0-70 0.5-2,8
2B Permukiman 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Perdagangan 50-70 15-25 0-70 0.5-2,8
Jasa 50-70 15-25 0-70 0.5-2,8
Pendidikan 30-50 25-35 0-70 0.5-1.4
Perkantoran 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Ibadah 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Kesehatan 30-50 25-35 0-70 0.5-1.4
3 41174-003 3A Permukiman 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Perdagangan 50-70 15-25 0-70 0.5-2,8
Jasa 50-70 15-25 0-70 0.5-2,8
Industri 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Perkantoran 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Ibadah 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
3B Permukiman 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Perdagangan 50-70 15-25 0-70 0.5-2,8
Jasa 50-70 15-25 0-70 0.5-2,8
Pendidikan 30-50 25-35 0-70 0.5-1.4
Perkantoran 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Sawah 0 0 0 0
Pasar 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
4 41174-004 Permukiman 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Perdagangan 50-70 15-25 0-70 0.5-2,8
Jasa 50-70 15-25 0-70 0.5-2,8
Perkantoran 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Ibadah 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Kesehatan 30-50 15-25 0-70 0.5-1.0
5 41174-005 Permukiman 50-70 15-25 0-70 0,5-1,4
Perdagangan 50-70 15-25 0-70 0.5-2,8
Skema Pemenuhan Kebutuhan Rumah
Pada Kawasan Metropolitan
Kota atau Kabupaten yang
berbatasan dengan Kota inti atau
Metropolitan harus
memperhitungkan “limpahan”
kebutuhan rumah dari Kota intinya.
– Kawasan Budidaya
Contoh : Peta Lahan Kritis DPS Sampean
Peta Kesesuaian Lahan