Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

GENEALOGI KEKUASAAN MICHEL FOUCAULT


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern II
Dosen: Sisca Lestari, S.Sos., M.Ag

Disusun Oleh:
Kelompok 9

Iskandar Maulana
Jenap Luma
Jenal Arifin
Kelas: Sosiologi C

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

12018
2KATA PENGANTAR

Alhamdulillahiraabil’alamiin puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta atas kehendak-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW baik pada keluarga, sahabat,
dan seluruh umatnya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan sebenarnya-benarnya. Telah
diketahui bersama, bahwa makalah ini merupakan sebagai penunjang untuk keberlangsungan
presentasi di dalam tugas terstruktur mata kuliah Teori Sosiologi Modern II tentang “Genealogi
Kekuasaan Michel Foucault”. Semoga dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan dapat membantu pemahaman dalam mempelajarinya.

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari akan kekurangan dan kesalahan di
dalamnya baik berupa kata-kata atau pun isinya. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan,
kritik, dan saran yang membangun guna lebih baik lagi kedepannya dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan untuk mahasiswa/i
dan menjadikan makalah ini sebagai referensi untuk bahan pembelajaran.

Bandung, 19 November 2018

Penyusun

i
3

4DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................1
BAB II Pembahasan.......................................................................................................................2
2.1 Biografi Michel Foucault..................................................................................................2
2.2 Teori Genealogi Kekuasaan..............................................................................................2
2.3 Karya – Karya Michel Foulcoult......................................................................................5
BAB III PENUTUP........................................................................................................................7
3.1 Simpulan...........................................................................................................................7
3.2 Saran..................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8

ii
1BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekuasaan seringkali diperbincangkan dalam ilmu politik atau sosiologi politik.
Dalam konteks ini, kekuasaan dipahami sebagai kualitas, kapasitas atau modal untuk
mencapai tujuan tertentu dari pemiliknya. Ada tiga faktor yang menjadi dasar kekuasaan,
yakni jumlah orang, organisasi yang kohesif, dan sumber daya 1. Salah satu tokoh yang
membahas mengenai kekuasaan adalah Michel Foucault. Foucault tidak menolak cara
pandang semacam ini, tapi hal itu tidak cukup untuk memahami praktik penundukan yang
tak kasat mata. Pandangan yang lebih kritis tentang kekuasaan muncul dalam kajian
budaya. Dalam penjelasan yang lebih canggih, kekuasaan bekerja melampaui cara - cara
hegemonik, yang mana hal ini dikonsepsikan Foucault sebagai governmentality. Makalah
ini membahas konsep inti dalam pemikiran Foucault tentang kekuasaan. Dalam makalah
ini diuraikan pula perdebatan tentang relasi dominasi dan relasi kekuasaan yang sering
dipahami secara tumpang-tindih dalam kajian politik atau sosiologi politik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Biografi Michel Foucault ?
2. Bagaimana Teori Genealogi Kekuasaan yang Dikemukakan Michel Foucault?
3. Apa Saja Karya Dari Michel Foucault?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Biografi Michel Foucault
2. Mengetahui Teori Genealogi Kekuasaan Michel Foucault
3. Mengetahui Karya Michel Foucault

2BAB II
PEMBAHASAN

1
Soerjono Soekanto, Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011), hlm 518

1
2.1 Biografi Michel Foucault
Michel Foucault lahir pada tanggal 15 Oktober 1926 di Poiters, Prancis dengan
nama Paul Michel Foucault. Ibunya bernama Anne Malapert, anak dari seorang dokter
bedah. Ayahnya juga seorang ahli bedah sekaligus guru besar dalam bidang anatomi di
sekolah kedokteran Poiters.

Foucault kecil tumbuh dalam keluarga yang menerapkan pendidikan ketat, yang
ternyata juga merupakan anti-klerikal. Keluarga yang cenderung menjaga nilai-nilai tradisi
daripada nilai-nilai agama dalam pendidikan keluarga. Sekolah dasarnya ia tempuh di
Lycee Henry IV dan College Saint Stanislas di Poiters. Ia selalu mendapat nilai terbaik
untuk pelajaran Sejarah Yunani, bahasa Latin, dan bahasa Yunani. Hal inilah yang
kemudian mendorong Foucault masuk ke Ecole Normale Superieure (ENS), meskipun
pilihan tersebut bertetangan dengan ayah dan kakeknya yang menginginkannya
meneruskan keahlian mereka sebagai dokter bedah.

2.2 Teori Genealogi Kekuasaan


Genealogi Foucault adalah semacam sejarah yang melukiskan pembentukan
macam-macam pengetahuan di dalamnya, baik tentang subjek maupun objek-objeknya,
sejarah ini tidak memburu makna berdasarkan kontinuitas kausal yang mengarah pada
suatu telos akan tetapi genealogi dalam prespektif Foucault merupakan pemutusan
kontinuitas sejarah, yang oleh Gadamer disebut Wirkungsgeschichte adalah masa kini2.

Analisis genealogi Foucault dimulai dengan penyelidikan mengenai karakteristik


relasi kekuasaan (power relations) dalam dunia modern yang bertolak dari pertanyaan
―bagaimana beroperasinya kekuasaan dan bagaimana melihat hubungan antara
pengetahuan dan kekuasaan. Dalam pandangan Foucault, tidak ada model general
hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan. Setiap zaman selalu memiliki karakteristik
hubungan pengetahuan dan kekuasaan. Inilah yang menggugah Foucault mencuplik
genealogi sebagai perangkat analisisnya yakni untuk mengetahui teknologi dan strategi
kekuasaan beroperasi melalui pengetahuan. Berbeda dengan metode analisa yang
digunakan oleh Foucault sebelumnya dari beberapa karya awalnya yang menggunakan
2
Ampy Kali, Diskursus Seksualitas (Yogyakarta: LEDALERO, 2013), 39.

2
analisa arkeologi yang terbatas pada persoalan struktur wacana dalam pembentukan
disposisi pengetahuan, melalui genealogy of power ia mempeluas penyelidikannya pada
teknologi kekuasaan.

Genealogi yang dikembangkan Foucault esensinya bertujuan untuk menelusuri


awal pembentukan episteme yang dapat terjadi kapan saja. Genealogi ini tidak bermaksud
mencari asal-usul seperti pendekatan yang sebelumnya ia cetuskan yaitu Arkeologi, dan
tidak berhasrat pula untuk kembali pada waktu lalu guna mengisi suatu keberlanjutan
yang tiada henti. Dengan demikian Genealogi bukanlah sebuah teori, tetapi lebih
merupakan suatu cara pandang atau model perspektif untuk membongkar dan
mempertanyakan episteme, praktik sosial dan diri manusia.

Konsep Foucault ini membawa konsekuensi untuk mengetahui bahwa untuk


mengetahui kekuasaan dibutuhkan penelitian mengenai produksi pengetahuan yang
melandasi kekuasaan. Karena setiap kekuasaan disusun dan dimapankan oleh
pengetahuan dan wacana tertentu. Oleh karena itu, dalam menentukan kebenaran bagi
Foucault tidak dipahami sebagai sesuatu yang datang begitu saja (konsep yang abstrak).
Kebenaran menurut Foucault diproduksi oleh setiap kekuasaan dimana kekuasaan
menghasilkan pengetahuan, atau kekuasaan dan pengetahuan secara langsung saling
mempengaruhi tidak ada hubungan kekuasaan tanpa ada konstitusi korelatif dari bidang
pengetahuan3. Konsep kekuasaan Foucault memiliki pengertian yang berbeda dari
konsep-konsep kekuasaan yang mewarnai perspektif politik dari sudut pandang Marxian
atau Weberian.

Kekuasaan bagi Foucault tidak dipahami dalam suatu hubungan kepemilikan


sebagai properti, perolehan, atau hak istimewa yang dapat digenggam oleh sekelompok
kecil masyarakat dan yang dapat terancam punah. Kekuasaan juga tidak dipahami
beroperasi secara negatif melalui tindakan represif, koersif, dan menekan dari suatu
institusi pemilik kekuasaan, termasuk negara. Kekuasaan bukan merupakan fungsi
dominasi dari suatu kelas yang didasarkan pada penguasaan atas ekonomi atau
manipulasi ideologi seperti yang dikatakan Marx, juga bukan dimiliki berkat suatu
kharisma yang dikemukakan Weber. Kekuasaan tidak dipandang secara negatif,

3
Petrus Sunu Hardiyanta, trans., Disiplin Tubuh (Yogyakarta: LKiS, 1997), 14

3
melainkan positif dan produktif. Kekuasaan bukan merupakan institusi atau stuktur,
bukan kekuatan yang dimiliki, tetapi kekuasaan merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut situasi strategis kompleks dalam masyarakat. Kekuasaan menurut Foucault
mesti dipandang sebagai relasirelasi yang beragam dan tersebar seperti jaringan, yang
mempunyai ruang lingkup strategis. Memahami kekuasaan bukan dengan mengajukan
pertanyaan apa kekuasaan itu atau siapa yang memiliki kekuasaan atau dari mana
kekuasaan itu bersumber, melainkan memahami kekuasaan mesti didekati dengan
mengajukan pertanyaan bagaimana kekuasaan beroperasi atau dengan cara apa kekuasaan
itu dioperasikan.

Kekuasaan, menurut Foucault, tidak dipahami dalam konteks pemilikan oleh


suatu kelompok institusional sebagai suatu mekanisme yang memastikan ketundukan
warga negara terhadap negara. Kekuasaan juga bukan mekanisme dominasi sebagai
bentuk kekuasaan terhadap yang lain dalam relasi yang mendominasi dengan yang
didominasi atau yang powerful dengan powerless. Kekuasaan bukan seperti halnya
bentuk kedaulatan suatu negara atau institusi hukum yang mengandaikan dominasi atau
penguasaan secara eksternal terhadap individu atau kelompok.

Dengan demikian, kekuasaan mesti dipahami sebagai bentuk relasi kekuatan yang
imanen dalam ruang dimana kekuasaan itu beroperasi. Kekuasaan mesti dipahami
sebagai sesuatu yang melanggengkan relasi kekuatan itu, yang membentuk rantai atau
sistem dari relasi itu, atau justru yang mengisolasi mereka dari yang lain dari suatu relasi
kekuatan. Oleh karena itu, kekuasaan merupakan strategi di mana relasi kekuatan adalah
efeknya. Persoalan kekuasaan bukanlah persoalan pemilikan, dalam konteks siapa
menguasai siapa atau siapa yang powerful sementara yang lain powerless. Kekuasaan itu
tersebar, berada di mana-mana, imanen terdapat dalam setiap relasi sosial.

Hal ini bukan karena kekuasaan itu memiliki kemampuan mengkonsolidasikan


segala sesuatu di bawah kondisi ketidaknampakannya, melainkan karena kekuasaan
selalu diproduksi dalam setiap momen dan setiap relasi. Kekuasaan itu ada di mana-mana
bukan karena ia merengkuh segala sesuatu melainkan karena ia datang dari manapun.
Dalam bukunya The History of Sexuality Vol. I, Foucault menunjukkan ada lima
proposisi mengenai apa yang dimaksudnya dengan kekuasaan, yakni:

4
1. Kekuasaan bukan sesuatu yang didapat, diraih, digunakan, atau dibagikan
sebagai sesuatu yang dapat digenggam atau bahkan dapat juga punah; tetapi
kekuasaan dijalankan dari berbagai tempat dari relasi yang terus bergerak.
2. Relasi kekuasaan bukanlah relasi struktural hirarkhis yang mengandaikan ada
yang menguasai dan yang dikuasai.
3. Kekuasaan itu datang dari bawah yang mengandaikan bahwa tidak ada lagi
distingsi binary opositions karena kekuasaan itu mencakup dalam keduanya.
4. Relasi kekuasaan itu bersifat intensional dan non-subjektif
5. Di mana ada kekuasaan, di situ pula ada anti kekuasaan (resistance). Dan
resistensi tidak berada di luar relasi kekuasaan itu, setiap orang berada dalam
kekuasaan, tidak ada satu jalan pun untuk keluar darinya.

2.3 Karya – Karya Michel Foulcoult


Sejak tahun 1950-an sampai tahun 1984, Foucault telah menghasilkan kurang lebih
9 buku utama dan beberapa kitab kompilasi serta ratusan artikel. Karya-karya tersebut
bertema sejarah. Namun bukan sejarah biasanya, melainkan sejarah yang mengangkat
tema-tema minoritas seperti orang gila, narapidana, dan para penyimpang seksual. Dalam
dunia filsafat, Foucault dikenal sebagai seorang intelektual postmodernisme yang sangat
produktif dalam melakukan penelitian dan menerbitkan karya-karyanya. Secara kronologis,
publikasi karya Foucault dimulai dari buku pertamanya yang berjudul Maladie mentale et
Personalite yang terbit pada tahun 1954. Buku ini kemudian direvisi ulang dengan judul
Maladie Mentale et psychologie. Buku kedua berjudul Folie et Deraison: Histoire de la
folie a L’age classique (Madness and Civilization). Kedua buku tersebut memuat tentang
historis Foucault dalam mencari akar dualisme antara normal dan abnormal dalam sejarah
peradaban Eropa. Buku ketiganya berjudul Naissance de la clinique (The Birth of Clinic)
pada tahun 1963. Pada periode ini, Foucault juga menulis Death and the Labyrinth yang
berisi analisis mengenai pandangan dunia sastrawan surealis Prancis Raymond Roussel.
Pada tahun 1966 ia mempublikasikan Les Most et les choses (The order of Things). Buku
ini berisi tentang wacana penggunaan dan penyalahgunaan otoritas ilmu pengetahua
manusia. Yang kemudian menimbulkan reaksi yang denomenal dari kalangan akademisi
Pancis dan sekaligus endorong mereka untuk memperhatikan karya-karya Foucault
sebelumnya. Pada tahun 1969, Foucault menerbitkan L’archeologie du savoir (Archeology

5
of Knowledge) yang merupakan post-criptum teoritis atas buku-bukunya sebelumnya.
Dalam buku ini Foucault memperkenalkan sejumlah perangkat konsep dan teknik
membaca sejarah yang sama sekali baru yang disebutnya arkeologi. Pada tahun 1971,
Foucault mempublikasikan dua karya yang berjudul The Discourse on Language dan
Nietzche, Genealogy, Histori. Kedua karya ini memperkenalkan cara pandangnya yang
orisinil mengenai hubungan kekuasaan dan kebenaran. Nietzche, Genealogy, History
menandakan selesainya era transisi pemikiran Foucault dari arkeologi menuju genealogi.
Metode analisis diskirsus model analisis tubuh, bukan teks. Kemudian ia masih
mempublikasikan beberapa buku karyanya. This is not ea pipe (1973). Surveiller et Punir
(Discipline and Punish) dan Historie de la Sexualite I: La Volonte de Savoir (History of
Sexuality) (1975). Tahun 1984 ia meluncurkan dua volume, Historie de la Sexualite II:
L’Usage des Plaisirs (The Use of Pleasure) dan Historie de la Sexualite III: Le Souci de
Soi (The Care of the Self). Melalui karya-karya tersebut, Foucault mengungkap berbagai
tema yang jarang bahkan tidak tersentuh oleh para pemikir lain. Ini juga menunjukkan
bahwa ia sangat produktif dan serius dalam berkarya.

6
3BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Michel Foucault lahir pada tanggal 15 Oktober 1926 di Poiters, Prancis dengan
nama Paul Michel Foucault. Genealogi Foucault adalah semacam sejarah yang melukiskan
pembentukan macam-macam pengetahuan di dalamnya, baik tentang subjek maupun
objek-objeknya. Analisis genealogi Foucault dimulai dengan penyelidikan mengenai
karakteristik relasi kekuasaan (power relations) dalam dunia modern yang bertolak dari
pertanyaan ―bagaimana beroperasinya kekuasaan dan bagaimana melihat hubungan
antara pengetahuan dan kekuasaan.

Kekuasaan, menurut Foucault, tidak dipahami dalam konteks pemilikan oleh suatu
kelompok institusional sebagai suatu mekanisme yang memastikan ketundukan warga
negara terhadap negara, kekuasaan mesti dipahami sebagai bentuk relasi kekuatan yang
imanen dalam ruang dimana kekuasaan itu beroperasi. Kekuasaan mesti dipahami sebagai
sesuatu yang melanggengkan relasi kekuatan itu, yang membentuk rantai atau sistem dari
relasi itu, atau justru yang mengisolasi mereka dari yang lain dari suatu relasi kekuatan.

Sejak tahun 1950-an sampai tahun 1984, Foucault telah menghasilkan kurang lebih
9 buku utama dan beberapa kitab kompilasi serta ratusan artikel.

3.2 Saran
Michel Foucault merupakan salah satu tokoh sosiologi modern yang
mengemukakan tentang kekuasaan. Dengan adanya konsep kekuasaan menurutnya kita
harus bisa mempelajari sekaligus memperdalam mengenai bagaimana tentang kekuasaan.

7
4DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo


Ampy, Kali. 2013. Diskursus Seksualitas. Yogyakarta: Ledaro
Petrus, Sunu Hardiyanta. 1997. Disiplin Tubuh. Yogyakarta: Lkis
Lawang, Robert M.Z., 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
M. Poloma, Margaret, 2010, Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Paul, Doyle Johnson, 1980, Teori Sosilogi Klasik dan Modern, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Ritzer, George, and Goodman, Douglas.2004. Teori Sosiologi Modern. Prenada Media. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai