Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PLN P3B Jawa Bali

Pembentukan organisasi ini merupakan Keputusan Direksi PLN nomor


093.K/023/DIR/1995. Tujuannya adalah lebih memfokuskan usaha pengelolaan operasi
sistem, memelihara dan mengembangkan sistem operasi dan sarana penyaluran, mengelola
transaksi energi dan mengelola pengusahaan jasa telekomunikasi masing-masing sesuai
kebijakan Perseroan secara komersil sesuai dengan kontrak kinerja yang ditetapkan oleh
Direksi Perseroan. Waktu itu, P3B (Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban) Jawa Bali dipimpin
oleh Hizban Ahmad. Pembentukan PLN P3B memisahkan fungsi transmisi penyaluran dari
anak perusahaan PLN yaitu : PLN KJB akan menjadi PLN Pembangkitan Jawa Bali I (PJB I)
dan PLN KJT menjadi PLN Pembangkitan Jawa Bali II (PJB II).
Pada awal pembentukkannya, unit ini mengelola sistem tegangan ekstra tinggi 500 kV,
Tegangan Tinggi 150 kV, Tegangan Menengah 70 kV dan tegangan rendah 20 kV dan dalam
perjalanannya tegangan rendah, pengelolaannya dilimpatkan ke PLN Unit Distribusi.
Pengalihan aset tersebut terjadi di awal tahun 2000-an. Pengalihan termasuk migrasi pegawai
PLN P3B JB ke PLN Distribusi.
2 November 2000: Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Bisnis Strategis
Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali, maka PT PLN (Persero) P3B yang merupakan
unit pusat laba (profit center) berubah menjadi unit pusat investasi (investment center) dengan
nama Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (UBS P3B).
Perubahan status tersebut dilakukan untuk menatisipasi jika UU nomor 20 tahun 2000 tentang
ketenagalistrikan diberlakukan.
Tim Implementasi UBS P3B berdasarkan Keputusan Pemimpin P3B nomor:
001.K/021/PP3B/2001. Tim ini dibawah arahan langsung Basuki Prayitno dibantu EH Gultom,
Nandy Arsjad dan Bambang Waskito. Sebagai Ketua Muljo Adji AG.
Tim ini dibagi menjadi beberapa Bidang. Bidang Perencanaan ditunjuk Muljo Adji
AG. Tim II (Bidang Teknik) diketuai Suyono, Tim III Bidang Keuangan dan Niaga
Parlidungan Siagian, Tim IV Bidang SDMO dikomandani Iwan Bachtiar, Tim V: Bidang
Umum/General Affair (Nazaruddin Said), Tim VI Bidang Audit Internal (Halomoan Sibarani),
Tim VII Unit Setelmen Ulysses R Simanjuntak, Tim VIII Unit Bidang Operasi Sistem diketuai
Edy Wahyudi. Bidang-bidang tersebut merupakan cikal bakal bidang-bidang yang ada
sekarang ini di Kantor Induk.
Tidak kalah pentingnya adalah Tim IX dan Tim X. Tim pertama bertugas melakukan
implementasi pelimpahan asset trafo distribusi. Tim ini diketua mantan Kepala Sektor Jakarta
Djoko Hastowo. Sedangkan Tim kedua ditugaskan untuk mempercepat implementasi
regionalisasi dan regrouping tragi. Jika sebelumnya terdapat banyak sektor dan unit transmisi
dan gardu induk (utragi), dengan terbentuknya UBS, dirampingkan menjadi 4 regional.
Keempatnya adalah Region Jakarta dan Banten (R1), Region Jawa Barat (R2), Region Jawa
Tengah dan DIY (R3) dan Region Jawa Timur dan Bali (R4). Ketua Tim ini Muljo Adji AG
untuk R1, Kikid Sukantomo Adibroto (R2), Edy Wahyudi (R3), dan Djoko Hastowo (R4).
Pembentukan Unit Biding dan Operasi Sistem dimaksudkan agar Kantor Induk UBS
P3B hanya terlibat dengan isu strategis dan tidak terlibat pada kegiatan operasional. Sedangkan
pembentukan Unit Setelmen selain dimaksudkan untuk memisahkan kegiatan operasional
metering dan setelmen dari Kantor Induk juga dimaksudkan untuk mempercepat proses
setelmen melalui pemberian wewenang yang lebih besar khususnya dalam menangani
perselisihan. Keuntungan lain adalah akuntabilitas yang lebih jelas sehingga lebih mudah
untuk mengidentifikasi biaya proses setelmen.
Hal yang juga baru pada organisasi UBS P3B adalah pembentukan Unit Pelayanan
Transmisi (UPT) dan Unit Jasa Teknik (UJT), yang merupakan bagian dari organisasi Region.
Pembentukan UPT dimaksudkan sebagai upaya untuk mengefisienkan pelaksanaan proses
bisnis operasi dan pemeliharaan sistem penyaluran sejalan dengan rencana pengalihan
kepemilikan aset trafo HV/MV dari UBS P3B kepada Distribusi. Dan, Pembentukan UJT
dilakukan sebagai langkah untuk pemisahan usaha di luar pokok (non-core) dari usaha pokok
(core) yang sifatnya monopoli. UJT didirikan untuk transisi menuju pemisahan usaha core dan
usaha non-core, mengoptimalkan utilisasi sumberdaya yang ada, dan memungkinkan
pengembangan usaha di luar usaha pokok menjadi lebih fokus dalam menangkap peluang yang
ada sehingga dapat memberikan kontribusi bagi laba usaha.
Pada tanggal 2 April 2012, P3B JB resmi meluncurkan Struktur Organisasi baru.
Struktur Organisasi yang semula terdiri atas 4 Kantor Region dan 31 APP serta 1 Sub Region
kini berubah menjadi struktur yang lebih ramping, yakni terdiri atas 5 APB (Area Pengatur
Beban) dan 16 APP (Area Pelaksana Pemeliharaan).
Berikut struktur organisasi APB dan APP dalam P3B JB :

 APB DKI Jakarta & Banten  APB Jawa Tengah & DIY
 APP Cawang  APP Semarang
 APP Pulogadung  PLT APP Purwokerto
 APP Durikosambi  APP Salatiga
 APP Cilegon
 APP Bogor  APB Jawa Timur
 APP Surabaya
 APB Jawa Barat  APP Malang
 APP Bandung  APP Madiun
 APP Karawang  APP Probolinggo
 APP Cirebon
 PLT APB Bali
 APP Bali

Ruang Lingkup Usaha Pokok P3B Bidang usaha pokok yang ditangani oleh P3B sesuai
tanggung jawab yang diberikan kepadanya sebagai pelaksana monopoli transmisi, pengelola
operasi sistem dan transaksi tenaga listrik adalah:
1. Penyaluran Tenaga Listrik, termasuk layanan penyambungan ke sistem penyaluran
2. Perencanaan Sistem Tenaga Listrik yang terdiri dari indikasi kebutuhan pembangkitan dan
pengembangan sistem penyaluran
3. Operasi Sistem Tenaga Listrik yang meliputi manajemen energi dan pengendalian operasi
4. Transaksi Tenaga Listrik yang meliputi penyediaan informasi sistem tenaga listrik dan
pengelolaan transaksi tenaga listrik,serta
5. Setelmen Transaksi Tenaga Listrik, yaitu perhitungan dan pengelolaan tagihan
transmission charges, system service charges dan transaksi tenaga listrik, termasuk
pengelolaan sistem metering.
Disamping mengelola bidang usaha yang bersifat monopoli, P3B memiliki peluang
untuk mengembangkan usaha lain di luar usaha pokok dengan maksud untuk mengoptimalkan
penggunaan sumberdaya dan investasi yang telah dilakukan agar dapat memberikan kontribusi
kepada laba usaha P3B, yang secara tidak langsung akan dapat memberikan manfaat kepada
stake holders.
Jenis-jenis usaha yang dapat dilakukan antara lain: jasa operasi dan pemeliharaan
instalasi listrik, pelaksana pengujian dan komisioning instalasi dan peralatan listrik,
konstruksi/instalasi gardu induk dan transmisi, enjiniring instalasi, pelaksana operasi sistem
tenaga listrik, konsultasi dan pelatihan, serta penyewaan peralatan dan properti. Struktur
organisasi P3B Jawa-Bali ditunjukkan pada gambar 2.1 [1]
GENERAL MANAGER

Unit Induk
SATUAN OPI AUDIT INTERNAL

BIDANG
BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG
MANAGEMEN
PERENCANAAN OPERASI SISTEM PEMELIHARAAN KEUANGAN SDM & UMUM
ASET

AREA
AREA
PELAKSANA
Unit Pelaksana PENGATUR BEBAN
PEMELIHARAAN

Gambar Error! No text of specified style in document..1 Struktur Organisasi P3B Jawa-
Bali

2.2 Sejarah Singkat Gardu Induk 150 KV Rawalo

Gardu induk Rawalo berperan untuk menyalurkan energi listrik dari PLTU Cilacap dan
PLTA Mrica atau sektor lain dengan tegangan 150 KV dan kepada PLN di distribusi dengan
tegangan 20 KV. Di samping itu Gardu Induk Rawalo berperan sebagai switching interkoneksi
antara Jawa Tengah dan Jawa Barat guna menjaga keandalan system dan mutu energy listrik
kepada konsumen.

Gardu Induk Rawalo terletak di desa Banjarparakan, Kecamatan Rawalo, Kabupaten


Bayumas. Gardu Induk ini dibangun bulan September 1982 oleh APBN dengan bantuan
Pemerintah Jerman Barat (LOAN KFW). Area tanah yang dimiliki seluas 3 Ha (30.000 m2)
digunakan untuk membangun gedung komtrol, switch yard, dan rumah dinas operator. Gedung
kontrol dibangun tiga lantai dengan luas total bangunan yaitu 3 x 365 m2 terdiri dari : Ruang
panel kontrol, Ruang kantor, Ruang PLC/RTU, Ruang switch gear 20 KV, Ruangan Station
Supply, Ruang distribusi AC/DC, Ruang baterai, dan Mushola.
2.3 Konfigurasi Gardu Induk 150 KV Rawalo

Konfigurasi Gardu Induk 150 KV Rawalo adalah sebagai berikut :

1. Switch Yard 150 KV memiliki :


a. Bay kopel
b. Bay Kalibakal
c. Bay Semen Nusantara 1
d. Bay Semen Nusantara 2
e. Bay Purbalingga
f. Bay Mrica
g. Bay Gombong 1
h. Bay Gombong 2
i. Bay PLTU 1
j. Bay PLTU 2
k. Bay Kesugihan
l. Bay Majenang 1
m. Bay Majenang 2
n. Bay Trafo 1
o. Bay Trafo 2
2. Gedung Kontrol
Gedung Kontrol pada Gardu Induk berfungsi untuk pusat aktivitas Pengoperasian
Gardu Induk tersebut. Di dalam gedung kontrol operator bekerja mengontrol dan
mengoprasikan peralatan-peralatan yang berada di Gardu Indu. Adapun peralatan-
peralatan untuk melakukan pengontrolan dan pengoperasian Gardu Induk yaitu:
 Panel kontrol
 Panel proteksi
 Transformator pemakai sendiri
 Panel rectifier dan charger
 Baterai
 Pembagi catu AC/DC
 Sel 20 KV
 Diesel generator
 System komunikasi pendukung
 Dan sarana pendukung lainnya seperti fire alarm/apar, lamp, serta pendingin
udara
2.4 Struktur Organisasi Gardu Induk 150 KV Rawalo

2.5 Pelaksanaan Manuver Operasi dan Pemeliharaan

Manuver adalah suatu proses pembukaan dan penutupan PMT atau PMS saat operasi
dan pemeliharaan transmisi dan Gardu Induk. Pelaksanaan menuver dilakukan berkaitan
dengan sistem keamanan baik peralatan dan menusianya sehingga pembebasan tegangan
diperlukan dengan membuaka PMT atau PMS. Pelaksanaan manuver dengan urutan
diantaranya :
1. Manuver keandalan
Menuver kendalan dimaksudkan kestabilan pasokan daya listrik tetap handal kepada
pelanggan. Pelaksanaan menuver keandalan dilakukan dengan syarat :
a. Pemeliharaan atau perawatan pada instalasi listrik
b. Terjadi gangguan atau ketidak normalan pada intalasi
c. Meningkatkan mutu tenaga listrik
2. Manuver kebebasan
Dilakukan untuk membebaskan instalasi dari tegangan dengan tujuan mengeluarkan
peralatan instalasi dari grid (sistem jaringan).
3. Menuver keamanan
Menuver ini dilakukan setelah menuver pembebasan dengan langkah-langkah
pengamanan setelah serah terima pengawas menuver kepada pengawas pekerjaan.
4. Menuver persiapan
Dilaksanakan setelah pengawasan pekerjaan melakukan serah terima kepada pengawas
menuver yang menyatakan bahwa pekerjaan selesai dan instalasi atau peralatan listrik siap
dioperasikan. Dengan selesai pekerjaan pengawasan pekerjaan kemudian melakukan
langkah-langkah :
a. Evaluasi personil
b. Pemeriksaan instalasi atau peralatan listrik yang telah dikerjakan
c. Melepas pentanahan lokal yang dipasang langsung pada peralatan
d. Mengambil rambu dan zonepengaman
e. Melakukan serah terima dngan PM (Pengawas Menuver)
5. Manuver pemulihan
Manuver ini dimaksudkan untuk menormalkan kembali atau pengembalian instalasi listrik
kepada kondisi dan terhubung dengan grid (sistem jaringan).

Keseluruhan menuver dilakukan langsung dengan remote kontrol atau manual melalui
bantuan operator Gardu Induk. Urutan keluarnya surat izin kerja ditunjukan pada gambar 2.2
berikut ini :

SIK (SURAT IZIN KERJA)

JCC/UPB APP (AREA PELAKSANAAN


PEMELIHARAAN)

SIK SIK

RENCANA MANUVER SISTEM


SO SH
1. MANUVER KEADALAN
2. MANUVER DEENERGIZE
3. MANUVER REENERGIZE
RENCANA MANUVER INSTALASI RENCANA MANUVER SISTEM
1. merubah posisi L/R 1. pengamanan manusia
 PELAKSANAAN MANUVER PMT 2. membuka/ menutup PMS 2. pengarah/ instruksi
(RC) 3. serah terima/ pernyataan 3. serah terima/ pernyataan
 PERNYATAAN

 melaksanakan manuver PMS


 memasang kunci-kunci  pemasangan petanahan
pengaman pada instalasi
 tagging  Rambu pengaman

Gambar Error! No text of specified style in document..2 Bagan Surat Izin Kerja

2.6 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan peralatan, proses kerja,
tempat kerja, lingkungan, maupun cara melakukan pekerjaan. Sedemikian besar pengaruh dan
akibat yang ditimbulkan sehingga prosedur-prosedur keseamatan kerja direvisi dan
ditingkatkan kondisi keselamatan dan kesehatan kerja sebagai modal majunya perusahaan.
1. Pengaturan perundangan
a. Undang-undang No.1 tahun 1970
b. S.E Direksi PLN yang anrata lain :
1) Pengumuman No.023/PST/75
2) Surat Edaran No. 055/PST/85
3) Intruksi Direksi No.002/84
c. PUIL
Pelaksanaan prosedur pekerjaan diharapkan dengna tujuan diantaranya melindungi
tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup, menjamin keselamatan orang lain ditempat kerja, terpilihnya sumber produktif
secara efektif dan efisien.
2. Prosedur kerja
a. Persiapan pekerjaan
1) Rencana pelaksanaan pekerjaan
2) Persiapan pelaksanaan pekerjaan
3) Persiapan peralatan kerja untuk pembebasan tegangan
4) Persiapan peralatan keselamatan kerja perorangan (APD)
5) Pelaksanaan berita acara pembebasan tegangan
b. Pelaksanaan pengamanan
1) Pembebasan tegangan jaringan atau peralatan yang akan dipelihara
2) Pemeriksaan tegangan
3) Pemasangan kawat pelepasan muatan
4) Pemasangan tanda-tanda dan rambu-rambu keselamata kerja
5) Pemasangan pentanahan setampat
6) Pernyataan aman dan siap dikerjakan oleh petugas K3
c. Pelaksanaan pekerjaan
Petugas K3 bertanggung jawab atas keselamatan pekerja selama pekerjaan berlangsung
termasuk tugas mengawasi dan menegur pekerja apabila ada yang lalai melanggar
peraturan.
d. Pekerjaan selesai
1) Pemeriksaan hasil pekerjaan dilokasi aman
2) Mengembalikan peralatan kerja
3) Pelepasan pentanahan setempat
4) Pelepasan kawat pelepas muatan
5) Pelepasan tanda-tanda dan rambu-rambu keselamatan kerja
6) Pernyataan pekerjaan selesai dan lokasi sudah siap diberi tegangan
7) Persiapan pemberian tegangan
8) Pemberian tegangan untuk operasi normal
3. Langkah pengamanan
Pencegahan terjadinya kecelakaaan yang timbul pada pelaksanaan pekerjaan operasi dan
pemeliharaan dengan berbagai antisipasi dan perbaikan-perbaikan setelan evaluasi setiap
pekerjaan sehingga keselamatan dan kesehatan kerja terjamin.
Langkah-langkah antisipasi keselamatan kerja pada pekerjaan operasi dan pemeliharaan
transmisi dan Gardu Induk antara lain :
a. Pemberian tanda
Bagian-bagian instalasi yang tidak terisolasi dengan pertimbangan dapat tersentuh
manusia maka tempat tersebut diberi tanda “AWAS ADA TEGANGAN LISTRIK”
disamping itu saat pemeliharaan daerah yang aman diberi rantai aman dan tanda
bendera sebagai batas daerahnya (bendera merah berarti terlarang karena bertegangan
sedangkan bendera hijau berarti daerah bebas).
b. Prosedur kerja
Langkah ini digunakan sebagai batas wewenang dan tanggung jawab bekerja setiap
pekerjaan operasi dan pemeliharaan transmisi dan Gardu Induk dimana menyangkut
waktu pelaksanaan pekerjaan sehingga ada antisipasi agar tidak terjadi ganguan di
sistem yang lain, batasan-batasan daerah yang jelas dimana letak yang dikerjakan dan
kondisi peralatan, harus ada pengawasan dari instansi selama pekerjaan dilakukan.
c. Selesai pekerjaan
Pekerjaan yang telah diselesaikan diperiksa oleh pengawas pekerjaan diantaranya :
1) Pengosongan daerah kerja dari karyawan atau personil kerja dan juga peralatan
kerja yang telah digunakan.
2) Kondisi PMS tanah telah dilepas dan juga alat pentanahan yang lain.
3) Kondisi yang diberi tegangan harus bagus sesuai standart pemasangan pada
instalasi.

Anda mungkin juga menyukai