Disusun oleh :
Melda
Alvin Ferduo M
6C/ Kelompok 5
Dosen :
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Dari prinsip utama itu, para filosof muslim melahirkan tafsir konsep
integrase ilmu dari wujud “La illaha illallah”. Didalam buku integrasi ilmu oleh
Dr. Mulyadi dijelaskan bahwa tafsir Mulla Shadra melahirkan konsep integrase
ilmu yaitu “wahdah al-wujud” konsep ini juga diambil dari konsep sufi
khususnya Ibn ‘Arabi yang mengartikan bahwa kata Ilah diartikan sebagai
hakikat atau realitas sehingga jika makna digabungkan Laa illaha illallah
menjadi artinya “tidak ada realitas-realitas yang sejati kecuali Allah” ini berarti
pada seluruh alam ini bukanlah realitas atau memiliki realitas, tetapi sesuatu yang
diberikan atau perwujudan dari Yang Maha pencipta yaitu Allah. Yang benar
benar realitas sejati atau yang disebut Al-Haqq.
Selain itu, para filosof muslim Ibn Sina mengatakan “Mumkin al-wujud”
yang artinya wujud-wujud yang mungkin atau yang dimaksud dengan wujud
potensial. Jadi menurut pandangannya, alam ini merupakan hanya sebuah potensi
bukan bentuk nyata. Jadi jika hanya sebuah potensi, alam tidak bisa
mewujudkannya sendiri. Dia membutuhkan wujud lain yang senantiasa actual
yaitu Tuhan sendiri (al-ghani) untuk keberadaannya. Jadi wujudnya bukanlah
miliknya melainkan milik Tuhan, yang diberi oleh Tuhan atau dipinjamkan
Tuhan yang suatu saat akan diambil kembali.
Jadi dapat disimpulkan dari konsep diatas bahwa pemilik wujud sejati
adalah Tuhan, Dialah realitas sejati atau Al-Haqq. Menurut para sufi dan juga
filosof, Dia lah yang wujudnya senantiasa aktual, jika alam lepas kaitannya
dengan Tuhan, maka hanya memiliki potensi murni. Ilmuwan umum dan terkenal
yang memiliki teori ini yaitu Aristoleles yang disebut dengan materi awal. Dari
dua hal diatas konsep yang cocok untuk dijadikan dasar integrasi ilmu adalah
wahdah al-wujud . menurutnya, segala wujud yang ada dengan segala bentuk
dan karakterisiknya pada hakekatnya adalah satu dan sama yang membedakan
yang satu dengan yang lain hanyalah gradasinya yang disebabkan oleh perbedaan
esensi. Oleh karna itu mereka pada dasarnya sama dan satu. Wujud apapun yang
kita ketahui baik yang spiritual maupun materi mempunyai status yang sama
kuatnya dan sama riil nya. Maka dari itu segala wujud boleh menjadi objek yang
valid bagi ilmu.
Konsep inilah yang menjadi penting dalam integrasi ilmu, ini berguna
sebagai sumber dan klasifikasi ilmu, metode penelitian dan sebagainya. Konsep
ini juga berguna untuk menegaskan dan menetapkan status objek ilmu dalam
ilmiah barat yang dibatasi pada objek fisik dan empiris dengan alasan bahwa
objek fisiklah yang statusnya tidak bisa diragukan karna bisa ditangkap oleh
indra. Dengan menyatakan bahwa semua wujud yang ada di alam ini adalah satu
dan sama, maka status objek fisik maupun non fisik adalah sama. Dengan status
yang jelas maka dalam ragam wujud ini dapat dijadikan objek yang sah seperti
ilmu umum yaitu fisika, matematika, metafisika, dan lain-lain. Dalam penjelasan
makna diatas didapatkan pengetahuan bahwa ilmu kegamaan dan ilmu umum
bisa disatukan dengan sah. Karna mereka pada dasarnya satu kesatuan dan sama.
Didalam Al-Qur’an juga menjelaskan pentingnya integrase ilmu didalam Q.S Al-
Haj (22):54 yang artinya :
“ Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwasanya Al-Quran
itulah hak dari Tuhan mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka
kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang
yang beriman kepada jalan yang lurus”.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA