Anda di halaman 1dari 7

INTEGRASI ILMU

ISLAM DALAM DISIPLIN ILMU

Disusun oleh :

Riska Nimas Pramesti

Melda

Alvin Ferduo M

6C/ Kelompok 5

Dosen :

Dr. Hilal Ramadhan, M.Ag

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR HAMKA

JAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar belakang

Sebelum membahas tentang integrasi ilmu, mari melihat dimasa lalu


hingga saat ini yaitu pendidikan yang membatasi atau menduakan antara ilmu-
ilmu pengetahuan atau ilmu sekuler dengan ilmu ilmu agama. Sebagaimana kita
tahu dari zaman kita sekolah dasar hingga universitas, diperkenalkan terpisah
seperti matematika, fisika, dan agama islam diajarkan secara terpisah. Orang-
orang maupun orang islam sudah terbiasa dengan ilmu sekuler yang dibawa oleh
bangsa barat. Padahal seharusnya dua hal tersebut saling berkaitan, apalagi kita
sebagai orang islam wajib mempersatukan keduanya sebagaimana yang di
katakana pak Mulyadi dalam bukunya berjudul integrase ilmu, beliau
menjelaskan peran filsafat islam dalam integrasi ilmu. Dalam pengembangan
ilmu pengetahuan filsafat sangat bermanfaat. Maka dari itu filsafat dibutuhkan
dalam agama dan ilmu pengetahuan supaya lebih berkembang, supaya umat islam
tidak mengalami kemunduran.

Mengingat filsafat pernah terbukti menjadi dorongan besar bagi ilmu


pengetahuan. Ketika melihat dimasa kini atau cerita-cerita di masa lalu, merasa
bahwa dalam ilmu modern barat seperti merendahkan ilmu keagamaan. Menurut
mereka ilmu agama itu ghaib, baru bisa dikatakan ilmu jika ilmu tersebut didapat
secara empirik, sesuai penalaran yang juga rasional. Padahal baik ilmu agama
maupun ilmu pengetahuan merupakan dua hal yang sama-sama mulia. Tidak
semestinya dipandang rendah karna semua ilmu ilmu pengetahuan tidak terlepas
dari sudut keagamaan. Seperti halnya fenomena alam, dalam ilmu agama,
fenomena ini tidak terlepas dari yang MahaKuasa, yang menciptakan fenomena
ini dengan segala kebesarannya, petunjuk dengan adanya Tuhan. Sedangkan
ilmuwan umum hanya mempelajari fenomenanya secara dekat dan jelas tidak
berfikir kalua ada Tuhan yang menciptakan hal tersebut.

Kemudian pembedaan muncul antara kelompok ilmu agama dan kelompok


ilmu umum. Ilmu agama berkata bahwa ilmu yang jelas dan benar hanya
bersumber dari kitab suci ataupun hadis, dan menolak ilmu diluar garis itu.
Sedangkan pada kelompok ilmu umum atau sekuler sumber yang jelas dan benar
didapat dari mereka sendiri yang mencari ilmu atas dasar akal dan penalaran yang
sehat ditambah dengan bantuan empiris dan pengindraan. Hal hal yang tidak
berkaitan dengan akal sehat dianggap tidak valid.

Sangat disayangkan pada masyarakat kini terutama umat muslim


kenyataannya masih membedakan dua ilmu tersebut. Tentu saja hal ini tidak bisa
dibiarkan. Maka dari itu Pak Mulyadi dalam bukunya menjelaskan tentang
manfaat ilmu filsafat islam jika dicampur dengan ilmu-ilmu pengetahuan dan
juga kegamaan supaya agar lebih berkembang terutama umat umat muslim salah
satu cara mengatasinya dengan integrasi ilmu.

BAB II
PEMBAHASAN

I. KONSEP DAN PENTINGNYA INTEGRASI ILMU

Dalam perwujudannya integrasi ilmu dalam ilmu pengetahuan dan


keagamaan perlu adanya konsep dari prinsip serta nilai nilai dari pentingnya
integrasi ilmu. Dalam hal ini konsep integrase ilmu tentu saja diambil dari konsep
tauhid dalam ajaran islam, menjadikannya sebagai asas daei integrase ilmu dan
sebagai pemersatu ilmu pengetahuan.

Dari prinsip utama itu, para filosof muslim melahirkan tafsir konsep
integrase ilmu dari wujud “La illaha illallah”. Didalam buku integrasi ilmu oleh
Dr. Mulyadi dijelaskan bahwa tafsir Mulla Shadra melahirkan konsep integrase
ilmu yaitu “wahdah al-wujud” konsep ini juga diambil dari konsep sufi
khususnya Ibn ‘Arabi yang mengartikan bahwa kata Ilah diartikan sebagai
hakikat atau realitas sehingga jika makna digabungkan Laa illaha illallah
menjadi artinya “tidak ada realitas-realitas yang sejati kecuali Allah” ini berarti
pada seluruh alam ini bukanlah realitas atau memiliki realitas, tetapi sesuatu yang
diberikan atau perwujudan dari Yang Maha pencipta yaitu Allah. Yang benar
benar realitas sejati atau yang disebut Al-Haqq.

Selain itu, para filosof muslim Ibn Sina mengatakan “Mumkin al-wujud”
yang artinya wujud-wujud yang mungkin atau yang dimaksud dengan wujud
potensial. Jadi menurut pandangannya, alam ini merupakan hanya sebuah potensi
bukan bentuk nyata. Jadi jika hanya sebuah potensi, alam tidak bisa
mewujudkannya sendiri. Dia membutuhkan wujud lain yang senantiasa actual
yaitu Tuhan sendiri (al-ghani) untuk keberadaannya. Jadi wujudnya bukanlah
miliknya melainkan milik Tuhan, yang diberi oleh Tuhan atau dipinjamkan
Tuhan yang suatu saat akan diambil kembali.

Jadi dapat disimpulkan dari konsep diatas bahwa pemilik wujud sejati
adalah Tuhan, Dialah realitas sejati atau Al-Haqq. Menurut para sufi dan juga
filosof, Dia lah yang wujudnya senantiasa aktual, jika alam lepas kaitannya
dengan Tuhan, maka hanya memiliki potensi murni. Ilmuwan umum dan terkenal
yang memiliki teori ini yaitu Aristoleles yang disebut dengan materi awal. Dari
dua hal diatas konsep yang cocok untuk dijadikan dasar integrasi ilmu adalah
wahdah al-wujud . menurutnya, segala wujud yang ada dengan segala bentuk
dan karakterisiknya pada hakekatnya adalah satu dan sama yang membedakan
yang satu dengan yang lain hanyalah gradasinya yang disebabkan oleh perbedaan
esensi. Oleh karna itu mereka pada dasarnya sama dan satu. Wujud apapun yang
kita ketahui baik yang spiritual maupun materi mempunyai status yang sama
kuatnya dan sama riil nya. Maka dari itu segala wujud boleh menjadi objek yang
valid bagi ilmu.

Dalam kaitannya dengan konsep diatas akan menjadikannya penting dalam


integrasi ilmu, untuk mempersatukan ilmu. Dalam konsep diatas dijelaskan
tentang wujud, menimbulkan rangkaian wujud-wujud yang berbeda derajatnya,
dari Tuhan sang wujud murni yang bersifat immateriil melalui keberadaan
immateriil yang lebih rendah yaitu malaikat ke benda-benda langit yang
merupakan campuran materi dan non materi sampai ke benda-benda materi yang
kita lihat secara fisik. Konsep kesatuan wujud ini yang mengintegrasikan
berbagai wujud yang berbeda beda ini kedalam kesatuannya yg kokoh dan solid
atau padat sehingga mereka tidak bisa dipisahkan dengan rill dan tidak riil.

Konsep inilah yang menjadi penting dalam integrasi ilmu, ini berguna
sebagai sumber dan klasifikasi ilmu, metode penelitian dan sebagainya. Konsep
ini juga berguna untuk menegaskan dan menetapkan status objek ilmu dalam
ilmiah barat yang dibatasi pada objek fisik dan empiris dengan alasan bahwa
objek fisiklah yang statusnya tidak bisa diragukan karna bisa ditangkap oleh
indra. Dengan menyatakan bahwa semua wujud yang ada di alam ini adalah satu
dan sama, maka status objek fisik maupun non fisik adalah sama. Dengan status
yang jelas maka dalam ragam wujud ini dapat dijadikan objek yang sah seperti
ilmu umum yaitu fisika, matematika, metafisika, dan lain-lain. Dalam penjelasan
makna diatas didapatkan pengetahuan bahwa ilmu kegamaan dan ilmu umum
bisa disatukan dengan sah. Karna mereka pada dasarnya satu kesatuan dan sama.

Didalam Al-Qur’an juga menjelaskan pentingnya integrase ilmu didalam Q.S Al-
Haj (22):54 yang artinya :
“ Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwasanya Al-Quran
itulah hak dari Tuhan mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka
kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang
yang beriman kepada jalan yang lurus”.

II. PRINSIP ATAU NILAI INTEGRASI ILMU


Dalam permasalahan perbedaan yang ketat antara ilmu-ilmu agama dan
ilmu sekuler dalam upaya mengintegrasikan ilmu akan terjadi jika integrase itu
sendiri mempunyai fondasi atau prinsip. Yang menjadi prinsip utama dalam
integrase ilmu adalah prinsip paling dasar dalam ajaran islam yaitu Tauhid.
Tauhid itu sendiri menjadi pemersatu segala keragaman yang berasal dari luar
islam. Maka dari itu tauhid sebagai prinsip dari integrase ilmu atau sebagai tugas
utama dalam mempersatukan ilmu tersebut.
Dalam konsep Tauhid yang diambil dari La illaha illallah yang artinya
tidak ada tuhan selain Allah. Ini merupakan prinsip yang paling mendasar dari
ajaran islam, hal ini dalam kaitannya tentang integrasi ilmu,. Menjadikannya
prinsip yang paling utama dari prinsip-prinsip epistemology atau pengetahuan
islam. Sehingga menjadi acuan atau prinsip pemersatu atau dasar integrasi ilmu
pengetahuan manusia. Dari prinsip tauhid ini dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
integrase ilmu juga berasal dari nilai-nilai tauhid itu sendiri. Sehingga tauhid
sendiri dijadikan pedoman dalam integrase ilmu.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Dari permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan bahwa ilmu-ilmu


agama dipisahkan dari ilmu umum. Maka dari itu diupayakan integrase ilmu
untuk mempersatukan keduanya. Sebagaimana yang dijelaskan prinsip utamanya
adalah tauhid dari dasar ajaran islam menjadi suatu nilai-nilai dari tauhid tersebut
untuk mengintegrasikan ilmu keduanya. Dalam hal itu juga terdapat konsep ilmu
dari pandangan ahli islam yaitu mahdah al-wujud dan mumkin al-wujud.
Keduanya menegaskan bahwa segala wujud yang ada didunia ini adalah sama
dan satu, maka dari itu didalam ilmu baik kegamaan ataupun tidak adalah sama,
sama seperti materi dan non materi, keduanya adalah satu kesatuan

DAFTAR PUSTAKA

Kartanegara, Mulyadi. 2005. Integrasi ilmu : sebuah rekontruksi holistic.


Bandung : Arasy, Mizan Group.

Al-Quran surah Al Haj 22:54

Anda mungkin juga menyukai