Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

TUMOR JINAK PAYUDARA

DISUSUN OLEH :

MADONNA FITRI PASARIBU


H1AP12033

PEMBIMBING :
dr. JULIAN FAMIL, Sp.B, FICS, FINACS

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BENGKULU
2017
Tumor Jinak Payudara

Definisi
Tumor jinak payudara ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim, stroma, areola
dan papilla payudara, termasuk tumor jinak jaringan lunak payudara, lipoma, hemangioma
payudara dan displasia payudara 1.
Benjolan jinak pada payudara 1,2
Kebanyakan benjolan jinak pada payudara berasal dari perubahan normal pada
perkembangan payudara, siklus hormonal, dan perubahan reproduksi. Terdapat 3 siklus
kehidupan yang dapat menggambarkan perbedaan fase reproduksi pada kehidupan wanita
yang berkaitan dengan perubahan payudara, yaitu :

1. Pada fase reproduksi awal (15-25 tahun) terdapat pembentukan duktus dan stroma
payudara. Pada periode ini umumnya dapat terjadi benjolan Fibroadenoma mammae
dan juvenil hipertrofi (perkembangan payudara berlebihan).
2. Periode reproduksi matang (25-40 tahun). Perubahan siklus hormonal mempengaruhi
kelenjar dan stroma payudara.
3. Fase ketiga adalah involusi dari lobulus dan duktus yang terjadi sejak usia 35-55
tahun.
Jenis-Jenis Tumor Jinak Payudara

1 Fibrokistik

Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah benjolan
payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini harus dibedakan
dengan keganasan. Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50
tahun (>50%) 3.

Kelainan fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang ditandai penambahan


jaringan fibrous dan glandular. Manifestasi dari kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik
biasanya multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat
penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama periode
menstruasi karena hubungannya dengan perubahan hormonal tiap bulannya 3. Wanita dengan
kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan
hormon estrogen dan progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan benjolan pada
payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut menghilang seminggu setelah
menstruasi selesai. Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki fase menopause
3
.
Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti. Kelainan
fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik, mammogram, atau biopsi. Biopsi
dilakukan terutama untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan
fibrokistik biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah 3.
Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan seksama
untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan fisik didapatkan
benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di bagian atas-luar payudara
tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan pemeriksaan mammogram dan
pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi berikutnya. Apabila keluar cairan dari
puting, baik bening, cair, atau kehijauan, sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk
pemeriksaan sel keganasan. Apabila cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan
berasal dari beberapa kelenjar, maka kemungkinan benjolan tersebut jinak 3.

2 Fibroadenoma

Fibroadenoma merupakan tumor payudara jinak yang terkadang terlalu kecil untuk
dapat teraba oleh tangan, walaupun diameternya bisa saja meluas beberapa inchi.
Fibroadenoma dibentuk baik itu oleh jaringan payudara glandular maupun stroma, dan
biasanya terjadi pada wanita muda berusia 15-25 tahun 3. Setelah menopause, tumor tersebut
tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang
fibroadenoma tumbuh multiple (lebih 5 lesi pada satu mammae) tetapi sangat jarang 4.
Etiologi dari fibroadenoma masih tidak diketahui pasti tetapi dikatakan bahwa
hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi penyebabnya.Usia
menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuklah kontrasepsi oral tidak merubah
risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya
riwayat keluarga (first-degree) dengan karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko
terjadinya penyakit ini.
Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari
mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan normal dan
involusi”.Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana
struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae.Lobul hiperplastik sering
terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari perkembangan mammae 4.
Gambaran histologi dari lobul hiperplastik ini identik dengan fibroadenoma 4.
Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara ketika sedang
mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm, namun FAM dapat
tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma). Pada pemeriksaan, benjolan
FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri,
panas), mobile (dapat digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun
retraksi puting (puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus 4.
Pemeriksaan mammografi menghasilkan gambaran yang jelas jinak berupa rata dan
memiliki batas jelas. Pada masa adolesens, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar.
Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat
rangsangan estrogen meningkat.
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan simpai
licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat
mudah digerakkan kesana kemari 3. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri bila ditekan. Kadang-
kadang fibroadenoma tumbuh multipel. Pada pasien dengan usia kurang dari 25 tahun,
diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan klinik walaupun dianjurkan untuk dilakukan
aspirasi sitologi 3. Konfirmasi secara patologi diperlukan untuk menyingkirkan karsinoma
seperti kanker tubular karena sering dikelirukan dengan penyakit ini 3. Fine-needle aspiration
(FNA) sitologi merupakan metode diagnosa yang akurat walaupun gambaran sel epitel yang
hiperplastik bisa dikelirukan dengan neoplasia.
Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia
muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada pasien yang berusia,
fibroadenoma memberikan gambaran soliter, lesi yang licin dengan densitas yang sama atau
hampir menyerupai jaringan sekitar pada mammografi 3. Ultrasonografi mammae juga sering
digunakan untuk mendiagnosa penyakit ini. Ultrasonografi dengan core-needle biopsy dapat
memberikan diagnosa yang akurat. Kriteria fibroadenoma yang dapat terlihat pada
pemeriksaan ultrasonografi adalah massa solid berbentuk bulat atau oval, berbatas tegas
dengan internal echoes yang lemah, distribusinya secara uniform. Diameter massa hipoechoic
yang homogenous ini adalah antara 1 – 20 cm 3.
Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui aspirasi jarum halus atau
biopsi jarum dengan diameter yang lebih besar (core needle biopsi).
Pada umumnya dokter menyarankan untuk dilakukannya pengangkatan fibroadenoma
terutama jika pertumbuhan terus berlangsung atau terjadi perubahan bentuk payudara.
Terkadang (terutama pada usia petengahan atau wanita usia dewasa) tumor ini akan berhenti
tumbuh atau bahkan mengecil dengan sendirinya tanpa terapi apapun. Dalam hal ini, selama
dokter yakin massa tersebut adalah benar-benar fibroadenoma dan bukan kanker payudara,
pembedahan untuk mengangkat fibroadenoma mungkin tidak diperlukan. Pendekatan ini
berguna untuk wanita dengan fibroadenoma yang multipel yang tidak berlanjut
pertumbuhannya.
Pada beberapa kasus, pengangkatan fibroadenoma multipel berarti mengangkat
sejumlah besar jaringan payudara sekitar yang normal, sehingga menyebabkan jaringan parut
yang akan mengubah bentuk dan tekstur payudara. Hal ini juga nantinya akan menyebabkan
hasil pemeriksaan fisik serta mammografi menjadi sulit untuk diinterpretasikan. Sangat
penting bagi wanita yang tidak melakukan pengangkatan fibroadenoma tersebut untuk
memeriksakan payudaranya secara teratur untuk meyakinkan bahwa massa tersebut tidak
berlanjut pertumbuhannya. Terkadang satu atau lebih fibroadenoma akan tumbuh setelah
salah satu fibroadenoma diangkat. Hal ini berarti bahwa fibroadenoma baru telah terbentuk
dan bukanlah fibroadenoma yang lama yang tumbuh kembali.
3. Adenoma

Adenoma tubular dan lactatinal adalah lesi yang secara histologis jinak berhubungan dengan
FAM 3. Cirinya adalah struktur glandular dengan sedikit atau tanpa struktur stroma.Secara
klinis dan Radiologi, mirip dengan FAM. Lactation adenoma terjadi selama kehamilan dan
laktasi, membesar saat dipengaruhi hormon gestational, dan diferensiasi sekresi saat analisis
PA.Sekali lagi biopsi adalah diagnostik dan terapi 3.

4. Adenosis

Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan
fibrokistik.Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup kelenjar-kelenjar
yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus saling berdekatan satu sama
lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini kemungkinan dapat diraba 3.
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis agregasi,
atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun merupakan tumor, namun
kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker 3. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari
adenosis dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous. Apabila
adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas sehingga dapat diraba, dokter akan sulit
membedakan tumor ini dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara. Kalsifikasi dapat
terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan
diagnosis.Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat menunjukkan apakah tumor ini
jinak atau tidak.Namun dengan biopsi melalui pembedahan dapat dianjurkan untuk
memastikan tidak terjadinya kanker 3.
Sklerosing adenosis adalah proliferasi jinak baik jaringan stromal (sclerosis)
berhubungan dengan peningkatan ductules terminalis yang kecil (adenosis).Biasanya
merupakan komponen fibrocystic disease dan bermanifestasi sebagai mikrokalsifikasi yang
ditemukan saat screening mammogram.Stereotactic core atau wire localization biopsy adalah
diagnosis pastinya 3.

5. Tumor Filoides ( Sistosarkoma Filoides )

Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor fibroepitelial
yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan komponen epitel. Tumor
filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua
payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan
FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin
karena pertumbuhannya yang cepat. Berdasarkan pemeriksaan histologi (sel), diketahui
bahwa tumor filodes jinak berkisar 10%, dimana tumor filodes ganas berkisar 40% 3.
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara lokal
dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran
yang besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi kebanyakan pada usia sekitar 45 tahun.
Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir sama dengan
fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan glandular. Perbedaan antara
tumor filoides dengan fibroadenoma adalah bahwa terdapat pertumbuhan berlebih dari
jaringan fibrokonektif pada tumor filoides. Sel yang membangun jaringan fibrokonektif dapat
terlihat abnormalitasnya dibawah mikroskop. Secara histologis, tumor filoides dapat
diklasifikasikan menjadi jinak, ganas, atau potensial ganas (perubahan tumor ke arah kanker
masih diragukan). Tumor filoides pada umumnya jinak namun walaupun jarang dapat juga
berubah menjadi ganas dan bermetastase 3. Tumor filoides jinak diterapi dengan cara
melakukan pengangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar
yang normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas infiltratif mungkin
membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari
apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor filodes
ganas, maka reseksi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan
yang tersisa 3.

6. Nekrosis Lemak

Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa terjadi
spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara.Nekrosis lemak dapat juga terjadi
akibat terapi radiasi.Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak,
daerah yang mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut 3.
Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak membesar.
Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata.Karena kebanyakan kanker payudara
berkonsistensi keras, daerah yang mengalami nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit
untuk dibedakan dengan kanker jika hanya dari pemeriksaan fisik ataupun mammogram
sekalipun.Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan eksisi sangat diperlukan
untuk membedakan nekrosis lemak dengan kanker.Secara histopatologik terdapat nekrosis
jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis 3.
Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis dapat berespon
berbeda-beda terhadap cedera. Di samping pembentukan jaringan parut, sel-sel lemak akan
mati dan mengeluarkan isi sel, yang membentuk kumpulan seperti kantong-kantong berisi
cairan berminyak dan disebut kista minyak. Kista minyak dapat ditemukan melalui aspirasi
jarum halus, yang sekaligus merupakan tindakan untuk terapinya 3.

7. Intraductal Papilloma

Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai tangkai


yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan glandular dan jaringan
fibrovaskular. Papilloma seringkali melibatkan sejumlah besar kelenjar susu. Lesi jinak yang
berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma ini memberikan
gejala berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu. Hampir 90% dari Papilloma
Intraduktus adalah dari tipe soliter dengan diameternya kurang dari 1cm dan sering timbul
pada duktus laktiferus dan hampir 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang
serous dan bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area
subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis. Massa yang
teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi 3.
Pasien dengan Papilloma Intraduktus multiple biasanya tidak gejala nipple discharge
dan biasanya terjadi pada duktus yang kecil. Diperkirakan hampir 25% dari Papilloma
Intraduktus multiple adalah bilateral 3.
Perubahan payudara jinak yang menyebabkan keluarnya sekresi cairan dari puting,
hampir setengahnya adalah papilloma, dan sisanya adalah campuran perubahan fibrokistik.
Walaupun papilloma bisa dicurigai dari pemeriksaan terhadap discharge, namun banyak
dokter menganggap pemeriksaan tersebut tidak begitu bermanfaat. Apabila papilloma cukup
besar, biopsi jarum bisa dilakukan. Papilloma dapat juga didiagnosa melalui pemeriksaan
pencitraan pada duktus payudara yaitu dengan duktogram atau galaktogram.
Terapi untuk papilloma adalah dengan mengangkat papilloma serta bagian duktus dimana
papilloma tersebut ditemukan, dimana biasanya dengan melakukan insisi pada tepi sekeliling
areola 3.
Papilloma Intraduktus subareolar soliter atau intrakistik adalah benigna. Namun, telah
terjadi pertentangan apakah penyakit ini merupakan prekursor bagi karsinoma papillary atau
merupakan predisposisi untuk meningkatkan resiko terjadinya karsinoma. Menurut komuniti
dari College of American Pathologist, wanita dengan lesi ini mempunyai risiko 1,5 – 2 kali
untuk terjadinya karsinoma mammae 3.

8. Kista

Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular.Kista terbentuk dari
cairan yang berasal dari kelenjar payudara.Mikrokista terlalu kecil untuk dapat diraba, dan
ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus
berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan
diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.(3,5)
Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara
menimbulkan rasa nyeri.Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila
disentuh, mengarah pada kista. Walaupun penyebab kista masih belum diketahui, namun para
ahli mengetahui bahwa terdapat hubungan antara kista dengan kadar hormon. Kista muncul
seminggu atau 2 minggu sebelum periode menstruasi mulai dan akan menghilang
sesudahnya. Kista banyak terjadi pada wanita saat premenopause, terutama bila wanita
tersebut menjalani terapi sulih hormon.Kista biasanya dipastikan dengan mammografi dan
ultrasound (sonogram). Ultrasound sangat tepat digunakan untuk mengidentifikasi apakah
abnormalitas payudara tersebut merupakan kista ataukah massa padat 3.
Kebanyakan kista yang simpel dapat digambarkan dengan baik, yaitu memiliki tepi
yang khas, dan sinyal ultrasound dapat dengan mudah melewati.Walaupun begitu, beberapa
kista didapatkan dengan tingkat ekoik internal yang rendah yang menyulitkan ahli radiologi
untuk mendiagnosis sebagai kista tanpa mengeluarkan cairan.Tipe kista yang seperti ini
disebut kista kompleks. Walaupun kista kompleks tersebut terlihat sebagai massa yang solid,
namun kista tersebut bukanlah kanker. Dalam keadaan tertentu, kista dapat menimbulkan
nyeri yang hebat. Mengeluarkan isi kista dengan aspirasi jarum halus akan mengempiskan
kista dan mengurangi ketidaknyamanan.Apabila cairan dari kista tampak seperti darah atau
terlihat mencurigakan, cairan tersebut harus diperiksakan ke laboratorium patologi untuk
dilihat di bawah mikroskop. Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui aspirasi sitologi.
Jumlah cairan yang diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda
warnanya, mulai dari kuning pudar sampai hitam, kadang terlihat translusen dan bisa juga
kelihatan tebal dan bengkak 3.
Menurut kepustakaan dikatakan kista terjadi pada hampir 7% dari wanita pada suatu
waktu dalam kehidupan mereka.Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita
berusia antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara
usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya
pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon 3.
Kebiasaannya kista ini soliter tetapi tidak jarang ditemukan kista yang multiple. Pada
kasus yang ekstrim, keseluruhan mammae dapat dipenuhi dengan kista. Kista dapat
memberikan rasa tidak nyaman dan nyeri. Dikatakan bahwa terdapat hubungan antara ketidak
nyamanan dan nyeri ini dengan siklus menstruasi dimana perasaan tidak nyaman dan nyeri
ini meningkat sebelum menstruasi 3. Kista ini biasanya dapat dilihat. Karekteristiknya adalah
licin dan teraba kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti
fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian
dalam mammae. Jaringan normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa
menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa dipalpasi. Mammografi dan
ultrasonografi membantu dalam penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan ini tidak begitu
penting bagi pasien yang simptomatik 4.
Massa soliter dengan dilatasi dari duktus retroareolar merupakan gambaran yang bisa
terlihat pada mammografi atau ultrasonografi sekiranya massa yang terbentuk agak besar.
Massa yang kecil tidak memberikan gambaran khas pada mammografi dan ultrasonografi.
Gambaran kalsifikasi jarang terlihat pada penyakit ini namun bisa terjadi pada massa yang
kecil maupun besar. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah eksisi massa dan diperiksa
dengan teknik histopatologi konvensional 3.
Sebelum ini, eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini
sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah diaspirasi, kista akan
menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi dengan mammografi. Walau
bagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi 5.
Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni :
(1) massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi .
(2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah.
Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi pertama adalah
sekiranya cairan aspirasi mengandung darah (selagi tidak disebabkan oleh trauma dari jarum),
kemungkinan terjadinya intrakistik karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi kedua
adalah rekurensi dari kista 5. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi
lanjut perlu diberikan sebelum dilakukan eksisi. Apabila kista masih terus membesar, eksisi
direkomendasikan 5.
Teknik yang digunakan untuk aspirasi kista mammae yang dapat dipalpasi sama
dengan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi FNA. Permukaan kulit dibersihkan
dengan alkohol. Biasanya digunakan jarum 21-gauge dan juga syringe 20 ml 5. Kista di
fiksasi menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dan jari tengah. Syringe
dipegang oleh tangan yang lain dan kista dipalpasi sehingga sudah tidak teraba. Volume dari
cairan kista biasanya 5 ml sampai 10 ml tetapi dapat mencapai 75 ml atau lebih. Cairan dari
kista biasanya berwarna coklat, kuning atau kehijauan. Sekiranya didapatkan cairan
sedemikian, pemeriksaan sitologi tidak diperlukan. Apabila ditemukan cairan kista
bercampur darah, 2 ml dari cairan diambil untuk pemeriksaan sitologi 5.
Apabila kista ditemukan pada ultrasound tetapi tidak bisa dipalpasi, aspirasi dengan
ultrasound-guided needle bisa dilakukan. Kulit dibersihkan dengan alkohol. Probe ultrasound
dipegang dengan satu tangan untuk mengidentifikasi kista. Syringe dipegang dengan tangan
lain dan kista diaspirasi 5.
9. Ektasia Duktus
Ektasia duktus merupakan pelebaran dan pengerasan dari duktus, dicirikan dengan
sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket.Pada puting serta daerah
disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan 4. Ektasia duktus adalah kondisi yang
biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai 50 tahun. Ektasia duktus adalah kelainan
jinak yang walaupun begitu dapat mengacaukan diagnosis dengan kanker dikarenakan
benjolan yang keras di sekitar duktus yang abnormal akibat terbentuknya jaringan parut.
Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik dengan
melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik. Apabila keluhan tidak
membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada
tepi areola 4.

10. Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui atau
pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar puting. Kerusakan
pada kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk
memasuki duktus yang menjadi tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi
3
. Sel-sel inflamasi melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan
pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah.Perubahan ini menyebabkan payudara
menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat perabaan 3.
Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa berkonsistensi
keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal,
dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening aksila. Kondisi ini diterapi dengan
antibiotik.Pada beberapa kasus, mastitis berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang
harus dikeluarkan melalui pembedahan 4.

11. Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang hamil atau
menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti kanker. Biasanya galaktokel
tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan.
Penatalaksanaan galaktokel sama seperti kista lainnya, biasanya tanpa melakukan tindakan
apapun. Apabila diagnosis masih diragukan atau galaktokel menimbulkan rasa tidak nyaman,
maka dapat dilakukan drainase dengan aspirasi jarum halus 3.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya, Dalam: Deteksi
Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
2. Kumpulan Naskah Ilmiah Muktamar Nasional VI Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi
Indonesia. Semarang.2003
3. Cohen S.M, Aft R.L, and Eberlein T.J. 2002. Breast Surgery. In: Doherty G.M et all, ed.
The Washington Manual of Surgery. Third edition. Philadelphia: Lippincott Williams
and Wilkins. p 40.
4. Evans A, Ellis I. 2002. Breast Benign Calcification. In: Evans A, Pinder S, Wilson R, Ellis
I, ed. 2002. Breast Calcification a Diagnostic Manual. London: Greenwich Medical
Media. p 4, 5-6, 12, 20
5. Jatoi I, Kaufmann M, Petit J.Y. 2006. Diagnostic Procedures. In: Schroder G, ed. Atlas
of Breast Surgery. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. p 19-21

Anda mungkin juga menyukai