KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN NUNUKAN
NOMOR : /RSUD-NNK
TENTANG
i
Mengingat : 1. Undang – undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
2. Undang – undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 012 tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 27 tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1691/
MEMKES/ VIII/ 2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 382/MENKES/III/2007
tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Kesehatan Lainnya;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
129?MENKES/SK/II/2008 Tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
ii
3. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan
Universal di Pelayanan Kesehatan tahun
2010;
MEMUTUSKAN
iii
Ditetapkan di : Nunukan
Pada Tanggal : 8 Agustus 2018
iv
Lampiran Surat Keputusan Direktur Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Nunukan
tentang Kebijakan Penetapan Perlindungan
Pasien, pengunjung dan staf dari penyakit
menular di Lingkungan Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Nunukan
Nomor : /RSUD-NNK
Tanggal : 8 Agustus 2018
A. KEBIJAKAN UMUM
1. Rumah sakit menyediakan alat pelindung diri untuk kewaspadaan
(barrier precautions) dan prosedur isolasi yang melindungi pasien yang
mengalami imunitas rendah (Immunocompromised) dari infeksi yang
rentan mereka alami.
2. Rumah sakit menetapkan penempatan dan proses transfer pasien
dengan Airborne Disease didalam rumah sakit dan keluar rumah sakit.
3. Rumah sakit menetapkan penempatan pasien infeksi “Airborne” dalam
waktu singkat jika rumah sakit tidak mempunyai kamar dengan
tekanan negative (ventilasi alamiah dan mekanik).
4. Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan sebuah proses untuk
menangani lonjakan mendadak (Outbreak) penyakit infeksi airborne.
B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Rumah sakit membuat regulasi isolasi untuk memberikan perlindungan
kepada staf dan pengunjung serta lingkungan pasien.
2. Membuat standar prosedur Operasional terkait penempatan pasien.
3. Rumah sakit membangun/ menyediakan ruangan dengan tekanan
negative untuk pasien dengan infeksi Airborne.
v
4. Apabila struktur bangunan tidak memungkinkkan membangun
ruangan dengan tekanan negative maka rumah sakit dapat
mengalirkan udara lewat system penyaring HEPA (High Effieciency
particulate air) pada tingkat paling sedikit 12 kali pertukaran udara
perjam.
5. Rumah sakit membuat program untuk menangani pasien infeksi “
Airborne” dalam waktu singkat jika system HEPA tidak ada, termasuk
menderita infeksi menular
6. Menetapkan waktu pembersihan kamar isolasi yang dituangkan dalam
Standar prosedur operasional
vi