Anda di halaman 1dari 6

Aditya Pratama

13717013

PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no 18 tahun 2008 tentang pengelolaan


sampah Bab 1 pasal 1 ayat 1 “ Sampah adalah sisa kegiatan manusia dan/ atau proses alam
yang berbentuk padat”, sedangkan menurut kamus lingkungan “ Sampah plastik adalah yang
tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam
produksi atau pemakaian; barang atau cacat selama manufaktur atau materi berkelebihan atau
buangan”. Saat ini penggunaan plastik sebagai bahan dasar untuk pemenuhan kebutuhan
hidup manusia sangat besar, banyak alat-alat yang terbuat dari plastik. Akibat dari produksi
menggunakan plastik yang banyak, menghasilkan limbah yang berjumlah sangat banyak.
Selain itu, peralatan plastik yang sudah tidak digunakan dibuang begitu saja. Plastik terbuat
dari berbagai jenis monomer, salah satu contoh dari monomer tersebut adalah propilena yang
membentuk rantai panjang menjadi polipropilena. Polipropena tidak dapat diuraikan oleh
bakteri yang berada di didalam tanah. Proses peruraian plastik hanya dilakukan oleh radiasi
sinar matahari, panas, kelembaban, dan tekanan di dalam bumi yang berlangsung sangat
lama.

Di Indonesia khusunya daerah perkotaan yang padat komposisi sampah kota


(Municiple Solid Waste) khususnya plastik mencapai 13,16 persen, sedangkan sampah kota
yang terangkut ke TPS/TPA oleh pemerintah lokal maupun petugas warga, untuk penduduk
kawasan perkotaan hanyalah 48,38%. Rencana ambisius Pemerintah Indonesia untuk
peningkatan pengelolaan sampah padat sangat bergantung pada partisipasi rumah tangga
guna mencapai sasaran penurunan 30% (melalui pengurangan, pemakaian kembali, dan daur
ulang atau “kebijakan 3R”) untuk sampah yang terkumpul hingga tahun 2019. Dengan hanya
1,6% rumah tangga yang menunjukkan partisipasi aktif dalam kegiatan 3R – dan dari jumlah
ini, kurang dari 0,5% adalah daur ulang atau penggunaan kembali sampah plastik.(“Laporan
Sintesis,”2018:25).
Efek dari sampah plastik yang sudah menumpuk banyak dapat menyebabkan berbagai
macam pencemaran seperti pencemaran air dan tanah. Peran sampah plastik dalam
pencemaran air yaitu sampah plastik dapat mengendap di permukaan tanah di bawah air
sehingga membuat sampah plastik sulit terurai, hal yang berbahaya terjadi apabila ukuran
sampah plastik berubah ukuran menjadi mikro karena apabila mikro plastik tersebut masuk
ke dalam tubuh kita dapat berbahaya, sebagai contoh pada air laut yang sudah tercemari
mikro plastik lalu air laut tersebut digunakan untuk pembuatan garam, dapat kita bayangkan
begitu banyak mikro plastik yang tanpa sengaja dapat kita konsumsi. Selain di air, plastik
juga dapat mencemari tanah hal ini dapat terjadi karena sampah plastik yang sudah
menumpuk dapat mengurangi kesuburan tanah dan mematikan makhluk mikro organisme di
dalam tanah, bila tanah sudah tidak subur maka tanah tersebut tidak dapat ditanami lagi.
Menurut saya permasalahan sampah plastik dapat diselesaikan dengan bantuan
berbagai peran, dalam hal ini peran yang dimaksud adalah peran pemerintah, masyarakat, dan
perusahaan. Peran pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan sampah yaitu adanya
undang-undang tentang pengelolaan sampah, pada tahun 2008 pemerintah telah menetapkan
UU RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Selain itu, pada tahun 2018
pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah RI No 35 Tahun 2018 tentang percepatan
pembangunan instalasi pengolah sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah
lingkungan. Berdasarkan dari dua peraturan yang dibuat pemerintah tersebut masih banyak
penerapan yang belum dirasakan bagi masyarakat yang tergerak untuk melakukan proses
daur ulang. Pada UU RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah Bab VII pasal
24 ayat 1 “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayain penyelenggaraaan
pengelolaan sampah”, pada ayat tersebut jelas pemerintah akan membiayai pengelolaan
sampah yang dananya bersumber dari APBN dan APBD, dalam praktiknya pemerintah hanya
menyediakan dana untuk pengolahan sampah sampai TPA, selain itu masih adanya sistem
kredit bagi usaha-usaha pengolahan sampah dengan cara lain contohnya seperti bank sampah.
Seharusnya pemerintah tidak boleh lagi mengadakan kredit bagi usaha-usaha untuk
pengolahan sampah plastik seperti bank sampah INI tersebut karena sudah kewajiban
pemerintah untuk membiayai segala jenis bentuk pengolahan sampah terlebih yang dapat
memiliki nilai jual yang tinggi.
Selain sektor pemerintah, sektor masyarakat juga memiliki peran yang krusial dalam
terciptanya permasalahan sampah plastik, konsumsi plastik yang tinggi dari masyarakat
membuat produksi sampah semakin besar. Selain permintaan plastik yang tinggi, perilaku
masyarakat untuk membuang sampah plastik pada tempatnya masih sangat minim, banyak
masyarakat yang membuang sampah plastik sembarangan terlebih membuangnya di daerah
perairan. Perlu adanya edukasi dan kesadaran masyarakat terkait pembuangan sampah
plastik, edukasi yang dimaksud ada pembelajaran tentang pengelompokkan sampah, biasanya
sampah terbagi menjadi 2 yaitu anorganik dan organik tetapi saat ini pengelompokkan
sampah terbagi menjadi 5 kelompok yaitu, sisa makanan, sampah organik, kertas, plastik,
barang berbahaya beracun. Selain itu masyarakat harus diberi sanksi jika membuang sampah
khusunya plastik sembarangan dan penerapannya harus selalu diawasi oleh instansi terkait,
masyrakat juga harus tahu akibat dari membuang sampah plastik sembarangan khususnya
diwilayah perairan yang dapat berbahaya jika mikro plastik masuk ke dalam tubuh melalui
makanan yang dikonsumsi sehari-hari seperti garam. Masyarakat juga harus paham tentang
istilah 4 R dalam daur ulang, 4 R tersebut adalah reuse, reduce, recycle, dan replace.
Penerapan reuse dalam kehidupan sehari-hari yaitu selalu menggunakan kembali barang-
barang plastik yang dapat digunakan, penerapan reduce yaitu mengurangi penggunaan
kantong plastik dan mulai menggunakan tas belanja yang dibawa sendiri. Berdasarkan data
dari Laporan Sintesis 2018 yang telah dijelaskan dapat dilihat bahwa peran masyarakat dalam
mendaur ulang sampah masih sangat kurang penerapan recycle yaitu plastik dapat didaur
ulang menjadi barang-barang yang memiliki nilai jual contohnya dibuat menjadi batu bata
yang disebut ecobrick, kerajinan-kerajinan, benang baju, bahkan sampai ke minyak, yang
terakhir adalah penerapan dari replace hal ini dapat dilakukan dengan mengganti kantong
plastik yang berbahan polimer menjadi plastik biodegradable. Sektor perusahaan juga harus
ikut bertindak dalam menangani permasalahan sampah plastik, perusahaan harus memiliki
tempat pemilahan berbagai jenis sampah hal ini sesuai dengan UU RI Nomor 18 Tahun 2008
tentang pengelolaan sampah Bab IV pasal 13 “Pengelola kawasan permukiman, kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas
lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah.” Selain itu perusahaan harus
mengelola kembali barang-barang bekas plastik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme hal ini sesuai dengan RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
Bab IV pasal 15 “Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya
yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.” Selain mematuhi peraturan yang berlaku
perusahaan juga dapat berhemat dengan menggunakan bahan-bahan plastik yang sudah tidak
terpakai lagi sehingga menekan biaya.
Oleh karena itu, permasalahan sampah plastik dapat diatasi dengan cara-cara yang
telah disebutkan tetapi cara-cara tersebut tidak akan bekerja jika dilakukan tidak secara terus-
menerus dan tidak ada koordinasi serta pengawasan dari pemerintah ataupun dari masyarakat.
Cara-cara tersebut akan bekerja jika semua elemen sadar terhadap perilaku yang telah
diperbuat. Sudah saatnya pikiran kreatif kita digunakan dalam mewujudkan keinginan untuk
merubah kehidupan menjadi lebih baik dengan memanfaatkan barang-barang yang dapat
digunakan.
Aditya Pratama (13717013)
Membuat Sepatu Puzzle dari Ember Plastik Bekas

Sepatu merupakan alat pelindung kaki yang dipakai sehari-hari, mulai untuk berolah
raga hingga kebutuhan gaya hidup. Pada saat ini, begitu banyak jenis sepatu yang ditemukan
hal ini disebabkan oleh permintaaan konsumen terhadap kebutuhan untuk menggunakan
sepatu yang dapat menunjang aktivitas sehari-hari. Sepatu terdiri dari dua bagian yaitu upper
dan bottom. Upper sepatu adalah bagian sepatu yang terdapat di bagian sisi atas, mulai dari
ujung depan sepatu, sisi kanan dan kiri, bagian lidah (tongue) sampai dengan bagian
belakang. Karakteristik dari upper biasanya berbahan dasar kain sintetic atau kulit (leather)
yang telah dirakit dengan jahitan (stitching process). Bagian bottom dari sepatu adalah bagian
alas atau bagian bawah dari sepatu. Biasanya orang menyebut bagian sole. Bottom terdiri dari
insole, midsole dan outsole. Sepatu yang mudah rusak terletak pada bagian bawah, kerusakan
tersebut ditandai dengan adanya retakan disepanjang bagian bottom yang disebabkan moment
bending saat kita menekuk sepatu hal tersebut membuat sepatu sudah tidak layak digunakan
lalu dibuang. Sebenernya bagian dari atas epatu tersebut masih layak digunakan sehingga
yang harus dilakukan hanyalah mengganti bagian bawah sepatu. Berdasarkan hal tersebut
saya ingin membuat bagian bawah sepatu yang kuat menggunakan ember plastik bekas.

Alat dan bahan :


Ember bekas
Lateks
Gabus
Air
Natrium lauril sulfat
Sendal jepit bekas
Cara pembuatan :
1. Ubah ember plastik menjadi cairan dengan pembakaran pada suhu 5000 C.
2. Untuk styrofoam dilarutkan dengan toulena menggunaka perbandingan 30/70
(v/v)
3. lalu styrofoam dilarutkan dengan air dengan perbandingan 90:10 (v/v)
4. campurkan cairan ember plastik dan larutan styrofoam
5. kemudian ditambahkan 10 ml larutan natrium lauril sulfat (NLS) dengan
konsentrasi 30% pada 100 ml larutan
6. selanjutkan campuran ditambahkan lateks dengan perbandingan 90:10(v/v)
7. selanjutnya campuran tersebut akan dituangkan ke dalam cetakan dan tunggu
sampai mengeras.
8. Karena mungkin hasil dari pendinginan membuat bagian bawah sepatu sangat
keras dan akan menjadi licin jika bergesekan dengan lantai maka diperlukan alur
yang terbuat dari sandal jepit bekas yang dipotong-potong lalu dimasukkan ke
dalam lubang-lubang yang berada pada bagian bawah sepatu dengan sistem paksa.
9. Bagian bawah sepatu selesai di produksi.

Bagian bawah sepatu yang Bagian bawah sepatu yang disatukan


bersentuhan dengan lantai dengan bagian atas sepatu
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2018. Hotspot Sampah Laut di Indonesia. Jakarta: Kementrian Koordinator Bidang
Kemaritiman.

Bagas.2015. Pengertian Sampah Menurut Para Ahli.


http://paraahlisampah.blogspot.com/2015/11/pengertian-sampah-menurut-para-ahli.html. diakses
pada 28 Januari 2019.

Republik Indonesia. 2018. Undang-Undang No 18 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta:
Sekretariat Negara.

Anda mungkin juga menyukai