Anda di halaman 1dari 1

Memasakui abad XII bergabagi upaya dan strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan. Salah satunya pendidikan vaksional melalui program pendidikan vokasi yang
ditegaskan melalui Inpers Nomor 9 Tahun 2016. Dalam pendidikan vaksional tersebut terdapat
pendidikan kejuruan

Hal ini menjadikan sebuah tantangan bagi seorang pendidik untuk menghadapi era disrupsi.
Menghadapi disrupsi, banyak beranggapan bahwa dirupsi tersebut adalah sebuah ancaman.
Tetapi tak hanya satu pihak saja, bahwa ada pula yang beranggapan bahwa dirupsi itu adalah
peluang.

Disinlah banyak terjadi keraguan terhadap pendidikan kejuruan, karena terdapatnya data yang
menunjukkan bahwa angka pengangguran terbesar didominasi oleh lulusan SMK, menurut data
yang dirilis BPS. Tetapi, ada pihak dari SMK menanggapi bahwa “Pengangguran SMK menurun
dalam dua tahun terakhir”. Dari beberapa data tersebut, mulai bermunculan beberapa pendapat
tentang pendidikan kejuruan tesebut.

SMK memang agak dipandang sebelah mata bagi kaum menengah atas dan bisa jadi diidamkan
bagi setiap masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah, lantaran yang diaharapkan putra
putrinya setelah lulus dari SMK dapat lekas bekerja, dapat membantu keluarga, dan mampu
lekas hidup mandiri. Dari sini sudah kita ketahui bahwa betapa besarnya minat masyarakat akan
sekolah kejuruan tersebut.

Perusahaan pun sekarang sudah banyak mengrekrut dari pendidikan kejuruan, tetapi dengan ada
batasan dari jurusan apa yang dibutuhkan dalam perusahaan tersebut. Dimulai dengan
perkembangan dunia pendidikan yang semakin kedepan. Lulusan sekolah kejuruan daripada
SMA, mereka lebih bisa menghadapi masalah. Walaupun dalam investasi mahal karena praktik
dan peralatan.

Anda mungkin juga menyukai