Anda di halaman 1dari 25

MODUL

MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA DAN


PATIENT SAFETY (MPB)

Disusun oleh :

Chyntia Vicky Alvionita, S. ST

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI D-III
JURUSAN PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI
KESEHATAN
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan HidayahNya kepada
kita sehingga Modul Manajemen Penanggulangan Bencana Dan Patient Safety (MPB) dapat
terselesaikan. Tujuan penyusunan modul ini agar mahasiswa lebih memahami teori Manajemen
Penanggulangan Bencana Dan Patient Safety (MPB). Tersusunnya modul ini tidak lepas dari
kerjasama yang baik dari seluruh Tim Dosen Manajemen Penanggulangan Bencana Dan Patient
Safety (MPB) program Studi D-III Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Poltekkes Kemenkes
Malang serta berbagai pihak yang lebih kompeten.
Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih atas segala upaya yang telah dilakukan
semua pihak sehingga Modul Manajemen Penanggulangan Bencana Dan Patient Safety (MPB)
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Modul ini masih banyak kekurangannya, untuk itu
mohon kritik dan saran demi penyempurnaan pada masa yang akan datang. Semoga Modul
Manajemen Penanggulangan Bencana Dan Patient Safety (MPB) ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Program Studi D-III Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Poltekkes Kemenkes
Malang serta pihak terkait yang membutuhkan.

Malang, 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii

TM 1 DAN 2 PASIEN SAFETY DAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA ...................... 1

A. KESELAMATAN PASIEN ......................................................................................................... 1

B. STANDAR KESELAMATAN PASIEN ......................................................................................... 2

C. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT ....................................... 7

D. PENCATATAN DAN PELAPORAN .......................................................................................... 13

E. MONITORING DAN EVALUASI ............................................................................................ 14

TM 3 DAN 4 KONSEP BENCANA DI INDONESIA .......................................................................... 15

A. DEFINISI .............................................................................................................................. 15

B. JENIS-JENIS BENCANA ........................................................................................................ 15

C. PENGENALAN KARAKTERISTIK BENCANA .......................................................................... 19

D. PENUGASAN ....................................................................................................................... 21

iii
TM 1 DAN 2
PASIEN SAFETY DAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

A. KESELAMATAN PASIEN
1.1 PENDAHULUAN
Sejak awal tahun 1900 Institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada 3
(tiga) elemen yaitu struktur, proses dan outcome dengan bermacam-macam konsep
dasar, program regulasi yang berwenang misalnya antara lain penerapan Standar
Pelayanan Rumah Sakit, penerapan Quality Assurance, Total Quality Management,
Countinuos Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit Medis,
Indikator Klinis, Clinical Governance, ISO, dan lain sebagainya. Harus diakui
program-program tersebut telah meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit baik
pada aspek struktur, proses maupun output dan outcome. Namun harus diakui,
pada pelayanan yang telah berkualitas tersebut masih terjadi KTD yang tidak jarang
berakhir dengan tuntutan hukum. Oleh sebab itu perlu program untuk lebih
memperbaiki proses pelayanan, karena KTD sebagian dapat merupakan kesalahan
dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah melalui rencana pelayanan
yang komprehensif dengan melibatkan pasien berdasarkan hak-nya. Program tersebut
yang kemudian dikenal dengan istilah keselamatan pasien (patient safety). Dengan
meningkatnya keselamatan pasien rumah sakit diharapkan kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan rumah sakit dapat meningkat. Selain itu keselamatan pasien juga
dapat mengurangi KTD, yang selain berdampak terhadap peningkatan biaya
pelayanan juga dapat membawa rumah sakit ke arena blamming, menimbulkan
konflik antara dokter/petugas kesehatan dan pasien, menimbulkan sengketa medis,
tuntutan dan proses hukum, tuduhan malpraktek, blow-up ke massa media yang
akhirnya menimbulkan opini negatif terhadap pelayanan rumah sakit, selain itu
rumah sakit dan dokter bersusah payah melindungi dirinya dengan asuransi,
pengacara dsb. Tetapi pada akhirnya tidak ada pihak yang menang, bahkan
menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit.

1
1.2 DEFINISI
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

1.3 TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera
di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang
merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya. Standar
keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada ”Hospital Patient Safety
Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations,
Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di
Indonesia.
B. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

2
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1. Standar I. Hak pasien
Standar : Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan.
Kriteria :
1.1 Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
1.2 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
1.3 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas
dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
2. Standar II. Mendidik pasien dan keluarga
Standar : Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di
rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan
pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

3
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standar : Rumah Sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria :
3.1 Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari rumah sakit
3.2 Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar
3.3 Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya
3.4 Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
4. Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standar : Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
4.1 Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-
faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

4
4.2 Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan
4.3 Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua Kejadian
Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko
tinggi
4.4 Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan
pasien terjamin.
5. Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit ”.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak
Diharapkan.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji,
dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

Kriteria :
5.1 Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien
5.2 Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan
perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) sampai dengan
“Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse event)

5
5.3 Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien
5.4 Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis
5.5 Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah
(RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat
program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
5.6 Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
“Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil
risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian
Sentinel”.
5.7 Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.
5.8 Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
5.9 Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
6. Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas
2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.

6
Kriteria :
6.1 Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi
staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-
masing
6.2 Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden
6.3 Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.
7. Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar :
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria :
7.1 Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan
pasien
7.2 Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada

C. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT


Mengacu kepada standar keselamatan pasien pada bab III, maka rumah sakit harus
mendesign (merancang) proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian
Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien. Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan

7
tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,
praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan ” Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah
keselamatan pasien rumah sakit tersebut. Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
A. Bagi Rumah Sakit :
1. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang mejabarkan apa yang harus
dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah
pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan
kepada staf, pasien dan keluarga
2. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden
3. Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah
sakit.
4. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.
B. Bagi Unit/Tim :
1. Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden
2. Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di rumah sakit
anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi
proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di rumah
sakit anda.

8
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
1. Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas
Keselamatan Pasien
2. Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan
untuk menjadi ”penggerak” dalam gerakan Keselamatan Pasien
3. Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan
maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
4. Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah sakit
anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
B. Untuk Unit/Tim :
1. Nominasikan ”penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin Gerakan
Keselamatan Pasien
2. Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka
dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
3. Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden.
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
1. Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis
dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan
Keselamatan Pasien dan Staf
2. Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang
dapat dimonitor oleh Direksi/Pimpinan rumah sakit

9
3. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan
kepedulian terhadap pasien.
B. Untuk Unit/Tim :
1. Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu-isu
Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen yang
terkait
2. Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko
rumah sakit
3. Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas
setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil
risiko tersebut
4. Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses
asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
Pastikan staf Anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah
sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS).
Langkah penerapan :
A. Untuk Rumah Sakit :
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar,
yang harus dilaporkan ke KPPRS - PERSI.
B. Untuk Unit/Tim :
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan setiap
insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting.

5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN


Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan :
A. Untuk Rumah Sakit :

10
1. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-cara
komunikasi terbuka tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya
2. Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan jelas
bilamana terjadi insiden
3. Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka
kepada pasien dan keluarganya.
B. Untuk Unit/Tim :
1. Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya bila
telah terjadi insiden
2. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden, dan
segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat
3. Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan
keluarganya.
5. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN PASIEN
Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
1. Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara
tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab
2. Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria pelaksanaan Analisis
Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes and Effects Analysis
(FMEA) atau metoda analisis lain, yang harus mencakup semua insiden yang telah
terjadi dan minimum satu kali per tahun untuk proses risiko tinggi.
C. Untuk Unit/Tim :
1. Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden
2. Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan
bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas

11
7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN PASIEN
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada
sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
1. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,
asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi
setempat
2. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan proses),
penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan
instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
3. Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan
4. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS - PERSI
5. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden
yang dilaporkan
B. Untuk Unit/Tim :
1. Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan
pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
2. Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya.
3. Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden
yang dilaporkan

Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang komprehensif
untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus
dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus
berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkahlangkah yang paling strategis dan paling
mudah dilaksanakan di rumah sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan
langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik
rumah sakit dapat menambah penggunaan metodametoda lainnya.

12
D. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Di Rumah Sakit
a) Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan
Kejadian Sentinel) pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit
b) Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan
Kejadian Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir
yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
c) Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar penyebab masalah
semua kejadian yang dilaporkan oleh unit kerja.
d) Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit merekomendasikan solusi pemecahan dan mengirimkan hasil solusi
pemecahan masalah kepada Pimpinan rumah sakit
e) Pimpinan rumah sakit melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) setiap terjadinya insiden dan setelah
melakukan analisis akar masalah yang bersifat rahasia.
2. Di Propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah menerima produk-produk dari Komite
Keselamatan Rumah Sakit
3. Di Pusat
a) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) merekapitulasi laporan dari
rumah sakit dan menjaga kerahasiannya
b) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan analisis hasil analisis yang
telah dilakukan oleh rumah sakit
c) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan analisis laporan
insiden.bekerja sama dengan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit yang
ditunjuk sebagai laboratorium uji coba keselamatan pasien rumah sakit

13
d) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan sosialisasi hasil analisis
dan solusi masalah ke Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah, rumah
sakit terkait dan rumah sakit lainnya.

E. MONITORING DAN EVALUASI


1. Di Rumah Sakit
Pimpinan rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada unit kerja-unit kerja di
rumah sakit, terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja
2. Di Propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit di wilayah kerjanya.
3. Di Pusat
1. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di rumah sakit - rumah sakit
2. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahun satu kali.
F. SOAL POST TEST
1. Sebutkan 2 Dari 7 Langkah Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit
2. Sebutkan hak pasien terkait keselamatan pasien
3. Sebutkan peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

14
TM 3 DAN 4
KONSEP BENCANA DI INDONESIA

A. DEFINISI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana
alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam (Purwadarminta, 2006). Menurut
Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan,
dan kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian. Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam
yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban manusia
(Kamadhis UGM, 2007).
B. JENIS-JENIS BENCANA
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi
dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan teror (UU RI, 2007).

15
Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitu bencana geologis,
klimatologis dan ekstra-terestrial seperti terlihat pada tabel berikut:
JENIS PENYEBAB BENCANA ALAM BEBERAPA CONTOH KEJADIAN

Bencana alam geologis Gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi,


longsor/gerakan tanah, amblesan atau abrasi
Bencana alam klimatologis Banjir, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan,
hutan (bukan oleh manusia)
Bencana alam ekstra-terestrial Impact atau hantaman atau benda dari angkasa luar

Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam
bumi. Sedangkan bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh
perubahan iklim, suhu atau cuaca. Lain halnya dengan bencana alam ekstra-terestrial, yaitu
bencana alam yang disebabkan oleh gaya atau energi dari luar bumi, bencana alam geologis
dan klimatologis lebih sering berdampak terhadap manusia.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2010), jenis-jenis bencana antara
lain:
1. Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi
(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan terjadi
karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi,
getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga
dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah
longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman
penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa , kecelakaan industri
dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan
lainnya.
2. Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh
gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi
tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke daratan (run-
up) berkurang menjadi sekitar 25-100 Km/jam dan ketinggian air.

16
3. Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona
kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah
terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan
material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi
batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi.
Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau
produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan
gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki
resiko merusak dan mematikan.
4. Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan
kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng.
5. Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu
besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan
disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan
korban jiwa.
6. Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air
baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.
7. Angin Topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau
lebih yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan selatan, kecuali di
daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan
oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di
daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah
sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam. Di Indonesia
dikenal dengan sebutan angin badai.

17
8. Gelombang Pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan dapat
menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah pinggir pantai.
Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin kencang atau topan,
perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada pengaruh dari gravitasi bulan
maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-100 Km/jam. Gelombang
pasang sangat berbahaya bagi kapal-kapal yang sedang berlayar pada suatu wilayah yang
dapat menenggelamkan kapal-kapal tersebut. Jika terjadi gelombang pasang di laut akan
menyebabkan tersapunya daerah pinggir pantai atau disebut dengan abrasi.
9. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan
desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi
atau industri.
10. Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat atau lahan atau bangunan dilanda api
serta hasilnya menimbulkan kerugian. Sedangkan lahan dan hutan adalah keadaan
dimana lahan dan hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan lahan dan hutan
serta hasil-hasilnya dan menimbulkan kerugian.
11. Aksi Teror atau Sabotase adalah semua tindakan yang menyebabkan keresahan
masyarakat, kerusakan bangunan, dan mengancam atau membahayakan jiwa seseorang
atau banyak orang oleh seseorang atau golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab.
Aksi teror atau sabotase biasanya dilakukan dengan berbagai alasan dan berbagai jenis
tindakan seperti pemboman suatu bangunan/tempat tertentu, penyerbuan tiba-tiba
suatu wilayah, tempat, dan sebagainya. Aksi teror atau sabotase sangat sulit dideteksi
atau diselidiki oleh pihak berwenang karena direncanakan seseorang atau golongan
secara diam-diam dan rahasia.
12. Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara atau
kerusuhan atau perang atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang
melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku, ataupun organisasi tertentu.
13. Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman yang diakibatkan oleh
menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di suatu daerah tertentu. Pada skala
besar, epidemi atau wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat mengakibatkan

18
meningkatnya jumlah penderita penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit
yang pernah terjadi di Indonesia dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai
antara lain demam berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan HIV/AIDS.
Wabah penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi penyebarannya, sehingga kejadian
yang pada awalnya merupakan kejadian lokal dalam waktu singkat bisa menjadi bencana
nasional yang banyak adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara atau kerusuhan atau
perang atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan
masyarakat, golongan, suku, ataupun organisasi tertentu. Menimbulkan korban jiwa.
Kondisi lingkungan yang buruk, perubahan iklim, makanan dan pola hidup masyarakat
yang salah merupakan beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya bencana ini.
C. PENGENALAN KARAKTERISTIK BENCANA
Sebagai langkah awal dalam upaya penanggulangan bencana adalah identifikasi
karakteristik bencana. Karakteristik bencana yang mengancam di Indonesia ini perlu dipahami
oleh aparatur pemerintah dan masyarakat terutama yang tinggal di wilayah yang rawan
bencana. Upaya mengenal karakteristik bencana‐ bencana yang sering terjadi di Indonesia
merupakan suatu upaya mitigasi karena dengan pengenalan karakteristik tersebut, kita dapat
memahami perilaku dari ancaman sehingga dapat diambil langkah‐langkah yang diperlukan
dalam mengatasinya atau paling tidak mengurangi kemungkinan dampak yang ditimbulkannya.
Salah satu penyebab timbulnya bencana di Indonesia adalah kurangnya pemahaman
terhadap karakteristik ancaman bencana. Sering kali seolah‐olah bencana terjadi secara tiba‐
tiba sehingga masyarakat kurang siap menghadapinya, akibatnya timbul banyak kerugian
bahkan korban jiwa. Padahal sebagian besar bencana dapat diprediksi waktu kejadiannya
dengan tingkat ketepatan peramalan sangat tergantung dari ketersediaan dan kesiapan alat
serta sumber daya manusia.
Pemahaman tentang ancaman bencana meliputi pengetahuan secara menyeluruh tentang
hal‐hal sebagai berikut :
a) Bagaimana ancaman bahaya timbul.
b) Tingkat kemungkinan terjadinya bencana serta seberapa besar skalanya - Mekanisme
perusakan secara fisik.

19
c) Sektor dan kegiatan kegiatan apa saja yang akan sangat terpengaruh atas kejadian
bencana.
d) Dampak dari kerusakan. Diskripsi karakteristik dari sejumlah bencana yang sering
terjadi di Indonesia dan upaya‐upaya mitigasi dan pengurangan dampaknya,
ditampilkan dalam halaman berikut. Bencana tersebut adalah sebagai berikut :
1) Banjir
2) Tanah Longsor
3) Kekeringan
4) Kebakaran hutan dan lahan.
5) Angin badai.
6) Gelombang badai/pasang.
7) Gempa bumi.
8) Tsunami.
9) Letusan gunungapi.
10) Kegagalan teknologi.
11) Wabah penyakit.

Menghadapi berbagai jenis bencana tersebut, maka dilakukan upaya mitigasi dengan
prinsip‐prinsip bahwa:
1) Bencana adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana serupa berikutnya.
2) Upaya mitigasi itu sangat kompleks, saling ketergantungan dan melibatkan banyak
pihak
3) Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibanding upaya mitigasi pasif
4) Jika sumberdaya terbatas, maka prioritas harus diberikan kepada kelompok rentan
5) Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan evaluasi yang terus menerus untuk
mengetahui perubahan situasi.

Sedangkan strategi mitigasi bencana dapat dilakukan antara lain dengan:


1) Mengintegrasikan mitigasi bencana dalam program pembangunan yang lebih besar.
2) Pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat

20
3) Agar dapat diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukkan hasil yang segera tampak
4) Upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera setelah bencana.
5) Mitigasi dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan lokal dalam manajemen dan
perencanaan.

D. PENUGASAN
1. Buatlah kelompok. Satu kelompok terdiri dari 9-10 mahasiswa
2. Tiap 2 kelompok membahas tentang :
1) Bencana Alam meliputi :
a. Macam-macam bencana alam
b. Penyebab terjadinya
c. Dampak
2) Bencana Non Alam
a. Macam-macam bencana alam
b. Penyebab terjadinya
c. Dampak
3) Bencana Sosial
a. Macam-macam bencana alam
b. Penyebab terjadinya
c. Dampak

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety)


2. https://www.scribd.com/doc/46235352/Soal-Pasient-Safety-Sem-3-Spk
3. http://fk.unand.ac.id/images/berita/2015/Modul%20Pelatihan%20untuk%20Pelatih%20
Keselamatan%20Pasien.pdf
4. http://portal.bekasikab.go.id:8080/alfresco/d/d/workspace/SpacesStore/073bca7e-
8683-470b-b4e7
418a4ebc83b0/APA%20SIH%20BENCANA%20DAN%20JENISNYA%20PDF.pdf
5. http://open_jicareport.jica.go.jp/pdf/11928934_01.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai