Anda di halaman 1dari 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Beton Umum

Beton merupakan material komposit yang tersusun dari agregat dan


terbungkus oleh matrik semen yang mengisi ruang diantara partikel-partikel, sehingga
membentuk satu kesatuan. Berdasarkan kekuatan tekannya, beton dibagi menjadi tiga
klasifikasi yaitu beton normal, kinerja tinggi dan kinerja sangat tinggi. Beton serat
dapat didefenisikan sebagai beton yang terbuat dari semen portland atau bahan
pengikat hidrolis lainnya yang ditambah dengan agregat kasar dan halus, air dan
diperkuat dengan serat.

Menurut SNI 03 – 2847 – 2002, beton adalah bahan yang didapat dengan
mencampurkan semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat
kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. Bila
bahan beton tersebut dituangkan ke dalam acuan yang di dalamnya dipasang baja
tulangan, maka akhirnya menjadi beton bertulang yang telah mengeras. Beberapa
macam beton menurut SNI 03 – 2847 – 2002 adalah sebagai berikut :

a. Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa
prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material
bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.
b. Beton normal yaitu beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m3 sampai
2500 kg/m3 dan dibuat dengan menggunakan agregat alam yang dipecah atau
tanpa dipecah.
c. Beton polos yaitu beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi
kurang dari ketentuan minimum.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

d. Beton pracetak adalah elemen atau komponen beton tanpa atau dengan
tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan.
e. Beton prategang adalah beton bertulang yang telah diberi tegangan tekan
dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban
kerja.
f. Beton ringan merupakan beton yang mengandung agregat ringan dan
mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/m3.
g. Beton ringan pasir merupakan beton ringan yang semua agregat halusnya
merupakan pasir berat normal.
h. Beton ringan total : beton ringan yang agregat halusnya bukan merupakan
pasir alami.

Beton serat merupakan beton yang terdiri dari semen hidrolik, air, agregat
halus, agregat kasar dan serat (serat baja, plastik, glass maupun serat alami) yang
disebar secara diskontinu. Tjokrodimuljo (1996), mendefinisikan beton serat (fiber
concrete) sebagai bahan komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang
berupa serat (batang-batang dengan diameter antara 5 dan 500 µm dengan panjang
sekitar 2,5 mm sampai 10 mm). Penambahan serat pada beton dimaksudkan untuk
memperbaiki kelemahan sifat yang dimiliki oleh beton yaitu memiliki kuat tarik yang
rendah.Beberapa jenis serat yang biasa dipakai untuk campuran beton dapat
dibedakan menjadi 4 jenis serat yaitu:
1. Serat logam, misalnya serat besi dan stainless steel.
2. Serat polymeric, misalnya serat polypropylene dan serat nylon.
3. Serat mineral, misalnya fiberglass.
4. Serat alam, misalnya serabut kelapa dan serabut nanas.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

Untuk itu agar mendapat atau memperoleh campuran beton yang baik dan
bagus diperlukan pengetahuan tentang bahan-bahan dasar pembentuk beton itu
sendiri. Oleh karena itu dalam pembuatan beton yang baik tiap-tiap butir agregat baik
itu halus atau kasar seluruhnya harus dikelilingi oleh pasta semen, karena pasta semen
merupakan bahan dasar utama serta merupakan bahan pengikat butir-butir agregat.

Agar menghasilkan beton dengan sifat-sifat yang khusus (untuk tujuan


tertentu), perlu dilakukan suatu pemilihan bahan yang selektif, misalnya pada
konstruksi jalan raya, beton harus kuat terhadap tekan dan tahan aus. Pada menara air
atau dinding waduk, beton harus bersifat kedap air dan sebagai pondasi, beton harus
tahan terhadap sifat merusak sulfat yang dikandung tanah. Sifat-sifat khusus, seperti
bersifat sebagai isolasi panas, sinar-x, dan sebagainya.

II.2 Bahan Dasar Campuran Beton Serat Limbah Serbuk Kayu

Beton dihasilkan dari interaksi kimiawi dan mekanis dari sejumlah material
pembentuknya.Sehingga untuk mempelajari dan memahami perilaku beton diperukan
pengetahuan tentang karakteristik masing-masing komponen pembentuknya.Bahan
pembentuk beton terdiri dari campuran agregat kasar dan agregat halus dengan air
dan semen sebagai pengikatnya.

Berikut ini merupakan pembahasan mengenai bahan-bahan dasar pembentuk

beton:

II.2.1 Semen (Portland Cement)

Portland cement merupakan bahan pengikat utama untuk adukan beton dan
pasangan batu yang digunakan untuk menyatukan bahan menjadi satu kesatuan yang
kuat. Jenis atau tipe semen yang digunakan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kuat tarik beton, dalam hal ini perlu diketahui tipe semen yang
distandardisasi di Indonesia.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

Menurut ASTM C150, semen Portland dibagi menjadi lima tipe, yaitu :
a) Tipe I : Ordinary Portland Cement (OPC), semen untuk penggunaan umum,
tidak memerlukan persyaratan khusus (panas hidrasi, ketahanan terhadap
sulfat, kekuatan awal).
b) Tipe II : Moderate Sulphate Cement, semen untuk beton yang tahan terhadap
sulfat sedang dan mempunyai panas hidrasi sedang.
c) Tipe III : High Early Strength Cement, semen untuk beton dengan kekuatan
awal tinggi (cepat mengeras).
d) Tipe IV : Low Heat of Hydration Cement, semen untuk beton yang
memerlukan panas hidrasi rendah, dengan kekuatan awal rendah.
e) Tipe V : High Sulphate Resistance Cement, semen untuk beton yang tahan
terhadap kadar sulfat tinggi.
Selain semen Portland di atas, juga terdapat beberapa jenis semen lain :
1. Blended Cement (Semen Campur) Semen campur dibuat karena
dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh semen portland.
Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut diperlukan material lain sebagai
pencampur. Jenis semen campur:
a) Portland Pozzolan Cement (PPC).
b) Portland Blast Furnace Slag Cement.
c) Semen Mosonry.
d) Portland Composite Cement (PCC).
2. Water Proofed Cement Water proofed cement adalah campuran yang
homogen antara semen Portland dengan “Water proofing agent”, dalam
jumlah yang kecil.
3. White Cement (Semen Putih) Semen putih dibuat untuk tujuan dekoratif,
bukan untuk tujuan konstruktif.
4. High Alumina Cement High alumina cement dapat menghasilkan beton
dengan kecepatan pengerasan yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat,
asam akan tetapi tidak tahan terhadap serangan alkali.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

5. Semen Anti Bakteri Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen
antara semen Portland dengan “anti bacterial agent” seperti germicide.
Sifat pengikatan pasta semen disebabkan oleh reaksi kimia antara semen dan
air :

Semen + Air pasta semen + CaO + panas

Semen yang digunakan adalah Semen Portland type-I yang termasuk semen
hydrolis, sedangkan bahan baku untuk pembuatan semen terdiri atas :
 Batu Kapur
 Tanah Liat
 Quartzite
 Oksida Besi/Ferrit (Fe2O3)

Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk


suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat. Semen
merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta susunan yang
berbeda-beda.

Sifat – sifat semen Portland adalah sebagai berikut :

Sifat fisik semen portland meliputi:

1. Kehalusan butir

Reaksi antara semen dan air dimulai dari permukaan butir-butir semen, sehingga
makin luas permukaan butir-butir semen (dari berat semen yang sama) makin cepat
proses hidrasinya. Hal ini berarti kehalusan butir semen mempengaruhi proses hidrasi
semen, semakin halus butiran semen maka proses hidrasi akan semakin cepat,
sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan semen
yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke permukaan,
tetapi menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan
mempermudah terjadinya retak susut.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2. Waktu ikatan

Waktu yang diperlukan semen terhitung dari mulai bereaksi dengan air
danmenjadi pasta semen hingga pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan
yang disebut waktu ikatan. Waktu ikat semen dibagi dua yaitu waktu ikat awal (initial
time) dan waktu ikatan air (final setting time). Waktu dari pencampuran semen dan
air sampai saat kehilangan sifat keplastisanya disebut waktu ikatan awal, dan waktu
mencapai pastanya menjadi massa yang keras disebut waktu ikatan akhir. Pada semen
Portland biasa, waktu ikatan awal tidak boleh kurang dari 60 menit, dan waktu ikatan
akhir tidak bolehlebih dari 480 menit (8 jam).

3. Panas hidrasi

Silikat dan aluminat pada semen bereaksi dengan air menjdai media perekatyang
memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk media perekat ini
disebut hidrasi.Panas hidrasi didefinisikan sebagai kuantitas panas dalamkalori/gram
pada semen yang terhidrasi.Hidrasi semen bersifat eksotermis dengan panas yang
dikeluarkan kira-kira 120 kalori/gram.Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini
dapat mengakibatkan masalah yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan.Oleh
karena itu, perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) pada saat
pelaksanaan.

4. Berat jenis

Berat jenis semen berkisar antara 3,15 mg/m3. Berat jenis digunakan dalam
hitungan perbandingan campuran saja.

II.2.2 Agregat Halus


Pada beton biasanya terdapat sekitar 70% sampai 80 % volume agregat
terhadap volume keseluruhan beton, karena itu agregat mempunyai peranan yang
penting dalam propertis suatu beton (Mindess et al., 2003). Agregat ini harus
bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai
satu kesatuan yang utuh, homogen, rapat, dan variasi dalam perilaku (Nawy, 1998).

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh langsung
dari sungai atau tanah galian, atau dari hasil pemecahan batu. Agregat halus adalah
agregat dengan ukuran butir lebih kecil dari 4,75 mm (ASTM C 125 – 06). Agregat
yang butir-butirnya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir halus, sedangkan butir-butir
yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut silt, dan yang lebih kecil dari 0,002 mm
disebut clay (SK SNI T-15-1991-03). Persyaratan mengenai proporsi agregat dengan
gradasi ideal yang direkomendasikan terdapat dalam standar ASTM C 33/ 03
“Standard Spesification for Concrete Aggregates”.

Tabel 1 Gradasi Saringan Ideal Agregat Halus

Diameter Saringan Persen Lolos (%) Gradasi Ideal (%)


9,5 mm 100 100
4,75 mm 95 – 100 97,5
2,36 mm 80 – 100 90
1,18 mm 50 – 85 67,5
600 µm 25 – 60 42,5
300 µm 5 – 30 17,5
150 µm 0-10 5
(Sumber: ASTM C 33/03)
Persyaratan pasir adalah sebagai berikut :

1. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-
pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka
agregat halus harus dicuci.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder (dengan larutan

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

NaOH). Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga
dipakai, asal kekuatan tekan adukan tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak
kurang dari 95 % dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam
larutan 3 % NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur
yang sama.
4. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus memenuhi syarat-
syarat berikut :
a. Sisa diatas ayakan 4mm, harus minimum 2 % berat total.
b. Sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10 % berat total.
c. Sisa diatas ayakan 0.25 mm, harus berkisar antara 80 % dan 95 % berat total.
5. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang
diakui.

Adapun terdiri dari tiga macam agregat halus untuk campuran beton yaitu :

a. Pasir Galian
Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara
menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas dari
kandungan garam.Pada kasus tertentu, agregat yang terletak pada lapisan paling atas
harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.

b. Pasir Sungai
Pasir ini diperoeh langsung dari dalam sungai, yang pada umumnya berbutir
halus, bulat-bulat akibat proses gesekan. Daya lekat antar butirbutirnya agak kurang
karena butir yang bulat. Karena ukuran butirannya kecil, maka baik dipakai untuk
memplester tembok juga untuk keperluan yang lain.

c. Pasir Laut
Pasir laut ialah pasir yang di ambil dari pantai.Butirannya halus dan bulat
karena gesekan.Pasir ini merupakan pasir yang paling jelek karena banyak

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13

mengandung garam-garaman.Garam-garaman ini menyerap kandungan air dari udara


dan ini mengakibatkan pasir selalu agak basah dan juga menyebabkan pengembangan
bila sudah menjadi bangunan.Karena itu, sebaiknya pasir pantai (laut) tidak dipakai
dalam campuran beton.

Untuk campuran beton sebaiknya memakai atau menggunakan pasir yang


mempunyai butiran–butiran kasar dan tajam, karena akan lebih baik susunannya.

II.2.3 Agregat Kasar

Àgregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan dari blast furnance) Menurut
ASTM C 33 - 03 dan ASTM C 125 - 06, agregat kasar adalah agregat dengan ukuran
butir lebih besar dari 4,75 mm. Ketentuan mengenai agregat kasar antara lain :

1. Harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak berpori.

2. Butir – butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh – pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

3. Tidak boleh mengandung zat – zat yang dapat merusak beton, seperti zat –
zat yang relatif alkali.

4. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %. Apabila kadar lumpur


melampaui 1 %, maka agregat kasar harus dicuci. Persyaratan mengenai
proporsi gradasi saringan untuk campuran beton berdasarkan standar yang
direkomendasikan ASTM C 33/ 03 “Standard Spesification for
ConcreteAggregates”. Dan standar pengujian lainnya mengacu pada standar
yang direkomendasikan pada ASTMAgregat kasar adalah agregat dengan
butiran-butiran tertinggal diatas ayakan (tertahan) dengan lubang 4,75mm
(no.4).

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14

Tabel 2 Gradasi Saringan Ideal Agregat Kasar


Diameter Saringan (mm) Persen Lolos (%) Gradasi Ideal (%)

25,00 100 100

19,00 90 – 100 95

12,50 - -

9,50 20 – 55 37,5

4,75 0 – 10 5

2,36 0–5 2,5

(Sumber: ASTM C 33/03)

Adapun Persyartan agregat kasar adalah :


1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasialami
dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahanbatu. Pada
umumnya yang dimaksud agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih
dari 5 mm.
2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.Agregat
kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah
butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari beratagregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinyatidak pecah atau hancur oleh
pengaruh - pengaruh cuaca. Seperti terik matahari dan hujan.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukanterhadap
berat kering). Yang dimaksud dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 1% maka agregat
kasar harus dicuci.
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,seperti
zat-zat yang reaktif alkali.
5. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari
Rudeleoff dengan beban pengujian 20 Kg, dan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15

 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19mm lebih berat dari
24%berat total.
 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% atau
dengan mesin Los Angles, dimana tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih
dari 50%.
6. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan secara berturut - turut sebagai berikut:
31,5mm, 16mm, 8mm, 4mm, 2mm, 1mm, 0,5mm, 0,25mm, harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
 Sisa diatas ayakan 31,5 harus 0% berat.
 Sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar 90%-98% berat.
 Selisih antara sisa-sisa komulatif diatas ayakan yang berurutan,
adalahmaksimum 60% dan minimum 10% berat.

Beberapa jenis batu pecah yang bisa digunakan agregat beton antara lain :

1. Batu kapur adalah batuan hasil sedimentasi yang komposisi utamanya ialah
kalsium karbonat seperti batuan Portland, batu Bath, dan lain-lain yang lebih
bangyak digunakan untuk cetak arsitektur. Jenis ini tidak cocok untuk agregat
jalan raya karena ketahanan terhadap pemakaian kurang, juga menyerap air
sehingga hancur oleh pembekuan pada musim dingin.
2. Batu api, meliputi granit, basalt, gabbros. Granit adalah keras, ulet dan padat
sehingga merupakan agregat yang baik untuk beton.
3. Sandstone, hampir semua sandstone cocok untuk agregat
4. Batu tulis, merupakan agregat yang tidak baik, lunak, lemah, berlapis dan daya
serapnya tinggi
5. Batuan Metamorfosa, bervariasi karakternya ada yang cocok untuk dijadikan
agregat dan ada yang tidak.

Agregat kasar dengan pori-pori (angka pori) yang besar kurang baik
digunakan sebagai campuran beton. Hal ini dapat mempengaruhi kekuatan tekan

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16

beton, akibat mutu agregat yang tidak padat atau keropos. Ini biasanya sesuai dengan
nilai keausan, maka penyerapan terhadap air juga menjadi besar, tetapi sebaliknya
bila mempunyai pori-pori yang kecil, maka penyerapannya juga akan kecil. Hal ini
akan dapat berpengaruh terhadap kondisi material saat pelaksanaan yang harus dijaga
sesuai dengan kondisi pada perencanaan Mix Design.

II.2.4 Air

Air merupakan bahan dasar pembuatan beton untuk bereaksi dengan semen
Portland dan menjadi bahan pelumas antara butiran-butiran agregat agar mudah
dikerjakan (diaduk, dituang, dan dipadatkan). Air yang diperlukan untuk keperluan
pencampuran beton adalah air bersih, dengan kata lain air yang dapat dimasak untuk
dikonsumsi (air minum).

Tujuan utama penggunaan air agar terjadi proses hidrasi yang menyebabkan
campuran beton mengeras setelah selang waktu tertentu. Selain untuk mencampur
adukan beton, air juga dapat digunakan untuk perawatan pada beton, adapun
persyaratan penggunaan air adalah sebagai berikut :

1. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, bahan organis atau bahan-
bahan lain yang dapat merusak beton.
2. Apabila ada keraguan tentang air, dianjurkan membawa contoh air tersebut ke
lembaga pemeriksaan bahan-bahan untuk dites.
3. Apabila pemeriksaan kelembagaan tersebut tidak dapat dilakukan maka air dapat
dipakai atau digunakan untuk campuran beton asalkan :
Campuran semen + air harus mempunyai kekuatan tekan paling sedikit 90% dari
kekuatan semen + air mengunakan air pada umur 7, 14 dan 90 hari.

Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampur dan
pengaduk antara semen dan agregat. Pada umumnya air yang dapat diminum
memenuhi persyaratan sebagai air pencampur beton, air ini harus bebas dari padatan
tersuspensi ataupun padatan terlarut yang terlalu banyak, dan bebas dari material

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17

organik (Mindess et al.,2003). Persyaratan air sebagai bahan bangunan, sesuai dengan
penggunaannya harus memenuhi syarat menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan
Di Indonesia (PUBI-1982), antara lain:

1. Air harus bersih.

2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat
dilihat secara visual.

3. Tidak boleh mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram / liter.

4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram / liter.
Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m. dan senyawa sulfat tidak
lebih dari 1000 p.p.m. sebagai SO3.

5. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan
dievaluasi.

II.2.5 Serat Serbuk kayu

Serbuk kayu adalah sisa-sisa dari pengolahan kayu yang dapat digunakan
sebagai bahan tambah untuk kuat tarik beton. Menutut Arif (2006), penambahan serat
berupa serabut kelapa dengan volume fraksi (Vf) sebanyak 0,25 % dari volume total
beton, dan panjang serat 90 mm ke dalam adukan beton, memiliki pengaruh terhadap
perubahan nilai kuat geser, beban retak pertama, workability, kuat desak dan modulus
elastisitas. N. Balaguru, P. Shah, (1992), Serbuk kayu merupakan salah satu serat
alami (cellulose fibers) yang dapat digunakan sebagai zat tambah dalam campuran
beton. Kayu terdiri dari selulosa (cellulose), hemiselulosa, dan lignin. Lignin
merupakan unsur dari sel kayu yang mempunyai pengaruh yang buruk terhadap
kekuatan serat (fibers). Kuat tarik selulosa (cellulose) setelah diteliti sebesar 2000
MPa, sedangkan unsur lignin dalam kayu dapat menurunkan kuat tarik sebesar 500
MPa. Menurut Felix Yap (1964) pada pembebanan tekan biasanya kayu bersifat
elastis sampai batas proposional. Terhadap tarikan, sifat-sifat elastisitas

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 18

untuk kayu tergantung dari keadaan lengas. Kayu yang berkadar lengas rendah
memperlihatkan batas elastisitas yang agak rendah, sedangkan kayu yang berkadar
lengas tinggi terdapat perubahan bentuk yang permanen pada pembebanan. Berikut
ini terdapat kadar lengas kayu yaitu :
a. Kadar lengas kayu berat : 40%
b. Kadar lengas kayu ringan : 200%
c. Fiber Saturation Point (FSP) 24%-30%
Sesudah FSP, pada pengeringan selanjutnya akan memperlihatkan kebaikan
sifat-sifat mekanisnya disertai arah tangensial ± 7% arah radial 5% dan arah
aksial kecil sekali.
d. Kadar lengas kayu kering udara : 12%-18% rata-rata 15%
e. Kadar lengas kering mutlak (kering dalam oven) adalah 0%
Berdasarkan penelitian kekuatan tarik kayu lebih tinggi dari pada kekuatan
tekan yaitu 2 – 3 kali lebih besar. Bahan penambah yang dipakai pada penelitian ini
adalah serbuk sisa penggergajian pabrik pengolahan kayu. Jenis kayu yang digunakan
adalah jenis kayu meranti. Menurut Daftar kayu Indonesia, kayu meranti termasuk
kelaskuat I-II, dan sifat susutnya termasuk kelas sedang.

II.3 Sifat – Sifat Umum Beton


Sifat-sifat beton ada 2 (dua) macam, yaitu sifat fisis dan sifat mekanis.

1. Sifat fisis beton terdiri dari :


a. Kedap air
b. Awet (Durable)
c. Tidak banyak terjadi penyusutan (Shringkage)
d. Tidak retak-retak (Crack)
e. Tahan tehadap abrasi
f. Tidak mudah rapuh
g. Tidak pecah-pecah (Spalling)
h. Tidak timbul kerang-kerang pada beton

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19

2. Sifat mekanis beton terdiri dari :


a. Sifat jangka pendek/sesaat, yaitu :
 Kuat tarik beton, muatan tekan maksimum yang dapat dipikul beton per
satuan luas.
 Kuat tarik beton, kekuatan beton untuk dapat menahan tegangan-tegangan
tarik.
 Kuat geser beton, kekuatan beton dapat menahan momen maksimum
yang ditimbulkan oleh gaya luar pada balok beton.
b. Sifat jangka panjang diukur dengan Modulus Elastisitas (Kekakuan) :
 Rangkak (Creep)
 Susut beton (Shringkage)

Rangkak (Creep) adalah penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya


beban yang bekerja.Deformasi awal akibat beban adalah “regangan elastis”,
sedangkan regangan tambahan akibat beban yang sama disebut “regangan rangkak”.
Pembebanan tidak terlalu mempengaruhi regangan rangkak pada beton jika
dibandingkan dengan pembebanan jangka panjang. Besar kecilnya rangkak ini
tergantung pada kondisi material pembentuknya, faktor air-semen, jenis semen, jenis
agregat, kelembaban udara, dimensi atau ukuran beton, dan ada tidaknya pemakaian
bahan additive pada beton tersebut. Dalam kondisi lembab, dimana kehilangan air
dalam beton rendah, maka nilai rangkak juga akan rendah.

Susut (Shringkage) terjadi pada waktu hidrasi berlangsung, beton melepaskan


panas dan air yang dapat diamati dengan naiknya suhu beton tersebut. Susut dapat
menyebabkan retak bila tidak dikendalikan dengan baik. Faktor utama yang
menentukan susut adalah kandungan air dalam beton. Susut akan rendah bila nilai
slumpnya rendah. Susut yang terjadi akan berkurang dengan meningkatnya
kelembaban udara lingkungan (Ambient Humidity) serta bila tebal elemen beton
(Concrete Members) bertambah. Susut pada beton ada 2 jenis, yaitu susut plastis dan
susut pengeringan. Susut plastis terjadi beberapa jam setelah beton segar dicor
kedalam cetakan. Susut pengeringan terjadi setelah beton mencapai bentuk akhirnya

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20

dan proses hidrasi pada pasta semen telah selesai. Susut pengeringan adalah
berkurangnya volume elemen jika terjadi kehilangan uap air karena penguapan.

II.4 Mutu Beton

Kelas mutu beton berdasarkan pengendalian mutunya dibedakan atas 3 jenis, yaitu :

1. Beton Kelas I (B0)


Merupakan beton untuk jenis-jenis pekerjaan nonstruktural. Untuk jenis beton ini
tidak diperlukan keahlian khusus dari pengawas, juga tidak diperlukan
pemeriksaan kekuatan tekan. Pengawasan dari mutu hanya dibatasi pada
pengawasan ringan terhadap mutu agregat.

2. Beton Kelas II (B1, K-125, K-175, K-225)


Untuk mutu beton B1, perngawasan terhadap agregat tidak terlalu ketat dan juga
tidak diisyaratkan pemeriksaan kekuatan tekan. Sedangkan mutu beton K-125,
K-175, K-225, dibutuhkan tenaga ahli yang berpengalaman dan diisyaratkan
pemeriksaan terhadap kekuatan tekan secara berkesinambungan. Agregat yang
digunakan harus bersih, keras dan mempunyai gradasi yang baik.

3. Beton Kelas III


Merupakan beton dengan kekuatan tekan karakteristik yang lebih tinggi dari K-
225 pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan dilakukan dibawah
pimpinan tenaga ahli, diisyaratkan pengawasan terhadap mutu beton pada
laboratorium beton.

Berdasarkan klasifikasi kekuatanya beton dibagi menjadi 3 (tiga) tipe yaitu:

1. Beton mutu rendah : mempunyai kekuatan sampai 200 kg/cm2


2. Beton mutu sedang : mempunyai kekuatan sampai 350 kg/cm2
3. Beton mutu tinggi : mempunyai kekuatan sampai 1000 kg/cm2

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21

Beberapa hal yang mempengaruhi workabiltas pada suatu beton adalah :

a. Gradasi agregat
b. Bentuk partikel
c. Pengaruh kombinasi gradasi dan bentuk
d. Pengaruh proporsi campuran
e. Kadar air

II.5 Kuat tarik Beton

Tujuan utama penggunaan beton untuk suatu kontruksi biasanya adalah


untuk kekuatan beton yang mampu untuk menahan beban tertentu. Menurut Nawy
(1990), kuat tarik beton berpengaruh pada perambatan dan lebar retak dalam
struktur dengan batasan dalam satuan Mpa dan dinyatakan sebagai:
Perhitungan kuat tarik beton dari tiap-tiap serbuk kayu untuk 3 hari adalah sebagai
berikut:
𝑃
f’c=𝐴
Keterangan : f’c = Kuat desak beton
P = Beban maksimum
A = Luas permukaan benda uji (cm²)
Pengujian kuat tarik beton dilakukan dengan membebani benda uji silinder
beton dengan suatu benda/gaya yang tegak lurus terhadap sumbu longituginalnya.
Kuat tarik benda uji berbentuk silender merupakan pengujian tarik tidak langsung
dari benda uji beton berbentuk silinder yang diperoleh dari hasil pembebanan benda
uji tersebut, yang terletak mendatar sejajar dengan permukaan meja penekanan mesin
uji tekan.

Kekuatan tekan. Untuk mengatasi hal tersebut, pada struktur beton biasanya
diberikan penguatan pada daerah tekan dari penampang. Kuat tarik belah dihitung
dengan persamaan :

Pengujian terhadap kuat tarik dihitung dengan rumus:

2𝑃
tr = 𝐿𝐷

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 22

keterangan :

tr = kuat tarik (Mpa)

P = beban maksimum (N)

L = panjang beban uji (mm)

D = diameter beban uji (mm)

II.6 Penelitian Terkait

Penelitian ini membahas tentang kajian kuat tarik beton serat limbah serbuk
kayu. Beton mempunyai Pada serbuk kayu terdapat kadar selulosa dan hemiselulosa
yang apabila ditambahkan pada campuran semen dan pasir pembentuk beton,
senyawa ini akan terserap pada permukaan mineral/partikel dan memberikan
tambahan kekuatan ikat antar partikel akibat sifat adhesi dan dispersinya, serta
menghambat difusi air dalam material akibat sifat hidrofobnya. Penambahan serat
mikro merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan tersebut.
Penelitian bertujuan untuk mengkaji peningkatan kuat tarik beton dengan
penambahan serat limah kayu meranti. Penelitian berupa studi eksperimental dengan
membuat benda uji silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Kadar serat
yang digunakan adalah 0%, 0,25%, 0,50%, 1% dari berat semen dengan variasi
0,25% (BSN1), 0,50% (BSN2), dan 1% (BSN3). Beton tanpa serat (BTN) juga dibuat
sebagai pembanding.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai