Hand Out Komunitas Lensi 2018
Hand Out Komunitas Lensi 2018
PENDAHULUAN
Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya
peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan
menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan
dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati,
mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan
baik.
Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang berani
ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh
Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa
kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi yang lemah, yang pada
zaman modern ini, kita sebut peran advokasi. Bidan sebagai pekerja profesional dalam
menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut,
keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya
Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
ibu dan janinnya, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah mendekatkan
pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Pada tahun 1993 WHO
merekomendasikan agar bidan di bekali pengetahuan dan ketrampilan penanganan
kegawatdaruratan kebidanan yang relevan. Untuk itu pada tahun 1996 Depkes telah menerbitkan
Permenkes No.572/PER/Menkes/VI/96 yang memberikan wewenang dan perlindungan bagi
bidan dalam melaksanakan tindakan penyelamatan jiwa ibu dan bayi baru lahir.
Pada pertemuan pengelola program Safe Mother Hood dari negara-negara di wilayah Asia
Tenggara pada tahun 1995, disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan diupayakan agar
dapat memenuhi standar tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya WHO
mengembangkan Standar Pelayanan Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk
pemakaian di Indonesia, khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di
tingkat masyarakat.
Dengan adanya standar pelayanan, masyarakat akan memiliki rasa kepercayaan yang lebih
baik terhadap pelaksana pelayanan. Suatu standar akan lebih efektif apabila dapat diobservasi
dan diukur, realistis, mudah dilakukan dan dibutuhkan. Pelayanan kebidanan merupakan
pelayanan profesional yang menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan sehingga standar
pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan.
URAIAN TEORI
Pas
Foto
Tembusan:
1. Kepala Badan PPSDM Kesehatan, Depkes RI
2. Kepala Biro Kepegawaian, Setjen Depkes RI
3. Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
E. Kewenangan Bidan di Komunitas
1. Konsep Kebidanan Komunitas
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan
berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan
tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan.
Sedangkan kebidanan sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan
pelayanan yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan (J.H. Syahlan,
1996).
Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi tertentu.Sasaran
kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada dalam keluarga dan
masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit. Kebidanan
komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan pelayanan kebidanan yang
diberikan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga
merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
2. Kewenangan Bidan Komunitas
Bidan dalam menjalankan praktiknya di komunitas berwenang untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan kompetensi 8 yaitu bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi
dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat,
yang meliputi:
1) Pengetahuan dasar
a. Konsep dasar dan sasaran kebidanan komunitas.
b. Masalah kebidanan komunitas.
c. Pendekatan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Strategi pelayanan kebidanan komunitas.
e. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga dan
masyarakat.
f. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
g. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.
2) Pengetahuan tambahan
a. Kepemimpinan untuk semua (Kesuma)
b. Pemasaran social
c. Peran serta masyarakat
d. Audit maternal perinatal
e. Perilaku kesehatan masyarakat
f. Program – program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak (Safe
Mother Hood dan Gerakan Sayang Ibu).
g. Paradigma sehat tahun 2010.
3) Keterampilan dasar
a. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas laktasi, bayi, balita dan KB di
masyarakat.
b. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
c. Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes.
d. Melaksanakan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung
upaya kesehatan ibu dan anak.
e. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan
4) Keterampilan tambahan
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.
c. Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya.
d. Menggunakan tehnologi tepat guna.
3. Peraturan Yang Mengatur Kewenangan BidanPermenkes RI Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, Pasal 6:
Bidan hanya dapat menjalankan Praktik dan atau kerja paling banyak di satu tempat kerja
dan satu tempat praktik
BAB III penyelenggaraan Praktik
Pasal 9 :
1) Pelayanan kesehatan ibu
2) Pelayanan kesehatan anak
3) Pelayanan kesehatan reproduksi pelayanan perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 10
Ayat 1: pelayanan kesehatan ibu meliputi; pelayanan pada masa pra hamil, kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan
Ayat 2: pelayanan kesehatan ibu yang meliputi; pelayanan konseling pada masa pra hamil,
pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal, pelayanan
ibu nifas normal, pelayanan ibu menyusui, dan pelayanan konseling pada masa
antara dua kehamilan
Ayat 3: bidan berwenang untuk melakukan episiotomi, penjahitan luka jalan lahir tingkat I
dan II, penanganan kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan, pemberian
tablet Fe pada ibu hamil, pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, bimbingan
IMD dan promosi ASI eksklusif, pemberian uterotonika pada MAK 3 dan post
partum, penyuluhan dan konseling, bimbingan pada kelompok ibu hamil, pemberian
surat keterangan kematian, dan pemberian surat keterangan cuti bersalin
Pasal 11
Ayat 1 :pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak
pra sekolah
Ayat 2 :Bidan berwenang untuk:
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada
masa neonatal ( 0 – 28 hari ), dan perawatan tali pusat.
2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
3. Penanganan kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintan
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
6. Pemberian konseling dan penyuluhan
7. Pemberian surat keterangan kelahiran,
8. Pemberian surat keterangan kematian
Pasal 12 :
Bidan berwenang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana meliputi;
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
Pasal 13
Bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang untuk;
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan
pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu
dilakukan di bawah supervisi dokter
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak
usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan.
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah.
f. Melaksanakan pelayanan bidan komunitas
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi
Menular Seksual ( IMS ) termasuk pemberian kondom dan penyakit lainnya.
h. Pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat aditif lainnya ( NAPZA )
melalui informasi dan edukasi
i. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah
j. Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan
bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk dan memberikan
penyuluhan terhadap infeksi menular seksua (IMS) dan penyakit lainnya, serta
pencegahan penyalahgunaan NAPZA hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih
untuk itu
Pasal 14
Ayat 1 :Bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 9.
Pasal 15
Ayat 1 :pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/ kota menugaskan bidan praktik mandiri
tertentu untuk melaksanakan program pemerintah
Ayat 2 :bidan praktik mandiri yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah berhak
atas pelatihan dan pembinaan dari pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/kota.
Pasal 16
Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemerintah daerah harus
menempatkan bidan dengan pendidikan Diploma III kebidanan, apabila tidak terdapat tenaga
Bidan dengan pendidikan D III kebidanan, pemerinta dan pemerintah daerah dapat
menempatkan bidan yang telah mengikuti pelatihan, pemerintah dan pemerintah daerah
bertanggung jawab menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang memberikan pelayanan di
daerah yang tidak memiliki dokter.
Pasal 20
Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang
diberikan yang ditujukan ke puskesmas wilayah tempat praktik, kecuali bidan yang bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan.
EVALUASI
1. Bidan melakukan pemantauan Ibu dan bayi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan serta
melakukan tindakan yang diperlukan. Merupakan pernyataanstandar dari standar.....
a. Standar 8
b. Standar 10
c. Standar 12
d. Standar 14
e. Standar 16
2. Seorang perempuan G2P1A0 berusia 30 tahun datang ke BPM mengeluh ingin melahirkan
dan ada keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir. Bidan melakukan pemeriksaan dan saat
ini diagnosa kebidanan pada ibu tersebut adalah inpartu kala I fase aktif. Bidan melakukan
asuhan persalihan kala I pada ibu tersebut. Tujuan asuhan persalinan kala I antara lain......
a. Memastikan persalinan berjalan lancar
b. Memberikan obat sesuai pada saat persalinan
c. Memberi pelayanan kebidanan maksimal dalam proses persalinan.
d. Memastikan persalinan bersih dan aman untuk ibu dan bayi
e. Memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung persalinan yang aman
untuk ibu dan bayi
3. Jika ada Ibu bersalin dan mengalami kesulitan saat persalinan sedangkan bayiharus segra dilahirkan, sehingga
bidan harus melakukan tindakan vacum ekstraktor.Maka tindakan bidan sesuai dengan
standar.......
a. Standar 8
b. Standar 20
c. Standar 24
d. Standar 7
e. Standar 19
4. Ny.”A” P1001 bayi lahir jam 08.00WIB dilakukan injeksi oksitosin yangkedua pada jam 08.15 WIB, ternyata
tidak ada tanda-tanda keluarnya plasenta jadiseorang bidan seharusnya melakukan standar.....
a. Standar 19
b. Standar 18
c. Standar 20
d. Standar 24
e. Standar 21
5. Ny.”H” GII P1001 Ab000 datng ke BPS jam 06.00WIB dilakukan pemeriksaandalam pembukaan 4cm
ketuban sudah pecah dan pada jam 19.00 WIB dilakukanVT yang ketigakalinya ternyata pembukaan masih
tetap kasus diatas sesuai denganstandar.......
a. Standar 23
b. Standar 24
c. Standar 18
d. Standar 17
e. Standar 15
HAND OUT
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Komunitas
Kode Mata Kuliah : Bd 306
Bobot SKS : 4 SKS ( T=3; P=1)
Pertemuan ke :8
Dosen Pengajar : Lensi Natalia Tambunan, SST, M.Kes
Materi : Pertolongan pertama pada kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus
PENDAHULUAN
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi
perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler,
kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati
cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina
setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan,
hematoma, dan koagulopati obstetri.
Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini merupakan momok terbesar
bagi seorang bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan. MDGs 2015 telah menetapkan
target untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Sebenarnya kematian ibu dapat dicegah melalui deteksi dini terjadinya kasus serta rujukan yang
cepat dan tepat untuk setiap kasus kegawatdaruratan pada maternal.
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan kinerja
petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal terutama kemampuan dalam mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan.
Semua penyulit kehamilan atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan
persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan
kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan yang terampil
dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan.
URAIAN TEORI
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan, 2013). Kegawatdaruratan adalah
kejadian tidak terduga yang memerlukan tindakan segera. Lebih lengkapnya konsep
kegawatdaruratan adalah suatu kondisi dimana seseorang membutuhkan pertolongan dengan
segera untuk mempertahankan hidup dan mengurangi resiko kematian dan kecacatan.
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta harus
dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam, perawat,
para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi
setiap saat dan menimpa siapa saja. Gawat darurat dibagi atas beberapa jenis. Jenis-jenisnya
antra lain :
1. Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut
Miocart Infac).
2. Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya
di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
3. Tidak gawat tapi darurat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus
Lateratum tanpa pendarahan.
4. Tidak gawat darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan
dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
Dalam kegawatdaruratan terdapat istilah yang disebut triage. Triage adalah suatusistem
seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien yang tidak mendapatkan perawatan
medis. Tujuan triage ini adalah agar pasien mendapatkan prioritas pelayanan sesuai dengan
tingkat kegawatannya. Pemberian label dalam triage meliputi :
a. Merah : Untuk kasus-kasus gawat darurat
b. Kuning : Untuk kasus gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat
c. Hijau : Untuk kasus-kasus tidak gawat tidak darurat/ringan
d. Hitam : Untuk kasus DOA (datang dalam keadaan sudah meninggal).
Dalam pelaksanaanya, triage memiliki beberpa asistem yang biasa digunakan oleh
pelayanan kesehatan untuk menanggulangi kegawatdaruratan. Sistem-sistem tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan
pasien dalam waktu 2-3 menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera.
2. Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart digunakan dan didukung oleh ENA
(Emergenci Nurse Association) yang meliputi:
A (Airway)
B (Breathing)
C (Circulation)
D (Dissability of Neurity)
E ( Ekspose)
F (Full-set of Vital sign)
Pulse Oximetry
3. Trise two-tier
Sistem ini memerlukan orang kedua yang bertindak sebagai penolong kedua yang
bertugas mensortir pasien untuk di lakukan pengkajian lebih rinci.
4. Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup
protokol penanganan:
a. Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
b. Pemeriksaan diagnostik
c. Pemberian obat
d. Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll.
e. Triase Bedside
Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh
perawat yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.
EVALUASI
1. Seorang perempuan beusia 24 tahun warga desa geneng yang termasuk desa terpencil jauh
dari bidan maupun sarana kesehatannya, meninggal karena mengalami perdarahan setelah
bersalin yang ditolong oleh dukun. Darah yang keluar warna merah tua. Kontraksi uterus
lembek.
Apakah Penyebab utama kasus perdarahan terebut di atas adalah.......
a. Atonia uteri
b. Retensio plasenta
c. Perdarahan post partum dini
d. Robekan jalan lahir
2. Seorang perempuan umur 20 tahun datang ke pelayanan kesehatan mengeluh keluar flek-flek
darah dari kemaluan dan sedikit nyeri pada supra symphisis. Anamnesa menemukan telat haid
2 bulan yang lalu, tapi belum periksa, kemarin sempat terpeleset di kamar mandi dan jatuh
terduduk. Pemeriksaan tanda vital dan antopometri dalam batas normal, PPT +. TFU 1 jari
diatas simfisis, ostium uteri tertutup, tidak ada jaringan-jaringan yang keluar bersama darah,
HB 11 gr%. Apakah diagnosa yang tepat pada kasus diatas ?
a. KET
b. Abortus iminens
c. Abortus insipient
d. Abortus komplitus
e. Abortus inkomplitus
3. Seorang perempuan usia 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 7 bulan, pagi hari datang ke klinik
bersalin untuk melakukan kunjungan ulang, ibu mengeluh merasakan sakit kepala yang hebat,
pandangannya tiba-tiba kabur, pada pemeriksaan fisik muka dan tangan ibu odema, tekanan
darah 140/90 mmhg, pernapasan 20x/I, nadi 80x/I, temp : 37,5 c, terdapat protein urin pada
pemeriksaan urin.
Apakah diagnosa yang tepat pada kasus diatas ?
a. Pre-eklamsi
b. Plasenta previa
c. Sulutio plasenta
d. Kehamilan ektopik
e. Hiperemisis gravidarum
4. Seorang perempuan GVI PIII AII umur 34 tahun, hamil 29 minggu, datang ke rumah sakit
dengan keluhan perdarahan pervaginam merah kehitaman, nyeri perut menetap, gerakan janin
tidak dirasakan oleh ibu, sebelumnya ibu mengaku pernah terpleset dan jatuh terduduk. Hasil
pemeriksaan DJJ (-), palpasi ditemukan perut teraba keras TD 120/80, Nadi 80 x/menit, Suhu
36OC. Komplikasi yang terjadi pada kasus di atas adalah ....
a. Partus Prematur
b. Kecil Masa Kehamilan
c. Besar Masa Kehamilan
d. Bayi Baru Lahir Normal
e. Intra Uterine Foetal Death
5. Ny F 36 tahun G1P0A0 hamil 30 minggu datang ke BPM dengan keluhan sejak 3 hari yang
lalu waktu bangun tidur mengeluarkan darahmerah segar lewat jalan lahir, semakin hari
semakin banyak, tidak disertai nyeri perut. Hasil pemeriksaan KU lemah, pucat TD 90/60,
Nadi : 90x/i, pernapasan : 22x/i, Hb: 8,4 gr %.
Penanganan yang tepat untuk Ny. F adalah....
a. Transfusi darah
b. Konseling dan rujuk
c. Infus NaCl 0,9 %, dan rujuk
d. Informed consent dan rujuk
e. Infus NaCl 0,9 %, informed consent dan rujuk
HAND OUT
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Komunitas
Kode Mata Kuliah : Bd 306
Bobot SKS : 4 SKS ( T=3; P=1)
Pertemuan ke : 11
Dosen Pengajar : Lensi Natalia Tambunan, SST, M.Kes
Materi : Menggerakan dan meningkatkan pembinaan dukun bayi
PENDAHULUAN
Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam
pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun
peraji. Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang
terkait dengan reproduksi wanita. Ia selalu membantu pada masa kehamilan, mendampingi
wanita saat bersalin, sampai persalinan selesai dan mengurus ibu dan bayinya dalam masa nifas.
Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun
temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan
tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh
karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak
menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang
professional.
Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayinya seperti kecacatan bayi sampai
pada kematian ibu dan anak. Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan
anak maka tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan
harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain itu dapat juga
mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan
pada bidan. Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat
bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan
(Prawirohardjo, 2015).
URAIAN TEORI
Materi lain yang penting dalam pembinaan dukun adalah pencatatan kelahiran dan
kematian. Pemberian materi pencatatan kelahiran dan kematian ditunjukan untuk
mempermudah dalam pendataan jumlah kelahiraan dan kematian di suatu wilayah atau
desa, serta bermanfaat dalam pelaksanaan proses audit apabila ada kematian baik ibu
maupun bayi.
EVALUASI