Anda di halaman 1dari 25

HAND OUT

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Komunitas


Kode Mata Kuliah : Bd 306
Bobot SKS : 4 SKS ( T=3; P=1)
Pertemuan ke :5
Dosen Pengajar : Lensi Natalia Tambunan, SST, M.Kes
Materi : Aspek perlindungan hukum bagi bidan dikomunitas

PENDAHULUAN
Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya
peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan
menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan
dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati,
mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan
baik.
Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang berani
ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh
Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa
kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi yang lemah, yang pada
zaman modern ini, kita sebut peran advokasi. Bidan sebagai pekerja profesional dalam
menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut,
keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya
Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
ibu dan janinnya, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah mendekatkan
pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Pada tahun 1993 WHO
merekomendasikan agar bidan di bekali pengetahuan dan ketrampilan penanganan
kegawatdaruratan kebidanan yang relevan. Untuk itu pada tahun 1996 Depkes telah menerbitkan
Permenkes No.572/PER/Menkes/VI/96 yang memberikan wewenang dan perlindungan bagi
bidan dalam melaksanakan tindakan penyelamatan jiwa ibu dan bayi baru lahir.
Pada pertemuan pengelola program Safe Mother Hood dari negara-negara di wilayah Asia
Tenggara pada tahun 1995, disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan diupayakan agar
dapat memenuhi standar tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya WHO
mengembangkan Standar Pelayanan Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk
pemakaian di Indonesia, khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di
tingkat masyarakat.
Dengan adanya standar pelayanan, masyarakat akan memiliki rasa kepercayaan yang lebih
baik terhadap pelaksana pelayanan. Suatu standar akan lebih efektif apabila dapat diobservasi
dan diukur, realistis, mudah dilakukan dan dibutuhkan. Pelayanan kebidanan merupakan
pelayanan profesional yang menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan sehingga standar
pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan.

URAIAN TEORI

A. Standar Pelayanan Kebidanan


1. Standar Pelayanan Kebidanan
Ruang lingkup standar kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan sebagai berikut:
a. Standar Pelayanan Umum (2 standar)
b. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
c. Standar Pertolongna Persalinan (4 standar)
d. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
e. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)
2. Standar Pelayanan Umum
Standar 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat
Tujuannya untuk memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan
kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab.
Pernyataan standar Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga
dan masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan
kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon
orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.
Standar 2 : Pencatatan Dan Pelaporan
Tujuannya untuk mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan
penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja. Pernyataan standar yaitu Bidan
melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan seksama seperti yang
sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian peayanan yang
telah diberikan sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir
semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya
mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat
yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan,ibu dalam masa nifas,dan bayi
baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan gtersebut untuk menilai kinerja dan
menyusun rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.
3. Standar Pelayanan Antenatal
Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Tujuannya untuk Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota
keluarganya agar mendorong ibu untuk memerikasakan kehamilannya sejak dini dan secara
teratur. Hasil dari identifikasi ini yaitu ibu memahami tanda dan gejala kehamilannya, ibu,
suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilannya secara dini dan
teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil dan meningkatnya cakupan ibu hamil
yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.
Standar 4 : Pemeriksaan Dan Pemantauan Antenatal
Tujuaanya untuk memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini
komplikasi kehamilan. Pernyataan standar yaitu Bidan memberikan sedikitnya 4 kali
pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan
seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus
mengenal kehamilan risti/ kelsinan khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi
HIV ; memberikan pelayanan imunisasi,nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait
lainnya yang diberikan oleh puskesmas.
Standar Pelayanan 5 : Palpasi Abdominal
Tujuannya untuk memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin,
penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin. Pernyataan standar yaitu Bidan melakukan
pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia
kehamilan. Bila umur kehamialn bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya
kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat
waktu.
Standar 6 : Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
Tujuan untuk menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak
lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung. Pernyataan
standar yaitu bidan mampu mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan memberikan
penyuluhan gizi untuk mencegah anemia. Alat untuk mengukur kadar HB, tersedia tablet zat
besi dan asam folat, obat anti malaria (di daerah endemis malaria ), obat cacing, dan
menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA.
Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan
Tujuan untuk mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan
melakukan tindakan yang diperlukan. Pernyataan standar yaitu Bidan menemukan secara dini
setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia
lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
Standar 8 Persiapan Persalinan
Pernyataan standar yaitu Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami
serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang
bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan baik.

4. Standar Pertolongan Persalinan


Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu
Tujuan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung
pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi. Pernyataan standar yaitu
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,kemudian memberikan asuhan dan
pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses
persalinan berlangsung.
Standar 10: Persalinan Kala Dua Yang Aman
Tujuannya untuk memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
Pernyataan standar yaitu mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendekt
dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
Standar 11: Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
Tujuan untuk membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara
lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek kala 3,
mencegah atoni uteri dan retensio plasenta. Pernyataan standar yaitu Bidan melakukan
penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban secara lengkap.
Standar 12: Penanganan Kala II Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi
Tujuan untuk mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda
gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum. Pernyataan standar yaitu Bidan
mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan
episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

5. Standar Pelayanan Masa Nifas


Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Tujuan untuk menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta
mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi. Pernyataan standar yaitu Bidan memeriksa
dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia
sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia.
Standar 14: Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Tujuan untuk mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama kala
4 untuk memulihkan kesehata bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang
bayi,memulai pemberian IMD. Pernyataan standar yaitu Bidan melakukan pemantauan ibu
dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang di perlukan.
Standar 15: Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas
Tujuan untuk memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah
persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif. Pernyataan standar yaitu Bidan memberikan
pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan
minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang
mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, ;erawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB.

6. Standar Penanganan Kegawatan Obstetri Dan Neonatal


Standar 16: Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada Trimester III
Tujuan untuk mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam
trimester 3 kehamilan. Pernyataan standar yaitu Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala
perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
Standar 17: Penanganan Kegawatan Dan Eklampsia
Tujuan untuk mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan
memberiakn perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawatdaruratan bila
ekslampsia terjadi. Pernyataan standar yaitu Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala
eklampsia mengancam, serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.
Standar 18: Penanganan Kegawatan Pada Partus Lama
Tujuan untuk mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan
kegawatdaruratan pada partus lama/macet. Pernyataan standar yaitu Bidan mengenali secara
tepat tanda dan gejala partus lama serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat
waktu atau merujuknya.
Standar 19: Persalinan Dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor
Tujuan untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan
vakum ekstraktor. Pernyataan standar yaitu Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi
vakum, melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan
memastikan keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya.
Standar 20: Penanganan Retensio Plasenta
Tujuan untuk mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio
plasenta total atau persial. Pernyataan standar yaitu Bidan mampu mengenali retensio
plasenta, dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan
perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.
Standar 21: Penanganan Perdarahan Postpartum Primer
Tujuan untuk mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang
tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer/atoni uteri. Pernyataan standar
yaitu Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah
persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk
mengendalikan perdarahan.
Standar 22: Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder
Tujuan untuk mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta
melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu. Pernyataan standar yaitu
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum
sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, atau
merujuknya.
Standar 23: Penanganan Sepsis Puerperalis
Tujuan untuk mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang
tepat. Pernyataan standar yaitu Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
Standar 24: Penanganan Asfiksia Neonaturum
Tujuan untuk mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum,
mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir
yang mengalami asfiksia neonatorum. Pernyataan standar yaitu Bidan mampu mengenali
dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan resusitasi secepatnya,
mengusahakan bantuan medis yang di perlukan dan memberikan perawatan lanjutan.

B. Kode Etik Bidan


Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab yang dapat dibedakan menjadi tujuh bagian, yaitu :
1. Kewajiban Bidan Terhadap Klien Dan Masyarakat
a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.
e. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal
2. Kewajiban Bidan Terhadap Tugasnya
a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat
b. Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam
mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi dan/atau rujukan.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien.
3. Kewajiban Bidan Terhadap Rekan Sejawat Dan Tenaga Kesehatan Lainnya
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
4. Kewajiban Bidan Terhadap Profesinya
a. Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan
menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat.
b. Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
5. Kewajiban Bidan Terhadap Diri Sendiri
a. Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.
b. Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
6. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa Bangsa Dan Tanah Air
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayananan Kesehatan
Reproduksi, Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

C. Standar Asuhan Kebidanan


Standar asuhan kebidanan sangat penting di dalam menentukan apakah seorang bidan telah
melanggar kewajibannya dalam menjalankan tugas profesinya. Adapun standar asuhan
kebidanan terdiri dari :
Standar I Pengkajian
Pernyataan standar yaitu Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat,
relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Kriteria pengkajian:
1) Data tepat, akurat dan lengkap
2) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa : Biodata, keluhan utama, riwayat obstetri,
riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)
Standar II Perumusan Diagnose Atau Masalah Kebidanan
Diagnosa Kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas dan sistematis mengarah
pada asuhan kebidanan yang diperlukan oleh klien sesuai dengan wewenang bidan
berdasarkan analisa data yang telah dikumpulkan.
Pernyataan Standar yaitu menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah
kebidanan yang tepat.
Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah
1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Standar III : Perencanaan
Pernyataan standar yaitu Bidan merencanakan suhan kebidanan berdasarkan
diagnosa dan masalah yang ditegakkan.
Kriteria perencanaan
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan
segera, tindakan antisipsi dan asuhan secara komprehensif.
2) Melibatkan klien / pasien dan keluarga
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence
based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya serta fasilitas
yang ada.
Standar IV : Implementasi
Pernyataan Standar yaitu Bidan melaksanakan rencan asuhan kebidanan secara
komprehensif. Efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksakan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Kriteria
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial – spiritual – kultural
2) Setiap tindakan suhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau keluarganya
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4) Melibatkan klien dalam setiap tindakan
5) Menjaga privacy klien
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8) Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9) Melakukan tindakan sesuai standar
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
Standar V : Evaluasi
Pernyataan Standar yaitu Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan
berkesinambungan untuk melihat kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai
dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
Kriteria evaluasi
1) Penilaian dilakukan segera setelh selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien.
Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
Pernyataan standar yaitu Bidan melakukan pencatatan secara lengkap akurat,
singkat, dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
Kriteria pencatatan asuhan kebidanan
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia
(rekam medis/status pasien/KIA).
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.
3) S adalah data subyektif, mencatat hsil anamnesa
4) O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
5) A adalah data hasil analisa, mencatata diagnosa dan masalah kebidanan
6) P adalah pentalaksanaan mencatat selutuh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif : penyuluhan, dukungan, kolaborasi evaluasi / follow up dan rujukan

D. Registrasi Praktik Bidan


Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan dirinya
pada suatu badan tertentu secara periodik guna mendapatkan kewenangan dan hak untuk
melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan
oleh badan tersebut. Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan
terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau standar penampilan
minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisikdan mental mampu melaksanakan praktik
profesinya (registrasi menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
900/MENKES/SK/VII/2002).
Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendpatkan hak nya untuk izin
praktik (Lisensi) setelah memenuhi beberapa persyaratan administrasi untuk lisensi. Tujuan
registrasi praktik kebidanan adalah :
1) Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat.
2) Meningkatkan mekanisme yang objektif dan komprehensif dalam penyelesaian kasus
malpraktik.
3) Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Aplikasi proses registrasi dalam praktik kebidanan adalah sebagai berikut, bidan yang baru
lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada kepala dinas
kesehatan provinsi dimana institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB (Surat Izin Bidan)
selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima ijazah bidan.
Kelengkapan registrasi menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi :
fotokopi ijazah bidan, fotokopi transkip nilai akademik, surat keterangan sehat dari dokter, pas
foto sebanyak 2 lembar. SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan
dasar untuk penerbitan lisensi praktik kebidanan atau SIBP (Surat Izin Praktik Bidan). SIB tidak
berlaku lagi karena dicabut atas dasar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, habis masa
berlakunya dan tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.

Contoh bentuk permohonan registrasi atau SIB

KOP DINAS KESEHATAN PROVINSI


SURAT IZIN BIDAN (SIB)
No.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keseahatan Republik Indonesia Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, bahwa
Kepada :
Nama :
Tempat/Tgl. Lahir :
Lulusan :
Dinyatakan telah terdaftar sebagai Bidan pada Dinas Kesehatan
Provinsi………dengan nomor registrasi…….dan diberi kewenangan untuk melakukan
pekerjaan praktik kebidanan diseluruh Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
SIB berlaku sampai dengan tanggal…

Pas
Foto

……., ……. 20...


An. Mentri Kesehatan RI
Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi……………….
(……………………….)

Tembusan:
1. Kepala Badan PPSDM Kesehatan, Depkes RI
2. Kepala Biro Kepegawaian, Setjen Depkes RI
3. Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
E. Kewenangan Bidan di Komunitas
1. Konsep Kebidanan Komunitas
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan
berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan
tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan.
Sedangkan kebidanan sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan
pelayanan yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan (J.H. Syahlan,
1996).
Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi tertentu.Sasaran
kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada dalam keluarga dan
masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit. Kebidanan
komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan pelayanan kebidanan yang
diberikan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga
merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
2. Kewenangan Bidan Komunitas
Bidan dalam menjalankan praktiknya di komunitas berwenang untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan kompetensi 8 yaitu bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi
dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat,
yang meliputi:
1) Pengetahuan dasar
a. Konsep dasar dan sasaran kebidanan komunitas.
b. Masalah kebidanan komunitas.
c. Pendekatan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Strategi pelayanan kebidanan komunitas.
e. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga dan
masyarakat.
f. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
g. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.
2) Pengetahuan tambahan
a. Kepemimpinan untuk semua (Kesuma)
b. Pemasaran social
c. Peran serta masyarakat
d. Audit maternal perinatal
e. Perilaku kesehatan masyarakat
f. Program – program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak (Safe
Mother Hood dan Gerakan Sayang Ibu).
g. Paradigma sehat tahun 2010.
3) Keterampilan dasar
a. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas laktasi, bayi, balita dan KB di
masyarakat.
b. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
c. Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes.
d. Melaksanakan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung
upaya kesehatan ibu dan anak.
e. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan
4) Keterampilan tambahan
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.
c. Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya.
d. Menggunakan tehnologi tepat guna.
3. Peraturan Yang Mengatur Kewenangan BidanPermenkes RI Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, Pasal 6:
Bidan hanya dapat menjalankan Praktik dan atau kerja paling banyak di satu tempat kerja
dan satu tempat praktik
BAB III penyelenggaraan Praktik
Pasal 9 :
1) Pelayanan kesehatan ibu
2) Pelayanan kesehatan anak
3) Pelayanan kesehatan reproduksi pelayanan perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 10
Ayat 1: pelayanan kesehatan ibu meliputi; pelayanan pada masa pra hamil, kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan
Ayat 2: pelayanan kesehatan ibu yang meliputi; pelayanan konseling pada masa pra hamil,
pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal, pelayanan
ibu nifas normal, pelayanan ibu menyusui, dan pelayanan konseling pada masa
antara dua kehamilan
Ayat 3: bidan berwenang untuk melakukan episiotomi, penjahitan luka jalan lahir tingkat I
dan II, penanganan kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan, pemberian
tablet Fe pada ibu hamil, pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, bimbingan
IMD dan promosi ASI eksklusif, pemberian uterotonika pada MAK 3 dan post
partum, penyuluhan dan konseling, bimbingan pada kelompok ibu hamil, pemberian
surat keterangan kematian, dan pemberian surat keterangan cuti bersalin
Pasal 11
Ayat 1 :pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak
pra sekolah
Ayat 2 :Bidan berwenang untuk:
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada
masa neonatal ( 0 – 28 hari ), dan perawatan tali pusat.
2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
3. Penanganan kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintan
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
6. Pemberian konseling dan penyuluhan
7. Pemberian surat keterangan kelahiran,
8. Pemberian surat keterangan kematian
Pasal 12 :
Bidan berwenang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana meliputi;
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
Pasal 13
Bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang untuk;
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan
pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu
dilakukan di bawah supervisi dokter
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak
usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan.
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah.
f. Melaksanakan pelayanan bidan komunitas
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi
Menular Seksual ( IMS ) termasuk pemberian kondom dan penyakit lainnya.
h. Pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat aditif lainnya ( NAPZA )
melalui informasi dan edukasi
i. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah
j. Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan
bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk dan memberikan
penyuluhan terhadap infeksi menular seksua (IMS) dan penyakit lainnya, serta
pencegahan penyalahgunaan NAPZA hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih
untuk itu
Pasal 14
Ayat 1 :Bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 9.
Pasal 15
Ayat 1 :pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/ kota menugaskan bidan praktik mandiri
tertentu untuk melaksanakan program pemerintah
Ayat 2 :bidan praktik mandiri yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah berhak
atas pelatihan dan pembinaan dari pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/kota.
Pasal 16
Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemerintah daerah harus
menempatkan bidan dengan pendidikan Diploma III kebidanan, apabila tidak terdapat tenaga
Bidan dengan pendidikan D III kebidanan, pemerinta dan pemerintah daerah dapat
menempatkan bidan yang telah mengikuti pelatihan, pemerintah dan pemerintah daerah
bertanggung jawab menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang memberikan pelayanan di
daerah yang tidak memiliki dokter.
Pasal 20
Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang
diberikan yang ditujukan ke puskesmas wilayah tempat praktik, kecuali bidan yang bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan.

EVALUASI
1. Bidan melakukan pemantauan Ibu dan bayi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan serta
melakukan tindakan yang diperlukan. Merupakan pernyataanstandar dari standar.....
a. Standar 8
b. Standar 10
c. Standar 12
d. Standar 14
e. Standar 16
2. Seorang perempuan G2P1A0 berusia 30 tahun datang ke BPM mengeluh ingin melahirkan
dan ada keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir. Bidan melakukan pemeriksaan dan saat
ini diagnosa kebidanan pada ibu tersebut adalah inpartu kala I fase aktif. Bidan melakukan
asuhan persalihan kala I pada ibu tersebut. Tujuan asuhan persalinan kala I antara lain......
a. Memastikan persalinan berjalan lancar
b. Memberikan obat sesuai pada saat persalinan
c. Memberi pelayanan kebidanan maksimal dalam proses persalinan.
d. Memastikan persalinan bersih dan aman untuk ibu dan bayi
e. Memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung persalinan yang aman
untuk ibu dan bayi
3. Jika ada Ibu bersalin dan mengalami kesulitan saat persalinan sedangkan bayiharus segra dilahirkan, sehingga
bidan harus melakukan tindakan vacum ekstraktor.Maka tindakan bidan sesuai dengan
standar.......
a. Standar 8
b. Standar 20
c. Standar 24
d. Standar 7
e. Standar 19
4. Ny.”A” P1001 bayi lahir jam 08.00WIB dilakukan injeksi oksitosin yangkedua pada jam 08.15 WIB, ternyata
tidak ada tanda-tanda keluarnya plasenta jadiseorang bidan seharusnya melakukan standar.....
a. Standar 19
b. Standar 18
c. Standar 20
d. Standar 24
e. Standar 21
5. Ny.”H” GII P1001 Ab000 datng ke BPS jam 06.00WIB dilakukan pemeriksaandalam pembukaan 4cm
ketuban sudah pecah dan pada jam 19.00 WIB dilakukanVT yang ketigakalinya ternyata pembukaan masih
tetap kasus diatas sesuai denganstandar.......
a. Standar 23
b. Standar 24
c. Standar 18
d. Standar 17
e. Standar 15
HAND OUT
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Komunitas
Kode Mata Kuliah : Bd 306
Bobot SKS : 4 SKS ( T=3; P=1)
Pertemuan ke :8
Dosen Pengajar : Lensi Natalia Tambunan, SST, M.Kes
Materi : Pertolongan pertama pada kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus

PENDAHULUAN

Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi
perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler,
kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati
cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina
setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan,
hematoma, dan koagulopati obstetri.

Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini merupakan momok terbesar
bagi seorang bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan. MDGs 2015 telah menetapkan
target untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Sebenarnya kematian ibu dapat dicegah melalui deteksi dini terjadinya kasus serta rujukan yang
cepat dan tepat untuk setiap kasus kegawatdaruratan pada maternal.

Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan kinerja
petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal terutama kemampuan dalam mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan.
Semua penyulit kehamilan atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan
persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan
kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan yang terampil
dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan.

URAIAN TEORI

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan, 2013). Kegawatdaruratan adalah
kejadian tidak terduga yang memerlukan tindakan segera. Lebih lengkapnya konsep
kegawatdaruratan adalah suatu kondisi dimana seseorang membutuhkan pertolongan dengan
segera untuk mempertahankan hidup dan mengurangi resiko kematian dan kecacatan.
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta harus
dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam, perawat,
para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi
setiap saat dan menimpa siapa saja. Gawat darurat dibagi atas beberapa jenis. Jenis-jenisnya
antra lain :
1. Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut
Miocart Infac).
2. Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya
di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
3. Tidak gawat tapi darurat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus
Lateratum tanpa pendarahan.
4. Tidak gawat darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan
dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.

Dalam kegawatdaruratan terdapat istilah yang disebut triage. Triage adalah suatusistem
seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien yang tidak mendapatkan perawatan
medis. Tujuan triage ini adalah agar pasien mendapatkan prioritas pelayanan sesuai dengan
tingkat kegawatannya. Pemberian label dalam triage meliputi :
a. Merah : Untuk kasus-kasus gawat darurat
b. Kuning : Untuk kasus gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat
c. Hijau : Untuk kasus-kasus tidak gawat tidak darurat/ringan
d. Hitam : Untuk kasus DOA (datang dalam keadaan sudah meninggal).

Dalam pelaksanaanya, triage memiliki beberpa asistem yang biasa digunakan oleh
pelayanan kesehatan untuk menanggulangi kegawatdaruratan. Sistem-sistem tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan
pasien dalam waktu 2-3 menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera.
2. Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart digunakan dan didukung oleh ENA
(Emergenci Nurse Association) yang meliputi:
 A (Airway)
 B (Breathing)
 C (Circulation)
 D (Dissability of Neurity)
 E ( Ekspose)
 F (Full-set of Vital sign)
 Pulse Oximetry
3. Trise two-tier
Sistem ini memerlukan orang kedua yang bertindak sebagai penolong kedua yang
bertugas mensortir pasien untuk di lakukan pengkajian lebih rinci.
4. Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup
protokol penanganan:
a. Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
b. Pemeriksaan diagnostik
c. Pemberian obat
d. Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll.
e. Triase Bedside
Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh
perawat yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.

1. Kegawatdaruratan pada obtetrik dan pertolongan pertama


a. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20
minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenorhea, tanda-tanda
kehamilan,perdarahan pasca persalinan dan kemungkinan kematian janin.
Pada abortus septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang demam
(menggigil), kemungkinan gejala iritasi peritonium, dan kemungkinan syok. Tetapi untuk
perdarahan yang tidak mengancam nyawa adalah dengan Macrodex, Haemaccel,Periston,
Plasmagel, Plasmafunddin( pengekspansi plasma pengganti darah) dan perawatan di
rumah sakit.
Tetapi untuk perdarahan yang mengancam nyawa (syok hemoragik) dan
memerlukan anestesi, harus dilakukan dengan sangat hati-hati jika kehilangan darah
banyak. Pada syok berat, lebih dipilih kuretase tanpa anestesi kemudian Methergin. Pada
abortus dengan demam menggigil, tindakan utamanya dengan
penisilin,ampisilin,sefalotin,rebofasin dan pemberian infus.

b. Mola Hidatidosa (Kista Vesikuler)


Penyebab gangguan ini adalah pembengkakan/edematosa pada vili (degenerasi
hidrofobik) dan poliferase trofoblast. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis yang
ditemukan amenore, keluhan kehamilan yang berlebihan,perdarahan tidak teratur,secret
per vagina berlebihan. Pada hasil pemeriksaan, biasanya uterus lebih besardaripada usia
kehamilannya karena ada pengeluaran kista. Kista ovarium tidak selalu dapat dideteksi.
Pada mola kistik, hanya perdarahan mengancam yang boleh dianggap kedaruratan akut,
akibatnya tindakan berikut tidak dapat dilakukan pada kejadian gawat-darurat.
Terapi untuk gangguan ini adalah segera merawat pasien dirumah sakit, dan
pasien diberi terapi oksitosin dosis tinggi, pembersihan uterus dengan hati-hati atau
histerektomi untuk wanita tua atau yang tidak menginginkan menambah anak lagi,
tranfusi darah dan antibiotika.
c. Kehamilan Ekstrauteri (Ektopik)
Penyebab gangguan ini adalah terlambatnya transpor ovum karena obstruksi
mekanis pada jalan yang melewati tuba uteri. Kehamilan tuba di ampula, jarang terjadi
kehamilan di ovarium. Diagnosis ditegakkan melalui adanya amenore 3-10 minggu,
jarang lebih lama,perdarahan per vagina tidak teratur (tidak selalu).
Nyeri yang terjadi serupa dengan nyeri melahirakan, sering unilateral(abortus
tuba), hebat dan akut (rupture tuba), ada nyeri tekan abdomen yang jelas dan menyebar.
Kavum doglas menonjol dan sensitif terhadap tekanan. Jika ada perdarahan intra-
abdomial, gejalanya sebagai berikut:
1) Sensitivitas tekanan pada abdomen bagian bawah, lebih jarang pada abdomen bagian
atas.
2) Abdomen tegang.
3) Mual
4) Nyeri bahu
5) Membran mukosa anemis
Jika terjadi syok, akan ditemukan nadi lemah dan cepat, tekanan darah dibawah
100mmhg, wajah tampak kurus dan bentuknya menonjol-terutama hidung, keringat
dingin,ekstrimitas pucat,kuku kebiruan, dan mungkin terjadi gangguan kesadaran.
Terapi untuk gangguan ini adalah dengan infus ekspander plasma (Haemaccel,
Macrodex) 1000 ml atau merujuk ke rumah sakit secepatnya.
d. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah tertanamnya bagian plasenta kedalam segmen bawah
uterus. Penyebab gangguan ini adalah terjadi fase pergeseran/tumpang tindihnya plasenta
di atas ostium uteri internum yang menyebabkan pelepasan plasenta. Diagnosis
ditegakkan dengan menemukan gejala utama. Pasien ini mungkin tidak mengalami nyeri,
perdarahan berulang atau continue dalam trimester ketiga atau selama persalinan tanpa
penyebab yang jelas. Juga ditemukan uterus secara lunak,abdomen tidak tegang,
umumnya tanpa kontraksi persalinan atau hanya sedikit. Keadaan umum pasien
berhubungan dengan kehilangan darah. Sebagian besar bunyi jantung tetap baik, bunyi
jantung yang tidak memuaskan atau tidak ada hanya pada kasus ruptur plasenta atau
pelepasan yang luas.
Tindakan pada plasenta previa :
1) Tindakan dasar umum : Memantau tekanan darah,nadi,dan hemoglobin,memberi
oksigen,memasang infus,memberi ekspander plasma atau serum yang diawetkan.
Usahakan pemberian darah lengkap yang telah diawetkan dalam jumlah
mencukupi.
2) Pada perdarahan yang mengancam nyawa, seksio sesaria segera dilakukan setelah
pengobatan syok dimulai.
3) Pada perdarahan yang tetap hebat atau meningkat karena plasenta previa totalis
atau parsialis, segera lakukan seksio sesaria, karenaplasenta letak rendah(plasenta
tidak terlihat jika lebar mulut serviks sekitar 4-5 cm), pecahkan selaput ketuban
dan berikan infus oksitosin, jikaperdarahan tidak berhenti, lakukan persalinan per
vaginam dengan forsep atau eksrtraksi vacum, jika perdarahan tidak berhenti,
lakukan seksio searia.
4) Tindakan setelah melahirkan:
 Cegah syok(syok hemoragik)
 Pantau urine dengan kateter menetap
 Pantau sistem koagulasi (koagulopati)
 Pada bayi, pantau hemoglobin, hitung eritrosit dan hematokrit.
Terapi atau tindakan terhadap gangguan ini dilakukan ditempat praktik. Pada
kasus perdarahan yang banyak, pengobatan syok adalah dengan infus
Macrodex,Periston,Plasmagell,Plasmafuddin. Pada kasus pasien gelisah, diberikan 10 mg
valium (diazepam) IM atau IV secara perlahan.
e. Solusio(Abrupsio) Plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta yang tertahan normal pada dinding
uterus baik lengkap maupun parsial, pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih.
Penyebabnya adalah hematoma retroplasenta akibat perdarahan dari arteri (perubahan
dinding pembuluh darah), peningkatan tekanan di dalm ruangan intervillus ditingkatkan
oleh hipertensi atau toksemia. Diagnosis ditegakkan melalui temuan nyeri(akibat
kontraksi persalinan sering ada sebagai nyeri kontinue,uterus tetanik), perdarahan per
vagina (jarang ada dan dalam kasus berat, perdarahan eksternal bervariasi), bunyi jantung
janin berfluktuasi (hampir selalu melebihi batas-batas normal, umumnya tidak ada pada
klasus berat), syok (nadi lemah,cepat,tekanan darah rendah,pucat,berkeringat
dingin,ekstrimitas dingin,kuku biru).
Penderita yang disangka menderita solusio plasenta dengan perdarahan genetalia
selama kehamilan lanjut,persalinan harus dirumah sakit. Selama solusio plasenta, dapat
terjadi hal-hal berikut:
a. Perdarahan yang mengancam nyawa dan syok
b. Tromboplasti yang diikuti oleh appopleksi uteroplasenta
c. Gagal ginjal akut,pada kasus anuria atau oliguria yang lebih ringan,pada kasus ginjal
syok yang berat dan nekrosis korteks ginjal.
d. Infus amnion (sangat jarang)
Tindakan yang dillakukan ditempat praktek dokter harus hati-hati ketika
melakukan pemeriksaan luar, harus menghindari pemeriksaan vagina. Ditempat praktek
dokter,biasanya sangat sulit membedakan dengan jelas solusio plasenta dari plasenta
previa. Pasien diberi infus Macrodex, Periston, Haemaccel. Plasmagel, dan Plasmafuddin,
serta petidin(Dolatin) 100 mg IM. Tindakan dirumah sakit meliputi pemeriksaan umum
yang teliti (nadi,tekanan darah, jumlah perdarahan per vaginam, penentuan hemoglobin,
hematokrit, dan pemantauan pengeluaran urine).
Profilaksis untuk syok dengan mulai memberi infuse, menyediakan darah lengkap
yang diawetkan, pemeriksaan golongan darah dan profil koagulasi. Pemeriksaan vagina,
pada perdarahan hebat pecahkan selaput ketuban tanpa memandang keadaan serviks dan
nyeri persalinan. Tindakan ini harus diikuti dengan infuse oksitosin (Syntocinon) 3 unit
per 500 ml. Penghilangan nyeri dan sedative untuk profilaksis syok menggunakan
dolantin (Petidin), novalgin (Noraminodopirin) IV, talwin (Pentazosin) IV dan IM.
Tindakan tambahan pada janin yang hidup dan dapat hidup adalah dengan seksio
sesaria. Pada janin yang mati, usahakan persalinan spontan. Jika perlu, ekstraksi vakum
atau kraniotomi pada perdarahan yang mengancam nyawa (juga pada janin yang mati
atau tidak dapat hidup).
f. Retensio Plasenta (Plasenta Inkompletus)
Penyebab gangguan ini adalah retensio (nyeri lahir yang kurang kuat atau
perlengkapan patologi) dan inkarserasi (spasme pada daerah isthmus serviks, sering
disebabkan oleh kelebihan dosis analgesik). Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya
plasenta tidak lahir spontan dan tidak yakin apakah plasenta lengkap.
Terapi untuk retensio atau inkarserasi adalah 35 unit Syntocinon (oksitosin) IV
yang diikuti oleh usaha pengeluaran secara hati-hati dengan tekanan pada fundus. Jika
plasenta tidak lahir, usahakan pengeluaran secara manual setelah 15 menit. Jika ada
keraguan tentang lengkapnya plasenta,lakukan palpasi sekunder.
g. Ruptur Uteri
Penyebab rupture uteri meliputi tindakan obstetric (versi), ketidakseimbangan
fetopelvik, letak lintang yang diabaikan kelebihan dosis obat untuk nyeri persalinan atau
induksi persalinan, jaringan parut pada uterus (keadaan setelah seksio sesaria,
meomenukleasi, operasi Strassman, eksisi baji suetu tuba), kecelakaan (kecelakaan lalu
lintas), sangat jarang.Rupture Uteri mengancam (hampir lahir) diagnosis melalui temuan
peningkatan aktifitas kontraksi persalinan (gejolak nyeri persalinan), terhentinya
persalinan, regangan berlebihan disertai nyeri pada segmen bawah rahim (sering gejala
utama), pergerakan cincin Bandl ke atas, tegangan pada ligament rotundum, dan
kegelisahan wanita yang akan bersalin.
Rupture yang sebenarnya didiagnosis melalui temuan adanya kontraksi persalinan
menurun atau berhenti mendadak (munculnya sebagian atau seluruh janin kedalam
rongga abdomen yang bebas), berhentinya bunyi jantung atau pergerakannya atau
keduanya, peningkatan tekanan akibat arah janin, gejala rangsangan peritoneal (nyeri
difus, muscular defence, dan nyeri tekan) keadaan syok peritoneal, perdarahan eksternal
(hanya pada 25% kasus), perdarahan internal (anemia, tumor yang tumbuh cepat
disamping rahim yang menunjukkan hematoma karena rupture inkompletus/
terselubung).
Rupture tenang didiagnosis melalui temuan setiap keadaan syok yang tidak dapat
dijelaskan pada inpartum atau pasca partum dan harus dicurigai dibsebabkan oleh ruptur
uteri.
Terapi untuk gangguan ini meliputi hal-hal berikut.
1) Histerektomi total, umumnya rupture meluas ke segmen bawah uteri, sering ke dalam
serviks.
2) Hesterektomi supra vagina hanya dalam kasus gawat darurat.
3) Membersihkan uterus dan menjahit rupture, bahaya rupture baru pada kehamilan
berikutnya sangat tinggi.
4) Pada hematoma parametrium dan angioreksis (ruptur pembuluh darah). Buang
hematoma hingga bersih, jika perlu ikat arteri iliaka hipogastrikum.
5) Pengobatan antisyok harus dimulai bahkan sebelum dilakukan operasi.
h. Perdarahan Pascapersalinan
Penyebab gangguan ini adalah kelainan pelepasan dan kontraksi, rupture serviks
dan vagina (lebih jarang laserasi perineum), retensio sisa plasenta, dan koagulopati.
Perdarahan pascapersalinan tidak lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama, kehilangan
darah 500 ml atau lebih berarti bahaya syok. Perdarahan yang terjadi bersifat mendadak
sangat parah (jarang), perdarahan sedang (pada kebanyakan kasus), dan perdarahan
sedang menetap (terutama pada ruptur). Peningkatan anemia akan mengancam terjadinya
syok, kegelisahan, mual, peningkatan frekuensi nadi, dan penurunan tekanan darah.
Terapinya bergantung penyebab perdarahan, tetapi selalu dimulai dengan
pemberian infuse dengan ekspander plasma, sediakan darah yang cukup untuk mengganti
yang hilang, dan jangan memindahkan penderita dalam keadaan syok yang dalam.
Pada perdarahan sekunder atonik:
1) Beri Syntocinon (oksitosin) 5-10 unit IV, tetes oksitosin dengan dosis 20 unit atau
lebih dalam larutan glukosa 500 ml.
2) Pegang dari luar dan gerakkan uterus ke arah atas.
3) Kompresi uterus bimanual.
4) Kompresi aorta abdominalis.
5) Lakukan hiserektomi sebagai tindakan akhir.
i. Syok Hemoragik
Penyebab gangguan ini.
1) Perdarahan eksterna atau interna yang menyebabkan hiposekmia atau ataksia
vasomotor akut.
2) Ketidakcocokan antara kebutuhan metabolit perifer dan peningkatan transpor
gangguan metabolic, kekurangan oksigen jaringan dan penimbunan hasil sisa
metabolik yang menyebabkan cidera sel yang semula reversibel kemudian tidak
reversibel lagi.
3) Gangguan mikrosirkulasi.
4) Diagnosis ditegakkan berdasarkan tekanan darah dan nadi; pemeriksaan suhu, warna
kulit, dan membrane mukosa perbedaab suhu antara bagian pusat dan perifer badan;
evaluasi keadaan pengisian (kontraksi) vena dan evaluasi palung kuku;
keterlambatan pengisian daerah kapiler setelah kuku ditekan; dan ekskresi urin tiap
jam.
5) Setiap penderita syok hemoragik di rawat di rumah sakit. Terapi awal syok bertujuan
mengembalikan hubungan normal antara volume kecepatan denyutjantung dan
kebutuhan perifer yang sebenarnya.
j. Syok Septik (Bakteri, Endotoksin)
Penyebab gangguan ini adalah masuknya endotoksin bakteri gram negative (coli,
proteus, pseudomonas, aerobakter, enterokokus). Toksin bakteri gram positif
(streptokokus, Clostridium welchii) lebih jarang terjadi. Pada abortus septic, sering
terjadi amnionitis atau pielonefritis. Adanya demam sering didahului dengan menggigil,
yang diikuti penurunan suhu dalam beberapa jam, jarang terjadi hipotermi. Tanda lain
adalah takikardia dan hipotensi yang jika tidak diobati hamper selalu berlanjut ke syok
yang tidak reversible. Gangguan pikiran sementara (disorientasi) sering tidak
diperhatikan. Nyeri pada abdomen (obstruksi portal dan ekstremitas yang tidak tegas).
Ketidakcocokan antara gambaran setempat dan keparahan keadaan umum. Jika ada gagal
ginjal akut dapat berlanjut ke anuria. Trobopenia sering terjadi hanya sementara.
Terapi untuk gangguan ini adalah tindakan segera selama fase awal. Terapi
tambahan untuk pengobatan syok septic (bakteri) selalu bersifat syok hipovolemik
(hipovolemia relatif) adalah terapi infuse secepat mungkin yang diarahkan pada asidosis
metabolik. Terapi untuk infeksi adalah antibiotika (Leucomycin, kloramfenikol 2-3
mg/hari, penisilin sampai 80 juta satuan/ hari). Pengobatan insufisiensi ginjal dengan
pengenalan dini bagi perkembangan insufisiensi ginjal, manitol (Osmofundin). Jika
insufisiensi ginjal berlanjut 24 jam setelah kegagalan sirkulasi, diperlukan dialysis
peritoneal.
k. Preeklamsia Berat
Istilah eklamsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “halilintar”. Kata tersebut
dipakai karena seolah-olah gejala eklamsia terjadi dengan tiba-tiba tanpa didahului tanda-
tanda lain. Pada wanita yang menderita eklamsia timbul serangan kejang yang diikuti
oleh koma. Bergantung pada saat timbulnya, eklamsia dibedakan menjadi eklamsia
gravidarum, eklamsia parturientum, dan eklamsia puerperalis.
Jika salah satu diantara gejala atau tanda berikut ditemukan pada ibu hamil, dapat
diduga ibu tersebut mengalami preeklamsia berat.
1) Tekanan darah 160/110 mmHg.
2) Oligouria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam.
3) Proteinuria, lebih dari 3g/ liter.
4) Keluhan subyektif (nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, edema
paru, sianosis, gangguan kesadaran).
5) Pada pemeriksaan, ditemukan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarah
pada retina, dan trombosit kurang dari 100.000/mm.
Diagnosis eklamsia harus dapat dibedakan dari epilepsi, kejang karena obat
anestesia, atau koma karena sebab lain seperti diabetes. Komplikasi yang terberat adalah
kematian ibu dan janin.
Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat dilakukan:
1) Larutan magnesium sulfat 40% sebanyak 10 ml (4 gram) disuntikkan IM pada
bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap jam
menurut keadaan.
2) Klorpomazin 50 mg IM.
3) Diazepam 20 mg IM
Penanganan kejang dengan memberi obat anti-konvulsan, menyediakan
perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, masker, dan balon oksigen),
memberi oksigen 6litr/menit, melindungi pasien dari kemungkinan trauma tetapi jangan
diikat terlalu keras, membaringkan pasien posisi miring kiri untuk mengurangi resiko
respirasi. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu.
Penangan umumnya meliputi:
1) Jika setelah penanganan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, beri obat anti-
hipertensi sampai tekanan diastolik diantara 90-100 mmHg.
2) Pasang infus dengan jarum besar (16G atau lebih besar).
3) Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload cairan.
4) Kateterisasi urine untuk memantau pengeluaran urine dan protein uria.
5) Jika jumlah urine kurang dari 30 ml/jam, hentikan magnesium sulfat dan berikan
cairan IV NaCl 0,9% tau Ringer Laktat 1 L/ 8 jam dan pantau kemungkinan odema
paru.
6) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
7) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung tiap jam
8) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda odema paru.
9) Hentikan pemberian cairan IV dan beri diuretik (mis: furosemid 40 mg/IV sekali saja
jika ada odema paru).
10) Nilai pembekuan darah jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit (kemungkinan
terdapat koagulopati)

EVALUASI
1. Seorang perempuan beusia 24 tahun warga desa geneng yang termasuk desa terpencil jauh
dari bidan maupun sarana kesehatannya, meninggal karena mengalami perdarahan setelah
bersalin yang ditolong oleh dukun. Darah yang keluar warna merah tua. Kontraksi uterus
lembek.
Apakah Penyebab utama kasus perdarahan terebut di atas adalah.......
a. Atonia uteri
b. Retensio plasenta
c. Perdarahan post partum dini
d. Robekan jalan lahir
2. Seorang perempuan umur 20 tahun datang ke pelayanan kesehatan mengeluh keluar flek-flek
darah dari kemaluan dan sedikit nyeri pada supra symphisis. Anamnesa menemukan telat haid
2 bulan yang lalu, tapi belum periksa, kemarin sempat terpeleset di kamar mandi dan jatuh
terduduk. Pemeriksaan tanda vital dan antopometri dalam batas normal, PPT +. TFU 1 jari
diatas simfisis, ostium uteri tertutup, tidak ada jaringan-jaringan yang keluar bersama darah,
HB 11 gr%. Apakah diagnosa yang tepat pada kasus diatas ?
a. KET
b. Abortus iminens
c. Abortus insipient
d. Abortus komplitus
e. Abortus inkomplitus
3. Seorang perempuan usia 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 7 bulan, pagi hari datang ke klinik
bersalin untuk melakukan kunjungan ulang, ibu mengeluh merasakan sakit kepala yang hebat,
pandangannya tiba-tiba kabur, pada pemeriksaan fisik muka dan tangan ibu odema, tekanan
darah 140/90 mmhg, pernapasan 20x/I, nadi 80x/I, temp : 37,5 c, terdapat protein urin pada
pemeriksaan urin.
Apakah diagnosa yang tepat pada kasus diatas ?
a. Pre-eklamsi
b. Plasenta previa
c. Sulutio plasenta
d. Kehamilan ektopik
e. Hiperemisis gravidarum
4. Seorang perempuan GVI PIII AII umur 34 tahun, hamil 29 minggu, datang ke rumah sakit
dengan keluhan perdarahan pervaginam merah kehitaman, nyeri perut menetap, gerakan janin
tidak dirasakan oleh ibu, sebelumnya ibu mengaku pernah terpleset dan jatuh terduduk. Hasil
pemeriksaan DJJ (-), palpasi ditemukan perut teraba keras TD 120/80, Nadi 80 x/menit, Suhu
36OC. Komplikasi yang terjadi pada kasus di atas adalah ....
a. Partus Prematur
b. Kecil Masa Kehamilan
c. Besar Masa Kehamilan
d. Bayi Baru Lahir Normal
e. Intra Uterine Foetal Death
5. Ny F 36 tahun G1P0A0 hamil 30 minggu datang ke BPM dengan keluhan sejak 3 hari yang
lalu waktu bangun tidur mengeluarkan darahmerah segar lewat jalan lahir, semakin hari
semakin banyak, tidak disertai nyeri perut. Hasil pemeriksaan KU lemah, pucat TD 90/60,
Nadi : 90x/i, pernapasan : 22x/i, Hb: 8,4 gr %.
Penanganan yang tepat untuk Ny. F adalah....
a. Transfusi darah
b. Konseling dan rujuk
c. Infus NaCl 0,9 %, dan rujuk
d. Informed consent dan rujuk
e. Infus NaCl 0,9 %, informed consent dan rujuk
HAND OUT
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Komunitas
Kode Mata Kuliah : Bd 306
Bobot SKS : 4 SKS ( T=3; P=1)
Pertemuan ke : 11
Dosen Pengajar : Lensi Natalia Tambunan, SST, M.Kes
Materi : Menggerakan dan meningkatkan pembinaan dukun bayi

PENDAHULUAN
Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam
pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun
peraji. Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang
terkait dengan reproduksi wanita. Ia selalu membantu pada masa kehamilan, mendampingi
wanita saat bersalin, sampai persalinan selesai dan mengurus ibu dan bayinya dalam masa nifas.
Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun
temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan
tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh
karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak
menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang
professional.
Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayinya seperti kecacatan bayi sampai
pada kematian ibu dan anak. Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan
anak maka tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan
harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain itu dapat juga
mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan
pada bidan. Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat
bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan
(Prawirohardjo, 2015).

URAIAN TEORI

A. Definisi Dan Tujuan Pembinaan Dukun Bayi


Dalam beberapa budaya (kultur), dukun bayi diartikan sebagai seorang wanita yang
memiliki pengaruh besar dimasyarakat yang berpotensi untuk meningkatkan kesehatan ibu
dan bayi.
Dukun bayi merupakan tokoh kunci dalam masyarakat yang berpotensi untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Peran dan pengaruh dukun sangat bervariasi sesuai
dengan budaya yang berlaku. Peran dukun dalam masa perinatal sangat kecil atau dukun
memiliki wewenang yang terbatas dalam pengambilan keputusan tentang cara
penatalaksanaan komplikasi kehamilan atau persalinan, sehingga angka kematian masih
tinggi. Untuk mengatasi hal diatas, yaitu untuk meningkatkan status dukun dalam
pengambilan keputusan, maka dilakukan upaya pelatihan dukun bayi agar mereka memiliki
pengetahuan dan ide baru yang dapat disampaikan dan diterima oleh anggota masyarakat.
Beberapa program dukun bayi memperbesar peran dukun bayi dalam program KB
dan pendidikan kesehatan diberbagai aspek kesehatan reproduksi dan kesehatan anak.
Pokok dari pelatihan dukun adalah untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sebenarnya
sudah dilakukan oleh dukun, seperti memberikan saran tentang kehamilan, melakukan
persalinan bersih dan aman, serta mengatasi masalah yang mungkin muncul pada saat
persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat dikurangi atau dicegah sedini
mingkin

B. Pengenalan Dini Tetanus Neonaturum, BBLR Serta Rujukannya


1. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonaturum adalah penyakit pada bayi baru lahir, disebabkan masuknya
kuman tetanus melalui luka tali pusat, akibat pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak
bersih atau ditaburi ramuan/abu dapur.
Tanda-tandanya sebagai berikut:
1. Bayi yang semula dapat disusui dengan baik, tiba-tiba tidak mau menyusu.
2. Mulut mencucu, seperti mulut ikan.
3. Mudah sekali dan sering kejang, terutama jika disentuh, terkena sinar, atau
mendengar suara keras.
4. Wajahnya kebiruan.
5. Kadang-kadang demam.
Tanda-tanda tersebut mulai timbul antara 3-14 hari sesuadah lahir, tetapi kadang-
kadang lebih lambat. Tetanus neonaturum terjadi karena pemotongan tali pusat bayi
dengan menggunakan alat yang tidak bersih, luka tali pusat kotor atau tidak bersih karena
diberi bermacam-macam ramuan, atau ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT lengkap
sehingga bayi yang dikandungnya tidak kebal terhadap penyakit tetanus neonaturum.
Sebagian besar bayi yang menderita tetanus neonaturum akan meninggal dalam beberapa
hari.
Dari 184 ribu kelahiran bayi di Indonesia, kurang lebih 9,8% mengalami tetanus
neonatorum yang berakibat pada kematian. Pada tahun 1980 tetanus menjadi penyebab
kematian pertama pada bayi usia dibawah satu bulan. Meskipun angka kejadian tetanus
neonatorum semakin mengalami penurunan, akan tetapi ancaman masih tetap ada,
sehingga perlu diatasi secara serius.
Tetanus neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko terhadap
kematian bayi baru lahir yang disebabkan oleh basil Clostridium tetani. Tetanus
neonatorum menyerang bayi usia dibawah satu bulan, penyakit ini sangat menular dan
menyebabkan resiko kematian. Tetanus neonatorum di masyarakat, kebanyakan terjadi
karena penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak steril. Gejala tetanus diawali
dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya
pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-
kejangsecara cepat merambat ke otot perut lengan atas dan paha.
Dengan diberikan pembekalan materi tetanus neonatorum diharapkan dukun dapat
memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu untuk melakukan imunisasi,
dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan, sehingga dapat menekan angka kejadian
tetanus neonatorum.
2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Serta Rujukannya
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
2,5 kg, disertai dengan tanda-tanda kulit keriput, pergerakan lemah, dan sianosis. Kondisi
ini merupakan salah satu factor yang turut kontribusi terhadap kematian bayi.
Dukun diharapkan dapat segera melakukan rujukan ke puskesmas atau tenaga
kesehatan apabila menemukan tanda-tanda bayi dengan berat badan lahir rendah, karena
bayi dengan berat badan lahir rendah memerlukan perawatan khusus.
C. Penyuluhan Gizi dan KB
Untuk mewujudkan misi keluarga kecil, bahagia, dan berkualitas diperlukan
keterlibatan semua pihak. Duku sebagai orang terdekat dengan ibu hamil di masyarakat
berkontribusi terhadap terhadap suksesnya pelaksanaan program KB dan menjaga
kesehatan ibu hamil, bersalin,dan nifas dengan makanan bergizi. Melalui penyuluhan gizi
dan KB yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada dukun, diharapkan dukun dapat
menindak lanjuti dan menyebarkannya kepada masyarakat.
1. Gizi pada ibu hamil.
a. Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat
lima sempurna.
b. Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.
c. Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari seperti
kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-lain.
d. Tidak ada pantangan makan selama hamil.
e. Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.
2. Gizi pada bayi
a. Usia 0-6 bulan
1) Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari, pagi,
siang, sore maupun malam.
2) Jangan beikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI eksklusif).
3) Susui/teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian
b. Usia 6-9 bulan
Selain ASI dikenalkan makanan pendamping ASI dalam bentukm lumat
dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lumat.
c. Usia 9-12 bulan.
1. Selain ASI diberi MP-ASI yang lebih padat dan kasar seperti bubur nasi,
nasi tim dan nasi lembik.
2. Pada makanan pendamping ASI ditambahkan telur ayam, ikan, tahu,
tempe, daging sapi, wortel, bayam atau minyak.
3. Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti bubur
kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan lain- lain.
4. Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air tomat saring
Pentingnya ikut program KB setelah persalinan agar Ibu punya waktu untuk
menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan ibu serta mengurus keluarga, Mengatur
jarak kehamilan tidak terlalu dekat yaitu lebih dari 2 tahun

Macam alat kontrasepsi

1. Untuk suami : Kondom dan Vasektomi


2. Untuk istri : pil, suntik, spiral, implant, spiral, tubektomi.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan harus memberikan informasi kepada
dukun tentang pentingnya makanan bergizi untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, serta
menghindari pantangan makan. Selain masalah gizi, materi KB perlu diberikan juga
kepada dukun. Dengan keikut sertaan dukun dalam menyuksesan program KB,
kesejahteraan ibu dan bayi akan meningkat. Ibu mempunyai banyak waktu untuk meyusui
bayi, menjaga kesehatan sendiri, dan mengurus keluarga.

D. Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu


1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1967 sampai dengan tahun
1996 menunjukkan kecenderungan menurun. Estimasi AKB yang dilakukan Biro Pusat
Statistik adalah berdasarkan perhitungan dari data hasil sensus/survey (tentang rata-rata
yang dilahirkan hidup menurut ibu).
2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka kematian balita (0-4 tahun) adalah jumlah kematian anak usia 0-4 tahun per
1000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak
dan faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita, seperti gizi, sanitasi,
penyakit menular, dan kecelakaan.
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka kematian ibu berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku
hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatanlingkungan, dan tingkat
pelayanan kesehatan (terutama untuk ibu hamil, ibu waktu melahirkan, dan masa nifas).

Materi lain yang penting dalam pembinaan dukun adalah pencatatan kelahiran dan
kematian. Pemberian materi pencatatan kelahiran dan kematian ditunjukan untuk
mempermudah dalam pendataan jumlah kelahiraan dan kematian di suatu wilayah atau
desa, serta bermanfaat dalam pelaksanaan proses audit apabila ada kematian baik ibu
maupun bayi.

EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai