Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan mutlak seseorang untuk berinteraksi


dengan orang lain agar dapat menunjukkan identitas diri. Dengan cara berkomunikasi
orang dapat menyalurkan keinginan dan kebutuhan yang dia inginkan, untuk
kelangsungan hidupnya. Dalam melakukan komunikasi dibutuhkan pemahaman
antara pihak yang berkomunikasi agar tidak terjadi kesalah pahaman.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemui orang yang memiliki berbagai


macam kelainan seperti tuna wicara dan yang lainnya. Tuna Wicara adalah suatu
kondisi ketidakmampuan seorang untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada
pendengar (orang lain) dengan menggunakan organ bicaranya. Tuna wicara juga
sering disebut hambatan di dalam berkomunikasi verbal berupa gangguan suara,
artikulasi bicara, dan kelancaran berbicara Tuna Wicara berbeda dengan orang
normal. Penyebab Tuna Wicara antara lain : faktor genetik, keracunan makanan,
tekanan darah tinggi, dan penyakit tetanus yang menyerang bayi saat lahir.

Tuna wicara tidak dapat melakukan komunikasi via suara, mereka melakukan
komunikasi dengan cara yang berbeda. Keterbatasan yang mereka miliki membuat
mereka tidak dapat berkomunikasi seperti kebanyakan orang pada umumnya, yaitu
berbicara. Dalam kesehariannya mereka menggunakan Bahasa isyarat tangan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Namun tidak banyak yang mengetahui dan
memahami Bahasa isyarat tersebut. Hal ini membatasi komunikasi antara orang
normal dengan penderita tuna wicara.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1). Apa pengertian dari tuna wicara?

2). Apa faktor penyebab tuna wicara?

1
3). Bagaimana tehnik/cara berkomunikasi dengan pasien tuna wicara?

4). Apa saja yang perlu diperhatikan saat berkomunikasi dengan pasien tuna wicara?

5). Bagaimana penanganan tuna wicara?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1) Untuk mengetahui lebih jelas apa itu tuna wicara
2) Untuk mengetahui faktor penyebab tuna wicara
3) Untuk mengetahui tehnik apa saja yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan tuna wicara
4) Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang diperhatikan ketika
berkomunikasi dengan pasien tuna wicara
5) Untuk mengetahui cara penanganan tuna wicara?

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN TUNA WICARA

Tuna Wicara adalah suatu kondisi ketidakmampuan seorang untuk


mengkomunikasikan gagasannya kepada pendengar (orang lain) dengan
menggunakan organ bicaranya. Tuna wicara juga sering disebut hambatan di
dalam berkomunikasi verbal berupa gangguan suara, artikulasi bicara, dan
kelancaran berbicara Tuna Wicara berbeda.

2.2 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TUNA WICARA


Faktor yang bisa menyebabkan tuna wicara diantaranya karena tekanan darah
yang terlalu tinggi (Hipertensi), faktor genetik atau keturunan dari orangtua,
keracunan makanan, penyakit Tetanus Neonatorum yang menyerang bayi pada
saat bayi baru lahir, biasanya karena pertolongan persalinan yang tidak memadai,
dan penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas (Difteri).

2.3 TEKNIK BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN TUNA WICARA

Jenis komunikasi yang diutamakan saat berbicara adalah komunikasi NON


VERBAL

1. GERAK TUBUH
Adanya gerakan tubuh yang terjadi saat pada saat berkomunikasi, baik
gerakan yang dilakukan komunikator maupun komunikan.
2. EKSPRESI WAJAH
Ungkapan perasaan seseorang dapat dilihat dari ekspresi wajah seseorang.
Contohnya menggambarkan kegembiraan, kesedihan, kemarahan.
3. PANDANGAN
komunikasi yang baik dilakukan adalah dengan adanya kontak mata,
ketika sedang berkomunikasi.

3
4. POSTUR
Ketika berkomunikasi harus ada postur tubuh yang menandai suasana.
5. JARAK TUBUH DAN KEDEKATAN
Kenyamanan komunikasi bisa dinilai dari jarak tubuh yang diperlihatkan,
seseorang yang sudah akrab dan dekat.
6. SENTUHAN
Ungkapan perhatian, empati dan kasih sayang dapat diungkap melalui
sentuhan.
7. PAKAIAN
Jenis pakaian, rambut, perhiasan, make up juga meperlihatkan kepribadian
seseorang

Teknik komunikasi tersebut juga penting diperhatikan bagi orang normal yang
ingin menjalin komunikasi dengan para tuna wicara. Oleh sebab itu, dalam
kesempatan kali ini akan dibahas 6 teknik komunikasi pada tuna wicara agar
komunikasi dapat berlangsung lebih baik. Beberapa diantaranya seperti:

1. Cari Perhatian

Teknik komunikasi pada tuna wicara yang pertama adalah dengan mencari
perhatian. Cara ini menjadi langkah awal jika anda ingin memulai komunikasi
dengan orang-orang tuna wicara, karena biasanya tuna wicara akan sulit
memahami maksud anda untuk berkomunikasi dengan mereka. Anda dapat
melakukan sentuhan atau tepukan ringan pada pundak penyandang tuna wicara,
sehingga mereka mengetahui maksud anda untuk memulai komunikasi. Tindakan
tersebut merupakan suatu isyarat bahwa anda ingin menjalin komunikasi.

2. Bertatap Muka

Teknik komunikasi pada tuna wicara selanjutnya adalah dengan berbicara


secara bertatap muka atau dengan berhadapan langsung agar terjalin komunikasi
dua arah. Hal ini dimaksudkan agar tuna wicara dapat melihat wajah anda dengan
jelas dan membaca pengucapan kata demi kata yang anda sampaikan.Tidak hanya

4
melihat gerak bibir saja tetapi dengan bertatap muka, para tuna wicara juga dapat
melihat ekspresi atau gerakan kepala maupun tubuh anda. Sehingga informasi
yang anda sampaikan dapat dipahami dan diterima dengan baik.

3. Kontak Mata

Selain bertatap muka, penting bagi anda untuk melakukan kotak mata dengan
para tuna wicara dalam melakukan interaksi atau komunikasi. Hal ini
dimaksudkan agar anda tidak kehilangan konsentrasi atau perhatian dari tuna
wicara sebagai lawan bicara anda. Penting pula bagi anda untuk tidak memakai
masker, kacamata hitam, maupun media penghalang lainnya yang dapat
mengganggu para tuna wicara untuk memahami maksud yang ingin anda
sampaikan.

4. Bicara Secara Normal

Walaupun para penyandang tuna wicara dapat dikatakan memiliki kondisi


yang tidak normal, tetapi dalam melakukan komunikasi juga dilakukan secara
tidak normal. Berbicaralah secara normal jika anda ingin menjalin komunikasi
dengan para penyandang tuna wicara. Hindari untuk berbisik-bisik maupun
mengeraskan suara anda, karena hal ini dapat menyulitkan para tuna wicara dalam
membaca gerak bibir anda. Oleh sebab itu, tetaplah berbicara secara normal dan
hindari untuk berbicara dengan menutup mulut maupun disertai dengan memakan
atau mengunyah sesuatu.

5. Gerakan Isyarat Tambahan

Selain berbicara secara normal, anda juga dapat menambahkan gerakan


isyarat dalam menjalin komunikasi dengan tuna wicara. Beberapa diantaranya
seperti menggelengkan kepala, menirukan gerakan makan, menunjukkan jumlah
jari, dan lain sebagainya. Dalam melakukan gerakan isyarat juga jangan terlalu
cepat dan berikan sedikit jeda agar dapat dipahami terlebih dahulu.

5
6. Tetap Bersikap Sopan

Teknik komunikasi pada tuna wicara yang terakhir adalah dengan tetap
bersikap sopan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga perasaan maupun membuat
para penyandang tuna wicara merasa tetap dihargai walaupun kondisi mereka
berbeda. Berikan isyarat yang jelas jika anda merasa ada yang mengganggu
perbincangan anda. Tetap bersikap sopan juga merupakan bagian dari etika
komunikasi yang baik.

2.4 HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT BERKOMUNIKASI

a. Berbicaralah dengan jelas, perlahan-lahan, tetapi secara alami, tanpa berteriak


atau melebih-lebihkan gerakan mulut. Berteriak atau melebih-lebihkan
gerakan mulut dapat membuat tuna wicara kesulitan dalam membanca
gerakan bibir.
b. Apabila Anda ingin memanggil orang yang bersangkutan lakukan hal-hal ini:
Tepuk pundak orang yang bersangkutan, apabila dia menoleh lanjutkan
percakapan. Hal lainnya yang bisa dilakukan adalah Anda dapat memati
hidupkan sakelar lampu untuk menarik perhatiannya. Apabila perhatiannya
sudah terfokus kepada Anda, maka Anda dapat melanjutkan percakapan.
c. Hindari berbicara terlalu cepat atau menggunakan kalimat yang terlalu rumit.
Berbicaralah lebih lambat dan berikan jeda antar kalimat/frase dan sebelum
Anda melanjutkan pembicaraan. pastikan bahwa lawan bicara Anda (tuna
wicara) sudah paham maksud Anda.
d. Jauhkan tangan Anda dari wajah Anda pada saat berbicara. Pada saat Anda
berbicara sambil makan, mengunyah, merokok, dll, ucapan Anda akan lebih
sulit dipahami. Jenggot dan kumis juga dapat mengganggu kemampuan tuna
wicara dalam membaca ucapan bibir.

6
e. Kebanyakan tuna wicara mengalami kesulitan dalam memahami ucapan
apabila terdapat suara bising lainnya. Cobalah untuk meminimalisir suara-
suara lain yang terjadi ketika Anda sedang berbicara.
f. Beberapa tuna wicara sangat sensitif terhadap suara keras. Bila
memungkinkan, hindari situasi yang memungkinkan timbulnya suara keras.
g. Jika tuna wicara kesulitan dalam memahami frase atau kata tertentu, cobalah
untuk menemukan cara yang berbeda untuk mengatakan hal yang sama atau
kata lain yang memiliki arti yang sama, bukan mengulangi kata tersebut
berulang-ulang atau gunakan bahasa tubuh untuk menjelaskan maksud Anda.
h. Jelaskan kepada tuna wicara mengenai topik umum dari percakapan. Hindari
perubahan mendadak dari topik. Jika subjek pembicaraan berubah, katakan
kepada tuna wicara apa yang sedang Anda bicarakan sekarang. Ulangi
pertanyaan atau fakta-fakta kunci sebelum melanjutkan diskusi.
i. Jika Anda memberikan informasi spesifik - seperti waktu, tempat atau nomor
telepon - kepada tuna wicara, minta mereka mengulangi hal tersebut. Banyak
angka dan kata-kata terdengar sama.
j. Apabila memungkinkan, berilah informasi secara tertulis, seperti arah, jadwal,
penugasan kerja, dll. Setiap orang, terutama tuna wicara, memiliki kesulitan
dalam membaca dan memahami ucapan bibir pada saat mereka sakit atau
lelah.
k. Perhatikan lawan bicara Anda (tuna wicara). tanyalah kepada tuna wicara,
apakah mereka bisa memahami Anda atau tidak, sehingga Anda tahu bahwa
pesan Anda telah tersampaikan.

7
2.5 PENANGANAN TUNA WICARA

Penanganan anak tunawicara dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
1) Latihan artikulasi
Artikulasi adalah gerakan otot-otot dari langit-langit, rahang lidah dan bibir
yang perlu untuk bicara. Latihan yang perlu dilakukan seperti : latihan
meniup, latihan bibir, latihan lidah
2) Terapi wicara
Yaitu pengembangan kemampuan bicara anak tuna wicara dengan melatih
pengucapan mulut.
3) Speech development (pengembangan bicara)
Yaitu, pengembangan kemampuan bicara dengan cara mengajarkan berbicara
untuk melatih keluarnya suara.
4) Speech Improvement (peningkatan bicara)
Yaitu segala macam usaha yang berhubungan dengan peningkatan
kemampuan bicara setelah terbiasa mengucapkan kata-kata dengan baik.
Latihan yang dilakukan seperti : Latihan tata Bahasa, latihan bacaan, latihan
ejaan, latihan pemahaman.
5) Speech correction (koreksi ucapan)
Yaitu suatu pembetulan bicara yang berbau terapi, dengan cara membetulkan
dan mengoreksi istilah-istilah yang tidak benar.

8
2.6 CONTOH GERAKAN UMUM KOMUNIKASI UNTUK TUNA WICARA

1. Contoh gerakan ucapan selamat

Tangan kanan ‘B’, hujung jari dikenakan pada tepi dahi kanan lalu digerakkan ke
depan.

2. Gerakan ucapan selamat datang

Buat isyarat “selamat”, kemudian buat isyarat “datang”

3. Contoh gerakan ucapan selamat pagi

9
Buat isyarat “selamat”, kemudian buat isyarat “pagi”
4. Contoh gerakan ucapan selamat siang

Buat isyarat “selamat”, kemudian buat isyarat “Tengahari”

5. Contoh gerakan ucapan selamat malam

Buat isyarat “selamat”, kemudian buat isyarat “malam

10
6. Contoh gerakan ucapan selamat jalan

Tangan Kanan ’5′ tapak ke depan sambil digerakkan ke kiri dan kanan.

7. Contoh gerakan ucapan maaf

Tangan Kanan ‘A’ pada paras dada, buat satu pusingan arah jam.

11
8. Contoh gerakan ucapan terimakasih

Tangan kanan terbuka dengan tapak ke dalam lalu dikenakan pada bibir dan
digerakkan ke depan.

9. Contoh gerakan ucapan saya/memperkenalkan nama

12
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Seseorang yang menderita tuna wicara atau hambatan dalam komunikasi
verbal tidak dapat melakukan komunikasi via suara, mereka melakukan komunikasi
dengan cara yang berbeda. Keterbatasan yang mereka miliki membuat mereka tidak
dapat berkomunikasi seperti kebanyakan orang pada umumnya, yaitu berbicara.
Dalam kesehariannya mereka menggunakan Bahasa isyarat tangan untuk
berkomunikasi dengan orang lain
Faktor yang bisa menyebabkan tuna wicara diantaranya karena tekanan darah
yang terlalu tinggi, faktor genetik atau keturunan dari orangtua, keracunan makanan,
penyakit Tetanus Neonatorum yang menyerang bayi pada saat bayi baru lahir,
biasanya karena pertolongan persalinan yang tidak memadai, dan penyakit infeksi
akut pada saluran pernafasan bagian atas.

Anak tuna wicara harus dibantu agar dapat bersosialisasi dengan orang lain
sehingga ia tidak dipandang melalui kekurangannya. Anak tuna wicara juga dapat
dilatih seperti manusia normal pada umumnya, namun mereka hanya sulit berbicara.
Tuna wicara juga memerlukan pendidikan yang dapat mendukung mereka serta
menghilangkan hambatan-hambatan pada diri mereka seperti sekolah-sekolah khusus
yaitu SLB (sekolah luar biasa).

3.2 SARAN

Orang yang memiliki gangguan bicara/tuna wicara harus dibantu agar dapat
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain sehingga ia tidak dipandang
dengan kekurangannya. Tuna wicara juga dapat dilatih seperti manusia normal pada
umumnya, namun mereka hanya sulit berbicara. Tuna wicara juga memerlukan
pendidikan yang dapat mendukung mereka serta membantu menumbuhkan rasa
percaya diri pada diri mereka. Seperti SLB (sekolah luar biasa).

13
14

Anda mungkin juga menyukai