Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Chorioamnionitis klinis adalah komplikasi kehamilan yang didefinisikan

sebagai infeksi dan peradangan pada selaput janin. 1

B. Etiologi

Chorioamnionitis sering akibat infeksi beberapa mikroba, yang utama

termasuk bakteri aerob dan anearob dan juga sering akibat flora normal vagina.

Dapat juga terjadi ascending invasi dari saluran reproduksi. Dapat juga terjadi

setelah tindakan invasif (amniosintesis atau pengambilan sampel) walaupun

jarang. Faktor risiko obstetrik seperti partus lama, terlalu sering melakukan

pemeriksaan dalam, adanya infeksi saluran kencing atau infeksi akibat seksual,

ketuban pecah dini. Organisme yang paling umum adalah Escherichia coli 33,3%,

Pseudomonas spesies 19,3% dan Klebsiella pneumoniae 12,3%. 2,3

C. Epidemiologi

Dari 552 pasang ibu-bayi dengan sampel plasenta, 70 (12,7%)

diklasifikasikan sebagai memiliki HC. Empat puluh enam dari 70 kasus HC

(65,7%) diklasifikasikan sebagai memiliki HC dengan keterlibatan janin. Dari 533

wanita dengan kultur plasenta, 57 (10,7%) wanita memiliki chorioamnionitis

mikrobiologis. 3

D. Klasifikasi

Klasifikasi chorioamnionitis berdasarkan gejala dan tahapan kriteria klinis. 6

3
Tabel 1. Klasifikasi chorioamnionitis berdasarkan gejala dan tahapan kriteria

klinis 6

Terminologi Gambaran Klinis


Demam pada Ibu Hamil Demam dengan sekali pengukuran suhu
tubuh > 39oC atau jika suhu tubuh 38oC
lakukan pengukuran ulang 30 menit
kemudian, Jika suhu tetap 38oC, maka
dapat dipastikan demam
Suspek Triple I Demam tanpa hasil positif dari cairan
amnion dikuti dengan :
Fetal takikardi > 160 bpm dalam 10
menit
Peningkatan leukosit Ibu hamil >
15.000/ul
Cairan yang kental dari cervix
Konfirmasi Triple I Gejala di atas dengan hasil positif dari :
Amniosintesis dengan hasil gram
positif.
Glukosa rendah atau kultur amnion
positif
Patologi plasenta menunjukkan
gambaran infeksi

E. Patofisiologi

Ascending Infeksi

Sebagian besar infeksi intrauterin disebabkan oleh bakteri yang pertama kali

menjajah atau menyerang epitelium vagina dan kemudian naik melalui serviks ke

saluran genital bagian atas. Oleh karena itu sel-sel epitel mukosa vagina berfungsi

4
sebagai garis pertahanan pertama, berfungsi sebagai penghalang fisik yang

menghambat perjalanan patogen ke jaringan di bawahnya. 7

Mikroorganisme Vagina

Mikroba saluran kelamin perempuan memainkan peran penting dalam

menjaga kesehatan reproduksi. Sudah lama diketahui bahwa Lactobacillus spp.

adalah anggota dominan mikrobiota vagina, dan ketika organisme ini berkurang

jumlahnya atau tidak ada, risiko terkena infeksi urogenital meningkat. 7

Patogenesis korioamnionitis disebabkan oleh organisme yang menginfeksi

korioamnion dan atau tali pusat lalu menjalar ke plasenta. Mulainya infeksi

biasanya disebabkan oleh infeksi secara retrograde atau ascending dari traktus

genitalia bawah (cervix dan vagina). Penyebaran secara hematogen atau

tranplacental dan infeksi iatrogenic karena komplikasi dari amniosintesis atau

sampling korionik villous jarang menimbulkan infeksi. Infeksi anterograde

bermula dari peritoneum via tuba falopi. Adanya infeksi dari mikroorganisme

memicu respon inflamasi dari maternal dan fetal sehingga melepaskan kombinasi

proinflamasi dan inhibisi sitokin dan chemokines dari ibu dan janinnya. Respon

inflamasi mungkin menimbulkan tanda-tanda korioamnionitis dan atau dapat

memicu pelepasan prostaglandin, pematangan servik, perlukaan membrane dan

persalinan aterm atau preterm pada umur kehamilan dini. Selain dapat

menimbulkan infeksi dan sepsis pada fetus, respon inflamasi fetus dapat

menimbulkan kerusakan pada serebral pada white matter, yang akhirnya dapat

menyebabkan cerebral palsy dan kelainan neurological jangka pendek dan jangka

panjang lainnya. 8

5
Gambar 1. Jalur masuk infeksi ke bayi

Mekanisme pertahanan tubuh tidak bisa secara adekuat mencegah infeksi

intramnion, namun mekanisme pertahanan local memerankan peran penting

dalam pencegahan infeksi. Mucous plug yang terdapat di cervical serta mucous

yang terdapat di placenta dan membrannya memberikan perlindungan barier untuk

mencegah infeksi dari carian amnion dan fetus. Lactobacillus yang memproduksi

peroxide dan berkoloni di jalan lahir yang merupakan flora normal juga dapat

menahan virulensi mikroorganisme pathogen. 8

6
Gambar 2. Alur perjalanan infeksi maternal pada fetal

F. Manifestasi klinis

Gejala klinis chorioamnionitis (demam dan satu atau lebih dari yang berikut:

takikardia ibu > 120 bpm, takikardia janin > 160 bpm, cairan amniotik purulen

atau busuk berbau busuk atau vagina discharge, atau kelembutan uterus. 3

G. Diagnosis

Diagnosis chorioamnionitis secara objektif menggunakan kultur cairan

amnion, atau strain gram, atau keduanya dan analisis biokimia, tetapi untuk

kebanyakkan wanita yang melahirkan diagnosis dibuat menggunakan kriteria

klinis. Dalam melakukan diagnosis klinis dibedakan menjadi 3 kategori berbeda,

kategori yang pertama demam pada ibu hamil yaitu peningkatan suhu pada ibu

hamil pada sekali pengukuran > 39oC atau dengan pengulangan dalam 30 menit

7
suhu 38-39oC, yang kedua curiga chorioamnitis berdasarkan peningkatan leukosit,

cairan pada cervix kental, dan fetal takikardi, ketiga konfirmasi diagnosis

chorioamnionitis dengan tes cairan amnion (berupa strain gram, kadar glukosa,

atau kultur) atau pemeriksaan patologis plasenta. Jika belum dilakukan konfirmasi

diagnosis dan hanya ditemukan demam pasien dapat dikategorikan suspek

chorioamnionitis. 2

H. Tatalaksana

Beberapa penyedia layanan kesehatan hanya mengobati demam; yang lain

membutuhkan penggunaan dua atau tiga temuan klinis sebagai kriteria untuk

pengobatan. Variabel yang membingungkan membuat diagnosis berdasarkan suhu

saja tidak pasti. Meskipun kesulitan dalam mendiagnosis korioamnionitis, penting

bahwa upaya dalam pengenalan segera dibuat. Pemberian antibiotik intrapartum

tepat waktu, serta antipiretik, telah terbukti menjadi faktor yang signifikan dalam

mengurangi kejadian komplikasi maternal dan neonatal postpartum. 4

Semua rejimen pengobatan antibiotik harus spektrum luas, yang meliputi

anaerob dan aerob. Meskipun diagnosis chorioamnionitis adalah indikasi untuk

kelahiran yang mungkin memerlukan pengawasan tenaga kerja, itu bukan indikasi

untuk kelahiran caesar. Pasien harus diamati secara seksama untuk respon

terhadap terapi antibiotik atau tanda-tanda penyakit yang memburuk (sepsis,

syok). Staf perawatan neonatal harus dibuat sadar akan chorioamnionitis ibu

dalam mengantisipasi kebutuhan bayi baru lahir. 4

Terapi Chorioamnionitis yaitu : 5

 Amoxicillin 2 g IV diberikan setiap 6 jam

8
 Gentamisin 5 mg/kg IV per hari

 Metronidazole 500 mg IV diberikan setiap 12 jam

 Jika alergi penisilin berikan clindamycin 450 mg IV dalam 50 – 100 mL

infus selama 20 menit setiap 8 jam dan gentamisin 5 mg / kg IV per hari

sampai melahirkan

 Jangan tunda kelahiran, tetapi pertimbangkan dengan cepat terminasi

dengan pemberian antibiotik intravena

 Pertimbangkan cara kelahiran (SC atau pervaginam)

 Pertimbangkan perawatan yang sedang berlangsung dengan antibiotik

postnatal

I. Komplikasi

Chorioamnionitis dapat menyebabkan peningkatan morbiditas pada neonatus

termasuk pneumonia noenatus, meningitis, sepsis, dan kematian. 2

J. Prognosis

Sebanyak 42% kematian di minggu pertama kehidupan dapat terjadi dari

infeksi. Di negara-negara berpenghasilan tinggi, perempuan dalam persalinan

dengan demam diobati dengan antibiotik, yang telah mengurangi kejadian

Streptokokus Grup B early onset sepsis neonatal. Dalam pengaturan di mana

kemampuan untuk mendeteksi dan mengobati sepsis neonatal dini terbatas dan

kasus kematian akibat infeksi ibu dan bayi tinggi, sehingga prognosis pasien

tergantung identifikasi dan penanganan yang diberikan. 3

9
K. Perbedaan BCB dan BKB 8,9,10

BKB BCB
Kepala (Telinga) Lingkar Kepala ≤ 32 Lingkar Kepala 35
cm cm
Pinna masih lunak, Pinna kenyal
dan recoil lambat. kartilago terbentuk
dan recoil cepat
Jaringan Lemak Kulit Sedikit Cukup
Dada Areola hanya Areola terbentuk
berpigmen uk < 1 cm. uk > 1cm
Lanugo Sebagian besar tubuh Sebagian besar tanpa
tertutup lanugo rambut
Ekstremitas Telapak kaki Telapak kaki terdapat
tidak/sedikit lipatan banyak lipatan
Genital pria Testis belum turun Testis turun sempurna,
sempurna, rugae jarang rugae dalam
Genital wanita Klitoris masih Labia mayor menutupi
menonjol, labia minor klitoris dan labia minor
melebar
Refleks Refleks mengisap dan Refleks mengisap dan
menelan kurang menelan baik

10
11

Anda mungkin juga menyukai