TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Etiologi
burung dan hewan lain yang dapat ditemukan pada tanah yang tercemar oleh tinja
kucing dan kadang pada daging atau sayur mentah/kurang matang. Apabila parasit
kekebalan pada orang yang sehat dapat melawan parasit tersebut hingga tuntas
dan dapat mencegah penyakit. Transmisi pada manusia terutama terjadi bila
memakan daging babi atau domba yang mentah yang mengandung kista. Bisa
juga dari sayur yang terkontaminasi atau kontak langsung dengan feses kucing.
Selain itu dapat terjadi transmisi lewat transplasental, transfusi darah, dan
asimptomatik. Pada manusia dengan imunitas tubuh yang rendah dapat terjadi
3
C. Epidemiologi
pada ketinggian yang berbeda, di daerah rendah, prevalensi zat anti lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah yang tinggi. Prevalensi zat anti ini juga lebih tinggi
di daerah tropik. Pada umumnya prevalensi zat anti T. gondii yang positif
meningkat sesuai dengan umur, tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.
Anjing sebagai sumber infeksi mendapatkan infeksi dari makan tinja kucing atau
instrumen penyebaran secara mekanis dari infeksi T. gondii. Lalat dan kecoa
berikut:5
kucing 35-73 %,
babi 11-36 %,
kambing 11-61 %
anjing 75 %
4
D. Siklus Hidup
ketika didalam sel inang), hospes definitifnya adalah kucing, sedangkan hospes
terkontaminasi ookista, ketika termakan maka kista atau ookista ini akan pecah
5
dihasilkan zigot, setelah itu barulah menjadi ookista. Ookista akan keluar bersama
feses kucing dan mampu bertahan di dunia bebas sampai pada saatnya hoseps
(biasanya sel pada jaringan otot dan otak), kemudian pada fase kronis akan
membentuk pseudo kista. Takhizoit yang terbungkus oleh pseudo kista dinamakan
bradizoit, selain memiliki ciri dibungkus oleh pseudo kista, bradizoit cenderung
diam dan tidak melakukan multiplikasi. Pertumbuhan biasanya berhenti pada fase
pseudo kista, namun bila pseudo kista tersebut pecah, maka siklus akan berulang
kembali.
6
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk tachyzoite, kista,
Tachyzoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua
sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan
selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis tachyzoit dalam
Gambar 2. Tachyzoit
Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah
ribuan berukuran 10-100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling
banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat.
Gambar 3. Kista
7
Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 10-12 um.
perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai
stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing
Gambar 4. Ookista
E. Patofisiologi
Penularan pada manusia dimulai dengan tertelannya tissue cyst atau oocyst
diikuti oleh terinfeksinya sel epitel usus halus oleh bradyzoites atau sporozoites
8
secara berturut-turut. Setelah bertransformasi menjadi tachyzoites,organisme ini
menyebar ke seluruh tubuh lewat peredaran darah atau limfatik. Parasit ini
berubah bentuk menjadi tissue cysts begitu mencapai jaringan perifer. Bentuk ini
dapat bertahan sepanjang hidup pejamu, dan berpredileksi untuk menetap pada
Pada manusia dengan imunitas tubuh yang rendah dapat terjadi reaktivasi
dari infeksi laten yang akan mengakibatkan timbulnya infeksi oportunistik dengan
predileksi di otak. Tissue cyst menjadi ruptur dan melepaskan invasive trofozoit
nekrosis.1,2,6
Tachyzoit (usus)
Imune Respon
Immunocompromized
→reaktivasi
9
Pada pasien yang terinfeksi HIV, jumlah CD4 limfosit T dapat menjadi
mempunyai target sel utama yaitu sel limfosit T4, yang mempunyai reseptor CD4.
Beberapa sel lain yangjuga mempunyai reseptor CD4 adalah : sel monosit, sel
makrofag, sel folikular, dendritik, sel retina, sel leher rahim, dan sel langerhans.
Infeksi limfosit CD4 oleh HIV dimediasi oleh perlekatan virus kepermukaan sel
apoptosis pada sel yang terinfeksi. Selain menyerang sistem kekebalan tubuh,
infeksi HIV juga berdampak pada sistem saraf dan dapat mengakibatkan kelainan
pada saraf. Infeksi oportunistik dapat terjadi akibat penurunan kekebalan tubuh
pada penderita HIV/AIDS. Infeksi tersebut dapat menyerang sistem saraf yang
meliputi deplesi dari sel T CD4, kegagalan produksi IL-2, IL-12, dan IFN-gamma;
kegagalan aktivitas Limfosit T sitokin. Sel-sel dari pasien yang terinfeksi HIV
10
Tachyzoit
ekspresi CD154
IL-12
Sel T→INF-y
Respon antitoxoplasmik
F. Manifestasi klinis
Gejala toxoplasmosis cerebral tidak bersifat spesifik dan agak sulit untuk
dibedakan dengan penyakit lain seperti lymphoma, tuberculosis dan infeksi HIV
nyeri otot, sakit tenggorokan, nyeri dan ada pembesaran kelenjar limfe servikalis
11
Gejala-gejala klinis pada toksoplasmosis pada umumnya sesuai dengan
kelainan patologi yang terjadi dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu
termasuk ensefalitis, demam, sakit kepala hebat yang tidak ada respon terhadap
ensefalitis fokal ditemukan nyeri kepala dan rasa bingung kerna adanya
fokal nerologik. Walau bagaimanapun, terdapat juga onset yang tiba-tiba disertai
Keterlibatan batang otak bisa menghasilkan lesi saraf cranial dan pasien akan
atau koma. Pengibatan medulla spinalis akan menghasilkan gangguan motorik dan
sensorik bagi beberapa anggota badan serta kantung kemih atau kesakitan fokal. 3
12
G. Diagnosis
Gondii, parasit tersebut dapat diisolasi pada cairan LCS. Parasit dapat juga
diisolasi dari kultur darah pasien, walaupun dengan atau tanpa bukti adanya
ensefalitis yang sedang berlangsung. Dulu isolasi T. Gondii yang didapatkan dari
specimen klinis memerlukan perlakuan intensif dan hasil yang didapat setelah 6
amplikasi selektif dengan PCR dari produksi khusus DNA specimen klinik T.
Gondii. Karena keuntungan klinis dari teknik pemeriksaan yang sangat senditif ini
untu mengidentifikasi parasit pada LCS (pada infeksi yang predominan ensefalitis
Test Serologis
Tes terhadap IgM digunakan untuk menentukan apakah suatu pasien telah
terkena infeksi baru-baru ini atau di waktu yang lalu. Oleh karena ada
kemungkinan dalam salah menafsir hasil positif IgM dari hasil percobaan,
13
infeksi yang didapat dan lebih baik daripada pemeriksaan serologi
tunggal manapun.
b. Dye test
dalam 1-2 minggu infeksi, puncaknya dalam 1-2 bulan kemudian turun
Dye test positif menyatakan bahwa pasien pernah terpapar oleh parasit,
pasien antibodi IgG mungkin saja tidak terdeteksi dalam 2-3 minggu
infeksi akut (antigen AC) atau antigen pada tahap akhir infeksi (HS).
d. Avidity
14
Test avidity digunakan sebagai test konfirmasi diagnostik tambahan pada
TSP untuk pasien dengan IgM positif atau equivocal atau hasil tes
AC/HS yang akut atau equivocal. Hasil antibody avidity IgG rendah atau
didapat sekarang.
e. Antibody IgM
positive.
Pada pasien dengan infeksi didapat saat ini, antibodi IgM T.gondii
dideteksi pada awal penyakit dan titer ini akan negatif dalam beberapa
f. Antibody IgA
Antibodi IgA mungkin dapat ditemukan pada infeksi akut dalam serum
menggunakan ELISA atau metode ISAGA. Antibodi IgA dapat tetap ada
untuk beberapa bulan sampai lebih dari satu tahun. Berdasarakan hal ini,
kongenital.
15
g. Antibody IgE
Neuroimaging
(30%) atau multipel (70%). Lebih sering gambaran CT-scan menunjukkan lesi
kavitasi dengan dinding yang tipis dan diikuti adanya ring enhancemen setelah
ditemukan. 1
juga dapat timbul di sepanjang serebellum, batang otak dan medulla spinalis.
yang dapat dideteksi baik dengan CT-scan maupun dengan MRI, dengan MRI
lebih sensitif dibandingkan CT-scan. Target asimetris yang timbul berupa abses
16
Tanda target asimetri ini sebenarnya patognomonik untuk toxoplasmosis SSP
MRI lebih sensitif dibandingkan CT-scan pada awal infeksi. MRI dapat
mendeteksi lesi pada penderita toxoplasmosis aktif yang pada CT-scan didapatkan
hasil yang normal. Dengan demikian MRI direkomendasikan pada penderita yang
dan hiperintense pada T2W1. Kadang lesi dapat menunjukkan sedikit isointense
sampai hipointense pada T2W1, dikelilingi oleh edema dengan intensitas lebih
tinggi. Pada CECT dan CEMR, ring-like dan nodular enhancement dikelilingi
edema white matter dengan berbagai tingkatan. Nodul atau ring enhancement
IgG terhadap Toxoplasma gondii dan hasil dari pemeriksaan radiologi yang
17
menunjang, selain itu dugaan diagnosis dapat pula didasarkan adanya respon
H. Tatalaksana
Terapi diberikan dalam jangka waktu minimal 6 bulan dan dibagi menjadi
dua bagian, yaitu terapi fase akut yang diberikan selama sekitar 4 sampai 6
edema, akan tetapi apabila toksoplasmosis ini terjadi karena adanya infeksi
kasus ini sebaiknya hanya diberikan untuk jangka pendek, agar tidak mengurangi
immunitas penderita. 1
CD4 yang kurang dari 100/mm3 dan didapatkan gambaran abses otak dengan
dengan dosis awal 200mg peroral yang kemudian dilanjutkan dengan dosis 75-
100mg/hari ditambah dengan sulfadiazin 1-1,5 gram yang diberikan setiap 6 jam
atau 100mg/kg/hari (maksimum dosis 8 gr/hari) dan ditambah pula dengan asam
folat 10-20 mg/hari. Pada penderita yang mempunyai alergi terhadap sulfa, maka
preparat sulfa ini dapat digantikan dengan klindamisin dengan dosis 600-1200 mg
yang diberikan setiap 6 jam sekali, selain ini dapat pula diberikan preparat lain
1000 mg diberikan per oral setiap 12 jam atau atovaquone 1,5mg per oral setiap
18
12 jam, minocyclin 150-200 mg diberikan setiap 12 jam atau doksisiklin diberikan
yang berbeda. 1
dengan sulfadiazin 500-1000 mg/hari diberikan sebanyak empat kali perhari dan
juga diberikan asam folat bersama-sama. Apabila pasien tidak tahan atau alergi
perhari. Pada penderita yang mendapat terapi HAART (Highly Active Anti-
Retroviral Therapy) terapi perawatan dapat diberikan apabila kadar CD4 lebih
200/dl selama 3 bulan pada pencegahan primer dan selama 6 bulan pada
pencegahan sekunder. 1
I. Diagnosis Banding
Diagnosa banding penyakit yang paling dekat adalah primary central nervous
system lesion (PCNSL). Diagnosa banding yang lain adalah tumor metastase,
Toxoplasmosis PCNSL
Lokasi Basal ganglia, perbatasan Periventricular
white matter-gray matter
Jumlah lesi Banyak (multipel) Tunggal > multipel
Gambaran enhancement Cincin Heterogen atau homogen
Edema Sedang sampai berat Bervariasi
T2 weighted image Hiperintense Isontense sampai
(lesion relatif to white hipointense
matter)
19
Diffusion weighted Biasanya hipointense Seringkali hiperintense
image
MR perfusion Menurun Meningkat
MR spectroscopy Kadar laktat meningkat Kadar choline meningkat
Lain-lain Antibodi IgG EBV DNA amplified by
Toxoplasma positif (90% PCR in CSF (hampir
penderita) seluruh penderita)
J. Prognosis
dihentikan. 1
20