PENDAHULUAN
Metode geomagnetik adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk
menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan
bahan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan. Alat yang digunakan
dalam metode geomagnetik adalah magnetometer. Medan magnet yang terbaca
pada magnetometer merupakan akumulasi dari anomali magnetik, yang masih
mendapat pengaruh dari medan magnet bumi dan berasal dari pengaruh ionosfer
matahari. Nilai yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan
magnetik di bawah permukaan. Hal itu dapat dijadikan dalam pendugaan keadaan
geologi yang mungkin teramati (Zaenudin et al., 2008).
I.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Mandala barat memanjang dari lengan utara sampai dengan lengan selatan pulau
Sulawesi. Secara umum busur ini terdiri dari batuan volkanik-plutonik berusia
Paleogen-Kuarter dengan batuan sedimen berusia mesozoikum-tersier dan batuan
malihan Mandala barat sebagai busur magmatic dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu bagian utara dan barat. Bagian utara memanjang dari Buol sampai sekitar
Manado, dan bagian barat dari Buol sampai sekitar Makassar (Armstrong, 2012).
Kota Makassar adalah ibukota dari Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di
Pantai Barat pulau Sulawesi yang berada pada koordinat 1190 18’ 30,18” sampai
dengan 1190 32’ 31,03” BT dan 50 00’ 30,18” sampai dengan 50 14’ 6,49” LS.
Lokasi Praktikum yang akan didatangi adalah Kelurahan Bira, Kecamatan
Tamalanrea, RT.04/RW.04, Lorong Mattoagin 4 dengan Latitude 000 59.9996’ N
dan Longitude 0010 00.0071’ E
Metode Geomagnet merupakan salah satu metode geofisika yang paling tua
digunakan oleh manusia dalam menemukan jenis-jenis yang tersembunyi di
bawah permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan
(kerentanan magnet) sehingga efektifitas metode ini bergantung kepada kontras
magnetik di bawah permukaan. Kemampuan suatu batuan untuk dapat
termagnetisasi sangat dipengaruhi oleh faktor susceptibilitas batuan. Objek
pengamatan dari metode ini adalah benda yang bersifat magnetik, dapat berupa
gejala struktur bawah permukaan ataupun batuan tertentu. Metode ini dapat
dipakai sebagai preliminary survey untuk menentukan bentuk geometri dari
bentuk basement, intrusi dan patahan.
Bumi dipandang sebagai dipole (kutub utara dan selatan magnetik) yang
mempunyai medan magnet tidak konstan, artinya besar medan magnet tersebut
berubah terhadap waktu. Hal ini terjadi karena adanya pembalikan kutub magnetik
bumi. Pada waktu tertentu kutub positif berubah menjadi kutub negatif. Pada saat
perubahan kutub-kutub tersebut dalam selang waktu tertentu harus melalui kondisi
netral. Pada metode Geomagnet hasil yang ditunjukkan berupa anomali sisa
berupa variasi besaran yang mengandung fraksi mineral magnetik pada batuan
dekat permukaan (Altin ,2012).
Di daerah panas bumi, larutan hidrotermal dapat menimbulkan perubahan sifat
kemagnetan batuan, dengan kata lain kemagnetan batuan akan menjadi turun atau
hilang akibat panas yang ditimbulkan. Karena panas terlibat dalam alterasi
hidrotermal, maka tujuan dari survei magnetik pada daerah panas bumi adalah
untuk melokalisir daerah anomali magnetik rendah yang diduga berkaitan erat
dengan manifestasi panas bumi (Iriyanti, 2011).
Dasar dari metode magnetik adalah gaya Coulomb yang dapat dirumuskan sebagai
berikut (Telford, 1979) :
𝑚1 𝑚2
𝐹⃗ = 𝑟⃗
𝜇0 𝑟 2
(2.1)
Dimana :
Kuat medan magnet ialah besarnya medan magnet pada suatu titik dalam ruang
yang timbul sebagai akibat kutub m yang berada sejauh r dari titik tersebut. Kuat
medan H didefinisikan sebagai gaya pada satu satuan kutub (Telford, 1979) :
F m
H 2 r1
m' r
(2.2)
Satuan untuk kuat medan magnet H adalah Oersted (1 Oersted = 1 dyne / unit
kutub) (cgts) atau A/m (SI).
µ = ∫ dµ = I ∫ dA
(2.4)
µ = γ⃗L
(2.5)
(2.6)
𝑒ℎ
𝜇B = 2𝑚𝑒
(2.7)
dari hasil tersebut dapat terlihat hubungan antara magneton Bohr (momen magnet)
dengan momentum sudut ( ¯h), dengan e/2me sebagai konstanta atau rasio
gyromagnetik 𝛾. Dari Persamaan (2.6) terdapat tanda (-) hal ini akibat muatan e,
dapat diartikan bahwa momen magnet berlawanan arah dengan momentum sudut,
ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 2.2 Momen Magnet Berlawanan Arah dengan Momentum Sudut (Becker,
2009)
Dalam suatu bahan magnet, terdapat banyak momen magnet yang arahnya belum
tentu seragam. Momen magnet total per satuan volume ruang disebut sebagai
⃗⃗⃗ ). Secara matematis ditulis sebagai: [2]
magnetisasi (𝑀
⃗⃗
⃗⃗⃗ =
𝑀 𝑉
(2.8)
Bumi merupakan magnet alam raksasa, dapat dibuktikan dengan alat yang
dinamakan kompas, dimana jarum penunjuk pada kompas akan menunjukkan
arah utara dan selatan bumi kita. Karena sekeliling bumi sebenarnya dilingkupi
garis gaya magnet yang tidak tampak oleh mata kita tapi bisa diamati dengan
kompas keberadaannya.Penyebab bumi bersifat magnetik karena faktor
perputaran inti bumi yang bersifat cair. Inti cair bumi terdiri dari lelehan besi
dan nikel yang bertemperatur 5000oC. Lelehan besi dan nikel ini mengandung
sejumlah muatan listrik yang berputar mengelilingi sumbunya sehingga
menimbulkan medan magnet yang arahnya sesuai dengan aturan tangan kanan.
Hal tersebutlah yang membuat bumi menjadi sebuah magnet raksasa dengan
kutub selatan magnet berada di utara dan kutub utara berada di selatan, seperti
yang terlihat pada Gambar dibawah ini (Isaak, 1989):
Bumi berlaku seperti sebuah magnet sferis yang sangat besar dengan suatu medan
magnet yang mengelilinginya. Medan itu dihasilkan oleh suatu dipole magnet
yang yang terletak pada pusat bumi. Sumbu dipole ini bergeser sekitar 11° dari
sumbu rotasi bumi, yang berarti kutub utara geografis bumi tidak terletak pada
tempat yang sama dengan kutub selatan magnetik bumi Medan magnet bumi
terkarakterisasi oleh parameter fisis yang dapat diukur yaitu arah dan intensitas
kemagnetanya. Parameter fisis itu adalah deklinasi magnetik magnetik, intensitas
horizontal H dan intensitas vertikal Z. dari elemen ini semua medan magnet lainya
dapat dihitung. Parameter yang menggambarkan arah medan magnetik adalah
deklinasi D (sudut antara utara magnetik dan utara geografis) dan inklinasi I
(sudut antara bidang horizontal dan vektor medan total), yang diukur dalam
derajat. Intensitas medan magnet total F digambarkan dengan komponen
horizontal H, komponen vertical Z dan komonen horizontal ke arah utara X dan ke
arah timur Y.
Gambar 2.2 Diagram yang menunjukkan notasi magnet sebagai vektor medan
Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal
yang dihitung dari utara menuju timur. Inklinasi (I), yaitu sudut antara medan
magnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal
menuju bidang vertikal ke bawah. Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari
medan magnetik total pada bidang tersebut. Medan magnetik total (F), yaitu besar
dari vektor medan magnetik total. Medan magnet tegak (vertical magnetik field)
(Z). Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama bumi, dibuat standar nilai.
Medan magnet utama berubah terhadap waktu sehingga untuk menyeragamkan
nilai-nilai medan utama dibuat standard nilai yang disebut dengan international
Geomagnetics reference Field (IGRF) yang diperbaharui tiap lima tahun sekali.
Nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan
sekitar satu juta Km yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi
terdiri dari 3 bagian, yaitu (Altin ,2012) :
Pengaruh medan luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil
dari ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dan matahari,
karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir
dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap
waktu jauh lebih cepat. Beberapa sumber medan luar:
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field).
Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet
seperti magnetite (), titanomagnetite () dan lain-lain yang berada di kerak bumi.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran
adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik).
Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik
remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai
peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan
magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga
sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil
gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen
sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar.
Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan
diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet
utama bumi (Telford, 1976).
1. Variasi Harian
Variasi harian adalah variasi medan magnetik bumi yang sebagian besar
bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal dari perputaran
arus listrik di dalam lapisan ionosfer yang bersumber dari partikel-partikel
terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan fluktasi arus yang
dapat menjadi sumber medan magnet. Jangkauan variasi ini hingga mencapai
30 gamma dengan periode 24 jam. Selain itu juga terdapat variasi yang
amplitudonya berkisar 2 gamma dengan periode jam. yang Variasi ini
diasosiasikan dengan interaksi ionosfer bulan yang dikenal dengan variasi
harian bulan.
2. Badai Magnetik
Badai magnetik adalah gangguan yang bersifat sementara dalam medan
magnetik bumi dengan magnetik sekitar 1000 gamma. Faktor penyebabnya
diasosiasikan dengan aurora. Meskipun periodenya acak tetapi kejadian ini
sering muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu periode yang
berhubungan dengan aktivitas sunspot. Badai magnetik secara langsung dapat
mengacaukan hasil pengamatan .
b. Paramagnetik
Pada paramagnetik ini medan magnetiknya hanya akan ada jika dimagnetisasi
oleh medan magnet dari luar saja, sehingga jika pengaruh medan magnet dari
luarnya dihilangkan, maka pengaruh medannya menghilang juga. Karena
pengaruh termal, maka gerakan elektronnya menjadi random kembali dan nilai
k positif dan berbanding terbalik dengan temperatur absolut (hk. Curie –
wiess). Jumlah elektron paramagnetik adalah ganjil, momen magnet pada
paramagnetik ini searah dengan medan polarisasi dan induksi magnetiknya
bernilai kecil karena hanya sebagian kecil spin teralenisasi .
c. Ferromagnetik
Pada jenis magnet ini sebagian besar elektron tidak memiliki pasangan,
sehingga sangat mudah ter induksi medan magnet dari luar serta memiliki sifat
suseptibilitas magnetik yang besar. Pada Ferromagnetik ini apabila ada
pengaruh medan magnet dari luar, pengaruh ini juga dipengaruhi kuat medan
magnet dari luar serta lingkungan sekitarnya spin magnetiknya hasil
penyearahan cenderung mengikuti arah medan magnet pengaruh dari luar, dan
arah spin magnet cenderung tidak akan berubah ke keadaan awal .
Gambar 2.5 Arah Spin Magnet Hasil Penyearahan Pengaruh Medan Luar
(Telford, 1979).
d. Antiferromagnetik
Merupakan jenis material yang tidak umum seperti superkonduktor, pada
jenis ini hampir mirip dengan ferromagnetik hanya saja spin magnetiknya
bernilai lebih kecil atau sama, arah spin magnetiknya berlawanan dan
tidak memiliki gaya magnet.
e. Ferromagnetik
Pada bahan ferrimagnetik domain-domain tadi juga saling antiparalel tetapi
jumlah dipole pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih
mempunyai resultan magnetisasi cukup besar. Suseptibilitasnya tinggi
(Tabel 3) dan tergantung temperatur. Contoh: magnetit (Fe3O4), ilmenit
(FeTiO3), pirhotit (FeS), hematit (Fe2O3), ferrite (NiOFe2O3), yttrium
(Y3Fe5O12). Berdasarkan
Reduksi ke kutub dilakukan pada data anomali magnet total. Reduksi ke kutub ini
dilakukandengan tujuan membuat respon anomali terlihat monopole, sehingga
memudahkan penentuan lokasi benda anomaly .Metode reduksi ke kutub
magneik bumi dapat mengurangi salah satu tahap yang rumit dari proses
interpretasi, dimana anomali medan magnetik menunjukkan langsung posisi
bendanya sebagaimana dapat dilihat pada gambar 11.3. Reduksi ini dilakukan
dengan cara mengubahsudut inklinasi dan deklinasi menjadi 90 derajat dan 0
derajat (Blakely, 1995).
Gambar 2.6. Anomali magnetik dan anomali hasil reduksi ke kutub (Blakely,
1995).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1.2 BAHAN
DAFTAR PUSTAKA
[2]
http://eprints.uny.ac.id/9399/3/BAB%202%20-%2008306141032.pdf diakses pada
4 Februari 2019 pukul 2.59 WITA.
Telford, Geldart dan Sheriff, 1979. Applied Geophysics Second Edition. United States
Of America : Cambridge University Press.