Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan


menggunakan pengukuran fisis di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika
mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung
oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada permukaan
(Dobrin dan Savit, 1988). Dunia eksplorasi yang semakin berkembang saat ini
tidak terlepas dari peran metode-metode geofisika yang ada. Ada berbagai jenis
metode geofisika yang sering digunakan dalam eksplorasi oil dan gas maupun
eksplorasi mineral-mineral logam. Metode ini terdiri dari metode aktif dan metode
pasif, salah satu metode geofisika yang merupakan metode aktif adalah metode
geomagnet.

Metode geomagnetik adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk
menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan
bahan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan. Alat yang digunakan
dalam metode geomagnetik adalah magnetometer. Medan magnet yang terbaca
pada magnetometer merupakan akumulasi dari anomali magnetik, yang masih
mendapat pengaruh dari medan magnet bumi dan berasal dari pengaruh ionosfer
matahari. Nilai yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan
magnetik di bawah permukaan. Hal itu dapat dijadikan dalam pendugaan keadaan
geologi yang mungkin teramati (Zaenudin et al., 2008).

Prinsip kerja dari metode magnetik adalah dengan memanfaatkan variasi


suseptibilitas magnetik batuan bawah permukaan yang terukur di permukaan
untuk menginterpretasi srturktur geologi atau batuan bawah permukaan yang
menjadi target penelitian (Mariita, 2007).

Berdasarkan latar belakang tersebut makan dianggap penting untuk dilakukan


penelitian ini, agar mahasiswa geofisika dapat memahami dengan baik mengenai
akuisisi dan pengolahan data dari metode geomagnet secara langsung di lapangan.
Penelitian ini dilakukan untuk meninjau anomali geomagnet yang terdapat di
Pantai Panrangluhu, Desa Bira Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba,
Sulawesi Selatan. Setelah itu perlulah proses pengolahan data untuk mendapatkan
variasi suseptibilitas batuan. Dari data suseptibilitas batuan ini maka dapat
dilakukan interpretasi geologi bawah permukaan tempat pengambilan data
dilakukan.

I.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam praktikum ini adalah :


1. Bagaimana melakukan akuisisi data geomagnet di lapangan?
2. Bagaimana melakukan prosesing data geomagnet?
3. Bagaimana menganalisa dan interpretasi data geomagnet?
4. Bagaimana cara mengetahui struktur bawah permukaan bumi dengan
menggunakan metode geomagnet?

I.3 Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah :


1. Memahami dan mengetahui proses akuisisi geomagnet di lapangan.
2. Mengetahui proses pengolahan data geomagnet dalam hal ini adalah
processing.
3. Mengetahui pengolahan data menggunakan Microsoft Excel untuk mecari
Anomali Residual.
4. Mengetahui pengolahan data menggunakan Surver untuk mengetahui
persebaran anomali residual.
5. Mengetahui pengolahan data menggunakan Mag2DC untuk pemodelan
bawah permukaan.
6. Memahami dan mengetahui proses interpretasi data geomagnet.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Geologi Regional

Berdasarkan struktur litotektonik, Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya dibagi


menjadi empat, yaitu; Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic
Arc) sebagai jalur magmatik yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda,
Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan
yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia, Mandala timur
(East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak
samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen dan yang
keempat adalah Fragmen Benua Banggai-Sula-Tukang Besi, kepulauan paling
timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan pecahan benua yang berpindah ke
arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea (Armstrong, 2012).

Mandala barat memanjang dari lengan utara sampai dengan lengan selatan pulau
Sulawesi. Secara umum busur ini terdiri dari batuan volkanik-plutonik berusia
Paleogen-Kuarter dengan batuan sedimen berusia mesozoikum-tersier dan batuan
malihan Mandala barat sebagai busur magmatic dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu bagian utara dan barat. Bagian utara memanjang dari Buol sampai sekitar
Manado, dan bagian barat dari Buol sampai sekitar Makassar (Armstrong, 2012).

Kota Makassar adalah ibukota dari Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di
Pantai Barat pulau Sulawesi yang berada pada koordinat 1190 18’ 30,18” sampai
dengan 1190 32’ 31,03” BT dan 50 00’ 30,18” sampai dengan 50 14’ 6,49” LS.
Lokasi Praktikum yang akan didatangi adalah Kelurahan Bira, Kecamatan
Tamalanrea, RT.04/RW.04, Lorong Mattoagin 4 dengan Latitude 000 59.9996’ N
dan Longitude 0010 00.0071’ E

Daerah Sulawesi Selatan, dimana berdasarkan urutan stratigrafinya batuan tertua


yang dijumpai di daerah adalah Formasi Latimojong yang berumur kapur dengan
ketebalan kurang lebih 1000 meter. Formasi ini telah termetamorfisme dan
menghasilkan filit, serpih, rijang, marmer, kuarsit dan beberapa intrusi bersifat
menengah hingga basa, baik berupa stock maupun berupa retas-retas. Pada bagian
atasnya diendapkan secara tidak selaras Formasi Toraja yang terdiri dari Tersier
Eosen Toraja dan Tersier Eosen Toraja Limestone yang berumur Eosen terdiri dari
serpih, batu gamping dan batupasir serta setempat batubara, batuan ini telah
mengalami perlipatan kuat. Kisaran umur dari fosil-fosil yang dijumpai pada
umumnya berumur Eosen Tengah sampai Miosen Tengah (Diatmico, 2014).

II.2 Pengertian Metode Geomagnetik

Metode Geomagnet merupakan salah satu metode geofisika yang paling tua
digunakan oleh manusia dalam menemukan jenis-jenis yang tersembunyi di
bawah permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan
(kerentanan magnet) sehingga efektifitas metode ini bergantung kepada kontras
magnetik di bawah permukaan. Kemampuan suatu batuan untuk dapat
termagnetisasi sangat dipengaruhi oleh faktor susceptibilitas batuan. Objek
pengamatan dari metode ini adalah benda yang bersifat magnetik, dapat berupa
gejala struktur bawah permukaan ataupun batuan tertentu. Metode ini dapat
dipakai sebagai preliminary survey untuk menentukan bentuk geometri dari
bentuk basement, intrusi dan patahan.
Bumi dipandang sebagai dipole (kutub utara dan selatan magnetik) yang
mempunyai medan magnet tidak konstan, artinya besar medan magnet tersebut
berubah terhadap waktu. Hal ini terjadi karena adanya pembalikan kutub magnetik
bumi. Pada waktu tertentu kutub positif berubah menjadi kutub negatif. Pada saat
perubahan kutub-kutub tersebut dalam selang waktu tertentu harus melalui kondisi
netral. Pada metode Geomagnet hasil yang ditunjukkan berupa anomali sisa
berupa variasi besaran yang mengandung fraksi mineral magnetik pada batuan
dekat permukaan (Altin ,2012).
Di daerah panas bumi, larutan hidrotermal dapat menimbulkan perubahan sifat
kemagnetan batuan, dengan kata lain kemagnetan batuan akan menjadi turun atau
hilang akibat panas yang ditimbulkan. Karena panas terlibat dalam alterasi
hidrotermal, maka tujuan dari survei magnetik pada daerah panas bumi adalah
untuk melokalisir daerah anomali magnetik rendah yang diduga berkaitan erat
dengan manifestasi panas bumi (Iriyanti, 2011).

II.3 Konsep Dasar Metode Magnetik


II.3.1 Gaya Magnetik

Dasar dari metode magnetik adalah gaya Coulomb yang dapat dirumuskan sebagai
berikut (Telford, 1979) :
𝑚1 𝑚2
𝐹⃗ = 𝑟⃗
𝜇0 𝑟 2

(2.1)
Dimana :

𝐹⃗ = Gaya Coulumb (Newton)

m1 dan m2 = Kuat kutub magnet (ampere meter)

𝑟⃗ = Jarak kedua kutub (meter)

μo = Permeabilitas medium (dalam udara / ruang


hampa harganya 4).

II.3.2 Kuat Medan Magnet

Kuat medan magnet ialah besarnya medan magnet pada suatu titik dalam ruang
yang timbul sebagai akibat kutub m yang berada sejauh r dari titik tersebut. Kuat
medan H didefinisikan sebagai gaya pada satu satuan kutub (Telford, 1979) :

F m
H  2 r1
m' r
(2.2)

Satuan untuk kuat medan magnet H adalah Oersted (1 Oersted = 1 dyne / unit
kutub) (cgts) atau A/m (SI).

II.3.3 Momen Magnetik


Di sekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnet. Jika kawat tersebut dibuat
melingkar (loop) dengan luasan sebesar dA, maka arus I dalam luasan yang
ditutup loop arus tersebut akan menghasilkan momen magnet sebesar:
dµ = IdA
(2.3)
Gambar 2.1 Momen Magnet yang Muncul Akibat Loop Arus pada Suatu Luasan
(Blundell, 2009: 2)
Arah momen magnet adalah tegak lurus terhadap luasan (dA), hal ini sesuai
dengan kaidah tangan kanan. Jika terdapat banyak loop arus, loop yang berdekatan
akan saling meniadakan sehingga yang teramati hanya loop paling luar. Oleh
karenanya persamaan untuk jumlahan loop diperoleh :

µ = ∫ dµ = I ∫ dA
(2.4)

Momen magnet merupakan besaran paling fundamental dalam kemagnetan.


Magnet dipol berperilaku hampir sama dengan dipol listrik (2 muatan positif dan
negatif terpisah oleh jarak yang kecil). Arus terjadi karena ada pergerakan satu
atau lebih muatan. Setiap muatan memiliki massa, muatan tersebut juga bergerak
mengorbit inti. Gerak melingkar tersebut memuncul momentum sudut. Terdapat
hubungan antara momen magnet dengan momentum sudut. Dalam atom, momen
magnet ⃗µ berbanding langsung dengan momentum sudut⃗L dari elektron, secara
matematis dinyatakan sebagai:

µ = γ⃗L
(2.5)

Nilai γ dapat diperoleh dengan memperhatikan besaran-besaran yang muncul


ketika suatu elektron mengorbit intinya. Misalkan elektron dari atom hidrogen,
dengan muatan −e dan massa me, mengorbit inti atom. Arus yang muncul sebesar
I = −e/τ, dengan τ merupakan periode elektron mengorbit inti. Periode dapat
diperoleh dari τ = 2πr/v. Berdasarkan model atom Bohr besar momen angular
elektron harus sama dengan ¯h pada kondisi dasar (ground state sehingga n = 1).
Momen magnet elektron dinyatakan:
𝑒ℎ
𝜇 = πr2 I = − 2𝑚 ≡ −𝜇 B
𝑒

(2.6)

dengan 𝜇 B merupakan magneton Bohr yang didefinisikan sebagai:

𝑒ℎ
𝜇B = 2𝑚𝑒

(2.7)

dari hasil tersebut dapat terlihat hubungan antara magneton Bohr (momen magnet)
dengan momentum sudut ( ¯h), dengan e/2me sebagai konstanta atau rasio
gyromagnetik 𝛾. Dari Persamaan (2.6) terdapat tanda (-) hal ini akibat muatan e,
dapat diartikan bahwa momen magnet berlawanan arah dengan momentum sudut,
ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2.2 Momen Magnet Berlawanan Arah dengan Momentum Sudut (Becker,
2009)

Dalam suatu bahan magnet, terdapat banyak momen magnet yang arahnya belum
tentu seragam. Momen magnet total per satuan volume ruang disebut sebagai
⃗⃗⃗ ). Secara matematis ditulis sebagai: [2]
magnetisasi (𝑀

⃗⃗
⃗⃗⃗ =
𝑀 𝑉

(2.8)

II.4 Prinsip Kemagnetan

Pada sebuah magnet sebenarnya merupakan kumpulan jutaan magnet ukuran


mikroskopik yang teratur satu dan lainnya. Kutub utara dan kutub selatan
magnet posisinya teratur. Secara keseluruhan kekuatan magnetnya menjadi
besar. Logam besi bisa menjadi magnet secara permanen (tetap) atau bersifat
megnet sementara dengan cara induksi elektromagnetik. Tetapi ada beberapa
logam yang tidak bisa menjadi magnet, misalnya tembaga dan aluminium, dan
logam tersebut dinamakan diamagnetik.

Bumi merupakan magnet alam raksasa, dapat dibuktikan dengan alat yang
dinamakan kompas, dimana jarum penunjuk pada kompas akan menunjukkan
arah utara dan selatan bumi kita. Karena sekeliling bumi sebenarnya dilingkupi
garis gaya magnet yang tidak tampak oleh mata kita tapi bisa diamati dengan
kompas keberadaannya.Penyebab bumi bersifat magnetik karena faktor
perputaran inti bumi yang bersifat cair. Inti cair bumi terdiri dari lelehan besi
dan nikel yang bertemperatur 5000oC. Lelehan besi dan nikel ini mengandung
sejumlah muatan listrik yang berputar mengelilingi sumbunya sehingga
menimbulkan medan magnet yang arahnya sesuai dengan aturan tangan kanan.
Hal tersebutlah yang membuat bumi menjadi sebuah magnet raksasa dengan
kutub selatan magnet berada di utara dan kutub utara berada di selatan, seperti
yang terlihat pada Gambar dibawah ini (Isaak, 1989):

Gambar 2.1 Garis-Garis Gaya Magnetik

II. 5 Medan Magnetik Bumi

Bumi berlaku seperti sebuah magnet sferis yang sangat besar dengan suatu medan
magnet yang mengelilinginya. Medan itu dihasilkan oleh suatu dipole magnet
yang yang terletak pada pusat bumi. Sumbu dipole ini bergeser sekitar 11° dari
sumbu rotasi bumi, yang berarti kutub utara geografis bumi tidak terletak pada
tempat yang sama dengan kutub selatan magnetik bumi Medan magnet bumi
terkarakterisasi oleh parameter fisis yang dapat diukur yaitu arah dan intensitas
kemagnetanya. Parameter fisis itu adalah deklinasi magnetik magnetik, intensitas
horizontal H dan intensitas vertikal Z. dari elemen ini semua medan magnet lainya
dapat dihitung. Parameter yang menggambarkan arah medan magnetik adalah
deklinasi D (sudut antara utara magnetik dan utara geografis) dan inklinasi I
(sudut antara bidang horizontal dan vektor medan total), yang diukur dalam
derajat. Intensitas medan magnet total F digambarkan dengan komponen
horizontal H, komponen vertical Z dan komonen horizontal ke arah utara X dan ke
arah timur Y.

Gambar 2.2 Diagram yang menunjukkan notasi magnet sebagai vektor medan

magnet bumi (Telford, 1976)

Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal
yang dihitung dari utara menuju timur. Inklinasi (I), yaitu sudut antara medan
magnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal
menuju bidang vertikal ke bawah. Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari
medan magnetik total pada bidang tersebut. Medan magnetik total (F), yaitu besar
dari vektor medan magnetik total. Medan magnet tegak (vertical magnetik field)
(Z). Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama bumi, dibuat standar nilai.
Medan magnet utama berubah terhadap waktu sehingga untuk menyeragamkan
nilai-nilai medan utama dibuat standard nilai yang disebut dengan international
Geomagnetics reference Field (IGRF) yang diperbaharui tiap lima tahun sekali.
Nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan
sekitar satu juta Km yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi
terdiri dari 3 bagian, yaitu (Altin ,2012) :

II.5.1 Medan Utama

Pengaruh medan utama magnet bumi ± 99 % dan variasinya terhadap waktu


sangat lambat dan kecil.

II.5.2 Medan luar

Pengaruh medan luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil
dari ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dan matahari,
karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir
dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap
waktu jauh lebih cepat. Beberapa sumber medan luar:

1. Perubahan konduktifitas listrik lapisan di atmosfer dengan siklus 11


tahun.
2. Variasi harian dengan periode 24 jam yang berubungan dengan pasang
surut matahari yang mempunyai jangkau 30 nT.
3. Variasi harian dengan periode 25 jam yang berhubungan dengan pasang
surut bulan yang mempunyai jangkau nT.
4. Badai magnet yang bersifat acak dan mempunyai jangkau sampai
dengan 1000 nT.

II.5.3 Medan Magnet Anomali

Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field).
Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet
seperti magnetite (), titanomagnetite () dan lain-lain yang berada di kerak bumi.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran
adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik).
Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik
remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai
peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan
magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga
sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil
gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen
sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar.
Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan
diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet
utama bumi (Telford, 1976).

II.6 Variasi Medan Magnet Bumi


Intensitas medan magnetik yang terukur di atas permukaan bumi senantiasa
mengalami perubahan terhadap waktu. Perubahan medan magnetik ini dapat
terjadi dalam waktu yang relatif singkat ataupun lama. Berdasarkan faktor-faktor
penyebabnya perubahan medan magnetik bumi dapat terjadi antara lain (Telford,
1979) :

1. Variasi Harian
Variasi harian adalah variasi medan magnetik bumi yang sebagian besar
bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal dari perputaran
arus listrik di dalam lapisan ionosfer yang bersumber dari partikel-partikel
terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan fluktasi arus yang
dapat menjadi sumber medan magnet. Jangkauan variasi ini hingga mencapai
30 gamma dengan periode 24 jam. Selain itu juga terdapat variasi yang
amplitudonya berkisar 2 gamma dengan periode jam. yang Variasi ini
diasosiasikan dengan interaksi ionosfer bulan yang dikenal dengan variasi
harian bulan.
2. Badai Magnetik
Badai magnetik adalah gangguan yang bersifat sementara dalam medan
magnetik bumi dengan magnetik sekitar 1000 gamma. Faktor penyebabnya
diasosiasikan dengan aurora. Meskipun periodenya acak tetapi kejadian ini
sering muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu periode yang
berhubungan dengan aktivitas sunspot. Badai magnetik secara langsung dapat
mengacaukan hasil pengamatan .

II.6. Jenis - Jenis Magnet Pada Batuan


Sifat magnetisasi batuan atau suseptibilitas pada batuan beranekaragam,
tergantung pada pembentukan batuan itu sendiri diantaranya (Telford, 1979) :
a. Diamagnetik
Merupakan jenis magnet dimana jumlah elektron dalam atomnya berjumlah
genap dan semuanya sudah saling berpasangan sehingga efek magnetisasinya
paling kuat dalam medan polarisasi. Pada diamagnetik ini nilai dari k akan
negatif, hal ini menunjukan bahwa intensitas induksinya akan berlawanan arah
dengan gaya magnetnya atau medan polarisasi.

Gambar 2.3 Posisi Momen Magnet Diamagnetik (Telford, 1979).

b. Paramagnetik
Pada paramagnetik ini medan magnetiknya hanya akan ada jika dimagnetisasi
oleh medan magnet dari luar saja, sehingga jika pengaruh medan magnet dari
luarnya dihilangkan, maka pengaruh medannya menghilang juga. Karena
pengaruh termal, maka gerakan elektronnya menjadi random kembali dan nilai
k positif dan berbanding terbalik dengan temperatur absolut (hk. Curie –
wiess). Jumlah elektron paramagnetik adalah ganjil, momen magnet pada
paramagnetik ini searah dengan medan polarisasi dan induksi magnetiknya
bernilai kecil karena hanya sebagian kecil spin teralenisasi .

Gambar 2.4 Posisi Momen Magnet Paramagnetik (Telford, 1979).

c. Ferromagnetik
Pada jenis magnet ini sebagian besar elektron tidak memiliki pasangan,
sehingga sangat mudah ter induksi medan magnet dari luar serta memiliki sifat
suseptibilitas magnetik yang besar. Pada Ferromagnetik ini apabila ada
pengaruh medan magnet dari luar, pengaruh ini juga dipengaruhi kuat medan
magnet dari luar serta lingkungan sekitarnya spin magnetiknya hasil
penyearahan cenderung mengikuti arah medan magnet pengaruh dari luar, dan
arah spin magnet cenderung tidak akan berubah ke keadaan awal .

Gambar 2.5 Arah Spin Magnet Hasil Penyearahan Pengaruh Medan Luar
(Telford, 1979).

d. Antiferromagnetik
Merupakan jenis material yang tidak umum seperti superkonduktor, pada
jenis ini hampir mirip dengan ferromagnetik hanya saja spin magnetiknya
bernilai lebih kecil atau sama, arah spin magnetiknya berlawanan dan
tidak memiliki gaya magnet.
e. Ferromagnetik
Pada bahan ferrimagnetik domain-domain tadi juga saling antiparalel tetapi
jumlah dipole pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih
mempunyai resultan magnetisasi cukup besar. Suseptibilitasnya tinggi
(Tabel 3) dan tergantung temperatur. Contoh: magnetit (Fe3O4), ilmenit
(FeTiO3), pirhotit (FeS), hematit (Fe2O3), ferrite (NiOFe2O3), yttrium
(Y3Fe5O12). Berdasarkan

proses terjadinya maka ada dua macam magnet:

a) Magnet induksi bergantung pada suseptibilitasnya menyebabkan


anomali pada medan magnet bumi.
b) Magnet permanen bergantung pada sejarah pembentukan batuan tadi
Tabel 2.1 Suseptibilitas batuan dan mineral (Telford,1990)

II.7 Kontinuasi ke Atas


Kontinuasi ke atas (Upward continuation) merupakan cara untuk menghilangkan
anomali lokal. Penentuan ketinggian kontinuasi dilakukan dengan cara trial and
errors dengan melihat kecenderungan pola kontur hasil kontinuasi. Prinsip dari
kontinuasi ke atas adalah bahwa suatu medan potensial dapat dihitung pada setiap
titik di dalam suatu daerah berdasarkan sifat medan pada permukaan yang
melingkupi daerah tersebut. Kontinuasi ke atas dilakukan dengan mentransformasi
medan potensial yang diukur di permukaan tertentu ke medan potensial pada
permukaan lainnya yang lebih jauh dari sumber. Konsep dasar kontinuasi ke atas
berasal dari identitas ketiga teorema Green. Teorema ini menjelaskan bahwa
apabila suatu fungsi U adalah harmonik, kontinyu dan mempunyai turunan yang
kontinyu di sepanjang daerah R maka nilai U pada suatu titik P di dalam daerah R
(Blakely, 1995).

II.8 Reduksi ke Kutub (Reduction To The Pole)

Kontinuasi ke atas (Upward continuation) merupakan cara untuk menghilangkan


anomali lokal. Penentuan ketinggian kontinuasi dilakukan dengan cara trial and
errors dengan melihat kecenderungan pola kontur hasil kontinuasi. Prinsip dari
kontinuasi ke atas adalah bahwa suatu medan potensial dapat dihitung pada setiap
titik di dalam suatu daerah berdasarkan sifat medan pada permukaan yang
melingkupi daerah tersebut. Kontinuasi ke atas dilakukan dengan mentransformasi
medan potensial yang diukur di permukaan tertentu ke medan potensial pada
permukaan lainnya yang lebih jauh dari sumber. Konsep dasar kontinuasi ke atas
berasal dari identitas ketiga teorema Green. Teorema ini menjelaskan bahwa
apabila suatu fungsi U adalah harmonik, kontinyu dan mempunyai turunan yang
kontinyu di sepanjang daerah R maka nilai U pada suatu titik P di dalam daerah R
dengan S menunjukkan permukaan daerah R, n menunjukkan arah normal ke luar
dan r kecil adalah jarak dari titik P ke suatu titik pada permukaan S (Blakely,
1995).

Reduksi ke kutub dilakukan pada data anomali magnet total. Reduksi ke kutub ini
dilakukandengan tujuan membuat respon anomali terlihat monopole, sehingga
memudahkan penentuan lokasi benda anomaly .Metode reduksi ke kutub
magneik bumi dapat mengurangi salah satu tahap yang rumit dari proses
interpretasi, dimana anomali medan magnetik menunjukkan langsung posisi
bendanya sebagaimana dapat dilihat pada gambar 11.3. Reduksi ini dilakukan
dengan cara mengubahsudut inklinasi dan deklinasi menjadi 90 derajat dan 0
derajat (Blakely, 1995).

Gambar 2.6. Anomali magnetik dan anomali hasil reduksi ke kutub (Blakely,
1995).

Baranov dan Naudy (1964) telah mengembangkan metode transformasi ke kutub


untuk menyederhanakan interpretasi data medan magnetik pada daerah-daerah
berlintang rendah dan menengah. Metode reduksi ke kutub magneik bumi dapat
mengurangi salah satu tahap yang rumit dari proses interpretasi, dimana anomali
medan magnetik menunjukkan langsung posisi bendanya. Formulasi reduksi ke
kutub dimulai dari tinjauan hubungan antara medan potensial dengan distribusi
sumber penyebab anomali. Anomali total medan magnet adalah (Blakely, 1995)

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1. ALAT DAN BAHAN


III.1.1 ALAT

Adapun alat yang digunakan adalah:

1. Proton Precission Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur


nilai kuat medan magnetik total.
2. Stopwatch
3. Laptop
4. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan
magnet bumi.
5. Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur
posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan
waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan
bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit menjangkau
daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit, lembah
dan jurang.
6. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
7. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik
pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi

III.1.2 BAHAN
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong. F. 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Perpustakaan Sains dan Kebumian


Institut Teknologi Bandung: Bandung

Barkley. 1995. Praktik Metode Gravitasi dan Magnetik.

[2]
http://eprints.uny.ac.id/9399/3/BAB%202%20-%2008306141032.pdf diakses pada
4 Februari 2019 pukul 2.59 WITA.

Iriyanti, Mimin. Geomagnetik [online]. Tersedia :


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/197712082001122-
MIMIN_IRYANTI/GEOMAGNETIK_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf [2
Februari 2019]
Mariita N.O., “The Magnetic Method”. Short Note, Presented at Short Course II on
Surface Exploration for Geothermal Resources, Organized by
UNU-GTP and KenGen, at Lake Naivasha, Kenya. 2-17 November
2007z

Massinai, Muhammad Altin.Efendi, Rustam.2013.Inventarisasi Potensi Mineral


Panas bumi dan Batubara di kabupaten Donggala,Laporan
Penelitian Pemda Kabupaten Donggala.

Massinai,Muhammad Altin,2012.The Role of Morphotectonics in Controllingthe


Geomorphology of Lengkese-Jenelata Wathershed ,South
Sulawesi.Indonesia.

Telford, Geldart dan Sheriff, 1979. Applied Geophysics Second Edition. United States
Of America : Cambridge University Press.

Telford. W. M. 1976. Aplied Geophysics.Canbridge University Press, London

Anda mungkin juga menyukai