BAB IV Hasil Dan Pembahasan - I11isn
BAB IV Hasil Dan Pembahasan - I11isn
dalam air, maka air dalam bahan pangan untuk mengikat senyawa flavor
semakin kecil. Oleh karena itu, terjadinya perubahan sifat kimia, seperti kadar air
dan total gula terlarut dapat memicu perubahan pada tingkat aroma minuman.
Faktor pengemasan sangat mempengaruhi kondisi bahan yang ada
didalamnya. Jenis kemasan yang kedap udara dapat mencegah penguapan
flavor dalam bahan. Selain itu, saat proses produksi perlu dipastikan
pengemasan dilakukan dengan baik agar tidak mengalami kebocoran pada
kemasan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa waktu dan suhu penyimpanan
tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap penilaian kesukaan aroma maupun
tingkat aroma minuman.
Rasa
Rasa merupakan penilaian sensori sebagai respon dari stimulasi lidah
yang merasakan. Molekul mono atau disakarida, selain mempengaruhi flavor,
juga secara alami memberikan rasa manis pada bahan pangan. Bahan baku
FOS memilki tingkat kemanisan hanya 35% dari gula sukrosa. Oleh karena itu,
ditambahkan pemanis buatan berupa sukralosa yang memiliki kemanisan tinggi
(setara dengan 600 gram sukrosa).
Tingkat kemanisan sangat berhubungan dengan sifat kimia produk yaitu
total gula terlarut. Semakin turun jumlah gula pada bahan pangan, maka
kemungkinan semakin turunnya tingkat kemanisan minuman pun dapat terjadi.
Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa minuman FOS berkisar antara agak
suka sampai suka (5,6 – 6,5), sedangkan tingkat kemanisan minuman adalah
manis (6,5 - 6,8). Penilaian kesukaan panelis terhadap rasa minuman meningkat
hingga minggu ke-4, kemudian semakin turun pada minggu ke-6 dan 8.
27
Kekentalan
Tekstur kental yang dihasilkan berasal dari bahan pengental pada
minuman. Bahan pengental (stabilizer) yang digunakan adalah xanthan gum.
Jumlah xanthan gum yang ditambahkan pada formula minuman ini sebesar
0,005% atau 0,01 gram. Penilaian hedonik kekentalan minuman FOS yaitu agak
suka (5,7-6,1), sedangkan nillai rata-rata tingkat kekentalan berkisar antara 4,7
sampai 5,2 yaitu biasa (tidak kental tidak dan kental juga tidak). Nilai kesukaan
paling tinggi terjadi pada minggu ke-2, sebesar 6,1 (agak suka) dengan nilai
tingkat kekentalan pada skala 5 (biasa). Hal tersebut menunjukkan panelis lebih
suka dengan tekstur yang kental tidak, encer pun tidak. Penilaian tingkat
kekentalan minuman cenderung mengalami peningkatan hingga minggu ke-4,
kemudian menurun pada minggu selanjutnya.
Tabel 7 Nilai rata-rata penilaian kekentalan produk selama penyimpanan
Perlakuan Minggu ke-
Parameter
Suhu 0 2 4 6 8
abc c ab bc abc
Tk 5,7 6,1 5,3 5,9 5,7
Hedonik abc bc a bc c
Tr 5,7 6,0 5,2 6,0 6,2
Mutu Tk 4,7 5,0 5,3 4,8 4,7
Hedonik Tr 4,7 5,1 5,2 4,8 4,7
keterangan: perbedaan huruf menyatakan nilai berbeda nyata
Keseluruhan
Nilai rata-rata penilaian tingkat kesukaan panelis terhadap keseluruhan
minuman FOS berkisar antara 5,8 sampai 6,2 (agak suka). Hal tersebut terlihat
pada penilaian hedonik warna, aroma, rasa, dan kekentalan yang juga berkisar
antara agak suka hingga suka. Oleh karena itu, mutu organoleptik produk
minuman FOS masih dapat diterima selama 8 minggu penyimpanan, karena
berada pada skala suka.
Tabel 8 Nilai rata-rata penilaian keseluruhan produk selama penyimpanan
Minggu ke-
Perlakuan Suhu
0 2 4 6 8
Tk 6,1 6,1 5,9 6,3 6,0
Tr 6,1 6,2 5,7 6,1 5,9
Kadar air tertinggi terjadi pada penyimpanan minggu ke-6 dengan suhu
rendah (4,41%bk), kemudian terjadi penurunan pada minggu ke-8. Kadar air
produk yang disimpan pada suhu rendah lebih tinggi dibandingkan yang
disimpan pada suhu kamar. Hal tersebut terjadi karena kemasan yang digunakan
tidak vakum (masih terdapat udara dalam kemasan). Udara yang jenuh dalam
kemasan kemudian mengalami kondensasi (berubah menjadi uap air) dan
menempel pada kemasan. Uap air yang jenuh tersebut kemudian jatuh kedalam
bahan, dan mengakibatkan perubahan kadar air. Namun, terdapat perbedaan
pencapaian kadar air tertinggi antara penyimpanan suhu kamar dan es, dimana
produk lebih cepat mengalami kadar air tertinggi pada penyimpanan suhu kamar.
31
Total Gula
Menurut Apriyanto et al (1989), total gula merupakan jumlah dari
keseluruhan gula sederhana, oligosakarida, polisakarida, dan turunannya.
Mengingat karakteristik minuman yang berbahan dasar hampir seluruhnya
adalah gula (fruktooligosakarida), sehingga perlu diuji total gula yang terlarut
selama penyimpanan 8 minggu. Kadar total gula minuman FOS selama
peyimpanan berkisar antara 88,84 % hingga 92,32%. Total gula tertinggi terjadi
pada minggu ke-0, yaitu 92,32%, kemudian semakin menurun pada minggu
berikutnya.
33
meningkat seiring dengan penurunan nilai pH. Grafik kadar air dapat dilihat pada
gambar 11.
Tabel 12 Rata-rata nilai pH selama penyimpanan
Penyimpanan Perlakuan suhu
minggu ke- Tk Tr
c c
0 6,57 6,57
c c
2 6,51 6,51
b a
4 6,36 6,23
a a
6 6,18 6,15
a a
8 6,16 6,23
keterangan: perbedaan huruf menyatakan nilai berbeda nyata
minuman FOS masih jauh dibawah batas aman konsumsi minuman serbuk
menurut standar SNI, yaitu sebesar 3 x 103 koloni/g. Hal ini disebabkan oleh
karakteristik minuman yang berbasis kering (serbuk) dan kandungan air produk
yang relatif rendah, sehingga mikroorganisme sulit tumbuh dengan baik. Pada
minggu ke-0 hingga ke-2 tidak ada mikroba yang tumbuh (jumlah mikroba 0
koloni/g), namun mulai minggu ke-4 hingga minggu ke-8 mulai terdapat mikroba.
Total mikroba tertinggi terjadi pada minggu ke-8 penyimpanan suhu rendah (Tr),
yaitu sebesar 65 koloni/g.
Tabel 13 Rata-rata Total Plate Count selama penyimpanan
Penyimpanan Perlakuan suhu
minggu ke- Tk Tr
a a
0 0 0
a a
2 0 0
a a
4 7,50 7,50
a b
6 2,50 32,50
ab c
8 17,50 65,00
keterangan: perbedaan huruf menyatakan nilai berbeda nyata
semakin meningkat. Jumlah mikroba minggu ke-8 berbeda nyata dengan minggu
ke-0, 2, 4, dan 6. Selain itu, total mikroba minggu ke-6 berbeda nyata dengan
minggu ke-0 dan 2. Perlakuan suhu penyimpanan berpengaruh nyata (p<0,05)
terhadap total mikroba produk. Interaksi antara waktu dan suhu penyimpanan
berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap total mikroba produk.
Tingkat Toksisitas
Beberapa zat dapat menjadi toksik (racun) secara alami terkandung
dalam makanan, atau mengkontaminasi melalui mikroorganisme. Kontaminasi
atau cemaran dapat terjadi selama persiapan atau proses produksi dari makanan
itu sendiri. Keberadaan zat toksik pada produk minuman serbuk FOS ini diduga
karena adanya cemaran dan pertumbuhan mikroorganisme. Uji toksisitas
dilakukan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menggunakan
larva udang (Artemia Salina Leach) sebagai indikator toksik. Larva udang
beserta sampel produk dimasukkan ke dalam vial dan didiamkan selama 24 jam,
dapat dilihat pada gambar 16.
Umur Simpan
Kadar Air Kritis
Bedasarkan persamaan Labuza (1982) tantang umur simpan, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi umur simpan produk. Faktor yang harus
diketahui antara lain kadar air awal (Mi), kadar air kritis (Mc), dan kadar air
kesetimbangan (Me). Kadar air awal minuman serbuk FOS sebesar 4,5% bk.
Kadar air kritis ditentukan dengan uji hedonik terhadap mutu fisik minuman
serbuk FOS. Menurut Syarief et al (1989), Kriteria mutu fisik produk bumbu-
bumbuan (produk serbuk) pada kadar air kritis adalah tidak lengket, berbentuk
bubuk, dan tidak berjamur. Penggumpalan (caking) pada produk serbuk juga
merupakan salah satu tanda terjadinya penurunan mutu pada produk (Bell et al,
2000).
Kriteria mutu fisik yang digunakan pada penelitian ini adalah tingkat
kelengketan dan penggumpalan serbuk. Panelis yang digunakan dalam uji
organoleptik air kritis ini adalah panelis terbatas, yang sebelumnya telah
diberikan penjelasan tentang kriteria mutu fisik serbuk. Apabila serbuk sudah
tidak dapat diterima lagi secara hedonik oleh panelis, maka serbuk minuman
FOS telah mencapai titik kritisnya. Panelis yang digunakan sebanyak 8 orang
mahasiswa. Hasil penilaian rata-rata panelis diuji secara statistik. Sampel
dikatakan sudah tidak dapat diterima apabila panelis menyatakan tidak suka
(skala 2) dan hasil uji beda menunjukan beda yang nyata (p<0,05).
39
Pada peneitian ini, sampel serbuk minuman FOS yang paling cepat
mencapai kesetimbangan adalah yang disimpan pada larutan garam jenuh
NaOH. Hal ini menunjukkan bahwa aw produk mendekati nilai RH ruangan. Aw
awal produk terukur sebesar 0,04, sedangkan aw lingkungan pada larutan garam
jenuh NaOH sebesar 0,069. Waktu yang paling lama untuk mencapai air
kesetimbangan terjadi pada larutan garam jenuh K2SO4 dengan aw sebesar 0,97.
Kadar air kesetimbangan tercapai setelah 7-14 hari tergantung pada jenis garam
dan tingkat kejenuhannya.
Produk yang disimpan mengalami pertambahan berat (adsorpsi) karena
RH tempat penyimpanan lebih besar daripada nilai aw produk, sehingga terjadi
difusi air dari lingkungan sekitar ke dalam sampel. Namun, beberapa jenis garam
pada waktu tertentu mengalami penurunan berat. Hal tersebut dikarenakan sifat
bahan minuman serbuk FOS yang higroskopis (sensitif terhadap pertukaran
dengan air). Penambahan dan penurunan berat sampel menunjukkan fenomena
karakteristik hidratasi (Syarief dan Halid 1993).
Kurva Sorpsi Isothermis
Nilai air kesetimbangan jika diplotkan dengan nilai aw atau RH tempat
penyimpanan dapat membentuk suatu kurva yang disebut sebagai kurva sorpsi
isothermis.
Tabel 17 Data kadar air kesetimbangan serbuk minuman FOS
Ketepatan Model
Untuk menentukan model persamaan yang paling tepat menggambarkan
fenomena sorpsi isothermis dilakukan uni ketepatan model. Hasil dari uji ini
adalah nilai MRD (Mean Relatif Determination) untuk masing-masing model. Jika
nilai MRD kurang dari 5 (MRD<5) maka kurva yang dihasilkan model tersebut
dapat menggambarkan fenomena sorpsi isothermis dengan tepat. Hasil
perhitungan nilai MRD disajikan dalam tabel berikut
Tabel 20 Nilai MRD model persamaan sorpsi isothermis
Model Nilai MRD
Hasley 6,22
Chen-clayton 101,14
Henderson 28,13
Caurie 24,10
Oswin 28,13
Hasil perhitungan menunjukkan tidak ada model persamaan yang
memiliki nilai MRD kurang dari 5, sehingga dipilih model persamaan dengan nilai
5<MRD<10. Model persamaan yang digunakan adalah model Hasley dengan
nilai MRD sebesar 6,22. Model tersebut dianggap agak tepat menggambarkan
fenomena sorpsi isothermis pada minuman serbuk FOS.
Hal tersebut terlihat pada gambar pada kurva model Hasley yang memilki
tingkat kelinieran garis yang lebih tinggi dibandingkan dengan model lainnya.
Namun, persamaan model Hasley tidak secara langsung juga dapat
menggambarkan fenomena sorpsi isothermis pada produk minuman serbuk
lainya. Tidak ada satupun persamaan sorpsi isothermis yang dapat digunakan
secara umum dan dapat diaplikasikan pada kisaran aw tertentu untuk kategori
makanan tertentu.
Nilai Kemiringan Kurva (Slope)
Nilai kemiringan kurva sorpsi isothermis (b) ditentukan pada daerah linier
dalam kurva. Menurut Labuza (1982), daerah linier untuk menentukan slope
kurva sorpsi isothermis diambil antara daerah kadar air awal dan kadar air kritis
produk (0,04-0,44). Oleh karena itu, nilai kemiringan kurva sorpsi isothermis
dalam penelitian ini ditentukan dengan membuat garis lurus dari aw 0,07-0,93.
43