Pemakalah:
Wildatul Muyasiroh 11180120000041
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
2. TUJUAN ................................................................................................................... 1
A. SIMPULAN ............................................................................................................ 16
B. SARAN ................................................................................................................... 17
Sebagaimana yang disebutkan lebih awal bahwa salah satu faktor penunjang
ketercapaian tujuan pendidikan Islam adalah faktor nilai yang dijadikan sebagai pandangan
hidup masyarakat. Pandangan hidup tersebut dalam perspektif pendidikan Islam bersifat
transenden , universal dan internal yang bersumber pada Alquran dan hadits Rasulullah SAW
(Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 28).
Namun demikian, mengingat banyaknya nilai-nilai yang termuat dalam kedua sumber
ajaran tersebut , maka Achmad mengangkat beberapa diantaranya yang dianggap sangat
fundamental, asasi dan dapat merangkum berbagai nilai yang lain yaitu nilai
tauhid, kemanusian dan kesatuan manusia sebagai ummah li al’alamin sebagai asas atau dasar
pertimbangan dalam Pendidikan Islam (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 28).
Dalam hal ini, Hasan Langgulung juga mengemukakan beberapa asas yang menjadi
tempat tegaknya pendidikan Islam dalam intraksi, materi, inovasi, serta tujuannya yaitu asas
historis asas sosial, asas ekonomi, asas politik dan administrasi, asas psikologi dan terakhir
adalah asas filsafat atau filosofis (Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, 2008: 7).
Muhammad Munir Mursy mengemukakan beberapa aspek yang menjadi asas
pendidikan islam yaitu :
1. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat menyeluruh. Maksudnya bahwa
pendidikan Islam tidak ditujukan pada satu aspek dari manusia, melainkan mencakup
keseluruhan tabiat manusia, termmasuk pendidikan jasmaninya jiwa dan akalnya. Sebagaimana
yang tercermin dalam sebuah ungkapan bahwa pada tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat
pula. Juga ungkapan lain bahwa didalam tubuh manusia, terdapat segumpal daging, jika itu baik,
maka baiklah seluruh tubuh manusia, namun jika itu rusak maka rusaklah seluruh tubuh, yaitu al-
qalab (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 29)
2. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang didasarkan pada kaidah-kaidah keberimbangan,
Maksudnya bahwa pendidikan Islam tidak mesti terlalu cenderung ke sufistik, juga tidak
bertujuan untuk kebendaan semata (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 30).
Pendidikan Islam bukan hanya untuk dunia saja atau akhirat saja, melainkan kedua-duanya
harus berjalan secara seimbang tanpa mementingkan salah satu aspek yang ada. Pandangan ini
sejalan dengan firman Allah SWT dalam Q.S Al-Qhashas ayat 77 yang berbunyi:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan”.
3. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang sangat mementingkan usaha atau kerja. Artinya
bahwa pendidikan tiudak hanya sekedar terbatas pada ucapan atau perkataan semata, melainkan
harus memebutuhkan latihan-latihan dan kreativitas (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002:
30).
4. Pendidikan Islam adalah Pendidikan yang memadukan antara individu dan masyarakat.
Maksudnya bahwa antara individu dan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Setiap individu
diharapkan menjadi sumber kebaikan bagi masyarakatnya dan pada saat yang bersamaan juga
din tamanamkan pendidikan sosial kemasyarakatan pada setiap pribadi, misalnya tentang nilai-
nilai persaudaraan, persamaan dan kebersamaan, persatuan serta keadilan (Khaeruddin, Ilmu
Pendidikan Islam 2002: 31).
5. Pendidikan Islam adalah Pendidikan yang mengarahkan dan menumbuhkembangkan seluruh
potensi bagi manusia.
6. Pendidikan islam adalah pendidikan untuk potensi (fitrah) manusia. Hal ini dimungkinkan
karena agama Islam adalah fitrah sehingga perintah dan larangannya dalam agama berjalan
bersama-sama sesuai dengan fitrah itu sendidri. Hal ini juga sebangun dengan sprit Islam yang
didasarkan atas prinsip-prinsip keadilan dan keberimbangan (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan
Islam2002: 31).
7. Pendidikan Islam adalah Pendidikan yang mengarahkan kepada kebaikan , maksudnya bahwa
pendidikan Islam mampu mengarahkan dan menjaga manusia dari kemuliaan penciptanya, sifat,
sikap dan akhlaknya kepada sesama manusia dan semua hal yang dapat memebawa manusia
kepada kebahagiaan dan kesejahteraannya (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam2002: 32).
8. Pendidikan Islam adalah Pendidikan yang berkesinambungan , Maksudnya bahwa pendidikan
Idslam tidak pernah terhenti pada tataran zaman tertentu atau pada level tertentu. Pendidikan
Islam tidak terbatas pada suatu tempat . Penddidkan Islam berlangsung mulai dari
ayunan sampai keliang kubur , dan dalam hal ini semua manusia menjadi pendidik (pendidik
bagi dirinya dan orang lain) sesuai dengan kapasitas ilmu yanng dimilikinya (Khaeruddin, 2002:
32).
9. Pendidikan islam adalah Pendidikan untuk manusia seluruh dunia tanpa melihat perbedaan suku,
bangsa, warna kulit, dan lain sebaginya. Sebab tidak ada yang membedakan manusia disisi
Allah swt. Kecuali hanya dengan ketakwaan kepada-Nya (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan
Islam 2002: 32).
10. Pendidikan Islam adalah Pendidikan yang senantiasa memelihara nilai-nilai yang baru.
Maksudnya bahwa pendidikan Islam tetap menjaga dan memelihara nilai-nilai yang
bersifat transenden, namun ia juga sfgsenantiasa mengadakan pembaharuan dan
perubahan(Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 32).
b. Asas Kesetaraan
Asas kesetaraan berarti bahwa semua kepentingan berbagai pihak harus mendapat
perhatian dan perlakuan yang seimbang sehingga tidak ada diskriminasi.
Penerapannya misalnya dalam suatu lembaga pendidikan yang dipenuhi berbagai macam
siswa dengan latar belakang yang berbeda, tentu sangat diperlukan adanya sikap penyetaraan
diantara pihak yang ada, degan tujuan agar tidak ada pihak yang merasa terdiskriminasi atau
terasingi.
c. Asas Pendidikan Teoritis dan Praktis
Asas ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu praktik pendidikan dan teori pendidikan.
Menurut Reza M, praktik pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan
membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Praktik
pendidikan dapat dilihat dari 3 aspek yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek
dorongan (motivasi). Tujuan praktik pendidikan adalah membantu pihak lain mengalami
perubahan tingkah laku fundamental yang diharapkan.
Proses kegiatan merupakan seperangkat kegiatan social atau bersama, usaha menciptakan
peristiwa pendidikan dan mengarahkannya, serta merupakan usaha secara sadar atau tidak sadar
melaksanakan prinsip-prinsip pendidikan. Dorongan atau motivasi untuk melaksanakan praktik
pendidikan muncul karena dirasakan adanya kewajiban untuk menolong orang lain.
Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun
secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan
mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-
pengalaman pendidikan (Empiris) maupun hasil perenungan yang mendalam untuk melihat
makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Manfaat teori pendidikan sebagai berikut :
1. Teori pendidikan dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang akan
dicapai
2. teori pendidikan berfungsi untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktik pendidikan,
dengan begitu kita dapat mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh kita lakukan.
3. Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolak ukur sampai dimana kita berhasil dalam
melaksanakan tugas dalam pendidikan.
d. Asas Demokrasi
Pendidikan yang demokratik adalah pendidikan yang memberikan kesempatan yang sama
kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah sesuai dengan kemampuannya.
Pengertian demokratik di sini mencakup arti baik secara horizontal maupun vertikal. Maksud
demokrasi secara horizontal adalah bahwa setiap anak, tidak ada kecualinya, mendapatkan
kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan sekolah. Hal ini tercermin pada UUD 1945
pasal 31 ayat 1 yaitu: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Sementara itu,
demokrasi secara vertikal ialah bahwa setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk
mencapai tingkat pendidikan sekolah yang setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya.
Menurut Kamus Besar Indonesia, demokrasi diartikan sebagai gagasan atau pandangan
hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua
warga negara. Dalam pendidikan, demokrasi ditunjukkan dengan pemusatan perhatian serta
usaha pada si anak didik dalam keadaan sewajarnya (intelegansi, kesehatan, keadaan sosial, dan
sebagainya). Di kalangan Taman Siswa dianut tutwuri handayani, suatu sikap demokratis yang
mengakui hak si anak untuk tumbuh dan berkembang menurut kodratnya.
Dengan demikian, tampaknya demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang
mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga dengan pengelola
pendidikan.
Sedangkan demokrasi pendidikan dalam pengertian yang luas mengandung tiga hal yaitu:
1. Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia. Demokrasi pada prinsip ini dianggap
sebagai pilar pertama untuk menjamin persaudaraan hak manusia dengan tidak
memandang jenis kelamin, umur, warna kulit, agama dan bangsa. Dalam pendidikan,
nilai-nilai inilah yang ditanamkan dengan memandang perbedaan antara satu dengan
yang lainnya baik hubungan antara sesama peserta didik atau hubungan dengan
gurunya yang saling menghargai dan menghormati.
2. Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat. Dari prinsip inilah
timbul pandangan bahwa manusia itu harus di didik, karena dengan pendidikan itu
manusia akan berubah dan berkembang ke arah yang lebih sehat, baik dan sempurna.
oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan anak didik untuk berpikir dan memecahkan persoalan-
persoalannya sendiri secara teratur, sistematis dan komprehensif serta kritis sehingga
anak didik memiliki wawasan, kemampuan dan kesempatan yang luas.
Dalam konteks ini, pengertian demokrasi tidaklah dibatasi oleh kepentingan individu-
individu lain. Dengan kata lain, seseorang menjadi bebas karena orang lain menghormati
kepentingannya. oleh sebab itu, tidak ada seseorang yang karena kebebasannya berbuat sesuka
hatinya sehingga merusak kebebasan orang lain atau kebebasannya sendiri.
Kesejahteraan dan kebahagiaan hanya tercapai bila setiap warga negara atau anggota
masyarakat dapat mengembangkan tenaga atau pikirannya untuk memajukan kepentingan
bersama karena kebersamaan dan kerjasama inilah pilar penyangga demokrasi. Berkenaan
dengan itulah maka bagi setiap warga negara diperlukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah kewarganegaraan (civic),
ketatanegaraan, kemasyarakatan, soal-soal pemerintahan yang penting;
2. Suat8u keinsyafan dan kesanggupan semangat menjalankan tugasnya dengan
mendahulukan kepentingan negara atau masyarakat daripada kepentingan sendiri.p
3. Suatu keinsyafan dan kesanggupan memberantas kecurangan-kecurangan dan
perbuatan-perbuatan yang menghalangi kemajuan dan kemakmuran masyarakat dan
pemerintah.
e. Asas Pembaharuan
Inovasi pendidikan (Pembaharuan pendidikan) adalah suatu pembaharuan mengadakan
perubahan dengan tujuan untuk memperoleh hal atau sesuatu yang lebih baik. Bila mana
demikian, maka apa yang semula dianggap sebagai inovasi, setelah di uji (baik secara teori
maupun praktek) tidak lagi dianggap sebagai in0ovasi.
F. Asas Agama
Dalam perspektif Alquran, seluruh aktivitas kehidupan manusia termasuk pemdidikan
berada satu siklus, yaitu perjalan dari Tuhan menuju Tuhan sebagaimana yang dijelaskan dalam
potongan ayat ; tbqãèÅ_ºu‘mø‹s9Î)$¯RÎ)ur¬!$¯RÎ). Dalam perjalanan menuju Tuhan, manusia
harus melewati beberapa alam dan salah satu diantaranya adalah alam dunia yang merupakan
tempat persinggahan manusia yang sifatnya temporer, namun sangan menentukan
keberhasilannya dalam perjalanan menuju Tuhan Rabb al-Izzah. Oleh karena itu, agama
memerintahkan agar manusia senantiasa mematuhi segala perintah Tuhan dan menjahui laranga-
Nya (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 33-34).
g. Asas Filosofis
Asas filosofis dalam pendidikan mengandung dua hal, yaitu filsafat dan tujuan
pendidikan. Filsafat menentukan dasar dan tujuan hidup yang akan dijadikan sebagai dasar dan
tujuan pendidikan yang akan dilaksanakan oleh manusia dan pada tahap seslanjutnya akan
mencerminkan sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupannya. Hal ini menjadi mungkin
karena filsafat mengandung ide-ide, cita-cita dan sistem nilai perlu dipertahankan demi
kelangsungan hidup masyarakat atau bangsa dan inilah yang turut mewarnai sistem dan
tujuan pendidikan yang dijalankan oleh manusia (Khaeruddin,Ilmu Pendidikan Islam 2002: 35).
h. Asas psikologis
Salah satu fungsi pendidikan adalah pemindahan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai serta
keterampilan dari generasi ke generasi berikutnya, sehingga pendidikan berlangsung secara
berkesinambungan dalam rangka menjaga dan memelihara identitas manusia atau masyarakat
(Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 36).
Dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan serta proses
internalosasi nilai sangat terkait dua persoalan.
Pertama, siapakah generasi yang terlibat dalam proses transformasi tersebut? Dan bagaimana
proses transformasi ilmu pengetahuan , keterampilan dan nilai itu?
Dalam kaitannya dengan pertanyaan pertama diatas dapat dipahami bahwa hal
tersebut mengandung atau membahas tentang psikologi perkembangan sejak masa kanak-
kanak kemudian beranjak menjadi remaja , dewasa sampai kemasa orang tua. Hal ini juga tidak
terlepas dari dua faktor dalam psikologi yang mendapat perhatian yang cukup intens oleh
banyak peneliti. Kedua faktor tersebut yaitu mengajar (teaching) dan belajar (learning)
(Khaeruddin,Ilmu Pendidikan Islam 2002: 36).
i. Asas Sosiologis
Manusia menurut Al-Farabi adalah makhluk yang mempunyai kecenderungan untuk
hidup bermasyarakat karena manusia tidak akan mungkin dapat hidup dan memenuhi
kebutuhannya dengan sendirinya. Manusia membutuhkab bantuan pertolongan dan kerja
sama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dapat
memeberikan kebahagiaan yang seimbang (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 38).
Demikian pula halnya pendidikan sebagai lembaga sosial. Antara pendidikan dan
masyarakat mempunyai hubungan yang kuat dan saling mempengaruhi, yakni pendidikan
dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan pada sisi lain, pendidikan juga
sangat memengaruhi dinamika kehidupan masyarakat (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan
Islam 2002: 38).
Masyarakat mempunyai norma tau aturan, adat kebiasaan dan berbagai karya budaya
lainnya yang harus diwujudkan ke dalam diri dan perilaku peserta didik sebagai generasi yang
akan mewariskannya. Dalam kaitan inilah sehingga ideologi dan politik terkadang mewarnai
dan mengambil bagian dalam proses pendidikan. Sebaliknya pendidikan
memeberikan pengaruh terhadap dinamika kehidupan masyarakat dengan bekal ilmu
pengetahuan ,
keterampilan, sikap dan perilaku anak didik sebgai generasi muda yang secara langsung atau
tidak langsung akan mementukan keberhasilannya dikemudian hari (Khaeruddin, Ilmu
Pendidikan Islam2002: 38).
j. Asas Ekonomi
Dilihat dari sudut pandang ekonomi, proses pendidkan dapat diartikan sebagai usaha
penanaman modal, baik penanam dalam bentuk modal kemanusiaan ataupun investasi
dalam bentuk modal sebagai persiapan hidup masa depan yang bahagia (Khaeruddin, Ilmu
Pendidikan Islam 2002: 39).
Hal tersebut menjadi mungkin karena ilmu pengetahuan , keterampilan dan sikap
perilaku yang diperoleh dari lembaga pendidikan merupakan modal yang berniali tinggi, dalam
arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin besar pula investasi yang
ditanam dalam bentuk kemanusiaan. Atau dengan kata lain , semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang atau semakin berkualitas luaran pendidikan itu, semakin meningkat pula
taraf kesejahteraan suatu masyarakat yang di bentuknya. (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan
Islam 2002: 40).
Pendidikan Islam sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat manusia
menjadikan Alquran dan Hadits sebagai sumber utamanya. Pendidikan Islam terus mengalami
prubahan-perubahan seiring dengan tingkat kemajuan , peradaban dan kebudayaan umat
manusia . Hal ini menjadi munkin terwujud bila diupayakan agar beberapa aspek yang menjadi
tolak ukur, asas atau dasar pertimbangan dijadikan sebagai landasan berpijak dalam hal
perencanaan dan pelaksanaan pendidikan Islam itu sendiri (Khaeruddin, Ilmu Pendidikan
Islam 2002: 41).
Lebih kongkritnya bahwa asas-asas pendidikan Islam sebagaimana yang telah
dikemukakan menjadi penting dan turut membantu dalam menciptakan lingkungan pendidikan
yang terorganisir, produktif dan inovatif. Karenanya, pendidikan Islam tidak dapat
dipisahkan dari asas-asas tersebut sebab kalau yang demikian terjadi , maka pendidikan islam
akan kehilangan akar-akarnya, pondasi atau landasannya yang dijadikan sebagai tempat
berpijak dalam merencanakan dan memanege sistem pendidikan yang berlangsung
(Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam 2002: 41).P
K. Asas keseimbangan
Asas keselarasan, keserasian, keseimbangan dan kebulatan yang utuh dalam seluruh
kegiatan pendidikan. Hendaknya segala komponen dalam kehidupan mendapat perhatian yang
seimbang, tidak berat sebelah. Serta adanya kolaborasi antar satu dengan yang lainnya, haruslah
melibatkan peran manusia, alam, teknologo, bahkan kita harus melibatkan peran Tuhan. Karena
kolaborasi yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik pula.
1. Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan
yang menyelenggarakan pendidikan.
2. Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
3. Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa.
4. Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan budaya bangsa (Qym, 2009).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asas-asas Ilmu Pendidikan Islam Adalah:
1. Asas-asas historis
2. Asas-asas sosial
3. Asas-asas ekonomi
4. Asas-asas politik
5. Asas-asas psikologis
6. Asas-asas filsafat
Berdasarkan uraian dan analisis sebagaimana tersebut di atas dapat dikemukakan catatan sebagai
kesimpulan sabagai berikut.
Pertama, Ilmu Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem atau bangunan, memerlukan asas dan
prinsip-prinsip bagi tegaknya sistem dan bangunan tersebut.
Kedua, Asas Pendidikan Islam sebagai sebuah ilmu baru, Ilmu Pendidikan Islam memiliki
keterkaitan dengan bidang-bidang ilmu lainnya, yakni psikologi, sejarah, filsafat, sosiologi,
budaya, poltik, agama, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Berbagai disiplin ilmu ini sekaligus menjadi
asas atau dasar bagi tegaknya Ilmu Pendidikan Islam tersebut.
Ketiga, kata Islam, sebagaimana yang terdapat pada kata Ilmu Pendidikan Islam, di samping
menjadi karakter yang membedakan Ilmu Pendidikan Islam dengan Ilmu Pendidikan lainnya,
juga sekaligus menjadi dasar atau asas dan prinsip Ilmu Pendidikan Islam tersebut.
Ajaran Islam tentang belajar seumur hidup, pendidikan untuk semua, pendidikan yang bermutu,
pendidikan yang berorientasi ke masa depan, pendidikan yang seimbang, terbuka, dinamis,
progresif, adil, egaliter, dan manusiawi merupakan dasar atau asas, prinsip dan jiwa pendidikan
Islam.
B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan pembuatan makalah ini dan bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya
untuk pembaca.
Saran dan kritik yang dapat kami sampaikan ialah :
1. Diharapkan bagi calon pendidik dapat menerapkan asas-asas pendidikan yang berlaku di
Indonesia, sehingga mampu menempatkan diri sebagai fasilitator, informator serta motivator.
2. Sebaiknya bagi calon tenaga pendidik tidak menjadikan makalah ini sebagai satu-satunya
referensidanbahan ajar.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Elanie B. PH. D. 2009. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Media
Utama
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
http://www.melodramaticmind.com/2009/10/asas-asas-pendidikan-indonesia-dan.html
·http://id.shvoong.com/law-and-politics/international-relations/2116885-perbedaan-asas-ius-soli-
dengan/
http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/12/bab-iii-landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta-
penerapannya/.
Starawaji, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Starawaji's
Blog(http://starawaji.wordpress.com/2009/05/02/dasar-dasar-pendidikan-agama-islam/) diakses:
29 April 2019
Ence Surahman, ASAS-ASAS SISTEM PENDIDIKAN ISLAM, Pusat Informasi Tutorial
(http://tutorialpai.mkdu.upi.edu/page) diakses: 29 April 2019
Langgulung, Hasan. 2008. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru.
Khaeruddin. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Makassar: Yayasan Pendidikan Fatiya.
Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner. Jakarta: Rajawali
Pers. 2009
Noer Aly, Hery. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.
Nata, Abuddin. 2012. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada