TINJAUAN PUSTAKA
Dibagi menjadi kavum nasi kanan dan kiri oleh septum nasi. Setiap
kavum nasi berhubungan dengan bagian luar melalui lubang hidung
(nares anterior) dan dengan nasofaring melalui koana. Setiap kavum nasi
terdiri dari bagian yang ditutupi kulit, disebut vestibulum dan bagian yang
ditutupi mukosa disebut kavum nasi yang sebenarnya (Dhingra, 2014).
Dinding medial kavum nasi dibentuk oleh septum nasi. Septum nasi
memisahkan kedua kavum nasi, menyediakan penopang struktural untuk
hidung, dan mempengaruhi aliran udara di dalam kavum nasi. Septum
nasi terdiri dari tulang rawan dan tulang yang dilapisi oleh mukosa
respiratori (Leung, Walsh dan Kern, 2014). Septum bagian anterior
dibentuk oleh lamina kuadrangularis dan premaksila; bagian posterior
dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid dan sinus sfenoid; dan
bagian inferior dibentuk oleh vomer, krista nasalis os maksila, dan krista
nasalis os palatina (gambar 2.3) (Hwang dan Abdalkhani, 2009).
Sebagian besar dari 2/3 bagian posterior kavum nasi (septum dan
dinding lateral) dipersarafi oleh ganglion sfenopalatina yang dapat diblok
dengan meletakkan tampon kapas yang telah dibasahi cairan anestesi di
dekat foramen sfenopalatina yang terletak pada bagian posterior konka
media. Nervus etmoidalis anterior mempersarafi bagian anterior dan
superior kavum nasi (dinding lateral dan septum) dapat diblok dengan
meletakkan tampon pada tulang hidung bagian atas dimana nervus
Saraf simpatis berasal dari dua segmen toraks bagian atas dari
tulang belakang, melewati ganglion servikalis superior, berjalan di dalam
nervus petrosa dan bergabung dengan saraf parasimpatis dari nervus
petrosa yang besar untuk membentuk nervus dari kanalis pterigoideus
(nervus vidianus). Saraf simpatis mencapai kavum nasi tanpa bercabang
pada ganglion sfenopalatina. Rangsangan pada saraf simpatis dapat
menyebabkan vasokonstriksi. Rinore yang berlebihan pada kasus rinitis
alergi dan vasomotor dapat dikontrol dengan memotong nervus vidianus
(gambar 2.6) (Dhingra, 2014).
Kedua sinus sfenoid kanan dan kiri jarang simetris dan dipisahkan
oleh septum tulang yang tipis, posisinya sering miring dan bahkan dapat
tidak sempurna. Derajat pneumatisasi sinus sfenoid bervariasi dan juga
2.3.1 Definisi
2.3.2 Kekerapan
b. Faktor anatomi
c. Disfungsi mukosilier
e. Sinusitis dentogen
f. Biofilm
2.3.4 Diagnosa
Gambar 2.10. Quorum sensing: sel sesil dalam biofilm berkomunikasi satu
sama lain via quorum sensing untuk membangun mikrokoloni dan
menjaga saluran air tetap terbuka (Levchenko, at al., 2015)
Rhinosinusitis
Medikamentosa
Kronis
Operasi
Polip (+) Polip (-)
Jenis kelamin
Usia
Biofilm (+)
Gejala klinis
Biofilm (-)
Lama gejala
Polip