Anda di halaman 1dari 5

Desain Selubung Bangunan Dan Kenyamanan Termal Di Indonesia

Bahana Adiputra Siregar


(14/372784/PTK/9878)

Mahasiswa, Program S2 Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

Abstrak
Tulisan ini membahas mengenai bagaimana desain selubung bangunan mempengaruhi tingkat
kenyamanan termal dalam bangunan pada iklim tropis lembab di Indonesia. Pembahasan mencakup
prinsip-prinsip desain arsitektural terhadap selubung bangunan seperti sun shading, ventilasi dan bukaan,
fasad ganda, dan material bangunan. Prinsip tersebut kemudian dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap
kenyamanan termal. Kesimpulan menyatakan bahwa pendekatan terhadap prinsip desain selubung bangunan
dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan termal secara signifikan. Dengan penerapan passive design yang
baik maka dapat meminimalkan penggunaan active design yang menjadi isu dalam krisis energi di dunia.

Kata Kunci: geometrical space, acoustic quality, concert hall, gamelan

1. Latar Belakang kenyamanan termis (ISO 7730:1994) juga menyatakan


Upaya untuk mewujudkan kenyamanan termal hal yang sama bahwa kenyamanan termis yang dapat
dapat dilakukan dengan dua hal, yaitu dengan dirasakan manusia merupakan fungsi dari faktor iklim
perancangan active design dan passive design. serta dua faktor individu yaitu jenis aktifitas yang
Perancangan passive design sebaiknya didahulukan berkaitan dengan tingkat metabolisme tubuh serta
karena akan mempengaruhi optimasi keseluruhan jenis pakaian yang digunakan. Menurut teori ini,
performa bangunan dan energi yang dibutuhkan dalam kenyamanan suhu tidak secara nyata dipengaruhi oleh
active design setelahnya dapat diminimalisir. perbedaan jenis kelamin, tingkat kegemukan, faktor
Menurut Fanger (1970), kondisi kenyamanan usia, suku bangsa, tempat tinggal geografis, adaptasi,
termal dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor faktor kepadatan, faktor warna dan sebagainya.
individu atau faktor personal. Faktor iklim yang Kenyamanan termal dapat didefinisikan sebagai
mempengaruhi terdiri dari: suhu udara, suhu radiasi suatu kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan
rata-rata, kelembaban udara relatif, dan kecepatan dengan lingkungan termal (Nugroho, 2006). Definisi
angin. Sedangkan faktor individu yang menentukan yang lain menyebutkan sebagai lingkungan indoor dan
keadaan suhu nyaman adalah jenis aktivitas serta jenis faktor pribadi yang akan menghasilkan kondisi
pakaian yang digunakan. lingkungan termal yang dapat diterima sampai 80%
Salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan atau lebih dari penghuni dalam sebuah ruang, namun
termal dalam sebuah bangunan adalah selubung tidak pernah tepat didefinisikan oleh standar, secara
bangunan (building envelope). Selubung bangunan umum disepakati dalam komunitas riset kenyamanan
berfungsi untuk meminimalisir efek dari iklim dari termal yang diterima adalah identik dengan 'Kepuasan',
luar bangunan sehingga kondisi di dalam bangunan dan kepuasan dikaitkan dengan sensasi panas 'sedikit
menjadi nyaman. Semakin besar perbedaan suasana di hangat',' netral', dan 'Sedikit dingin'.
luar bangunan dengan di dalam bangunan, maka
semakin banyak dan luas perlakuan teknis yang
dibutuhkan.
Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim
tropis lembab dengan kelembaban mencapai 80% dan
suhu udara dapat mencapai 35 derajat Celcius, serta
radiasi matahari yang menyengat serta mengganggu
(Rahim, 2012). Tulisan ini akan membahas mengenai
prinsip-prinsip desain selubung bangunan yang dapat
menciptakan kenyamanan termal di dalam bangunan
di Indonesia.

2. Pembahasan
2.1. Kenyaman Termal Dalam Berbagai Teori Gambar 1. Kenyamanan Termal Dalam Psychometric Chart
Teori Fanger, Standar Amerika (ANSI/ASHRAE
(sumber: http://web.membangunbersama.com/uploads/
55-1992) dan Standar Internasional untuk
BCvjJRsSS.png. Diakses: 24 November 2015).

Tugas Mata Kuliah Kenyamanan Termal Kota 2015 1


Pemaknaan berdasarkan pada pendekatan Indonesia, Malaysia dan Singapura merupakan
psikologis lebih banyak digunakan oleh para pakar bagian negara yang beriklim tropis lembab, dengan
pada bidang termal. ASHRAE (American Society of posisi antara 1 sampai 11º Lintang Utara. Suhu
Heating Refrigating Air Conditioning Engineer) rata-rata tahunan mencapai 26 - 27º C dan suhu siang
memberikan definisi kenyamanan thermal sebagai hari tertinggi mencapai 34º C sedangkan kelembaban
kondisi pikir yang meng ekspresikan tingkat kepuasan relatif antara 70 – 90 % (Sabarinah dan Ahmad, 2006).
seseorang terhadap lingkungan termalnya. Dengan Sementara itu di Indonesia pada daerahdaerah tertentu
pemaknaan kenyamanan thermal sebagai kondisi pikir (Surabaya-Indonesia misalnya) suhu udara maksimal
yang mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang dapat mencapai 36,4º C dengan kelembaban mencapai
terhadap lingkungan termalnya maka berarti 85 % (Wijaya, 2007)
kenyamanan thermal akan melibatkan tiga aspek yang
meliputi fisik, fisiologis dan psikologis, sehingga 2.3. Selubung Bangunan
pemaknaan kenyamanan termal berdasarkan Selubung bangunan (building envelope) memiliki
pendekatan psikologis adalah pemaknaan yang paling peran penting dalam menjawab masalah iklim dan
lengkap penghematan energi, seperti radiasi matahari, hujan,
kecepatan angin, tingginya kelembaban serta
2.2. Kenyamanan Termal Daerah Tropis Lembab pemanfaatan potensi alam antara lain dengan
Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas memanfaatakan cahaya alami untuk penerangan ruang
kenyamanan manusia untuk daerah khatulistiwa serta penghawaan alami baik melalui dinding maupun
adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas). atap, serta memilih material yang memiliki
Pada temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah perambatan panas relatif kecil Faktor panas yang
mulai berkeringat. Daya tahan dan kemampuan kerja berasal dari luar bangunan akan masuk kedalam ruang
manusia mulai menurun pada temperatur 26°C TE – melalui selubung bangunan, baik melalui dinding
30°C TE. Kondisi lingkungan yang sukar mulai maupun atap yang merupakan beban pendingin yang
dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5 °C TE, dan harus dinetralisir oleh sistem pendingin (AC) dengan
pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi lingkungan menggunakan energi.
tidak dapat ditolerir lagi. Produktifitas manusia Untuk itu dalam rangka pemikiran penghematan
cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara energi, maka perolehan panas tersebut harus dibatasi.
yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau Perambatan panas (Heat Transfer) adalah proses
terlalu panas (Idealistina, 1991). perpindahan kalor dari benda yang lebih panas ke
Wilayah yang mempunyai iklim tropis lembab benda yang kurang panas. Terdapat tiga cara
umumnya ditandai dengan suhu udara dan perambatan panas: (Sukawi, 2010)
kelembaban udara yang tinggi. Diantara wilayah  Perambatan Panas konduktif : perpindahan panas
dengan iklim tropis lembab tersebut adalah wilayah dari benda yang lebih panas ke benda yang kurang
negara-negara Asia Tenggara yang posisinya panas melalui kontak (sentuhan).
berdekatan atau bahkan dilalui katulistiwa.  Perambatan panas konvektif : perpindahan panas
Negara-negara ini mempunyai iklim yang sama, dari benda yang lebih panas ke benda yang kurang
namun pada daerah tertentu mempunyai kekhususan panas melalui aliran angin (atau zat alir lainnya)
karena letak geografinya, (Pulau Penang – Malaysia,  Perambatan panas radiatif: perpindahan panas dari
misalnya) memiliki iklim hujan tropis yang hangat benda yang lebih panas ke benda yang kurang
dan cerah selama musim kering/panas, hujan deras panas dengna cara pancaran.
terjadi selama musim barat dari bulan April sampai
September (Roonak, Kamaruzzaman dan Jalil, 2009).

Gambar 2. Peta Iklim Dunia Gambar 3. Ilustrasi Perambatan Panas Dalam Bangunan
(sumber: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/ (sumber: https://www.e-education.psu.edu/egee102/files/
f2/a3/f2a3f95abe161f70889.jpg. Diakses: 24 November 2015). egee102/images/L7_HeatTransfer.gif. Diakses: 24 November 2015).

2 Bahana Adiputra Siregar


2.3. Elemen Selubung Bangunan
2.3.1. Sun Shading
Apabila posisi bangunan pada arah Timur dan
Barat tidak dapat dihindari, maka pandangan bebas
melalui jendela pada sisi ini harus dihindari karena
radiasi panas yang langsung masuk ke dalam
bangunan (melalui bukaan/kaca) akan memanaskan
ruang dan menaikkan suhu/temperatur udara dalam
ruang. Di samping itu efek silau yang muncul pada Gambar 5. Shading Coefficient untuk Elemen Sun Shading
saat sudut matahari rendah juga sangat mengganggu. dalam Selubung Bangunan
Gambar di bawah adalah elemen arsitektur yang
(sumber: Egan, 1975).
sering digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi
matahari (solar shading devices).
2.3.2. Ventilasi
Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan
tekanan di luar suatu bangunan gedung yang
disebabkan oleh angin dan adanya perbedaan
temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik
di dalam saluran ventilasi (SNI 03-6572-2001).
Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri atas
bukaan permanen, jendela, pintu, atau sarana lain
yang dapat dibuka, dengan : (SNI 03-6572-2001)
1. Jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5%
terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan
ventilasi,
2. Arah yang menghadap ke :
a. Halaman berdinding dengan ukuran yang
sesuai atau daerah yang terbuka ke atas,
b. Teras terbuka pelataran parkir,
c. Ruang yang bersebelahan

Gambar 4. Elemen Sun Shading dalam Selubung Bangunan


(sumber: Egan, 1975 dalam Talarosha, 2005).
Efektifitas pelindung matahari dinilai dengan
angka shading coefficient (S.C) yang menunjukkan Gambar 6. Ventilasi Alami Dalam Rumah Trdisional
besar energi matahari yang ditransmisikan ke dalam (sumber: http://image.slidesharecdn.com/tropicalarchitecture
bangunan. Secara teori angka yang ditunjukkan berada -architecture.1396573444.jgp. Diakses 25 November 2015).
pada angka 1,0 (seluruh energi matahari Berkaitan dengan ventilasi silang, dari berbagai
ditransmisikan, misalnya: penggunaan kaca jendela percobaan tentang ventilasi / pengaliran udara,
tanpa pelindung) sampai 0 (tidak ada energi matahari disimpulkan bahwa : (SNI 03-6572-2001)
yang ditranmisikan). Di samping jenis pelindung yang 1. Tak ada arus karena tidak ada jalan keluar.
digunakan (lihat Gambar 3 dan Tabel 3), material serta 2. Lubang keluar sama luasnya dengan lubang masuk.
warna yang digunakan (Tabel 4), juga berperan dalam Arus ventilasi yang paling baik adalah daerah
menentukan angka shading coefficient (S.C). Egan kedudukan manusia dalam ruangan.
menunjukkan angka shading coefficient berdasarkan 3. Lubang masuk yang lebih tinggi dengan lubang
jenis pelindung sebagai berikut: (Talarosha, 2005) keluar yang rendah ternyata tidak baik karena
menimbulkan daerah udara mati di bawah lubang

Bahana Adiputra Siregar 3


masuk. menggunakan dua kombinasi mekanisme tekanan
4. Lubang ventilasi yang luas, aliran udara lebih baik. angin dan perbedaan temperatur (stack effect). Pada
5. Penambahan lubang keluar memperbaiki kondisi saat tekanan angin berada pada kondisi tenang di
udara. iklim tropis lembab, dimana kondisi ini sangat sering
terjadi, mekanisme stack effect diduga akan mampu
berperan dalam mengkondisikan penghawaan ke
dalam bangunan.

Gambar 7. Ilustrasi Cross Ventilation Dalam Bangunan


(sumber: sustainabilityworkshop.autodesk.com. diakses 25
November 2015). Gambar 9. Ilustrasi Stack Effect Dalam Fasad Ganda
(sumber: https://817fa722b9ce856fbc47cc.googledrive.com
2.3.3. Fasad Ganda /host/0B2z. Diakses 25 November 2015).
Fasad selubung ganda adalah suatu sistem 2.4. Material Selubung Bangunan
konstruksi fasade bangunan yang terdiri atas dua Panas masuk ke dalam bangunan melalui proses
selubung (selubung luar dan dalam). Diantara kedua konduksi (lewat dinding, atap, jendela kaca) dan radiasi
selubung tersebut terdapat rongga yang berisi udara matahari yang ditransmisikan melalui jendela/kaca.
dan dapat ditambahkan elemen peneduh berupa Radiasi matahari memancarkan sinar ultra violet (6%),
horizontal-blind. Di bagian atas dan bawah dari cahaya tampak (48%) dan sinar infra merah yang
konstruksi fasad tersebut terdapat bukaan (inlet and memberikan efek panas sangat besar (46%). Hasil
out-let) sebagai wadah pertukaran udara dari luar ke penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari adalah
dalam selubung dan sebaliknya. Dengan konstruksi penyumbang jumlah panas terbesar yang masuk ke
selubung seperti ini, akan terjadi proses pertukaran dalam bangunan. Besar radiasi matahari yang
udara di dalam selubung yang akan mengalirkan panas ditransmisikan melalui selubung bangunan dipengaruhi
dari dalam selubung sehingga menyebabkan beban oleh fasade bangunan yaitu perbandingan luas kaca dan
panas permukaan selubung bagian dalam akan luas dinding bangunan keseluruhan (window to wall
berkurang (Mulyadi, 2012). ratio), serta jenis dan tebal kaca yang digunakan
(Talarosha, 2005).

Gambar 8. Penggunaan Fasad Ganda Dalam Bangunan Kantor


(sumber: http://en.low-e.com.cn/imageRepository/
-210638a704bf.jpg. Diakses 25 November 2015).
Penerapan teknologi fasad selubung ganda pada
bangunan perkantoran bertingkat dalam beberapa Gambar 10. Window to Wall Ratio Dalam Bangunan
penelitian terdahulu telah terbukti menghasilkan (sumber: http://image.slidesharecdn.com/first-green-
efektivitas dalam penghawaan alami dengan -12-728.jpg?cb=1333946764. Diakses 25 November 2015).

4 Bahana Adiputra Siregar


Radiasi matahari yang jatuh pada selubung bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan termal dengan
dipantulkan kembali dan sebagian diserap. Panas yang menekankan pada desain selubung bangunan. Tujuan
terserap akan dikumpulkan dan diteruskan ke bagian sisi yang ingin dicapai dalam desain yang berkelanjutan
yang dingin (sisi dalam bangunan). Masing-masing adalah untuk meminimalisasi penggunaan active
bahan bangunan mempunyai angka koefisien serapan design yang memakan banyak energi sehingga
kalor (%). menjawab isu krisis energi yang marak belakangan
ini.

Referensi
1) SNI 03-6389-2000. Konservasi nergi Selubung Bangunan Pada
Bangunan Gedung.
2) SNI 03-6572-2001. Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi Dan
Pengkondisian Udara.
3) ISO 7730: 1994. Moderate Thermal Environment.
4) Talarosha, B., (2005). Menciptakan Kenyamanan Thermal Dalam
Bangunan. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli
2005.
5) Simonella, A., et. al., (2010). How to Design a Building Envelope
to Provide Thermal Comfort and Efficiency Considering Climate
Change. Proceedings of Conference : Adapting to Change: New
Thinking on Comfort.
6) Lippsmeier, G., (1994). Tropenbau Building in The Tropics,
Gambar 11. Tabel Nilai Absorbtansi Radiasi Matahari Untuk Bangunan Tropis. Erlangga. Jakarta.
7) Egan, D., (1975). Concept in Thermal Comfort. Prentice-Hall
Dinding Luar Dan Atap Tak Tembus Cahaya International. London.
(sumber: SNI 03-6389-2000). 8) Santoso, E., (2012). Kenyamanan Termal Indoor Pada Bangunan
Di Daerah Beriklim Tropis Lembab. Indonesian Green Technology
Journal 2012.
Warna juga berpengaruh terhadap angka serapan 9) Fanger, O., (1982). Thermal Comfort, Analysis and Aplications in
kalor. Warna-warna muda memiliki angka serapan kalor Environmental Enginering, Robert E. Krieger Publishing Company,
yang lebih sedikit dari pada warna tua. Warna putih Malabar.
memiliki angka serapan kalor paling sedikit (10%-15%), 10) ASHRAE, (1992). Thermal Environmental Conditions for Human
sebaliknya warna hitam dengan permukaan tekstur kasar Occupancy. Standard 55-1992. American Society of Heating,
Refrigerating, and Air-Conditioning Engineers, Atlanta, USA.
dapat menyerap kalor sampai 95%. 11) Ariestadi, D., et. al., (2014). Kriteria Kinerja Energi Untuk
Kenyamanan Termal Pada Bangunan Fasilitas Pendidikan Tinggi
Di Indonesia. Jurnal RUAS, Volume 12 No 1, Juni 2014.
12) Szokolay, S., (1987). Thermal Design of Buildings, Canberra,
RAIA Education Division
13) Toisi, N., et. al., (2009). Pengaruh Luas Bukaan Ventilasi Terhadap
Penghawaan Alami dan Kenyamanan Thermal Pada Rumah
Tinggal Hasil Modifikasi Dari Rumah Tradisional Minahasa.
Unsrat.
14) Mulyadi, R., (2014). Efektifitas Fasad Selubung Ganda Dalam
Mengurangi Beban Panas Pada Dinding Luar Bangunan. Temu
Ilmiah IPLBI.
15) Cahyani, S., (2014). Pengaruh Posisi Dan Orientasi Bukaan Untuk
Efektivitas Penghawaan Alami Pada Ruang Kantor Bertingkat
Menengah Dengan Fasad Selubung Ganda. Paper and Presentation
of Architecture, ITS.
16) Madina, R., (2013). Pengaruh Desain Fasade Bangunan Terhadap
Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyaman Termal, Studi Kasus:
Campus Center Barat ITB. Temu Ilmiah IPLBI 2013.
17) Karyono, Tri Harso. (2001). Teori dan Acuan Kenyamanan Termal
dalam Arsitektur. Jakarta: PT. Catur Libra Optima.
18) Prakoso, N., (2014). Kajian Penerapan Material pada Selubung
Gambar 12. Tabel Nilai Absorbtansi Radiasi Matahari Untuk Bangunan yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal dan Visual.
Jurnal Online Institut Teknologi Nasional.
Cat Permukaan Dinding Luar
19) Yeang, K., (1995). Designing with Nature. McGraw-Hill. NYC.
(sumber: SNI 03-6389-2000). 20) Prianto, E., (2012). Strategi Desain Fasad Rumah TInggal Hemat
Energi. Riptek Vol. 6, No.1, tahun 2012.
3. Kesimpulan 21) Sukawi (2010). Kaitan Desain Selubung Bangunan terhadap
Pemakaian Energi dalam Bangunan. Seminar Nasional Universitas
Prinsip-prinsip pasive design terhadap selubung
Wahid Hasyim Semarang.
bangunan berpengaruh besar terhadap tingkat 22) Frick, H dan Suskiyatno, B., 2007, Dasar-Dasar Arsitektur
kenyamanan di dalam bangunan. Bukan tidak Ekologis, Yogyakarta : Kanisius
mungkin untuk membuat sebuah rancangan yang

Bahana Adiputra Siregar 5

Anda mungkin juga menyukai