Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-
proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan
metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita,
sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada
hati.
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh
darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak
teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (firosis) di sekitar paremkin hati yang
mengalami regenerasi. sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan
oleh fibrosis dan perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak
normal.
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada
pasien yang berusai 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh
dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang
meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan panyakit hati yang
sering ditemukan dalam ruang perawatan penyakit dalam. Di Indonesia sirosis hati lebih
sering di jumpai pada laki – laki dari pada perempuan. dengan perbandingan 2 – 4 : 1.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sirosis hepatis ?
2. Bagaimana etiologi dari sirosis hepatis ?
3. Bagaimana patofisiologi sirosis hepatis ?
4. Bagaimana klasifikasi dari sirosis hepatis ?
5. Apa saja komplikasi dari sirosis hepatis ?
6. Bagaimana manifestasi klinis pada sirosis hepatis ?
7. Bagaimana WOC dari sirosis hepatis ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada sirosis hepatis ?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada sirosis hepatis ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada sirosis hepatis ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari sirosis hepatis
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari sirosis hepatis
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi sirosis hepatis
4. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari sirosis hepatis
5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari sirosis hepatis
6. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis pada sirosis hepatis
7. Untuk mengetahui bagaimana WOC dari sirosis hepatis
8. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang pada sirosis hepatis
9. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada sirosis hepatis
10. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada sirosis hepatis

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi sirosis hepatis
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata
Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodul-
nodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu
suatu keadaan disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul
regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.
Secara lengkap Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro,
anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati mengalami perubahan
menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim
hati yang mengalami regenerasi.
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
24
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut. Telah
diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan
terjadinya pengerasan dari hati yang akan menyebabkan penurunan fungsi hati dan bentuk
hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan
terganggunya aliran darah vena porta yang akhirnya menyebabkan hipertensi portal. Pada
sirosis dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila
ditekan.
Menurut Lindseth; Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan
distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul
regenerasi sel hati. Sirosis hati dapat mengganggu sirkulasi sel darah intra hepatik, dan
pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati.
B. Etilogi sirosis hepatis
Menurut FKUI (2001) , penyabab sirosis hepatis antara lain :
1. Malnutrisi
2. Virus hepatis B dan C
3. Alkohol
4. Hemokro matosis

3
C. Patofisiologi sirosis hepatis
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini
menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler ), terjadi kolaps lobulus hati
dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difusi dan nodul
sel hati, walaupun etiologinya berbeda , gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir
sama,septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut.
Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh
kembali dan membentuk nodul dengan berbagai macam ukuran dan ini menyebabkan
distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta , dan menimbulkan
hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih
lama.
Tahap berikutnya terjadi peradangan pada nekrosis pada sel duktules,sinusoid, retikulo
endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari reversible
menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah porta dan
parenkim hati. Gambaran septa ini bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan
etiologi hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis
alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan makrofag menghasilkan limfokin
dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak
memerlukan peradangan dan nekrosis aktif.Septal aktif ini berasal dari daerah porta
menyebar ke parenkim hati.

D. Klasifikasi sirosis hepatis


Secara morfologi Sherrlock membagi Sirosis hati bedasarkan besar kecilnyanodul, yaitu:
a. Makronoduler (Ireguler, multilobuler)
Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan besar
nodul lebih dari 3 mm.
b. Mikronoduler (reguler, monolobuler)
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa parenkim hati
mengandung nodul halus dan kecil merata diseluruh lobus, besar nodulnya sampai 3
mm. Sirosis mikronodular ada yang berubah menjadi makronodular.
c. Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler

Umumnya sinosis hepatis adalah jenis campuran ini.

4
E. Komplikasi sirosis hepatis
Pada sirosis hepatis terdapat beberapa komplikas yang akan dialami oleh si penderita,
diantaranya yaitu:
a. Edema dan ascites
Karena efek gaya berat ketika berdiri atau duduk, maka kelebihan garam dan
air berakumulasi dalam jaringan dibawah kulit pergelangan kaki dan kaki. Akumulasi
cairan ini disebut edema atau pitting edema (pitting edema merujuk pada fakta bahwa
menekan sebuah ujung jari dengan kuat pada suatu pergelangan atau kaki yang
mengalami edema akan menyebabkan suatu lekukan pada kulit yang berlangsung
untuk beberapa waktu setelah pelepasan dari tekanan). Ketika sirosis memburuk dan
lebih banyak garam dan air yang tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi dalam
rongga perut antara dinding perut dan organ-organ perut. Akumulasi cairan ini disebut
ascites yang menyebabkan pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat
badan yang meningkat.
Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)Adalah suatu cairan yang mengumpul
didalam perut yang tidak mampu untuk melawan infeksi secara normal. SBP adalah
suatu komplikasi yang mengancam nyawa. Pada beberapa pasien penderita SBP tidak
memiliki gejala-gejala, seperti demam, kedinginan, sakit perut dan kelembutan perut,
diare, dan memburuknya ascites.
Perdarahan dari Varices-Varices Kerongkongan (esophageal varices) Adalah
suatu keadaan dimana aliran darah meningkat, peningkatan tekanan vena pada
kerongkongan yang lebih bawah, dan mengembangnya lambung bagian atas.
Perdarahan dari varices-varices biasanya adalah parah/berat dan apabila tanpa
perawatan segera dapat menjadi fatal. Gejala-gejala dari perdarahan varices-varices
adalah muntah darah (muntahan dapat berupa darah merah bercampur dengan
gumpalan-gumpalan atau “coffee grounds”, yang belakangan disebabkan oleh efek
dari asam pada darah), mengeluarkan tinja/feces yang hitam, disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam darah ketika melewati usus (melena), dan kepeningan
orthostatic (orthostatic dizziness) atau pingsan,disebabkan oleh suatu kemerosotan
dalam tekanan darah terutama ketika berdiri dari suatu posisi berbaring).
b. Hepatic encephalopathy
Adalah suatu keadaan dimana unsure-unsur racun berakumulasi secara cukup
dalam darah sehingga fungsi dari otak menjadi terganggu. Tidur pada siang hari
daripada pada malam hari (berbanding terbalik dengan pola tidur yang normal)

5
merupakan gejala yang paling dini dari hepatic encephalopathy. Gejala-gejala lainnya
adalah cepat marah, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau melakukan
perhitungan, kehilangan memori, kebingungan atau tingkat kesadaran yang tertekan
(dapat mengakibatkan keparahan pada penyakit ini bahkan dapat menimbulkan
kematian).
c. Hepatorenal syndrome
Adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjal-ginjal
berkurang. Fungsi yang berkurang disebabkan oleh perubahan-perubahan cara darah
mengalir melalui ginjal. Hepatorenal syndrome didefinisikan sebagai kegagalan yang
progresif dari ginjal-ginjal untuk membersihkan unsur-unsur dari darah dan
menghasilkan jumlah-jumlah urine yang memadai. Ada dua tipe dari hepatorenal
syndrome, yaitu yang terjadi secara berangsur-angsur melalui waktu berbulan-bulan
dan yang terjadi secara cepat melalui waktu dari satu atau dua minggu.
d. Hepatopulmonary syndrome
Pasien dapat mengalami kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu
yang dilepas pada sirosis telah berlanjut dan menyebabkan paru-paru berfungsi secara
abnormal. Darah yang mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak
dapat mengambil cukup oksigen dari udara didalam alveoli. Akibatnya pasien
mengalami sesak napas, terutama dengan pengerahan tenaga.
e. Hypersplenism
Adalah istilah yang berhubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang
rendah (anemia), jumlah sel darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau suatu
jumlah platelet yang rendah (thrombocytopenia). Anemia dapat menyebabkan
kelemahan, leucopenia dapat menjurus pada infeksi-infeksi, dan thrombocytopenia
dapat mengganggu pembekuan darah dan berakibat pada perdarahan yang
berkepanjangan (lama).
f. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)
Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja dapat meningkatkan risiko
kanker hati utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer) merujuk pada
fakta bahwa tumor berasal dari hati. Suatu kanker hati sekunder adalah satu yang
berasal dari mana saja didalam tubuh dan menyebar (metastasis) ke hati.

6
F. Manifestasi klinis sirosis hepatis
a. Pembesaran Hati ( hepatomegali )
Pada awal perjalanan sirosis, hati cendrung membesar dan sel-selnya
dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat
diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran
hati yang cepat sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati
(kaosukalisoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan
berkurang setelah jaringan parut sehingga menyebabkan pengerutan jaringan hati.
b. Obstruksi Portal dan Asites.
c. Varises Gastroinstestinal.
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik yang
mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam sistem gastrolintestinal
dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke dalam pembuluh darah
dengan tekanan yang lebih rendah.
d. Edema
e. Defisiensi Vitamin dan Anemia.
Kerena pembentukan, penggunaan, dan penyimpanan vitamin tertentu yang
tidak memadai (terutama vitamin A, C, dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin
tersebut sering dijumpai khususnya sebagai fenomena hemoragi yang berkaitan
dengan defisiensi vitamin K.Tanda dan gejala (manifestasi klinis) Terdapat beberapa
gejala pada sirosis hati, seperti :
1. Kelelahan
2. hilang nafsu makan
3. mual-mual
4. badan lemah
5. Kehilangan berat badan
6. Nyeri lambung
7. Air kencing berwarna gelap
8. Kadang-kadang hati teraba keras.
9. Gangguan pencernaan.

7
G. Woc sirosis hepatis

Infeksi Hepatitis B/C Alkohol

Peradangan sel hati Nyeri akut

Nekrosis hati

Pembentukan jaringan parut

Atropi hati dan parenkim rusak

Sirkulasi darah berkurang

Gangguan aliran darah porta Tekanan balik pada system porta

Hipertensi porta

Gangguan sekresi ADH kadar protein plasma menurun

Garam dan air tertahan di ginjal

Na dan air tertahan Peningkatan sintesis dan aliran limfa di hati

Hepatomegali

Kelebihan volume cairan Menghancurkan sel darah

Gangguan faktor pembekuan

Kelemahan fisik

Intoleransi aktivitas

8
H. Pemeriksaan penunjan

1.Pemeriksaan Laboratorium

a. Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada ikterus.
Pada penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine berkurang (urine kurang dari 4
meq/l) menunjukkan kemungkinan telah terjadi syndrome hepatorenal.
b. Tinja
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen . pada penderita dengan ikterus , ekskresi
pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah,di dalam usus akan
diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebab tinja berwarna coklat atau
kehitaman
c. Darah
Biasahnya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan kadang-kadang
dalam bentukmakrosister yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin B12 atau
karena splenomegali. Bila mana penderita pernah mengalami perdarahan gastrointestinal
maka baru akan terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni bersamaan dengan adanya
trombositopeni.
d. Tes Faal Hati
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati ,lebih lagi penderita yang sudah
disertain tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin menaik, sedangkan albumin menurun.
Pada orang normal tiap hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan sirosis hanya
dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr perhari.9 kadar normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL38. Jumlah
albumin dan globulin yang masing-masing diukur melalui proses yang disebut elektroforesis protein
serum. Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1 atau lebih.39 selain itu, kadar asam
empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk mendeteksi kelainan hati secara dini.
2. Sarana penunjang Diagnostik
a. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah, pemeriksaan fototoraks,
splenoportografi, percutaneus transhepatic porthography (PTP).
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelainan di hati, termasuk
sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit. Pada tingkat
permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan irregular, tapi hati tumpul, pada

9
fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang
irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas normal.
c. Peritoneoskopi (laparoskopi)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan jelas
kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar atau kecil dan
terdapatnya gambaran fibrosis hati, tapi biasanya tumpul. Seringkali didapatkan
pembesaran limpa.
I. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan sesuai dengan tanda dan gejala yang ada menurut smeltzer & bare,
sebagai berikut :
1. Pemberian antasida untuk mengurangi distres lambung dan meminimalkan
kemungkinan perdarahan.
2. Vitamin dan suplemen nutrisi untuk memperbaiki nutrisi pasien.
3. Pemberian preparat diuretik (fitrosemide dan spironolactone) untuk mengurangi
asites.
4. Asupan kalori dan protein yang adekuat.
5. Pungsi asites bila asites menyebabkan gangguan pernafasan ataupun pasien tidak
berespon dengan pemberian diuretik. Tindakan ini juga untuk tujuan diagnostik.
6. Pengobatan berdasarkan etiologi, misal sirosis hepatis akibat infeksi virus hepatitits
B/C diberikan terapi kombinasi interferon dan ribavirin, terapi induksi interferon,
atau terapi dosis interferon setiap hari. Dasar pemberian interferon 3 juta sampai 5
juta unit tiap hari sampai HCV-RNA/HBV DNA negatif di serum dan jaringan hati.
(Sudoyo,2009; Sutadi , 2003).

Asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis hepatitis


A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada pasien sirosis hepatis meliputi hal-hal di bawah ini
(Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2002).

a) Aktivitas/Istirahat
Pasien melaporkan adanya kelelahan dan kelemahan. Hasil observasi menunjukkan
pasien letargi dan terjadi penurunan tonus otot.
b) Sirkulasi
Pasien melaporkan adanya riwayat kanker hati, dapat terjadi disritmia, distensi vena
jugularis, dan distensi vena abdomen.

10
c) Eliminasi
Pasien melaporkan bahwa urin berwarna gelap/pekat, feses berwarna hitam, terlihat
distensi abdomen karena hepatomegali dan asites.
d) Makanan/Cairan
Pasien melaporkan adanya keluhan tidak nafsu makan, mual, muntah, penurunan
berat badan atau peningkatan berat badan (akibat edema).
Pasien tampak edema, kulit kering, dan turgor buruk.
e) Neurosensori
Orang terdekat pasien melaporkan adanya perubahan mental atau penurunan
kesadaran. Pasien tampak bingung, terjadi penurunan kesadaran, bicara lambat/tidak
jelas, dan terdapat asterik/flapping tremor.
f) Nyeri/Ketidaknyamanan
Pasien melaporkan adanya nyeri tekan pada perut kanan atas dan gatal pada tubuh.
Pasien akan tampak melindungi dan berhati-hati pada area perutnya yang nyeri, serta
fokus pada diri sendiri.
g) Pernapasan
Pasien mengeluhkan adanya sesak, tampak takipnea, pernapasan dangkal, bunyi
napas tambahan, dan ekspansi paru terbatas karena asites.
h) Keamanan
Pasien melaporkan bahwa badan menguning dan terasa gatal. Pasien tampak ikterik,
dapat terjadi perdarahan (hematoma, perdarahan gusi, hematemesis, melena), terdapat
spidernevi ataupun eritema palmar. Pasien mengalami asites (shifting dullness positif)
i) Penyuluhan/Pembelajaran
Pasien dengan sirosis hepatis biasanya memiliki riwayat konsumsi alkohol jangka
panjang, riwayat penyakit empedu, hepatitis, terpajan toksin, trauma hati, perdarahan
saluran cerna, dan penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi hati. Penyuluhan tentang
penyebab sirosis hepatis
dan cara perawatan di rumah perlu dijelaskan pada pasien dan keluarga.
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa pengkajian keperawatan berfokus
pada gejala dan riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya penggunaan alkohol dalam jangka
waktu lama (durasi dan jumlah), riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja,
pajanan obat yang bersifat hepatotoksik, status mental, dan status nutrisi.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan sirosis hepatis
adalah sebagai berikut (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2002; NANDA, 2011).
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d diet tidak
adekuat, ketidakmampuan mencerna makanan.
b) Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan
natrium/masukan cairan.
c) Risiko kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi/status metabolik,
akumulasi garam empedu pada kulit, turgor kulit buruk, penonjolan tulang,
adanya edema, dan asites.
d) Ketidakefektifan pola napas b.d asites, penurunan ekspansi paru,
penurunan energi.

11
e) Risiko cedera b.d profil darah abnormal (gangguan faktor pembekuan,
gangguan absorpsi vitamin K), hipertensi portal
f) Konfusi akut b.d peningkatan kadar amonia serum, ketidakmampuan hati
untuk detoksifikasi.
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan untuk pasien dengan sirosis hepatis adalah sebagai
berikut(Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2002; Wilkinson & Ahern, 2011).
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Intervensi: ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori, bantu dan dorong
pasien untuk makan, berikan makan sedikit dan sering, berikan tambahan garam bila
diizinkan, batasi masukan kafein, beri makanan halus, beri perawatan mulut sebelum
makan, anjurkan untuk berhenti.
merokok, awasi pemeriksaan laboraturium (gula darah, albumin, amonia),
pertahankan status puasa bila diindikasikan, konsul dengan ahli diet, dan berikan obat
sesuai indikasi (vitamin A, D, E, K, B kompleks; antiemetik, dan enzim pencernaan).
b) Kelebihan volume cairan
Intervensi: ukur masukan dan keluaran, timbang berat badan tiap hari, awasi
tekanan darah dan catat adanya distensi vena jugularis, awasi disritmia jantung, kaji
derajat edema, ukur lingkar perut, batasi natrium dan cairan sesuai indikasi, pantau nilai
albumin serum dan elektrolit, berialbumin/plasma ekspander, awasi seri foto dada, dan
beri obat sesuai indikasi (diuretik, kalium, dan vasokonstriktor).
c) Risiko kerusakan integritas kulit
Intervensi: lihat permukaan kulit/titik tekanan secara rutin (gunakan lotiondan
pijat area tubuh yang tertekan terus menerus atau pada area yang terlihat jelas penonjolan
tulangnya), ubah posisi pada jadwal teratur dibantu dengan latihan rentang gerak
aktif/pasif, tinggikan ekstremitas bawah, pertahankan sprei kering dan bebas lipatan, dan
gunting kuku jari hingga pendek (mencegah pasien menggaruk kulitnya terutama saat
tidur).
d) Ketidakefektifan pola napas
Intervensi: awasi karakteristik pernapasan (frekuensi, kedalaman, dan upaya
pernapasan), auskultasi bunyi napas, pertahankan kepala tempat tidur tinggi, dorong
latihan napas dalam dan batuk, ukur suhu, beri oksigen tambahan sesuai indikasi, awasi
nilai AGD sesuai indikasi, dan siapkan
untuk prosedur pungsi asites.
e) Risiko cedera
Intervensi: kaji adanya tanda dan gejala perdarahan saluran cerna (melena,
hematemesis), observasi adanya perdarahan bawah kulit (ekimosis, ptekie), observasi
karakteristik feses dan muntah, lakukan tindakan untuk mencegah trauma (pertahankan
lingkungan yang aman, informasikan pasien untuk tidak mengorek hidung atau bila pilek
membuang ingus secara perlahan, gunakan jarum kecil saat penyuntikan, informasikan
pasien untuk menggunakan sikat gigi berbulu halus dan menghindari tusuk gigi, hindari
mengejan), lakukan kompres dingin jika ada perdarahan bawah kulit, awasi nilai
hemoglobin dan hemostase, beri obat sesuai indikasi (vitamin K, laksatif), siapkan
prosedur bedah (ligasi varises, reseksi esofagogastrik).

12
f) Konfusi akut Intervensi
observasi perubahan perilaku dan mental, catat adanya asterik/fetor
hepatikum/kejang, tanyakan pada orang terdekat tentang perubahan perilaku pasien,
biarkan pasien menulis nama secara periodik dan pertahankan catatan ini untuk
perbandingan, orientasikan klien pada realita, beri periode istirahat dan ciptakan
lingkungan yang tenang, pertahankan tirah baring dan bantu aktivitas perawatan diri,
pasang pengaman tempat tidur, hindari penggunaan narkotik atau sedatif, awasi nilai
laboratorium (amonia, serum elektrolit/SE, ureum, kreatinin, gula darah, dan
hemoglobin), beri obat sesuai indikasi (elektrolit, laksatif, dan antibiotik), beri
oksigen tambahan, dan siapkan untuk prosedur dialisis ataupun plasmaferesis.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

No. Register :OO7985


Ruang :Ruang Anggrek
Tanggal/Jan MRS : 22 September 2012 (Jam 15.00)
Tanggal Pengkajian : 23 September 2012
Diagnosa Medis : Sirosis hepatis
A. Pengkajian
1. IDENTITAS
a. Biodata Pasien
Nama : Tn. MS
Alamat : Jl.Cidodol No.34-Grogol selatan Kebayoran
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 41 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa barat/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
b. Biodata Penanggung jawab
Nama : Ny. M
Alamat : Jl.Cidodol No.34-Grogol selatan Kebayoran
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa barat/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasie : Istri Pasien

14
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mual.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh perutnya sakit dan begah seperti ditusuk-tusuk dan terasa penuh di
perut bagian kanan atas sehingga pasien sulit untuk bergerak dan berkurang rasa
sakitnya apabila dibuat duduk dalam posisi semifowler. Rasa sakit itu muncul apabila
pasien duduk dan saat melakukan aktifitas terlalu berat sehingga pasien hanya berada di
atas tempat tidur sepanjang hari. Pasien mengatakan rasa sakitnya sudah dirasakan
sejak 2 minggu lalu tanggal 6 september 2012, namun rasa sakitnya tidak dapat ditahan
lagi mulai tiga hari sebelum masuk rumah sakit yakni tanggal 19 September 2012.
Pasien juga mengeluh mual dan tidak nafsu makan serta nyeri di daerah perut. Nyeri
pasien terkaji pada skala nyeri 7 (nyeri berat terkontrol) menurut skala Smeltzer (0-10).
Nyeri muncul saat pasien bergerak dan beraktifitas, sehingga pasien hanya berbaring di
tempat tidur. Nyeri itu muncul saat pasien mulai kesulitan makan karena mual. Pasien
juga mengatakan saat malam sering sesak napas karena perutnya yang semakin
membesar sehingga sulit digunakan untuk bernafas dan akan berkurang jika pasien
duduk dalam posisi semifowler. Sesak nafas itu selalu terjadi saat malam hari dan
sangat mengganggu aktifitas. Rasa sakitnya sangat dirasakan pasien terutama di daerah
dada dan paru-paru. Gejala di mulai sejak 2 minggu lalu sebelum pasien masuk rumah
sakit atau tepatnya tanggal 6 september 2012.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan punya riwayat penyakit kuning 6 bulan yang lalu yakni sekitar
bulan Maret 2012 dan dirawat di RS Cilegon. Pasien juga mengatakan selama ini telah
mengkonsumsi obat-obatan seperti : Lactolac 3x CI, Sucralent 3 x CI, Spironolakton
4x25 mh/hari, dan Furosemid.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Istri pasien mengatakan bahwa keluarghanya tidak ada yang mempunyai penyakit
menurun dan menular.

15
3. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1. Pemenuhan Nutrisi– Makan 3 x sehari, Makanan cair hangat
Cairan Porsi ½ - 1 piring/ makan sebanyak 3 kali sehari.
dengan menu nasi, Lauk pauk
dan sayur.
Minum: 6-10 gelas perhari
Jenis minuman: air putih,
teh,kopi, ramuan jamu
2. Pemenuhan BAK: volume tidak BAK :Volume 1000
Eliminasi teridentifikasi cc/24 jam
Warnanya seperti teh pekat dan Warnanya seperti teh
berlangsung 2 minggu. pekat
Frekwensi 15-17 kali/24 jam kesulitan tidak ada
Kesulitan tidak ada BAB: Frekuensi 1 hari,
BAB :frekwensi 1hari warna pucat, konsistensi
Warna : kuning lunak dan kesulitan tidak
Konsistensi lunak ada.
Kesulitan tidak ada
3. tidur-istirahat Siang tidak pernah tidur Siang 2-3 jam mulai
Malam 6-7 jam mulai pukul pukul 12.00 – 15.00 WIB
22.00 - 05.00 WIB malam : 6 – 7 jam mulai
pukul 21.00-05.00 WIB
tapi pasien sering
bangunkarena perut
terasatidak enak (begah)
dan terbaring lemas
ditempat tidur
4.Aktifitas Pasien bekerja sebagai buruh di Pasien saat di rumah
sebuah pabrik kayu di desanya. sakit hanya duduk-duduk
dan berbaring.
5. Personal Hygiene Pasien mandi 2x/hari, keramas 2 Pasien mandi dengan
hari 1x, gosok gigi 2x/hari, ganti diseka 2x/hari, belum

16
baju 2x/hari ketramas dan belum
gosok gigi.
6. Ketergantungan Pasien memiliki kebiasaan Pasien tidak melakukan
merokok dan sering minum kebiasaan merokok dan
jamu/obat tradisional. minum jamu, dan pasien
dapat mengikuti asuhan
keperawatan dengan baik

17
4. DATA PSIKOSOSIAL
a. Status Emosi
Emosi klien stabil
b. Konsep Diri
Body Image : Klien tampak
cemasdantidaknyamandengankeadaannyanamuntetapkooperatif
Self Ideal :Klien ingin cepat sembuh dan ingin dapat beraktifitas dengan normal.
Self Esteam : Klien merasa diperlakukan baik oleh dokter dan perawat
Role :Klien merupakan seorang buruh
Self Identity : Klien seorang laki-laki berumur 41 tahun dan bekerja sebagai
seorang buruh.
c. Interaksi Sosial
Hubungan klien dengan keluarga, klien dengan perawat, dan klien dengan pasien
lainnya terjalin cukup baik.
d. Spiritual
Di rumah sakit klien hanya berdoa dan memohon kesembuhan sambil berbaring
ditempat tidur.

5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Cukup
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-Tanda Vital :1) Tekanan darah = 100/60 mmHg
2) Suhu tubuh 375oC,
3) RR = 24X/menit
4) Nadi=96X/menit (regular)
5) BB sebelum sakit : 69 kg dan BB saat sakit : 58 kg, TB:
167cm, LILA :27 cm. IMT......?
d.Kepala
Simetris, pusing, benjolan tidak ada. Rambut tumbuh merata dan tidak botak, rambut
berminyak dan tidak rontok.
Wajah
Simetris, odema , otot muka dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak ada,
Wajah menyeringai dan meringgis karena kesakitan

18
2) Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemia, pupil isokor dan sklera
ikterus (berwarna kuning), reflek cahaya positif serta tajam penglihatan menurun.
Telinga
Tidak ada serumen, membran timpani dalam batas normal
Hidung
Deformitas (kelainan bentuk), mukosa, secret, bau, obstruksi, polip tidak ada,
pernafasan cuping hidung tidak ada.
5) Mulut
Tidak ada stomatitis dan mukosa bibir tampak kering.
e. Leher
Fungsi menelan normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
vena jugularis, dan tidak ada kaku kuduk.
f. Dada dan Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada simetris, dan napas dangkal
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suaraparu : sonor
Auskultasi : Terdapatronchi
g. Abdomen
Inspeksi : Terdapat asitesdanterlihat spider nevi
Auskultasi : Bbising usus 17x/menit
Palpasi :Nyeri tekan di daerah epigastrium dan didaerah sekitar organ hati saat
di palpasi terasa kenyal dan terdapat asites
Perkusi : Tympani

h. Ekstrimitas
Atas : Akral hangat, terpasang infus di tangan kanan, tidak ada luka ,dan tidak ada
kelumpuhan.
Bawah : tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada luka, dan tidak terpasang infus di kaki
kanan maupun kiri.
i.Genetalia
Fungsi genetalia baik dan terpasang kateter.

19
j. Integumen
Seluruh bagian tubuh terlihat kekuningan, kulit tampak kusam dankering serta turgor
kulitmenurun.

20
B. ANALISA DATA
NAMA : Tn. Ms RUANG : Anggrek
UMUR : 41 tahun NO.REGISTRASI : 007985
NO. PENGELOMPOKAN DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Data Subyektif: Pengumpulan Gangguan
- Pasien mengatakan sulit untuk bernapas cairan intra ketidakefektifan
- Pasien mengatakan sesak napas abdomen pola nafas.
Data Obyektif:
-Pola pernafasan pasien tidak teratur penurunan
dan bernafas dengan frekuensi cepat ekspansi paru
(takipnea).
-Pasien tampak mengalami pernapasan asites
dangkal.
-Observasi TTV akumulasi secret.
RR : 24 X/menit.
TD:100/70 mmHg Pola nafas tidak
N: 96 X/menit efektif
S: 375 oC
2. Data Subyektif: meningkatnya Perubahan status
kebutuhan
-Pasien mengatakan mual jika makan nutrisi, kurang dari
metabolic
Data Obyektif: kebutuhan tubuh
-Pasien tidak bisa makan lewat oral menurunnya
absorbsi zat gizi
- BB sebelum sakit 69 kg dan saat sakit
58 kg
kebutuhan
nutrisi kurang
3. Data Subyektif: Spasme otot Gangguan rasa
- Pasien mengatakan sakit pada perutnya abdomen nyaman nyeri
jika ditekan.
Data Obyektif: Inflamasi akut
- pasien terlihat kesakitan
- abdomen terasa nyeri jika ditekan Nyeri
- pasien terlihat tidak nyaman
4. Data Subyektif: Gangguan Gangguan

21
-Pasien mengatakan air kencingnya metabolisme Integritas kulit
berwarna seperti teh pekat bilirubin
-Pasien mengatakan bahwa air
kencingnya selalu berwarna seperti the Bilirubin tidak
dan feses pucat serta sudah berlangsung terkonjugasi
sekitar dua minggu.
Data Obyektif: Ikterik
-Kulit dan daerah mata (khusus Sklera)
pasien tampak berwarna kekuningan Penumpukan
(ikterus) garam empedu di
- Hasil laboratorium cek darah bawah kulit
Protein total : 4,6 g/dl ( N : 6,1-8,2 )
Albumin : 3.2 g/dl ( N : 3,8-5,0 ) Pruritus
Globulin : 1.4 g/dl ( N : 2,3-3,2 )
Bilirubin total : 2.7mg/dl ( N : 0,2-1,0 ) Kerusakan
Bilirubin direk : 0.6 mg/dl ( N : 0-0,2 ) integritas kulit
Bilirubin indirek : 2.1 mg/dl ( N : 0,2-
0,8 )
SGOT : 57 u/l ( N : 5-40 )
SGPT : 57 u/l ( N : 5-41 )
- Kulit pasien tampak kusam dan
kering.
-Turgor kulit pasien menurun
-Didaerah sekitar organ hati saat di
palpasi terasa kenyal

22
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA : Tn.MS RUANG : Anggrek
UMUR : 41 tahun NO.REGISTRASI: 007985
NO. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. 23 September 2012 Gangguan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
pengumpulan cairan intra abdomen, penurunan ekspansi paru
akibat asites ,akumulasi sekret berlebihan.
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan sulit untuk bernapas
-Pasien mengatakan sesak napas
Data Obyektif:
-Pola pernafasan pasien tidak teratur dan bernafas dengan
frekuensi cepat (takipnea).
-Pasien tampak mengalami pernapasan dangkal.
-Observasi TTV
RR : 24 X/menit.
TD:100/70 mmHg
N: 96 X/menit S: 375 oC
2. 23 September 2012 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
kebutuhan intake yang kurang.
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan mual jika makan
Data Obyektif:
-Pasien tidak bisa makan lewat oral
- BB sebelum sakit 69kg dan BB saat sakit 58kg
3. 25 September 2012 Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan spasme
otot abdomen
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan sakit pada perutnya jika ditekan
Data Obyektif:
- Pasien terlihat kesakitan
- Abdomen terasa nyeri jika ditekan
- Pasien terlihat tidak nyaman
4. 26 September 2012 Gangguan Integritas kulit dan system perkemihan (urinaria)

23
berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin dalam darah
akibat peradangan .
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan air kencingnya berwarna seperti teh pekat
-Pasien mengatakan bahwa air kencingnya selalu berwarna
seperti teh dan feses pucat serta sudah berlangsung sekitar dua
minggu.
Data Obyektif:
-Kulit dan daerah mata (khusus Sklera) pasien tampak
berwarna kekuningan ( ikterus)
- Hasil laboratorium cek darah
Protein total : 4,6 g/dl ( N : 6,1-8,2 )
Albumin : 3.2 g/dl ( N : 3,8-5,0 )
Globulin : 1.4 g/dl ( N : 2,3-3,2 )
Bilirubin total : 2.7mg/dl ( N : 0,2-1,0 )
Bilirubin direk : 0.6 mg/dl ( N : 0-0,2 )
Bilirubin indirek : 2.1 mg/dl ( N : 0,2-0,8 )
SGOT : 57 u/l ( N : 5-40 )
SGPT : 57 u/l ( N : 5-41 )
- Kulit pasien tampak kusam dan kering.
-Turgor kulit pasien menurun
-Didaerah sekitar organ hati saat di palpasi terasa kenyal

24
D. INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA : Tn. MS RUANG : Anggrek
UMUR : 41 th NO.REGISTRASI: 007985
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Jangka Pendek: 1.Awasi 1.Pernafasan
ketidakefektifan Dalam 1x24 jam frekwensi, dangkal/cepat
pola nafas perbaikan status kedalaman dan kemungkinan ada
berhubungan pernapasan dan upaya pernafasan. sehubungan dengan
dengan pengurangan gejala 2.Ubah posisi hipoksia atau akumulasi
pengumpulan sesak napas. sering dorong cairan dalam abdomen.
cairan intra Jangka Panjang: nafas dalam 2.Membantu ekspansi
abdomen, Dalam 2x24 jam latihan dan batuk. paru dalam
penurunan pasien dapat 3.Berikan posisi memobilisasi lemak.
ekspansi paru bernapas secara semi fowler 3.Memudahkan
akibat asites, normal kembali. 4.Monitor jumlah pernafasan dengan
akumulasi secret Kriteria Hasil: pernapasan menurunkan tekanan
berlebihan. -Memperlihatkan dengan observasi pada diafragma dan
frekuensi respirasi TTV meminimalkan sekret.
yang normal (12- 5.Kolaborasi 4.Mengetahui status
18/menit) tanpa dengan tim medis perkembangan
terdengarnya suara dalam pernapasan pasien.
pernapasan pemantauan 5.Memberikan obat
tambahan. perkembangan peroral dan parenteral
-Memperlihatkan pasien pada pasien untuk
pengembangan kesembuhan pasien.
toraks yang penuh
tanpa gejala
pernapasan
dangkal.
2. Gangguan Jangka pendek 1. Motivasi pasien 1. Motivasi sangat
pemenuhan :dalam 1x24 jam untuk makan penting bagi penderita
kebutuhan diharapkan intake makanan sesuai anoreksia dan gangguan

25
nutrisi makan dapat lebih diit yang gastrointestinal.
berhubungan baik dianjurkan dan 2. Makanan dengan porsi
dengan intake Jangka panjang : suplemen kecil dan sering lebih
yang kurang. Dalam 3x24 jam makanan. ditolerir oleh penderita
kebutuhan nutrisi 2. Tawarkan anoreksia.
dapat terpenuhi makanan dengan 3. Meningkatkan selera
Kriteia Hasil : porsi sedikit tapi makan
- BB dapat sering. 4. Mengurangi cita rasa
meningkat 3. Hidangkan yang tidak enak dan
- gangguan makanan yang merangsang selera
kebutuhan nutrisi menimbulkan makan.
dapat teratasi selera dan 5. Mengurangi gejala
-NGT dapat menarik dalam gastrointestinal dan
secepatnya dilepas penyajiannya. perasaan tidak enak
dari pasien 4. Pelihara hygiene pada perut yang dapat
oral sebelum mengurangi selera
makan. makan dan keinginan
5. Berikan obat terhadap makanan.
yang diresepkan 6. Meningkatkan pola
untuk mengatasi defekasi yang normal
mual, muntah, dan mengurangi rasa
diare atau tidak enak serta distensi
konstipasi. pada abdomen.
6. Motivasi 7. Mendeteksi komplikasi
peningkatan gastrointestinal yang
asupan cairan dan serius.
latihan jika pasien
melaporkan
konstipasi.
7. Amati gejala
yang
membuktikan
adanya

26
perdarahan
gastrointestinal.
3. Nyeri dan Jangka pendek : 1. Hitung dan 1. Dapat mengetahui
gangguan rasa dalam 1x24 jam tentukan skala tingkat keparahan nyeri
nyaman diharapkan nyeri nyeri yang dirasakan pasien.
berhubungan dapat berkurang 2.Kaji dan catat 2. Dapat memberikan
dengan spasme Jangka panjang : nyeri dan implementasi
otot abdomen Dalam 3x24 jam karakteristiknya : keperawatan yang tepat
diharapkan nyeri lokasi, kwalitas, pada pasien.
sudah tidak frekuensi dan 3. Supaya pasien dapat
dirasakan durasi rileks dan rasa nyeri
Kriteria Hasil: 3.Berikan kompres dapat berkurang
-nyeri pada pasien hangat pada 4. Agar pasien dapat
berkurang abdomen yang mengalihkan pikirannya
-nyeri pada pasien sakit dari rasa nyeri ke hal-
tidak dirasakan 4.Ajarkan teknik hal lain.
lagi. distraksi dan 5. Dapat mengurangi rasa
relaksasi nyeri yang dirasakan
5.Kolaborasi dengan pasien
tim medis untuk
pemberian terapi
analgesik
4. Gangguan Jangka Pendek: 1.Kaji warna urin 1.Mengetahui
Integritas kulit Dalam 2x24 jam, dan warna kulit perkembangan kadar
dan system mampu pasien. bilirubin pasien.
perkemihan mengurangi kadar 2.Observasi dan 2.Memberikan dasar
(urinaria) bilirubin pasien. catat derajat untuk deteksi
berhubungan Jangka Panjang: ikterus pada kulit perubahan dan evaluasi
dengan Dalam 7x24 jam dan sklera. intervensi.
peningkatan diupayakan mampu 3.Lakukan 3.Mencegah kekeringan
kadar bilirubin menormalkan perawatan yang kulit dan
dalam darah kadar bilirubin sering pada kulit, meminimalkan pruritus.
akibat dalam tubuh mandi tanpa 4.Mencegah ekskoriasi

27
peradangan . pasien. menggunakan kulit akibat garukan
Kriteria Hasil: sabun dan 5.Memberikan terapi
-Integritas kulit dan melakukan obat untuk
sistem perkemihan masase dengan mengembalikan kondisi
pasien dapat losion pelembut pasien.
normal kembali. (emolien).
-Warna dari kulit 4. Jaga agar kuku
dan urin pasien pasien tetap
kembali ke keadaan pendek dan
normal. bersih.
5. kolaborasi
dengan tim medis

28
E. IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA : Tn. MS RUANG :Anggrek
UMUR : 41 th NO.REGISTRASI:007985
Tanggal/Jam Dx Keperawatan Implementasi Paraf
23 September Gangguan ketidakefektifan 1.Mengawasi frekwensi,
2012 pola nafas berhubungan kedalaman dan upaya
08.00 dengan pengumpulan cairan pernafasan.
intra abdomen, penurunan 2.Memberikan posisi semi
ekspansi paru akibat asites fowler
,akumulasi secret 3.Monitor jumlah pernapasan
berlebihan. dengan observasi TTV
4.Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemantauan
perkembangan pasien
23 September Gangguan pemenuhan 1. Memotivasi pasien untuk
2012 kebutuhan nutrisi makan makanan dan
08.00 berhubungan dengan intake suplemen makanan.
yang kurang. 2. Menyajikan makanan dengan
porsi sedikit tapi sering.
3. Menghidangkan makanan
yang menimbulkan selera dan
menarik dalam penyajiannya.
4. Memberikan obat yang
diresepkan untuk mengatasi
mual, muntah, diare atau
konstipasi.
5. Mengamati gejala yang
membuktikan adanya
perdarahan gastrointestinal.
25 September Nyeri dan gangguan rasa 1. Memberikan kompres hangat
2012 nyamanberhubungandengan pada abdomen yang sakit
08.00 spasme otot abdomen 2. Mengajarkan teknik distraksi
dan relaksasi

29
3. Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian terapi
analgesik
26 September Gangguan Integritas kulit 1.Mengkaji warna kulit urin
22012 dan system perkemihan pasien.
08.00 (urinaria) berhubungan 2.Melakukan perawatan yang
dengan peningkatan kadar sering pada kulit, mandi tanpa
bilirubin dalam darah menggunakan sabun dan
akibat peradangan melakukan masase dengan
losion pelembut (emolien).
3. Menjaga agar kuku pasien
tetap pendek dan bersih
4. kolaborasi dengan tim
medis

30
F. EVALUASI
NAMA : Tn.MS RUANG : Anggrek
UMUR : 41 tahun NO.REGISTRASI: 007985
No Tanggal Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
1. 24 September Gangguan S: Pasien berkata Sesak napas
2012 ketidakefektifan pola sudah berkurang
nafas berhubungan O: K/Ucukup
dengan pengumpulan Observasi TTV
cairan intra abdomen, RR : 20 X/menit.
penurunan ekspansi TD:100/70 mmHg
paru akibat asites N: 96 X/menit S: 375 oC
,akumulasi secret A: masalah teratasi sebagian
berlebihan. P: Rencana dilanjutkan
1. Memberikan posisi semi
fowler
2. Monitor jumlah pernapasan
dengan observasi TTV
2. 24 September Gangguan pemenuhan S: Pasien
2012 kebutuhan nutrisi berkatanafsumakannyasudah
berhubungan dengan bertambahdanmualberkurang.
intake yang kurang O: K/U cukup
Makan/minum lewat sonde
A: masalah teratasisebagian.
P: Rencana dilanjutkan
1. Memotivasi pasien untuk makan
makanan dan suplemen
makanan.
2. Menyajikan makanan dengan
porsi sedikit tapi sering.
3. 26 September Nyeri dan gangguan S: Px mengatakan kalau perutnya
2012 rasa nyaman sakit bila ditekan.
berhubungan dengan O: K/Ucukup
spasme otot abdomen Nyeritekanpada abdomen.

31
A: masalah teratasi sebagian
P: Rencana dilanjutkan
1. Memberikan kompres hangat
pada abdomen yang sakit
2. Mengajarkan teknik distraksi
dan relaksasi
4. 27 September Gangguan Integritas S: pasien mengatakan
2012 kulit dan system kencingnya masih seperti teh
perkemihan (urinaria) O: Kulit dan daerah mata (khusus
berhubungan dengan Sklera) pasien tampak berwarna
peningkatan kadar kekuningan ( ikterus)
bilirubin dalam darah A: Masalah teratasi sebagian.
akibat peradangan . P: Rencana dilanjutkan
1. Mengkaji warna kulit urin
pasien.
2. Melakukan perawatan yang
sering pada kulit, mandi tanpa
mengguna-kan sabun dan
melakukan masase dengan losion
pelembut (emolien).

32
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan

Sirosis hepatis adalah penyakit yang diandai oleh adanya peradangan difus dan
menahun pada hati, diikiti dengan poliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel-
sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. Istilah Sirosis hati
diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang berarti kuning
orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodul nodul yang terbentuk.
Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi
yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi
jaringan mengalami fibrosis. Secara lengkap Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana
sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati
mengalami perubahanmenjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis)
disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi.
Secara morfologi, sirosis dibagi atas jenis mikronodular (portal), makronodular
(pascanekrotik) dan jenis campuran, sedang dalam klinik di kenal 3 jenis, yaitu portal,
pascanekrotik, dan bilier. Penyakit- penyakit yang diduga dapat menjadi penyebab sirosia
hepatis antara lain malnutrisi, alkoholisme, virus hepatis, kegagalan jantung yang
menyebabkan bendungan vena hepatika, penyakit Wilsosn, hemokromatosis, zat toksik,
dan lain-lain.Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan
beratnya kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan apabila ada
kekurangan, kami mohon saran dan kritik membangun sehingga dapat kami tingkatkan
dikemudian hari.

33

Anda mungkin juga menyukai