Makalah Modulasi
Makalah Modulasi
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan di atas, maka tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu
1. Mengetahui dan memahami tentang Modulasi Frekuensi (FM)
2. Mengetahui prinsip dasar atau teknik penyiaran pada radio FM
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2. 6 FM Exciter
Jantung dari pemancar siaran FM terletak pada exciter-nya. Fungsi dari
exciter adalah untuk membangkitkan dan memodulasikan gelombang pembawa
dengan satu atau lebih input (mono, stereo, SCA) sesuai dengan standar FCC.
Gelombang pembawa yang telah dimodulasi kemudian diperkuat oleh wideband
amplifier ke level yang dibutuhkan oleh tingkat berikutnya. Direct FM merupakan
teknik modulasi dimana frekuensi dari oscilator dapat diubah sesuai dengan
tegangan yang digunakan. Seperti halnya oscilator, disebut voltage tuned oscilator
(VTO) dimungkinkan oleh perkembangan dioda tuning varaktor yang dapat
merubah kapasitansi menurut perubahan tegangan bias reverse (disebut juga
voltage controlled oscillator atau VCO). Kestabilan frekuensi dari oscillitor direct
FM tidak cukup bagus, untuk itu dibutuhkan automotic frekuensi control system
(AFC) yang menggunakan sebuah Kristal oscillator stabil sebagai frekuensi
referensi. Komponen AFC berperan sebagai pengatur frekuensi yang dibangkitkan
oscillator lokal untuk dicatukan ke mixer, sehingga frekuensi oscillator menjadi
stabil.
BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN
+ ………
dengan
eFM : amplitudo sesaat gelombang termodulasi FM
mf : indeks modulasi FM
dan
Vc J0 (mf) sin ωc t = komponen frekuensi pembawa
Vc{J1 (mf) [sin (ωc+ωm)t - sin (ωc - ωm)t]} = komp. bid. sisi pertama
Vc {J2 (mf) [sin (ωc + 2ωm )t - sin (ωc - 2ωm )t]} = komp. bid. sisi ke-dua
vc {J3 (mf) [sin (ωc + 3ωm )t - sin (ωc - 3ωm )t]} = komp. bid. sisi ke-tiga
Vc {J4 (mf) [sin (ωc + 4ωm )t - sin (ωc - 4ωm )t]} = komp. bid. sisi ke-empat
Vc {J4 (mf) [sin (ωc + 5ωm )t - sin (ωc - 5ωm )t]} = komp. bid. sisi ke-lima
Penyelesaian fungsi Bessel orde ke-n untuk berbagai indeks modulasi dapat
dilihat pada gambar di bawah
Dengan memasukkan nilai-nilai indeks modulasi, frekuensi pembawa, dan
frekuensi pemodulasinya maka dapat ditentukan pula penyelesaian fungsi Bessel
yang bersangkutan. Selanjutnya dapat digambarkan spektrum frekuensi sinyal
termodulasi FM yang bersangkutan.
Lebar-bidang yang dibutuhkan untuk mentransmisikan sinyal FM adalah
sebagai berikut
BW = 2 ( n . fm )
Dengan n adalah nilai tertinggi komponen bidang-sisi dan fm adalah frekuensi
tertinggi pemodulasi. Oleh karena pada kenyataannya nilai n mencapai tak hingga,
maka secara teoritis lebar bidang yang dibutuhkan adalah tak hingga pula. Namun,
amplitudo komponen bidang sisi untuk n yang bernilai besar menjadi tidak terlalu
signifikan sehingga kontribusinya dapat diabaikan. Dengan pertimbangan ini,
maka nilai n yang digunakan untuk menentukan lebar bidang adalah nilai n yang
masih memberikan kontribusi signifikan pada amplitudo komponen bidang
sisinya. Kontribusi yang dapat dianggap signifikan adalah yang memberikan
tegangan sebesar minimal 1% atau – 40 dB. Hal ini dapat dilihat pada tabel fungsi
Bessel, misalnya untuk mf sebesar 5 maka jumlah n yang signifikan adalah 8
(sampai dengan J8 , untuk n > 8 diabaikan). Pada tahun 1938 J.R. Carson
menyatakan bahwa untuk mentransmisikan sinyal termodulasi FM dibutuhkan
lebar bidang minimal dua kali jumlahan deviasi frekuensi dengan frekuensi
maksimum sinyal termodulasi. Selanjutnya hal ini dikenal dengan Carson’s rule
dan dapat dinyatakan sebagai:
BW = 2 ( δ + fm )
Pada FM (Frekuensi Modulation) merupakan kasus khusus dari modulasi
sudut (angular modulation). Dalam sistem modulasi sudut frekuensi dan fasa dari
gelombang pembawa berubah terhadap waktu menurut fungsi dari sinyal yang
dimodulasikan (ditumpangkan). Misal persamaan gelombang pembawa
dirumuskan sebagai berikut :
Uc = Ac sin (wc θ + c)
Dalam modulasi amplitudo (AM) maka nilai ‘Ac‘ akan berubah-ubah menurut
fungsi dari sinyal yang ditumpangkan. Sedangkan dalam modulasi sudut, yang
diubah - ubah adalah salah satu dari komponen ‘wc θ+ c‘. Jika yang diubah-ubah
adalah komponen ‘wcθ‘ maka disebut Frekuensi Modulation (FM). Jadi dalam
sistem FM sinyal modulasi (yang ditumpangkan) akan menyebabkan frekuensi
dari gelombang pembawa berubah-ubah sesuai perubahan frekuensi dari sinyal
modulasi.
Pada siaran radio, dalam pengoperasiannya menggunakan teknik modulasi,
di mana sinyal yang menumpang adalah sinyal suara, sedangkan yang ditumpangi
adalah sinyal radio yang disebut sinyal pembawa (carrier). Teknik modulasi yang
sering dipakai adalah FM. Gelombang/sinyal carrier adalah gelombang radio yang
mempunyai frekuensi jauh lebih tinggi dari frekuensi sinyal informasi. Berbeda
dengan sinyal suara yang mempunyai frekuensi beragam dengan rentang 20 Hz
hingga 20 kHz, sinyal carrier ditentukan pada satu frekuensi saja. Di Indonesia,
alokasi frekuensi sinyal carrier untuk siaran FM ditetapkan pada frekuensi 87,5
MHz - 108 MHz.
Sinyal radio dipancarkan menggunakan gelombang pembawa. Pemancar
radio mengubah, atau melakukan modulasi gelombang radio agar dapat
menyampaikan informasi. Pada pemancar radio dengan teknik modulasi FM,
frekuensi gelombang carrier akan berubah seiring perubahan sinyal suara atau
informasi lainnya. Amplitudo gelombang carrier relatif tetap. Setelah dilakukan
penguatan daya sinyal (agar bisa dikirim jauh), gelombang yang telah tercampur
tadi dipancarkan melalui antena. Gelombang ini akan mengalami redaman oleh
udara dan mendapat interferensi dari frekuensi-frekuensi lain, noise, atau bentuk-
bentuk gangguan lainnya. Tetapi, karena gangguan itu umumnya berbentuk
variasi amplitudo, kecil kemungkinan dapat memengaruhi informasi yang
menumpang dalam frekuensi gelombang carrier. Pesawat penerima radio
menangkap sinyal ini, memperkuat dan kemudian mengartikannya. Akibatnya,
mutu informasi yang diterima tetap baik. Dan kualitas audio yang diterima juga
lebih. Namun, FM memiliki jangkauan siaran terbatas (75 km), dibalik
gunung/bukit tidak bisa ditangkap siarannya.
BAB IV
KESIMPULAN