Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu keadaan patologis yang

sudah sangat lama dikenal dan dapat dijumpai diberbagai pelayanan

kesehatan primer sampai subspesialitik. Infeksi ini juga merupakan penyakit

infeksi bakterial tersering yang didapat pada praktek umum dan bertanggung

jawab terhadap morbiditas khususnya pada wanita dalam kelompok usia

seksual aktif. Dikatakan juga bahwa infeksi saluran kemih (ISK) merupakan

penyebab utama sepsis gram negatif pada penderita yang dirawat di Rumah

Sakit (http://www.wordpres.com).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI)

adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih

(Agus Tessy, 2001).

Dari laporan yang dilakukan di Amerika dan Eropa tahun 2003.

Infeksi saluran kemih (ISK) menempati urutan teratas sebagai penyebab

infeksi nosokomial dan hampir 95% diakibatkan oleh pemakaian kateter.

Komplikasi infeksi saluran kemih (ISK) yang paling berat adalah urosepsis

dengan angka kematian yang masih tinggi antara 25 – 60% , dan bisa

menyebabkan terjadinya gagal ginjal akut. (http://www.wordpres.com)

Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), jumlah pasien rawat

inap penderita BSK di rumah sakit seluruh Indonesia yaitu 17.059

1
2

penderita, dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,97%. Menurut DepKes RI

(2006), jumlah pasien rawat inap penderita Infeksi saluran kemih di

Rumah Sakit seluruh Indonesia yaitu 16.251 penderita dengan CFR

0,94%. DepKes RI (2006)

Rekam medis RSUD Dr. R. Soedjono Selong menunjukkan jumlah

penderita Infeksi Saluran Kemih yang dirawat di RSUD Dr. R. Soedjono

Selong pada 3 tahun terakhir ini yaitu tahun 2010 sebanyak 11 orang yang

terdiri dari perempuan 4 orang dan laki-laki 7 orang, tahun 2011 jumlah

penderita Infeksi Saluran Kemih sebanyak 45 orang dengan jenis kelamin

perempuan sebanyak 27 orang , laki–laki sebanyak 18 orang, tahun 2012

penderita Infeksi Saluran Kemih berjumlah 7 orang, yang terdiri dari

perempuan saja 7 orang. (Catatan Rekam Medis RSUD Dr. R. Soedjono

Selong, 2012).

Infeksi Saluran Kemih ISK adalah suatu keadaan adanya infeksi

bakteri pada saluran kemih (Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih

dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik

pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua

jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria

dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih

pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri

terutama scherichia coli : resiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi

seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis


3

perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin

Tucker, dkk, 1998).

Usaha yang bisa dilakukan oleh perawat, Dikes dan pihak rumah sakit

untuk mengurangi masalah Infeksi Saluran Kemih adalah memberikan

pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang bagaimana mencegah

Infeksi Saluran Kemih dan bagaimana cara menaggulangi jika telah terjadi

Infeksi Saluran Kemih pada masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk menyusun

Proposal Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul “Tingkat Pengetahuan Pasien

Tentang Penyakit Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. R. Soedjono Selong Lotim”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah tingkat pengetahuan

Pasien Tentang penyakit Infeksi Saluran Kemih di Rumah sakit Umum Dr.

R. Soedjono Selong Lotim”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

Bagaimanakah tingkat pengetahuan Pasien Tentang penyakit Infeksi

Saluran Kemih di Rumah sakit Umum Dr. R. Soedjono Selong

Lotim”.

1.3.2 Tujuan Khusus


4

a. Mengetahui tingkat pengetahuan Pasien tentang penyakit Infeksi

Saluran Kemih

b. Mengetahui tingkat pengetahuan Pasien tentang penyebab

penyakit Infeksi Saluran Kemih

c. Mengetahui tingkat pengetahuan Pasien tentang tanda dan gejala

penyakit Infeksi Saluran Kemih

d. Mengetahui tingkat pengetahuan Pasien tentang penatalaksanaan

penyakit Infeksi Saluran Kemih

e. Mengetahui tingkat pengetahuan Pasien tentang pencegahan

penyakit Infeksi Saluran Kemih

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian yang akan dilakuikan diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi:

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, dapat menambah

pengetahuan dan imformasi tentang penyakit Infeksi Saluran Kemih

dan penanganannya

1.4.2 Manfaat Bagi Individu, keluarga dan masyarakat

Memberikan pengetahuan tentang penyakit Infeksi Saluran

Kemih, yang jelas bagi masyarakat tentang penyakit dan pencegahan

penyakit penyakit Infeksi Saluran Kemih

1.4.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit Umu Daerah Dr.R. Soedjono Selong
5

Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Lotim dan bahan

evaluasi terhadap program pemberantasan penyakit Infeksi Saluran

Kemih

1.4.4 Manfaat untuk peneliti selanjutnya

Peneliti ini kiranya dapat menambah peneliti terhadap penyakit

Infeksi Saluran Kemih dan dapat dijadikan sebagai literatur bagi

peneliti lain yang berminat melakukan penelitian serupa dimasa yang

akan datang.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan proposal ini terdiri dari 3 Bab yaitu:

Bab 1 adalah Pendahuluan, meliputi : latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

Bab 2 adalah Tinjauan Teori, berisi tentang konsep pengetahuan

meliputi: pengertian, faktor yang mempengaruhi pengetahuan, tingkatan

pengetahuan, cara pengukuran pengetahuan dan cara memperoleh

pengetahuan. Konsep gangguan pendengaran pada lansia meliputi :

pengertian, penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan

penunjang, penatalaksanaan dan pencegahannya. Serta kerangka konsep.

Bab 3 adalah Metodelogi Penulisan, berisi tentang subyek penelitian,

populasi dan sampel penelitian, desain penelitian,tehnik pengumpulan dan

pengolahan data serta definisi operasional.


6

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian
7

Pengetahuan adalah hasil tahun dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Nototoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah suatu kesan dalam pemikiran manusia

sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berada sekali dengan

kepercayaan tahayul dan pengembangan keliru (Mubarok, 2010).

Pengetahuan adalah hasil dan proses pembelajaran dengan

melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapan

(Setiawati, 2008).

2.1.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita – cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapat imformasi misalnya hal


7
- hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup yang dikutip. (Notoatmodjo 2013).

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pola hidup dalam memotivasi untuk


8

sikap berperan serta dalam pembagunan (Nursalam, 2013) pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

menerima imformasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang

dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan

kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu – ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

3) Umur

Menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam (2003), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclock (1998)

semakin cukup umur, tingkat kematangaan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini

akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan
9

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003)

lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

System sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima imformasi.

2.1.3 Proses Memperoleh Penghetahuan

Menurut Noatoatmodjo (2003) mengatakan bahwa cara

memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara

tradisional dan cara modern (ilimiah).

a. Cara tradisional atau Non ilmiah

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain

meliputi cara coba salah, cara kekuasaan, Berdasarkan pengalaman

pribadi, melalui jalan pikiran.

1) Cara coba salah (Trial and error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, dan apabila

kemungkinan yang tidak berhasil pula dicoba kemungkinan

yang lain pula sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

Itulah sebabnya cara ini disebut coba-salah (trial and error).

2) Cara kekuasaan (otoriter)


10

Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat

baik formal maupun nonformal, ahli agama, pemegang

pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.

Dengan kata lain, Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan

pada otoritas atau kekuasaan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa

lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat

memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan

masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara

tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak dapat mengulangi cara itu

dan berusaha untuk mencari jawaban yang lain, sehingga dapat

berhasil memecahkannya.

4) Melalui jalan pikiran

Yaitu dengan menggunakan penalaran dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan. Penalaran dengan menggunakan jalan

pikiran ada 2 (dua) yaitu dengan cara induksi dan deduksi.

Penalaran induktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara

berfikir untuk menarik kesimpulan umum dari sesuatu yang

bersifat khusus atau individual. Penalaran deduktif, yaitu

penalaran yang berdasar atas cara berfikir yang menarik


11

kesimpulan yang khusus dari sesuatu yang bersifat umum

(Setiadi, 2007).

2.1.4 Proses Pengetahuan

Menurut Iqbal (2009), bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berturunan yakni, Awareness kesadaran dimana seseorang tersebut

menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus

(obyek).

a. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut,

disni sikap subjek sudah mulai timbul.

b. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

c. Trial, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

d. Awereness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

e. Adaption (penerimaan) dimana subyek telah berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus.

Namun demikian dari penelituan selanjutnya, Iqbal

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati

tahap-tahap tersebut diatas.


12

2.1.5 Tingkat Pengetahuan Di dalam Kognitif

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih lenggang dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkat (Notoatmodjo, 2007).

a. Know (Tahu)

Tahu adalah sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, tahu disini merupakan tingkat pengetahuan apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Comfrehensif (Memahami)

Memahami adalah sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat di

interpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplication (Aplikasi)

Aplikasi adalah sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebelumnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-


13

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lainnya.

d. Analysis (analisis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitannya

satu sama lain.

e. Syntesis (Sintesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

Jastifikasi atau penilaian terhadap materi atau obyek penilaian

tersebut berdasarkan kriteria yang sudah ada.

(Notoatmodjo, 2007)

2.1.6 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikuanto (2006) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterfrestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu:

a. Baik : hasil persentase 76% - 100%

b. Cukup : hasil pesentase 56% - 75%


14

c. Kurang : hasil presentasi >0-56%

2.2 Konsep Dasar Infeksi Saluran Kemih

2.2.1 Pengertian

Infeksi saluran kemih merupakan penyakit yang disebabkan

pembentukan koloni kuman di saluran kemih. Kuman-kuman ini

mencapai saluran kemih melalui aliran darah.

Infeksi Saluran Kemih ISK adalah suatu kondisi dimana sistem

kemih meradang akibat infeksi kuman. Infeksi tersebut umumnya

dimulai dari infeksi dibagian muara kencing dan uretra (Uretritis)

tetapi jika tidak ditanggulangi dengan baik maka infeksi akan menjalar

hingga kandung kemih (Sistitis), Ureter (Ureteritis) bahkan hingga

mengenai ginjal (Pielonefritis) (Suciadi, 2010:34).

Menurut Tessy Infeksi Saluran Kemih ISK atau Urinarius

Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi

mikroorganisme pada saluran kemih (Tessy, 2001).

2.2.2 ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN


15

a. Fisiologi Sistem Perkemihan.

1) Pengertian

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana

terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari

zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap

zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak

dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan

berupa urin (air kemih).

Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren)

yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari

ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria

(VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin

dikeluarkan dari vesika urinaria.

2) Ginjal (Ren)

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di

belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12

sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang.


16

Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya

lobus hepatis dexter yang besar.

3) Fungsi ginjal

Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam

pengeluaran zat-zat toksis atau racun, b) mempertahankan

suasana keseimbangan cairan, c) mempertahankan

keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d)

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,

kreatinin dan amoniak.

4) Fascia Renalis terdiri dari:

Fascia renalis terdiri dari ; a). fascia (fascia renalis), b).

Jaringan lemak peri renal, dan c). kapsula yang sebenarnya

(kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada

permukaan luar ginjal.

5) Struktur Ginjal.

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut

kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang

berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam

yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian

medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis,

puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-

lubang kecil disebut papilla renalis.


17

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf

sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe,

ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang

menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau

tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang

menjadi dua atau tiga calices renalis minores.

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang

merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta

nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus,

tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus

urinarius.

6) Proses pembentukan urin

Tahap pembentukan urin.

(a) Proses Filtrasi ,di glomerulus.

Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian

cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring

ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa,

air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke

tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate

gromerulu

(b) Proses Reabsorbsi.


18

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar

dari glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion

bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator

reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus

distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat

bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif

(reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla

renalis.

(c) Proses sekresi.

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal

dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

7) Pendarahan.

Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang

mempunyai percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan

kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria

interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri

interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi

arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler

darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen

gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena

cava inferior.

8) Persarafan Ginjal.
19

Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis

(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah

yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan

pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

9) Ureter.

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung

dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan

penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga

abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

(a) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

(b) Lapisan tengah lapisan otot polos.

(c) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan

peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.

10) Vesika Urinaria (Kandung Kemih).

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini

berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya di belakang simfisis

pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat

mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:


20

(a) Lapisan sebelah luar (peritoneum).

(b) Tunika muskularis (lapisan berotot).

(c) Tunika submukosa.

(d) Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

11) Uretra,

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika

urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:

(a) Urethra pars Prostatica

(b) Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra

externa)

(c) Urethra pars spongiosa.

Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm

(Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah

atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya

sebagai saluran ekskresi.

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:

(a) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari

Vesika urinaria mengandung jaringan elastis dan otot polos.

Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.


21

(b) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh

darah dan saraf.

(c) Lapisan mukosa.

12) Urin (Air Kemih).

Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

(a) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari

pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.

(b) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi

keruh.

(c) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan

dan sebagainya.

(d) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau

amoniak.

(e) Berat jenis 1,015-1,020.

(f) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung

dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein

member reaksi asam).

Komposisi air kemih, terdiri dari:

(1) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

(2) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein,

asam urea

(3) amoniak dan kreatinin.


22

(4) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan

sulfat.

(5) Pagmen (bilirubin dan urobilin).

(6) Toksin.

(7) Hormon.

13) Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah

terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

(a) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada

dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal

ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini

akan mencetuskan tahap ke 2.

(b) adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan

mengosongkan kandung kemih.

Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord

(tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali

tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf

simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak

spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter

interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls

menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter

relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri). Sudoyo

(2006)
23

2.2.3 Patofisiologi

Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan

oleh mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia

Coli yang mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan

pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S.

Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran

intestinal, tetapi bila terjadi infeksi pada saluran intestinal maka terjadi

respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul demam, anoreksia,

mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan

vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme

masuk melalui urethra secara asenden. Masuknya mikroorganisme ini

dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu berlebihan, yang

biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara vagina

dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika

urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi

meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada

vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung

kemih maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika

urinaria.

Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan

kateter dan sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi

saluran kemih karena saat membuka uretra kuman pada daerah uretra

tersebut dapat masuk bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan


24

penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan mikroorganisme

berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria dan menyebar ke

seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan

urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk

membawa sisa metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang

kurang menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria tidak dapat

di bawa keluar.

Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga

urine mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal :

Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal

sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari normal

sehingga kuman menjadi lebih mudah berkembang.

Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran

mikroorganisme ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis

urine yang menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan disuria,

sering berkemih, ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan

suhu. Urine statis ini memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang

telah terkontaminasi dengan urine ke pelvis ginjal.

Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan

oleh kandung kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang

memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara integritas lapisan

vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat kembali,

karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat selama fase


25

inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses

fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana

secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada

selaput lendir urethra)

Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan

memudahkan berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan

ini dapat terjadi juga bila saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi

ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan

kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine

yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri terutama pada

keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012).

2.2.4 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Saluran

Kemih

Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada 5% anak perempuan

dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian infeksi saluran kemih pada bayi

baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar

disbanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1

tahun, infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada anak laki-laki.

Sedangkan setelahnya, sebagian besar infeksi saluran kemih terjadi

pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana

infeksi saluran kemih pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada

laki-laki hanya 0,2% dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia

sekolah, kejadian infeksi saluran kemih pada anak perempuan 30 kali


26

lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Pada anak laki-laki yang

disunat, risiko infeksi saluran kemih menurun hingga menjadi 1/5-1/20

dari anak laki-laki yang tidak disunat. Pada usia 2 bulan – 2 tahun, 5%

anak dengan infeksi saluran kemih mengalami demam tanpa sumber

infeksi dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar infeksi

saluran kemih dengan gejala tunggal demam ini terjadi pada anak

perempuan.

Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran

kemih:

a. Panjang urethra. Wanita mempunyai urethra yang lebih pendek

dibandingkan pria sehingga lebih mudah

b. Faktor usia. Orang tua lebih mudah terkena dibanndingkan dengan

usia yang lebih muda.

c. Wanita hamil lebih mudah terkena oenyakit ini karena penaruh

hormonal ketika kehamilan yang menyebabkan perubahan pada

fungsi ginjal dibandingkan sebelum kehamilan.

d. Faktor hormonal seperti menopause. Wanita pada masa menopause

lebih rentan terkena karena selaput mukosa yang tergantung pada

esterogen yang dapat berfungsi sebagai pelindung.

e. Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin. Sifat urin yang asam

dapat menjadi antibakteri alami tetapi apabila terjadi gangguan

dapat menyebabkan menurunnya pertahanan terhadap kontaminasi

bakteri.
27

f. Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda spinalis,

atau menggunakan kateter dapat mengalami peningkatan resiko

infeksi.

Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan

dengan faktor risiko tertentu. Namun pada infeksi saluran kemih

berulang, perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko seperti :

1. Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih

2. Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder

emptying)

3. Konstipasi

4. Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap

saluran kemih sehingga terdapat kemungkinan terjadinya

kontaminasi dari luar.

5. Kekebalan tubuh yang rendah

Sudoyo (2006)

2.2.5 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih

Klasifiksi infeksi saluran kemih sebagai berikut :

a. Kandung kemih (sistitis): Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang

paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra.

Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik irin dari utetra kedalam

kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi fekal,

pemakaian kateter atau sistoskop.


28

b. Uretra (uretritis): Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar

naik yang di golongkan sebagai gonoreal atau non gonoreal.

Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan

ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah

uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae

biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma

urelytikum

c. Ginjal (pielonefritis): Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas

merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus dan jaringan

intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal

Infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut dibedakan

menjadi :

a. ISK Uncomplicated (simple): ISK sederhana yang terjadi pada

penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun

fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai

penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial

kandung kemih.

b. ISK Complicated: Sering menimbulkan banyak masalah karena

sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab

sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering

terjadi bakterimia, sepsis, dan shock.

ISK ini terjadi bila terdapat keadaan- keadaan sebagai

berikut :
29

1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex

vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia,

kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.

2) Kelainan faal ginjal :GGA maupun GGK

3) Gangguan daya tahan tubuh

4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti

prosteus spp yang memproduksi urease.

Tessy (2001)

2.2.6 Tanda dan Gejala

a. Gejala – gejala dari cystitis sering meliputi:

1. Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk

berkemih

2. Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih

3. Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit

(oliguria)

4. Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)

5. Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang

menyengat dari urin

6. Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis

7. Rasa sakit pada daerah di atas pubis

8. Perasaan tertekan pada perut bagian bawah

9. Demam
30

10. Anak – anak yang berusia di bawah lima tahun menunjukkan

gejala yang nyata, seperti lemah, susah makan, muntah, dan

adanya rasa sakit pada saat berkemih.

11. Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang

serupa, yaiu kelelahan, hilangnya kekuatan, demam

12. Sering berkemih pada malam hari

Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala

adanya infeksi saluran kemih.

Gejala- gejala dari cystitis di atas disebabkan karena beberapa

kondisi:

1. Penyakit seksual menular, misalnya gonorrhoea dan chlamydia

2. Terinfeksi bakteri, seperti E-coli

3. Jamur (Candida)

4. Terjadinya inflamasi pada uretra (uretritis)

5. Wanita atau gadis yang tidak menjaga kebersihan bagian

kewanitaannya

6. Wanita hamil

7. Inflamasi pada kelerjar prostat, tau dikenal dengan prostatitis

8. Seseorang yang menggunakan cateter

9. Anak muda yang melakukan hubungan seks bebas

Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung

kemih hingga ginjal. Gejala – gejala dari adanya infeksi pada ginjal

berkaitan dengan gejala pada cystitis, yaitu demam, kedinginan,


31

rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi

ginjal termasuk dalam infeksi saluran kemih.

b. Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat

tanda – tanda dan gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa

gejala, meliputi:

1. Desakan yang kuat untuk berkemih

2. Rasa terbakar pada saat berkemih

3. Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang

sedikit (oliguria)

4. Adanya darah pada urin (hematuria)

Setiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tanda – tanda

dan gejala yang spesifik, tergantung bagian saluran kemih yang

terkena infeksi:

1. Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin

terjadi setelah meluasnya infeksi yang terjadi pada kandung

kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa salit pada

punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat

kedinginan, serta mual atau muntah.

2. Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat

dapat menyebabkan rasa tertekan pada pelvis,

ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat

urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.


32

3. Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa

terbakar pada saat urinasi. Pada pria, uretritis dapat

menyebabkan gangguan pada penis.

Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi:

1. Diarrhea

2. Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan

usaha tertentu (misalnya: pemberian makan, dan

menggendong)

3. Kehilangan nafsu makan

4. Demam

5. Mual dan muntah

Untuk anak – anak yang lebih dewasa, gejala yang

ditunjukkan berupa:

1. Rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah

(dengan infeksi pada ginjal)

2. Seringnya berkemih

3. Ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang

normal, dengan kata lain, urin berjumlah sedikit (oliguria)

4. Tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi

perut

5. Rasa sakit pada perut dan daerah pelvis

6. Rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)

7. Urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat


33

Gejala pada infeksi saluran kemih ringan (misalnya:

cystitis, uretritis) pada orang dewasa, meliputi:

1. Rasa sakit pada punggung

2. Adanya darah pada urin (hematuria)

3. Adanya protein pada urin (proteinuria)

4. Urin yang keruh

5. Ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin

yang keluar

6. Demam

7. Dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)

8. Tidak nafsu makan

9. Lemah dan lesu (malaise)

10. Rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)

11. Rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)

12. Rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)

Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih

berat (misalnya: pyelonephritis) pada orang dewasa, meliputi:

1. Kedinginan

2. Demam tinggi dan gemetar

3. Mual

4. Muntah (emesis)

5. Rasa sakit di bawah rusuk

6. Rasa sakit pada daerah sekitar abdome


34

Merokok, ansietas, minum kopi terlalu banyak, alergi

makanan atau sindrom pramenstruasi bisa menyebabkan gejala mirip

infeksi saluran kemih. Gejala infeksi saluran kemih pada bayi dan

anak kecil. Infeksi saluran kemih pada bayi dan anak usia belum

sekolah memilki kecendrungan lebih serius dibandingkan apabila

terjadi pada wanita muda, hal ini disebabkan karena memiliki ginjal

dan saluran kemih yang lebih rentan terhadap infeksi.

Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:

1. Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui

sebabnya, khususnya jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi

yang lapar dan sakit, misalnya: letih dan lesu.

2. Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya

tidak dapat mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya

dengan mencium urin bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan

medis diperlukan).

3. Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip

dengan penyakit, walaupun tidak dapat dibuktikan

kebenarannya bahwa bayi tersebut bebas dari Infeksi saluran

kemih).

4. Rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.

5. Muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)

6. Jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi,

khususnya bayi yang berusia setlah delapan hari. Tessy (2001)


35

2.2.7 Perawatan dan Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 ),

pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan

gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari

mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat

menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut

dapat dicapai dengan dengan :

a. Perawatan dapat berupa :

1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra

indikasi

2) Perubahan pola hidup diantaranya :

(a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang

(b) Pakaian dalam dari bahan katun

(c) Menghindari kopi, alcohol

b. Obat-obatan

1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.

2) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu

3) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau

di ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu

4) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari

sebelum tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini

merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.


36

5) Analgetik dan Anti spasmodic Untuk mengurangi rasa nyeri

yang dirasakan oleh penderita

6) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium Untuk meredakan

gejala iritasi pada saluran kemih

M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012)

2.3 Kerangka Konseptual

Pengetahuan
Factor-faktor yang mempengaruhi
Pasiententang Infeksi
tingkat pengetahuan pasien tentang
Saluran Kemih :
infeksi saluran kmih Kriteria Pengetahuan
1. Pengertian
Usia 2. anatomi Baik : 76 100%
Pendidikan 3. fatofisiologi
4. Faktor resiko
Cukup : 56 — 75%
Pekerjaan
Sosial budaya
5. Klasifikasi Kurang : > 0 — 55%
6. Tanda dan Gejala
lingkungan 7. Perawatan/Penatal
aksanaan
37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah suatu yang didalam dirinya

melekat atau terkandung objek penelitian (Tatang, 2009).

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian pasien

penderita Infeksi Saluran Kemih Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.

Soedjono Selong Lombok Timur

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

atau subyek yang, mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiono,2005).

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita Infeksi

Saluran Kemih di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soedjono Selong

Lombok Timur

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul,

2007).

Dalam pengambilan sample penelitian ini menggunakan 2 kriteria

yaitu :
38
38

c. Kriteria inklusi adalah kriteria atau standar yang ditetapkan sebelum

penelitian atau penelaahan dilakukan. Kriteria inklusi digunakan

untuk menentukan apakah seseorang dapat berpartisipasi dalam studi

penelitian atau apakah penelitian individu dapat dimasukkan dalam

penelaahan sistematis. Kriteria inklusi meliputi jenis kelamin, usia,

jenis penyakit yang diobati, pengobatan sebelumnya, dan kondisi

medis lainnya. Kriteria inklusi membantu mengidentifikasi peserta

yang sesuai.

d. Kriteria eksklusi atau kriteria pengecualian adalah kriteria atau

standar yang ditetapkan sebelum penelitian atau penelaahan. Kriteria

eksklusi digunakan untuk menentukan apakah seseorang harus

berpartisipasi dalam studi penelitian atau apakah penelitian individu

harus dikecualikan dalam tinjauan sistematis. Kriteria eksklusi

meliputi usia, perawatan sebelumnya, dan kondisi medis lainnya.

Kriteria membantu mengidentifikasi peserta yang sesuai.

Dalam penelitian yang menjadi sampelnya adalah pasien

Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.

Soedjono Selong Lombok Timur yang ada selama penelitian

berlangsung

3.2.3 Tehnik Pengambilan Sampel (sampling)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

adalah "simple total sampling" Pengambilan sampel secara total

dilakukan dengan cara rnenetapkan sejumlah anggota sampel secara


39

total. Teknik sampling ini dilakukan dengan cara, Pertama-tama

menetapkan berapa jumlah semua sampel yang diperlukan kemudian

jumlah itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang

diperlukan. Anggota populasi manapun yang akan diambil tidak menjadi

soal, yang penting semua jumlah yang sudah ditetapkan dapat dipenuhi

(Notoatmojo, 2005)

3.3 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rancangan yang bisa dipergunakan oleh

peneliti sebagai petunjuk dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian

untuk mencapai tujuan atau menjawab pertanyaan penelitian (Nursalam,

2003).

Desain penelitan ini merupakan jenis deskripitif yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau

deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif (Soekidjo, 2002).

Dalam penelitian ini mendeskripsi pengetahuan pasien penderita

Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.

Soedjono Selong Lombok Timur

3.4 Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.4.1 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang dapat diamati (Sugiono, 2002).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

dengan menggunakan angket (Quesioner).


40

Angket (Quesioner) adalah tehnik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2006).

3.4.2 Tehnik Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengajukan

permohonan untuk mendapatkan izin meneliti kepada Kepala Rumah

Sakit, kemudian izin melakukan wawancara kepada kepala ruangan

setelah terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian yang akan di lakukan.

Setelah mendapatkan izin peneliti mulai mengadakan penjajakan jumlah

sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Selanjutnya, peneliti

mengajukan Informed Consent atau lembar persetujuan menjadi

responden agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara

menggunakan lembar angket yang disediakan. Langkah-langkah

pengumpulan data :

a. Peneliti menemui pasien penderita infeksi saluran kemih

b. Peneliti mengadakan pendekatan dan memberikan penjelasan

kepada calon responden dan dipersilahkan untuk mengisi persetujuan

menjadi responden.

c. Peneliti memberikan penjelasan tentang cara mengisi angket

kepada responden dan dipersilahkan bertanya jika ada yang belum

jelas.

d. Peneliti membagikan angket kepada responden


41

e. Peneliti mempersilakkan kepada responden untuk mengisi angket.

Selama pengisian, peneliti berada di dekat responden

Setelah semua pertanyaan di isi, angket diambil kembali oleh

peneliti, dikumpulkan dan dilakukan pengumpulan ulang angket kemudian

ditabulasi, diprosentasi dan dianalisis

3.4.3 Analisa Data

Tehnik Analisa data yang digunakan yaitu analisis deskriptif

dengan menguraikan beberapa faktor didalam bentuk tabel, kemudian

dihitung dan dijumlahkan, selanjutnya diprosentasekan.

Dari data angket yang diteliti :

a. Jawaban benar skor 1

b. Jawaban salah skor 0

Skor yang didapat setiap responden, dihitung dengan rumus :

P= Ax 100%
B

Keterangan :

P : Presentasi Hasil

A : Jumlah benar

B : Jumlah soal

Setelah data terkumpul, dianalisis secara deskriptif, hasil pengolahan

data berupa prosentase di interpretasikan dengan kriteria kualitatif, maka

hasil penilaian akan mengambarkan pengetahuan pasien, yaitu :

Pengetahuan baik : 76-100%

Pengetahuan cukup : 56 -75 %


42

Pengetahuan kurang : > 0 — 55%

(Arikunto, 2006)

3.5 Identifikasi Variabel

3.5.1 Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan

nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain) (Soeparto,

Dkk.2000 dalam Nursalam, 2003)

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan pasien

penderita infeksi saluran kemih.

3.5.2 Definisi Variabel

a. Definisi Konsep

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu

(Soekidjo,2003)

Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi

akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri yang

disebabkan oleh penyebaran infeksi dari bakteri (M. Clevo Rendy,

Margareth TH, 2012 ).

Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi sel – sel

urotelium melapisi saluran kemih (Sibuea, W. Heidin, 2005 h).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus

Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi

mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001).


43

b. Definisi Operasional

Difmisi Operasional merupakan rumusan pengertian variabel

yang di pakai sebagai pegangan dalam pengumpulan data (Azwar

& Prihartonb, 2002)

Difinisi operasional merupakan definisi berdasarkan

karakteristik yang di amati dari suatu yang di definisikan tersebut.

Karakteristik yang di amati atau di ukur itulah yang merupakan kunci

definisi operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu obyek atau fenomena yang kemudian dapat di ulangi lagi oleh

orang lain (Nursalam, 2003).


44

Tabel 3.1 Difinisi Oprasional

Variable Difinisi Prameter Alat Ukur Skala Skor


Penelitian Oprasional
Pengetahuan Segala a. Tahu Kuesioner Ordinal Jawaban ya diberi
keluarga sesuatu 1) Pengertian skor 1 dan
tentang yang 2) Klsaifikasi jawaban tidak
Infeksi diketahui 3) Tanda dan diberi skor 0
Saluran oleh Gejala Kriteria :
Kemih pasien 4) Penularan 76%-100%= Baik
tentang 5) Perawatan 56%-75%=Cukup
Infeksi b. Memahamai 0%-55%=Kurang
Saluran 1) Cara (Arikunto 2006)
Kemih penelusuran
Infeksi Saluran
Kemih
c. Aplikasi
1) Cara Perawatan
Infeksi Saluran
Kemih
2) Cara
Penatalaksanaa
n Infeksi
Saluran Kemih

3.5.3 Tempat dan waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan desember 2013 di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur


45

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. (2002). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Widya Medika.


Jakarta
Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian, Edisi Revisi V PT. Rineka Cipta, Jakarta

Mansjoer, A.(2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I Edisi 3. Media


Aesculapius. Jakarta.

Mochtar, R.(1998). Sinopsis Obstetr Fisiolgi, Obstetri patologi. EGC. Jakarta.

Mochtar. R.(1998). Sinopsis Obstetri jilid 1 Edisi 2. EGC. Jakarta.

Notoatmojo.(2005) metodelogi penelitian kesehatan. Edisi revisi. PT. Rineka


Cipta, Jakarta

Nursalam. (2003). Tesis Dan Instrument Penelitian Keperawatan Edisis I :


Salemba Medika, .

__________(2002). Pendekatan Praktis Metodologi Risef Keperawatan. Sagung


Seto . Jakarta

Saifudin, Abdul Bari. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. EGC. Jakarta.

Prawiroharjo, Sarwono (2005). Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Varney, Helen (2002). Buku Saku Kebidanan. EGC. Jakarta

Rekam Medik Rumah Sakit Dr.R Soedjono Selong, 20132

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Penerbit


PT Rineka Cipta, Jakarta.

Sudoyo, Aru W. (2006). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III edisi IV. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
46

Tambayong, Jan. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. EGC.

Waston Roger (2000) Anatomi dan Fisikologi untuk Keperawatan, EGC Jakarta
Jakarta
www.wordpres.com
47

Lampiran 4

KISI-KISI ANGKET

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENANGANAN

DISLOKASI

No Variable Subvariable No, Soal Jawaban

1 Tingkat Pengetahuan  Pengertian 1,2 B,C

Pasien Tentang  Penyebab 3,4,5 C,C,D


penyakit Infeksi  Tanda dan
6,7,8 B,D,A
Saluran Kemih (ISK) gejala
9,10 B,A
 Penatalaksanaa

n
48

Lampiran 5

ANGKET

JUDUL : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENANGANAN


DISLOKASI

Tanggal pengisian :

Kode pengisian :

Tanda tangan :

Pendidikan terakhir : SD SD Tidak Tamat

SLTP Tamat SLTP Tidak Tamat


49

SLTA Tamat SLTA Tidak Tamat

Perguruan Tinggi

Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang menurut anda paling benar!

1. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroganisme

pada saluran kemih adalah difinisi dari………

a. Susalil

b. Tessy

c. Sudoyo

d. Arif mansjoer

2. Apa saja Jenis mikroganisme yang menyebabkan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

itu terjadi………….

a. Triponema palidium

b. Vibro coma

c. Escherichia coly

d. Salmonela

3. Apa saja faktor pencetus Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut Infeksi

Saluran Kemih (ISK) itu terjadi…………….

a. Olahraga teratur

b. Banyak makan dan minum

c. Mobilitas menurun

d. Bayak istirahat
50

4. Mengapa Infeksi Saluran Kemih (ISK) lebih banyak terjadi pada wanita….

a. Fisiknya lemah

b. Kebiasaan menahan kencing

c. Uretra terlalu pendek

d. Tidak menjaga kesehatan

5. Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat dibagi 2 (dua) bagian yaitu …………

a. Virus

b. Mikrobakteria

c. Bakteri dan kuman

d. Cystitis dan pielonepritis

a. pada urine

6. Gejala apa yang ditimbulkan pada anak-anak yang berusia lima tahun pada

cystitis tersebut……………..

a. Tidak ada rasa pusing

b. Lemah, mual, muntah, dan rasa sakit saat berkemih

c. Nafsu makan baik

d. Sering lelah

7. Gejala-gejala cititis, kecuali…………….

a. Terjadi imflamasi pada uretra

b. Wanita atau gadis yang tidak menjaga kebersihan kewanitaannya

c. Seseorang yang menggunakan kaleter


51

d. Menjaga pola kebersihan diri

8. Untuk penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) sederhana dapat diberikan

antibiotic seperti………………..

a. Clerofloxacin 2 x100 - 250 mg selama 5 hari

b. Dexsametason

c. Antalsidone

d. Paracetamol

9. Untuk Infeksi Saluran Kemih (ISK) akut kompleks maka diberikan obat

parenteral seperti …………….

a. Paracetamol

b. Clerofloxacin 2 x 400mg

c. Clerofloxacin 2 x100 - 250 mg

d. Antalsidone

10. Bagimana kerja fungsi ginjal……..

a. Memegang peran penting dalam pengeluaran zat-zat toksin atau

racun

b. Memompa darah

c. Penampung urin

d. Penghasil urin

Anda mungkin juga menyukai