Asuransi Uas
Asuransi Uas
MANAJEMEN RESIKO
Oleh :
BELLA ANGGIE NURJANAH (20160510008)
Dalam pengelolaan resiko, dalam asuransi konvensional resiko akan dipindahkan atau
dibebankan oleh peserta asuransi atau tertanggung, kepada pihak perusahaan asuransi yang
bertindak sebagai penangung didalam perjanjian asuransi tersebut. Itu artinya pada asuransi
konvensional beban ditanggung oleh perusahaan asuransi itu sendiri. Sedangkan, asuransi
syariah resiko akan dibebankan atau dibagi kepada perusahaan asuransi dan para peserta
asuransi perusahaan tersebut. Penerapan dari transfer risk apabila seseorang terkena musibah
meninggal/sakit kritis/cacat tetap total, resiko yang seharusnya ditanggung oleh keluarga akan
ditanggung oleh perusahaan asuransi dengan cara orang tersebut membayar sejumlah besar
premi yang telah ditentukan.
Pada perusahaan asuransi syariah, mewajibkan para pesertanya untuk membayar atau
mengeluarkan zakat. Jumlah besaran wajib zakat yang harus dibayarkan akan disesuaikan
dengan besarnya keuntungan yang didapat oleh perusahaan asuransi tersebut. Pada perusahaan
asuransi konvensional kewajiban membayara zakat kepada anggota tidak diberlakukan atau
tidak ada.
Pada perusahaan asuransi konvensional setiap orang harus memiliki polis nya sendiri-
sendiri, dan pastinya hal ini akan berdampak pada besarnya jumlah premi yang harus
dibayarkan. Sedangkan asuaransi syariah, anggota mendapatkan perlindungan biaya rawat inap
di RS untuk semua anggota keluarganya. Karena pada asuransi syariah diterapkan sistem
penggunaan kartu cashless, yang dapat digunakan untuk membayar semua tagihan yang
timbul.Pada asuransi syariah, satu polis asuransi dapat digunakan untuk semua anggota
keluarga, sehingga premi yang dibayarkan atau yang dikenakan oleh asuransi syariah nampak
lebih ringan. Pada asuransi syariah, memungkinkan angotanya untuk dapat melakukan double
claim, sehingga kita tetap akan mendapatkan klaim yang kita ajukan pada asuransi syariah
meskipun kenyataanya kita sudah mendapatkannya melalui asuransi lainya yang kita gunakan.
Perusahaan asuransi konvensional tidak memiliki dewan pengawas karena dimana asal
muasal dari barang yang dijadikan obyek asuransi tidaklah menjadi hal yang penting atau
mendapatkan perhatian yang khusus seperti halnya pada asuransi syariah. Karena pada
dasarnya perusahaan asuransi konvensional hanya melihat pada nilai dan premi yang akan
merekat tetapkan dalam perjanjian asuransinya. Sedangkan, Pada asuransi syariah, pengawasan
dilakukan oleh sebuah lembaga nasional yang di singkat dengan DSN atau Dewan Syariah
Nasional dengan ketat. Disetiap lembaga keuangan syariah harus ada DPS atau Dewan
Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi lembaga tersebut.
Pada perusahaan asuransi konvensional kita pernah mendengar istilah dana hangus,
yang mana hal ini terjadi apabila sang pemegang polis tidak meninggal dunia hingga masa
pertanggungan berakhir. Pada asuransi syariah tidak terdapat dana hangus karena dalam
asuransi syariah dana yang sudah terkumpul tetap bisa diambil, meskipun ada sedikit atau
sebagian kecil dana yang ada untuk di ikhlaskan sebagai dana hibah atau tabarru. Pada asuransi
konvensional ada dana hilang atau dana hangus. Misalnya pada produk dwiguna, apabila
pemegang polis berhenti atau tidak mampu meneruskan pembayaran premi, terutama pada
tahun-tahun awal perjanjian, premi yang sudah disetorkan seluruhnya menjadi
hangus dan dana tersebut seluruhnya menjadi pendapatan perusahaan asuransi. Hal ini tentu
saja sangat merugikan bagi pesertaasuransi konvensional. Sedangkan Dalam asuransi syariah,
untuk produk yang serupa dengan dwiguna tidak terjadi dana hangus seperti yang terjadi pada
asuransi konvensional, karena dari setiap premi yang dibayar, peserta asuransi langsung
mengetahui alokasi dananya. Sebagian tetap menjadi milik peserta dalam bentuk dana
investasi, sebagian menjadi milik peserta secara kolektif dalam bentuk dana tabarru’, dan
sebagian menjadi milik perusahaan sebagai biaya pegelolaan. Setiap saat peserta asuransi dapat
mengetahui jumlah dana investasi yang dikelola perusahaan dan dana tersebut akan
dikembalikan beserta hasil investasinya kepada peserta asuransi jika suatu saat memutuskan
untuk berhenti.
3. Perusahaan asuransi asing lebih sukses daripada asuransi local karena Dari segi permodalan
asuransi asing memiliki modal yang kuat kuat. Belum lagi pengalaman karena asuransi asing
meimiliki pengalaman yang cukup lama daripada perusahaan asuransi local yang baru saja
muncul dan rata-rata perusahaan auransi asing sudah berdiri puluhan tahun alhasil punya
sistem lebih kuat ketika masuk Indonesia. Tidak kalah penting adalah pemberian layanan
dimana asing lebih baik dibandingkan local banyak sekali layanan yang ditawarkan oleh
perusahaan asing yang lebih menguntungkan daripada layanan local bahkan banyak layanan
dari asuransi local mengadopsi dari layanan yang diberikan oleh asuransi asing. Selain itu,
branding atau pengiklanan perusahaan asing lebih menarik sehingga citra yang ditampilkan
juga baik dimata masyarakat. Dan juga perusahaan local ada beberapa yang telah dinyatakan
bangkrut dan hal tersebut akan sangat merugikan customer sehingga banyak yang lebih
memilih perusahaan asuransi asing dibanding asuransi local karena asuransi asing memiliki
kondisi keuangan yang sehat.
Sebagai salah satu contohnya asuransi asing Prudential sudah berdiri sejak tahun 1948
yang mana perusahaannya sudah tersebar di 12 negara di Asia dan di Indonesia sudah tersebar
cabang Prudential yang mana saat ini nasabah Prudential di Indonesia sudah mencapai 2,3 juta
melalui lebih dari 277.000 tenaga pemasar berlisensi di 408 Kantor Pemasaran Mandiri (KPM)
di seluruh Indonesia. Sedangkan, perusahaan lokal seperti Sinar Mas baru muncul pada tahun
1985 dan perusahaannya hanya tersebar di Indonesia.