Anda di halaman 1dari 10

TUGAS AKHIR AKUNTANSI MANAJEMEN

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN


METODE COST VOLUME PROFIT
TB SUMBER LESTARI
Dosen Pengampu
Bapak Sri Suranta S.E., M Si., Ak, BKP

Oleh :
1. Gabriela Madeleine F0316038
2. Indra Haning Pratama F0316048
3. Shovy Yuliana F0316097

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-
hasil pembangunan.
Agar UKM di Indonesia dapat menjadi lebih berkembang maka
dukungan dari pemerintah sangatlah diperlukan. Pemerintah dapat membantu
dalam pembuatan kebijakan dan keputusan yang kondusif bagi tumbuh dan
berkembangnya sektor UKM di Indonesia seperti misalnya kebijakan mengenai
pemberian modal dan pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Setiap UKM akan dihadapkan pada situasi dimana mereka harus
mendapatkan keuntungan dari kegiatan produksinya. Dengan analisis Cost
Volume Profit (CVP) UKM akan memiliki suatu alat yang sangat berguna untuk
perencanaan, pengambilan keputusan serta mengidentifikasi ruang lingkup
permasalahan ekonomi UKM dan membantu dalam mencari solusi atas
permasalahannya. Hal ini dikarenakan CVP menekankan keterkaitan antara biaya,
kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan
terkandung di dalamnya. Dengan demikian, diharapkan dapat mengetahui kondisi
dari TB. Sumber Lestari.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum UKM?
2. Bagaimana cara menentukan marjin kontribusi pada UKM?
3. Bagaimana cara untuk mengetahui titik impas pada UKM?
4. Bagaimana cara untuk menghitung margin of safety pada UKM?
5. Bagaimana pengaruh degree of operating leverage terhadap pendapatan
operasi UKM?

Tujuan.
1. Untuk mengetahui gambaran umum dari UKM.
2. Untuk mengetahui cara menentukan marjin kontribusi pada UKM.
3. Untuk untuk mengetahui titik impas pada UKM.
4. Untuk mengetahui cara menghitung margin of safety pada UKM.
5. Untuk mengetahui pengaruh degree of operating leverage terhadap
pendapatan operasi UKM.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambaran Umum UKM

Nama Perusahaan : TB. Sumber Rejeki


Alamat : Jalan Raya Nogosari Mangu, Potronayan
Nama Pemilik : Bapak Sunandar
Produk yang Dihasilkan : Gorong-Gorong (Bis Beton)
Jumlah Karyawan :4
Tahun Berdiri : 1990

TB. Sumber Rejeki merupakan usaha perseorangan yang bergerak di


bidang dagang dan manufaktur. TB. Sumber Rejeki didirikan sejak tahun 1990
oleh Bapak Sunandar dan berlokasi di Jalan Raya Nogosari Mangu, Potronayan,
Kabupaten Boyolali. Usaha ini didirikan dengan tujuan sebagai usaha keluarga
yang diteruskan ke anak – anaknya.
Sampai saat ini TB. Sumber Rejeki belum merupakan badan hukum yang
sah karena masih milik perseorangan dan tidak memiliki cabang ditempat lain.
Sebagai perusahaan manufaktur TB. Sumber Rejeki memproduksi bis
beton/gorong-gorong yang bisa digunakan dalam pembuatan sumur air. Proses
pembuatan barang dengan cara manual yang melibatkan 4 pekerja. Setiap harinya
para bisa menghasilkan kurang lebih 10 buah gorong-gorong, tergantung cuaca
pada saat membuat karena proses produksi membutuhkan terik panas matahari.

Proses Bisnis dan Produk


TB. Sumber Rejeki tidak hanya melakukan produksi secara rutin setiap hari
untuk persediaan di gudang tetapi juga menerima pesanan sesuai permintaan
pelanggan. Untuk memproduksi satu unit gorong-gorong dibutuhkan bahan
seperti, pasir, koral, batu, fedel (batu giling), besi, dan semen. Dalam memasok
bahan baku tersebut,, pemiliknbekerjasama dengan perusahaan lain yang menjual.
Selain bahan baku, dalam memproduksi juga membutuhkan alat-alat, seperti
sekop, cangkul, cetok, ember cor, mesin molen, serta cetakan bis beton itu sendiri.
Untuk produk gorong-gorong di perusahaan terdapat satu ukuran, yakni 1 meter
yang dihargai sebesar Rp 300.000.
Pembuatan buis beton/gorong-gorong diawali dengan menyiapkan cetakan
yang diolesi terlebih dahulu dengan oli bekas agar saat melepaskan beton dari
cetakan tidak merusak hasil buis beton. Kemudian alas untuk peletakan bisa
menggunakan koran atau kertas sak semen agar tidak menempel dengan tanah.
Setelah itu menyiapkan bahan adukan dengan mencampurkan pasir, semen, dan
juga air. Setelah diaduk beberapa menit maka yang harus dilakukan yakni
memasukkan koral kedalam adukan lalu diaduk kembali agar tercampur dan
proses terakhir memasukkan split dan diaduk kembali.
Setelah diaduk rata, proses selanjutnya memasukkan adukan kedalam
cetakan dengan takaran satu lapis adukan satu lapis batu sampai penuh dan
memadatkannya dengan menggunakan “jajah” dengan ketentuan setiap 1/3, 1/2,
dan 2/3 cetakan dimasukan ring besi kedalam cetakan. Saat cetakan terisi penuh
dan sudah padat maka di biarkan selama 4 jam agar buis beton/gorong-gorong
dapat mengeras dan setelah empat jam dapat di buka dan dikeringkan dibawah
sinar matahari selama kurang lebih 3-7 hari tergantung cuaca.

Marjin Kontribusi (Contribution Margin)


Margin kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi
beban variabel. Jadi, ini adalah jumlah yang tersedia untuk menutup beban tetap
dan kemudian menjadi laba untuk periode tersebut. Margin kontribusi digunakan
pada awalnya untuk menutup beban tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika
margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan
terjadi kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik impas atau break event point
dicapai, laba bersih akan bertambah sesuai dengan margin kontribusi per unit
untuk setiap tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh
kenaikan penjualan yang direncanakan terhadap biaya, kita cukup mengalikan
peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi yang per unit.
Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan. Dalam
menentukan marjin kontribusi, kita membutuhkan data penjualan, biaya variabel
serta biaya tetap seperti berikut ini:
TB SUMBER LESTARI

DATA BAHAN KUANTITA HARGA/unit TOTAL


S
Variable
Expenses
Pasir 1.680 Ember 6.000 10.080.000
Batu Giling 720 Ember 6.000 4.320.000
Koral 480 Ember 12.000 5.760.000
Batu Isian 2.400 Ember 6.000 14.400.000
Semen 14.400 kg 1.420 20.448.000
Besi 240 batang 17.000 4.080.000
Oli bekas 120 lt 3.000 360.000

Total Variable Expenses 59.448.000

Fixed
Expenses
Gaji Pegawai 4 orang 1.080.000 4.320.000
Depresiasi 2 252.000 504.000
Peralatan
Total Fixed Expenses 4.824.000
TB SUMBER LESTARI
Contribution Income Statement
For the Month of Mei
Total Per Unit Percent of Sales
Rp Rp
Sales (240 unit) 72.000.000 300.000 100%
Variables Expenses Rp Rp 82,6%
59.448.000 247.700
Contribution Rp
Margin 12.552.000 Rp 52.300 17,4%
Fixed Expenses Rp 4.824.000
Net Operating
Income Rp 7.728.000

Setelah marjin kontribusi diketahui kita dapat menghitung rasio dari Contribution
Margin yang dapat dilakukan dengan dua cara :
Total Contribution Margin Rp 12.552.000
1. CM Ratio= = =0,174=17,4
Total Sales Rp 72.000.000
Unit Contribution Margin Rp52.300
2. CM Ratio= = =0,174=17,4
Unit Selling Price Rp300.000

Titik Impas (Break Even Analysis)


Titik impas (break-even point) adalah titik dimana total pendapatan sama
dengan total biaya atau titik dimana laba sama dengan nol (zero profit). Untuk
menentukan titik impas, maka perlu difokuskan pada laba operasi. Dalam hal ini,
yang dilakukan pertama kali adalah menentukan titik impas, kemudian melihat
bagaimana pendekatan yang digunakan dapat dikembangkan untuk menentukan
jumlah unit yang harus dijual guna menghasilkan laba yang ditargetkan. Dalam
menentukan Titik Impas kita dapat menggunakan dua pendekatan yakni the
equation method dan the contribution margin method.

THE EQUATION METHOD


a. Dalam Unit
Sales = Variable Expenses + Fixed Expenses + Profits
300.000Q = 247.700 Q + Rp 4.824.000 + 0
300.000Q – 247.000Q = Rp. 4.824.000
52.300Q = Rp. 4.824.000
Q = 92
b. Dalam Satuan Rupiah
Sales = Variable Expenses + Fixed Expenses + Profits
X = 0,826 X + Rp. 4.824.000 + 0
0,174X = Rp. 4.824.000
X = Rp. 27.724.138
THE CONTRIBUTION MARGIN METHOD
a. Dalam Unit
¿ Expenses Rp .4 .824 .000
Break Even Point= = =92 Units
CM per Unit Rp.52 .300
b. Dalam Satuan Rupiah
¿ Expenses Rp.4 .824 .000
Break Even Point= = =Rp. 27. 724.138
CM Ratio 0,174
Margin of Safety
Margin pengaman (margin of safety) adalah unit yang terjual atau
diharapkan terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk
dihasilkan yang melebihi volume impas. Dalam menghitung margin of safety, kita
dapat mengurangkan antara total penjualan yang dianggarkan atau total penjualan
aktual dengan pendapatan penjualan impas. Kita juga dapat menghitung margin of
safety per unit dengan cara total margin pengaman dibagi dengan harga jual per
unit. Berikut perhitungan margin of safety untuk TB. Sumber Rejeki:
a. Dalam Satuan Rupiah
Margin of Safety = Total Sales – Break Even Sales
= Rp 72.000.000 – Rp 27.724.138
= Rp 44.275.862
b. Dalam Unit
Total Margin of Safety Rp . 44.275 .862
Margin of Safety = = =148units
Unit Selling Price Rp . 300.000

Degree of Operating Leverage


Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage) merupakan
ukuran pada tingkat penjualan tertentu bagaimana perubahan presentase penjualan
akan mempengaruhi laba. Tingkat pengungkit operasi dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut :
Contribution Margin Rp . 12.552.000
Degreeof Operating Leverage= = =1,62
Net Operating Income Rp . 7.728.000
Dengan tingkat pengungkit operasi sebesar 1,62 artinya apabila usaha ini
mengalami kenaikan penjualan sebesar 10% maka akan menaikan laba operasi
bersih sebesar 16,2% (10% x 1,62).

Grafik CVP

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada bulan Mei 2018, margin kontribusi yang dihasilkan oleh TB. Sumber
Rejeki sebesar 17,4%. Dengan menggunakan pendekatan the equation method dan
the contribution margin method kita dapat mengetahui titik impas pada total
penjualan sebesar Rp. 27.724.138 atau saat penjualan gorong-gorong ukuran 1
meter sebanyak 92 buah per bulan. Margin of Safety pada bulan Mei 2018 dalam
satuan rupiah sebesar Rp. 44.275.862 dan dalam satuan unit sebesar 148 unit.
Sementara itu, dengan tingkat pengungkit operasi sebesar 1,62 artinya jika
mengalami kenaikan penjualan sebesar 10% maka akan menaikan laba operasi
bersih sebesar 16,2%. Berdasarkan Analisa Biaya Volume Laba diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa kegiatan usaha telah berjalan dengan baik.
Dari penelitian juga dapat diketahui bahwa setiap bulannya perusahaan
memiliki target penjualan sebesar 90 s.d 100 unit gorong-gorong ukuran diameter
1 meter. Dengan melihat data penelitian kami dapat disimpulkan bahwa titik
impas atau Break Event Point telah memenuhi syarat sebesar 92 unit.

Saran
Sebaiknya usaha ini terus mempertahankan target penjualan agar tidak
mengalami kerugian dalam penjualan gorong-gorong karena telah diketahui titik
impas sebesar 92 unit namun perusahaan tersebut sudah bisa melebihi target
tersebut. Jika perusahaan berkeinginan di titik aman maka perusahaan harus
menambah target penjualan menjadi 148 unit yang dapat dilihat dari perhitungan
margin of safety.

Anda mungkin juga menyukai