Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KOROSI PADA INDUSTRI PERMINYAKAN

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Irwan, M.T

Disusun Oleh:

Nama : Syahril

Nim : 1624301007

Jurusan : Teknik Kimia

Program Studi : Teknologi Rekayasa Kimia Industri

JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA


INDUSTRI POLITEKNIK NEGERI LHOLSEUMAWE

2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT pemeliharaan alam semesta. Selawat dan salam semoga
tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SWA, sahabat serta semua pengikut jejak
dari masa ke masa. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang berkenan
dengan "KOROS” . Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Makalah ini berjudul tentang “KOROSI PADA INDUSTRI PERMINYAKAN DAN


CARA PENCEGAHANNYA” untuk memenuhi nilai tugas Mata Kuliah “Pencegahan
Korosi”. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila banyak kesalahan dalam penulisan
kata dan kalimat dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi seluruh
pembaca, aamiin.

Lhokseumawe, 21 Desember 2018


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang
korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang
mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstrak silogam dari bijih
mineralnya. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus
kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.

Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi
oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang
digunakan untuk pembuatan baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi
dengan lingkunganyang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Korosi atau secara awam lebih dikenal dengan istilah pengkaratan merupakan fenomena
kimia pada bahan-bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan.

1.2 Korosi di Industri Perminyakan

Peralatan industri yang terbuat dari logam di lokasi minyak dan gas bumi sangat
rawan akan bahaya korosi. Kerusakan akibat korosi menyerang logam dalam berbagai
bentuk tergantung komposisi yang terkandung dalam minyak dan sifat fisik minyak. Pada
kondisi dimana minyak bercampur dengan air, komposisi campuran minyak (water cut)
akan menentuka kecepatan korosi. Kecepatan korosi demikian akan dapat bervariasi
tergantung pola aliran dalam pipa. Selain itu, sifat fisik minyak yang lain seperti aliran
gas, aliran air, inhibitor, dan kondensat juga akan mengakibatkan kecepatan korosi yang
bervariasi. Kilang minyak merupakan lingkungan yang sangat korosif dengan hampir
semua jenis korosi dapat terjadi didalamnya. Untuk mengendalikan diperlukan pemilihan
material yang tepat untuk kondisi operasi tertentu dan sistem perlindungan korosi akan
sangat berguna untuk mengetahui tingkat ketahanan peralatan terhadap korosi.

Keberadaan minyak mentah dalam pipa pada dasarnya tidak menyebabkan korosi.
Minyak dapat bertindak sebagai lapisan penghalang bagi material logam dan unsur
pengkorosif. Tetapi, jika bercampur dengan air, minyak akan menjadi korosif. Maka dari
itu, dalam banyak hal, prediksi kecenderungan terjadinya korosi pada perpipaan dapat
dianalisa dengan menghitung nilai aliran minyak air. Pola aliran minyak air dipengaruhi
oleh sifat fisik dan kecepatan aliran minyak yang mengalirdidalam pipa. Sederhananya,
Wicks dan Lotz menyimpulkan bahwa korosi tidak akan terjadi jika aliran yang kontak
dengan permukaan pipa adalah didominasi oleh minyak, atau dengan kata lain, korosi
tidak terjadi pada water cut lebih rendah dari 30% dan kecepatan aliran lebih 1m/s.

1.2.1 Pola Aliran Campuran Minyak atau Air

Korosi hanya terjadi dilokasi pipa yang kontak dengan air dan tidak terjadi pada
permukaan pipa yang dilalui minyak.

Gambar 1.1 Pola lapisan dalam aliran minyak/air dalam pipa

Seperti yang terlihat pada gambar 1.1 diatas, ditunjukkan bahwa aliran air dan minyak
akan mengalir bersama membentuk pola tertentu sesuai dengan kecepatan dan sifat fisik
minyak. Dengan demikian, pola korosi yang terjadi akan mengikuti pola aliran minyak/air.

Pertama adalah lapisan yang sebelah dalam, yaitu lapisan yang semua komposisinya
adalah minyak, selanjutnya campuran, minyak/air dan lapisan air. Menurut hasil
penelitianyang telah dilakukan oleh Chong Li dan Xuanping, pola alira ini akan berubah pada
kecepatan aliran kurang dari 1,5 m/s dengan 10% water cut, pola aliran yang terjadi adalah
campuran (intermittent). Aliran akan didominasi oleh air pada water cut lebih dari 10%. Pada
aliran yang lebh dari 1,5 m/s aliran akan disominasi oleh air.
1.2.2 Pengaruh Jenis Minyak Terhadap Kecepatan Korosi

Minyak bumi adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa organic dari
sulfur, oksigen, nitrogen, dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam
terutama nikel, besi dan tembaga. Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan yang
uniform, melainkan berkomposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada lokasi, umur
lapangan minyak dan juga kedalaman sumur. Dalam minyak bumi parafinik ringan
mengandung hidrokarbon tidak kurang dari 97% sedangkan dalam jenis asphaltic berat paling
rendah 50%.

Spesifikasi minyak bumi yang dihasilkan dari pengeboran dilading minyak dapat
menyebabkan masalah korosi pada baja karbon. Perilaku korosi yang terjadi tergantung jenis
dan komposisi minyak yang terkandung dalam campuran. Keberadaan minyak yang
bercampur dengan air laut dapat mempercepat laju korosi, tetapi kecepatan korosi yang
terjadi masih dipengaruhi oleh tingkat aliran, tekanan, temperatur dan sifat fisik minyak itu
sendiri.

Pengaruh minyak mentah pada umumnya akan menghambat laju korosi, minyak akan
melapisi permukaan logam dan membentuk lapisan passive di permukaan logam.

Unsur utama pembentuk minyak bumi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Karbon : 83,0 - 87,0%

Hidrogen : 10,0 - 4,0%

Nitrogen : 0,1 - 2,0%

Oksigen : 0,05 - 1,5%

Sulfur : 0,05 - 6,0%

Minyak mentah selain mengandung unsur utama, juga mengandung berbagai senyawa
non hidrokarbon. Yaitu, senyawa sulfur, senyawa nitrogen, senyawa oksigen, senyawa
organo metalik (dalam jumlah kecil/trace sebagai larutan) dan garam-garam anorganik
(sebagai suspensial koloidal).
1) Senyawa Sulfur

Keberadaan sulfur dalam minyak bumi ditandai dengan densitinya yang lebih tinggi.
Sulfur dalam minyak bumi gasoline dapat menyebabkan korosi (khusunya dalam keadaan
dingin atau berair). Sulfur yang dihasilkan dari oksida dan air akan membentuk asam (sebagai
hasil pembakaran gasoline) dan mempercepat reaksi anoda.

2) Senyawa Oksigen

Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2% dan menaik
dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa naik bila produk itu lama
berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai
asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa monosiklo dan disiklo dan berupa
phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Naphthenat (asam alisiklik) dan asam alifatik.

3) Senyawa Nitrogen

Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1 -0,9%,
kandungan tertinggi erdapat pada tipe asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap
katalis dan dapat membentuk gum/getah pada fuel oli. Kandungan nitrogen terbanyak
terdapat pada fraksi titik didh tinggi. Nitrogen kelas dasar yang mempunyai berat molekul
yang relatif rendah dapat diekstrak dengan asam mineral encer.

4) Komponen Logam

Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses
kalatitik cracking mempengaruhi aktifitas katalis. Logam tersebut dapat terbakar dalam
peleburan dan menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas pembentukan
coke.pada powder generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya
konstituen logam terutama vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbin. Abu yang
dihasilkan dari pembakar fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat
bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur
campuran sehingga merusakkan refractory tersebut.
1.3 Pengaruh Aliran Gas

Aliran gas dalam minyak yang mengalir melalui pipa akan menimbulkan gelembung
gas dan meningkatkan aliran slug. Dalam keadaan gas, minyak akan mudah menyerap
oksigen yang selanjutnya akan memperbanyak reaksi katodik dengan logam melalui
mekanisme reaksi oxygen reduction.

Persamaan tumbuhnya slug secara langsung dapat meningkatkan laju korosi telah
diteliti oleh Yunhua dan Jose. Mereka memasukkan jumlah slug yang timbul kedalam faktor
koreksi dalam persamaan perhitungan kecepatan korosi. Pengaruh kecepatan kondensat yang
rendah, kecepatan korosi akan naik secara siknifikan. Selanjutnya pada kecepatan yang lebih
tinggi, kecepatan korosi akan turun sementara untuk kemudian naik lagi secara cepat.
Perilaku korosi yang demikian dapat dikaitkan dengan sifat kompetisi pembentukan pola
lapisan.

1.4 Pengaruh Ketersediaan Inhibitor

Perubahan kecepatan korosi pada minyak bumi akibat jumlah air tidak dipengaruhi
oleh nilai pH. Sepanjang meningkatnya laju korosi, nilai pH tidak berubah secara signifikan
dibandingkan dengan peningkatan jumlah air yang terbentuk (liquid hold up) di permukaan
pipa. Ini menunjukkan bahwa jumlah air dalam minyak tidak menurunkan nilai pH dan air
sebagai komponen utama yang meningkatkan laju korosi. Laju korosi juga dipengaruhi oleh
ketersediaan inhibitor. Semakin tinggi jumlah inhibitor yang diberikan akan mengurangi laju
korosi secara linear dengan kecuraman sebesar 75% inhibitor tiap pengurangan laju korosi.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa laju korosi baja dalam lingkungan air laut
sintetik yang ditambah inhibitor, baik formaldehid ataupun glutaraldehid, lebih tinggi
daripada laju korosi baja dalam lingkungan yang sama tanpa penambahan inhibitor.
Selanjutnya ia menyimpulkan bahwa inhibitor menghambat korosi dengan cara adsorpsi
dipermukaan logam. Transfer muatan yang berlangsung dipermukaan menyebabkan
terjadinya perbedaan potensial di larutan. Molekul yang teradsorpsi di permukaan logam
menyebabkan terjadinya kenaikan potensial double-layer, selain menghambat laju korosi
dengan pembentukan selaput film, inhibitor juga dapat merubah potensial korosi kearah
proses katodik (cathodic control), perubahan potensial yang kecil (kearah katodik)
menunjukkan bahwa kedua proses terhambat.
1.5 Tempat-tempat Terjadinya Korosi Pada Industri Minyak

1) Down Hole Corrosion

High Fluid Level pada jenis pompa angguk di sumur minyak dapat menyebabkan
terjadinya stress pada rod bahkan dapat pula terjadi corrosion fatigue. Pemilihan material
untuk peralatan botton hole pump menjadi sangat penting. Pompa harus dapat tahan terhadap
sifat-sifat korosi dari fluida yang diproduksi dan tahan pula terhadap sifat abrasi.

2) Flowing Well

Anulus dapat pula digunakan untuk mengalirkan inhibitor ke dasar tubing dan
memberikan proteksi pada tabung dari kemungkinan bahaya korosi. Pelapisan dengan plastik
dan memberikan inhibitor untuk proteksi tubing dapat pula digunakan pada internal tubing
surface.

3) Casing Corrosion

Casing yang terdapat di sumur-sumur produksi bervariasi dari yang besar sampai
yang ensentric acid. Diperlukan perlingdungan katiodik untuk external casing. Korosi
internal casing tergantung dari komposisi annular fluid.

4) Well Heads

Peralatan dari well heads, terutama pada well gas tekanan tinggi, sering mengalami
korosi yang disebabkan oleh kecepatan tinggi dan adanya turbulensi dari gas.

5) Flow Line

Adanya akuntansi dari deposit di dalam flow line dapat menyebabkan korosi dan
pitting yang akhirnya menyebabkan kebocoran, internal corrosion di dalam flow line dapat di
cegah dengan inhibitor.

1.6 Tipe Korosi di Lapangan MInyak

1) Uniform Corrosion

Uniform corrosion yaitu korosi yang telah terjadi pada permukaan logam yang
berbentuk pengikisan permukaan logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang,
sebagai akibat permukaan akan terkonvensi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada
peralatan-peralatan terbuka. Misalnya permukaan pipa.

2) Pitting Corrosion

Pitting corrosion yaitu korosi yang berbentuk lubang-lubang pada permukaan logam
karena hancurnya film dari proteksi logam yang disebabkan oleh rate korosi yang berbeda
antara satu tempat dengan tempat yang lainnya pada permukaan logam tersebut.

3) Stress Corrosion Cracking

Stress corrosion cracking yaitu korosi berbentuk retak-retak yang tidak mudah dilihat,
terbentuknya dipermukaan logam dan berusaha merembet ke dalam. Ini banyak terjadi pada
logam-logam yang banyak mendapat tekanan. Hal ini disebabkan kombinasi dari tegangan
tarik dan lingkungan yang korosif sehingga struktur logam melemah.

4) Errosion Corrosion

Errosion corrosion yaitu korosi yang terjadi akibat tercegahnya pembentukan film
pelindung yang disebabkan oleh kecepatan alir fluida yang tinggi, misalnya abrasi pasir.

5) Galvanic Corrosion

Galvanic corrosion yaitu korosi yang terjadi akibat terdapat hubungan antara dua
metal yang disambung dan terdapat perbedaan potensial antara keduanya.

6) Crevice Corrosion

Crevice corrosion yaitu korosi yang terjadi disela-sela gasket, sambungan bertindih,
sekrup-sekrup atau kelingan yang terbentuk oleh kotoran-kotoran endapan atau timbul dari
produk-produk karat.

7) Selective Leaching

Korosi ini berhubungan dengan melepasnya satu elemen dari campuran logam.
Contoh yang paling mudah adalah desinfication yang melepaskan zinc dari paduan tembaga.
1.6 Pencegahan Korosi

Dengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia proses korosi yang dapat


menjelaskan mekanisme dari korosi, dapat dilakukan usaha-usaha untuk pencegahan
terbentuknya korosi. Banyak carayang sudah ditemukan untuk pencegahan terjadinya korosi
diantaranya adalah dengan cara proteksi katodik, coating, dan penggunaan chemical
inhibitor.

1) Proteksi Katodik

Untuk mencegah terjadinya proses korosi atau setidak-tidaknya untuk memperlambat


proses korosi tersebut, maka dipasangkan suatu anoda buatan di luar lgam yang akan
diproteksi. Daerah anoda adalah suatu bagian logam yang kehilangan elektron. Ion positifnya
meninggalkan logam tersebut dan masuk ke delam lerutan yang ada sehingga logam tersebut
berkarat. Terlihat disini karena perbedaan potensial maka arus elektron akan mengalir dari
anoda yang dipasang dan akan menahan melawan arus elektron dari logam yang didekatnya,
sehingga logam tersebut berubah menjadi daerah katoda. Inilah yang disebut cathodic
protection. Dalam hal diatas elektron disuplai kepada logam yang di proteksi oleh anoda
buatan, sehingga elektron yang hilang dari daerah anoda tersebut selalu diganti, sehingga
akan mengurangi proses korosi dari logam yang diproteksi. Anoda buatan tersebut ditanam
dalam suatu elektrolit yang sama (dalam hal ini tanah lebih lembab) dengan logam (dalam hal
ini pipa) yang akan diproteksi dan pipa dihubungkan dengan kabel yang sesuai agar proses
listrik diantara anoda dan pipa tersebut dapat mengalir terus menerus.

2) Coating

Cara ini sering dilakukan dengan melapisi logam dengan suatu bahan agar logam
tersebut terhindar dari korosi. Coating adalah pelapisan yang diterapkan paa permukaan suatu
benda atau substrat. Tujuan coating adalah untuk meningkatkan sifat permukaan subsrat,
seperti penampilan, tahan air, tahan korosi, tahan aus, dan tahan gores. Coating bisa
diaplikasikan dalam bentuk cair, gas ataupun padat.

3) Pemakaian Bahan-Bahan Kimia (Chemical Inhibitor)

Untuk memperlambat reaksi korosi dalam industri perminyakan digunakan bahan


kimia yang disebut inhibitor corrosion yang bekerja dengan cara membentuk lapisan
pelindung pada permukaan metal. Lapisan molekul pertama yang terbentuk mempunyai
ikatan yang sangat kuat, biasanya disebut dengan chemis option. Penggunaan inhibitor dalam
industri juga perlu dilakukan pemilihan yang sesuai dengan kondisinya.
DAFTAR PUSTAKA

Yudityawarman, Anggi. 2010. Pencegahan Korosi. Diakses dari


http://chemeng2301.blogspot.com/p/ppencegahan-korosi.hmtl pada 21 Desember 2018

Anonim. 2010. Coating. Diakses dari http://www.fobuma.com/tm_material/coating-id pada


21 Desember 2018

Patalusa, Pendy. 2010. Pencegahan Korosi dan Pada Proses Produksi Minyak Bumi. Diakses
dari http://nunulasa.wordpress.com/2010/03/10/pencegahan-korosi-dan-scale-pada-proses-
produksi-minyak-bumi/ pada 21 Desember 2018

Panca Asrama, Yuli. 2007. Pengaruh Sifat Fisik Minyak Bumi Terhadap Kecepatan Korosi
Baja Karbon. Diakses dari
http://ejournal.ftunram.ac.id/FullPaper/Sifat%20minyak%20bumi%20Yui520Panca%20asma
ra.pdf pada 21 Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai